Selama bertahun - tahun, jarang Seijuurou menghabiskan waktunya bersama keluarganya. Meski keluarganya lengkap, tidak pernah merasakan kekurangan, semua yang diinginkan selalu ada di rumahnya.

Tapi entah kenapa dia selalu merasa kosong. Semua yang dimiliki tidak sanggup menutupi perasaan kosong itu. Malah, semakin memikirkan perasaan itu, Seijuurou makin merasa kosong.

Seijuurou membutuhkan seseorang.

Dalam hidupnya, Seijuurou memang apatis dan kejam. Tidak pernah terbuka pada siapapun, dan semua orang didekatnya selalu dianggap musuh. Saking tidak mau dekat dengan semua orang, sering sekali Seijuurou mencampakan teman - temannya.

Tapi itu semua berubah. Kehadiran bocah mungil berambut biru pemalu itu mengubah hidup. Bocah yang terlahir dari hubungan terlarang itu mau menemani hari - hari Seijuurou yang selalu hampa. Walau pernah dilukai, bocah lugu itu―Tetsuya―sangat menyayangi ayahnya, satu - satunya keluarga yang masih ia ketahui.

Seijuurou mencintainya dan Tetsuya masih membutuhkan perlindungi dirinya.

Karena itu, apapun yang terjadi Seijuurou akan melindungi Tetsuya.

Meskipun dia harus menghancurkan keluarganya sendiri

.

.

.

~ Red Balloon and Blue Sky ~

Kuroko no Basuke own by Tadatoshi Fujimaki

.

Chapter 03 - Himuro Tatsuya

.

To us, family means putting your arms around each other and being there.

―Barbara Bush

.

.

.

Hidup memang selalu tidak bisa diduga.

"Seijuurou..."

Itulah kata pertama pria dihadapannya begitu mata merah marunnya bertemu dengannya. Tubuh Seijuurou begitu kaku saat melihat pria itu, ayah kandungnya. Kalau bisa, dia ingin cepat - cepat membawa Tetsuya pulang dan tidak perlu berhadapan dengannya.

Hati Seijuurou berdegup kencang, namun Seijuurou menpertahankan posisi tubuhnya, dengan pura - pura tenang. Satu tarikan nafas Seijuurou mulai berkata, "Apa maumu?"

Akashi Kenko, nama ayah Seijuurou, memutar bola matanya. "Menurutmu?"

"Kalau kau ingin aku pulang, lebih baik kau menyerah."

"Aku ingin melihat cucuku."

Cucu dia bilang?

Ingin rasanya Seijuurou menertawakan ayahnya. Setelah apa yang dilakukannya, sekarang dia baru mengaku Tetsuya cucunya, yang benar saja.

"Dengar, Tetsuya tidak memiliki hubungannya denganmu. Persetan kau orangtuaku―aku tidak mengizinkanmu dekat-dekat dengan Tetsuya."

"Seijuurou, meski kau menolakku; kau anakku dan Tetsuya cucuku."

"Aku tidak ingat punya ayah sepertimu."

"Seijuurou!"

Meskipun suara tinggi sang ayah, yang selalu membuat siapapun ketakutan; Seijuurou tidak gentar. Keringat dingin sekujur tubuhnya tidak akan membuat Seijuurou menyerah. Dia tidak ingin lagi menderita, Seijuurou sudah bahagia. Mana mungkin dia menyerahkan kebahagiaan begitu saja.

"Ayah..." Seijuurou menatap lurus ayahnya yang sedikit gentar. Mungkin itu pertama kalinya Kenko melihat anak semata wayangnya melawan dirinya. "Apa kau ingat? Kapan kau mengantarkan aku ke sekolah?"

Kenko terdiam. Bukan tidak mau menjawab, tapi tidak ada jawaban yang bisa ia utarakan.

"Ayah hanya peduli dengan bisnis, bisnis dan bisnis. Apa kau kesini hanya untuk bisnis dan menyuruhku pulang untuk melanjutkan bisnismu?" Kenko hanya terdiam. "Aku sudah bahagia disini dengan Tetsuya disini."

"Seijuurou, aku mengerti apa maksudmu. Tapi kuperintahkan agar kau pulang!"

"Kau tidak berhak memerintahku." Seijuurou berteriak, dengan suara paraunya.

Dia sudah tidak tahu harus berekspresi seperti apa lagi. Entahlah. Hatinya sudah tidak karuan lagi. Kehadiran Kise pagi hari dan Kenko benar - benar membuatnya tidak berpikir. Haruskah hari ini membuat Seijuurou gila.

Tanpa pikir panjang, Seijuurou langsung memutar balik sepedanya, mengayuh dan menjauh dari ayahnya sendiri. Tidak peduli kalau Kenko memanggil namanya, berusaha mengejarnya dengan kaki tuanya. Terserah, Seijuurou tidak peduli.

Seijuurou sudah telanjur membenci ayahnya.

Malam ini, Seijuurou tidak menghabiskan waktunya bersama Tetsuya seperti biasa. Hanya mengurung diri di kamar dan membiarkan si kecil menonton TV acara malam hari, tanpa penggawasannya.

Pikirannya kacau. Seijuurou akui, kehadiran Kise dan Kenko diluar perhitungannya. Hampir enam tahun dengan susah payah, Seijuurou mengubur semua kenangan antara Kise, Kenko, dan semuanya, termasuk semua prestasi yang bisa dia banggakan ketika melamar kerja atau dihadapan Tetsuya sendiri. Seijuurou memilih untuk memulai lembaran baru; lembaran kosong yang belum terisi apapun.

Sekarang Kise dan Kenko datang di hari ini, meminta Seijuurou pulang ke Kyoto.

"Apa yang harus kulakukan..."

Bersembunyi disini, tidak akan mengubah segala – galanya. Mungkin ide baik juga pulang dan membawa Tetsuya bersamanya. Setelah itu, pasti dirinya disibukan semua perkerjaannya sebagai penerus keluarga Akashi. Berakhir sama dengan ayahnya dan parahnya lagi Tetsuya sudah tidak memiliki ibu. Nasibnya pasti jauh lebih daripada Seijuurou.

Bagaimanapun juga posisi Seijuurou adalah seorang orangtua tunggal Tetsuya dan juga penerus Akashi Corp—meski Seijuurou menolaknya setengah mati.

"Papa?"

Itu suara Tetsuya, dibalik pintu kamarnya. Seijuurou merapikan rambutnya yang berantakan karena frustasi ketika Tetsuya membuka pintunya sambil menjijit. Manik birunya mengeksplorasi kamar ayahnya yang remang – remang.

"Ada apa sayang? Ngantuk?"

Tetsuya menggeleng pelan. Buru – buru dia melesat ke Seijuurou yang duduk di tepian kasur. Tubuh mungilnya langsung meminta pangkuan tanpa peduli tampilan kusut ayahnya. Dia ingin bersama ayahnya; setiap malam dan setiap waktu.

"Papa baik – baik saja?"

Dada Seijuurou sesak. Pertanyaan Tetsuya mengingatkan kembali semua masalahnya. Tangan Seijuurou bergerak, memeluk tubuh kecil erat sembari menundukan kepalanya. Perasaan takut menjalar keseluruh tubuhnya. Takut, jika Tetsuya akan menghilang jika dia lalai—sama seperti dulu; hampir saja dia kehilangan Tetsuya.

Beberapa saat kemudian, Seijuurou merasakan sesuatu ditangannya. "Permen?"

"Tetsuya kalau nangis selalu diberi permen oleh sensei." Tetsuya tersenyum lugu, menatap ayahnya dengan polos. "Papa kayak pengen nangis, makanya Tetsuya beri permen... jangan nangis papa."

Selalu seperti itu. Tidak mengenal penderitaan, anak kecil selalu ada untuk membuat hati orang dewasa merasa tenang. Tetsuya selalu ada untuknya, dengan senyuman polos dan lugu yang menenangkan hatinya.

Pelukan Seijuurou makin erat. Seberapapun halangannya, dia tidak mau melepaskan harta yang paling berharga yang tidak bisa digantikan oleh apapun.

"Kumohon jangan tinggalkan papa... hanya kau satu - satunya kumiliki."

Yang ada pikirannya hanya balas dendam.

Terdengar konyol sekali, tapi itulah kenyataan. Setelah semua luka yang dialaminya dan penderitaan tak kunjung usai, Himuro selalu ingin balas dendam. Terserah dengan nilai sekolah turun―terancam tidak naik kelas―dan nantinya akan berurusan dengan hukum.

Himuro Tatsuya ingin balas dendam, apapun yang terjadi.

Pintu itu terbentang lebar, memperlihatan sosok Himuro yang berantakan. Kemeja biru miliknya lecek hampir semua sudut, bau lumpur dan noda hampir seluruh kemeja; seperti habis bertengkar hingga ke fisik. Belum lagi luka lebam di sekujur tubuhnya.

Sepertinya besok dia tidak akan sekolah, lagi.

"Astaga, Tatsuya."

Alex langsung menghampiri Himuro. Nafasnya tercekat melihat keponakannya yang sudah tidak karuan lagi. Wajah Himuro tampak tenang, seolah ini bukan masalah besar.

"Kenapa kau bisa begini?!" suara Alex meninggi. "Ini sudah kelima kalinya kau pulang begini. Syukurlah Taiga sudah tidur, tak perlu lihat kondisimu seperti ini."

"Aku mau tidur Alex."

Sebelum Himuro menuju kamarnya, Alex mencegatnya. Kaki wanita itu menghalangi jalan Himuro. "Apalagi Alex..."

"Hanya karena aku tidak memiliki hubungan darah denganmu, kau bisa seenaknya pergi begitu saja, hah?!"

Telinga Himuro benar - benar sakit mendengar suara melengking Alex. Menyebalkan. Semua perkataan Alex seolah tahu segala - galanya. Bagi Himuro mustahil, wanita itu hanya orang asing di keluarganya.

Alex menarik nafasnya, "Aku tahu kau masih ingin balas dendam bukan?"

Himuro masih terus mengunci mulutnya.

"Itu konyol sekali. Setelah balas dendam, emang apa yang kau dapatkan? Yang ada masa depan buruk, bodoh!"

"Asal mereka menderita, aku tidak peduli."

Alex menggeleng. "Dengar, aku tidak tahu berapa besar dendammu itu. Tapi sudahlah, biar kan hukum karma itu membalas pria itu. Sekarang fokus pada hidupmu—menata ulang kembali dan bahagia dengan Taiga."

"Kau kira bisa semudah itu?!" Himuro berteriak penuh emosi; marah dan kesal. "Apa yang kau tahu tentangku Alex... tidak ada!"

"Meskipun aku tidak tahu, aku tetaplah keluargamu! Aku bertanggung jawab atas kelangsungan hidupmu dan Taiga. Mana mungkin aku membiarkan kau begitu saja. Kau kira jika Taiga tahu ini semua dia tidak sedih?!"

Tentu saja, Himuro tahu itu, tanpa perlu diberi tahu Alex sekalipun. Tapi apa melupakan mampu mengobati semua luka – luka yang tergores dihatinya. Sekalipun Himuro berusaha melupakan, selalu saja teringat, dan berakhir menyiksa hatinya. Satu – satunya cara adalah membalaskan semua dendamnya.

"Jika kau tetap melanjutkan dendam bodoh ini, aku akan membawa Taiga ke Amerika!"

Meski Alex menjadi musuhnya sekalipun.

"Aku tetapkan akan melanjutkannya." Kalimat itu mengakhiri pembicaraan malam mereka, menyisakan jarak yang tidak akan pernah disentuh oleh siapapun.

Di Kichijoji, ada sebuah kuil di tengah – tengah bukit belakang sekolah Teikou. Biasanya, sebelum ujian atau mengadakan acara sekolah, murid – murid Teiko selalu menuju kesana, memanjatkan doa agar semuanya berjalan lancar. Penjaganya miiko bernama Mitsuko Kagome, atau kerap disapa Mitsuko.

Lingkungan bukit hijau dan udara segar sepanjang hari selalu mampu mengobati penat Himuro di sekolah. Kadang – kadang, ketika musim panas, Himuro mengajak Kagami ke sini; untuk mencari kumbang tanduk atau mengeksplorasi alam.

Dan sekarang, Himuro berada disini, ketika pelajaran sekolah masih berlangsung. Tubuhnya menyender pada batang pohon, dan kakinya selonjoran diatas hamparan rumput. Ya, hari ini Himuro bolos, dan menghabiskan waktunya di hutan yang melindungi kuil bukit ini. Disini adalah tempat menyenangkan, terlebih ditemani earphone yang terus memainkan lagu kesukannya.

Sendirian, tanpa diganggu oleh siapapun. Seperti yang diinginkan.

"Tastuya-nii!"

Ya, kecuali suara cempreng yang selalu memanggil namanya.

Mata kelabu Himuro menangkap sosok dua anak kecil yang berlari – lari kearahnya; Kagami dan Tetsuya. Mereka masih mengenakan seragam TK-nya, dan berlari – lari membawa buku gambar. Hari ini TK mereka mengadakan field trip ke gunung ini—mencari objek indah untuk digambar.

"Kenapa kalian disini?" Himuro berusaha menyembunyikan wajah muramnya karena kejadian kemarin, menampilkan senyuman seperti biasa. "Seharusnya kalian bersama sensei."

Rambut mereka berdua diacak – acak tangan Himuro. Tetsuya memasang wajah malu dan Kagami memasang wajah cemburut, khas mereka masing – masing. "Taiga bosan gambar gunung! Taiga ingin gambar kumbang!"

"Tapi kumbang adanya di musim panas," timpal Tetsuya. "Tetsuya ingin menggambar bunga! Cuma Tetsuya engga ketemu bunga..."

"Bunga untuk anak cewek!"

"Tapi bunga cantik!"

"Tetsuya cewek~ Tetsuya cewek~ Tetsuya cewek~"

"Kagami-kuunn...!"

Rasanya sulit sekali menahan senyuman melihat mereka. Himuro tersenyum, hampir saja tertawa. Kagami dan Tetsuya tidak habis saling berdebat satu sama lain, mempertahankan pendapat mereka. Tidak akan ada yang mengalah, sampai Himuro melerainya.

Memang menyenangkan melihat anak kecil bertengjar dengan muka cemburut, mulut mereka mengeluarkan kalimat lucu yang kadang tidak wajar. Tapi juga akan merepotkan jika salah satu mereka ngambek atau main pukul – pukulan. Mau tak mau Himuro harus melerainya.

"Sudah – sudah," Himuro menengahi mereka, dengan tangan besarnya. "Taiga-kun, kumbang tanduk bagusnya saat musim panas, bukan musim semi seperti ini. Bagaimana kalau cari serangga lain? Tetsuya boleh kok gambar bunga."

Kagami dan Tetsuya saling memandang satu sama lain, dan akhirnya mengangguk mengerti. Lalu, Kagami memiringkan kepalanya dan bertanya, "Omong – omong, Tatsuya-nii engga sekolah?"

Himuro terdiam, tidak bisa bersuara apapun. Tidak mungkin dia menjawab kalau dia bolos sekolah karena pikirannya kacau. Bisa – bisa Kagami melapor ke Alex, selaku wali-nya, dan parahnya jika Kagami juga ikut – ikutan bolos. Tidak, tentu saja Himuro tidak akan menjawab hal seperti itu.

"Aku—" Himuro memalingkan mukanya, "—lagi gak enak badan, sensei menyarankan agar menenangkan diri disini."

Hanya itu yang bisa Himuro jawab, dan kedua bocah lugu itu mengangguk tanpa mencari tahu yang lebih dalam. Setidaknya itu memudahkan Himuro, dan dirinya tidak perlu repot – repot mencari alasan yang tidak masuk akal.

"Tatsuya-nii lagi ada masalah?"

Begitulah Tetsuya menyimpulkan, langsung mengatakan begitu saja. Senyuman yang Himuro paksakan langsung lenyap, digantikan wajah muram. Di mata Tetsuya, mungkin semua topeng Himuro pakai tidak ada gunanya―pasti ketahuan

Himuro memutar bola matanya, "Ya, sedikit."

Sedikit adalah jawaban tidak berlebihan. Jauh lebih baik daripada menjawab; aku ingin balas dendam dan diarang oleh Alex, karena itu aku memikirkan segala cara agar bisa balas dendam tanpa Alex tahu.

"Tapi Tatsuya-nii baik - baik saja kan?" tanya Kagami khawatir, matanya sibuk memperhatikan seluk tubuh kakak angkatnya itu. "Apa aku panggil Alex-nee?"

Jika Alex tahu, lebih runyam lagi masalah yang akan ada. Himuro mengeleng, "Tidak perlu. Aku lagi ingin menyelesaikan masalahku sendiri."

Jawaban itu tidak akan membuat kedua bocah itu tenang Semakin mereka dikelabui, semakin mereka akan tahu kebenarannya. Jika terus begini, Himuro tidak akan vusa menyembunyikan apapun lagi.

"Ayoo...! Cerita Tatsuya-nii!"

"Kagami-kun, tidak baik memaksa Tatsuya-nii.

"Tapi aku tidak mau Tatsuya-nii menderita!" sanggah Kagami sambil berkacak pinggang, manik merahnya menatap lurus Himuro. "Soalnya Tatsuya-nii itu keluargaku! Aku engga suka, kalo Tatsuya-nii sedih..."

Tetsuya menunduk. Ia mengerti perasaan Kagami―perasaan yang sama ketika ia tidak mau melihat Seijuurou sedih. "Tatsuya-nii... ayo senyum kembali, Tetsuya juga ikutan sedih kalau Tatsuya-nii sedih..."

"Taiga... Tetcchan...,"

Ada perasaan hangat menjalar ke tubuh Himuri, menembus dinding es yang ia buat karena kejadia semalam. Ringan. Beban pikirannya langsung menghilang begitu saja.

Himuro memejamkan matanya. Seperti anak - anak kecil dihadapannya menunggu cerita keluar dari mulutnya.

"Baiklah, aku akan bercerita." Tapi Himuro tidak akan mengatakan semuanya―mereka juga tidak lebih anak kecil yang tidak tahu apa - apa. "Tatsuya-nii punya mimpi. Semenjak keluargaku dan Kagami meninggal, aku selalu ingin menggapai mimpi itu―tapi tidak ada yang mendukungku."

Karena mimpi Himuro adalah balas dendam dan Alex pun tidak mendukungnya sama sekali.

"Kalau begitu, aku mau ngedukung mimpi Tatsuya-nii!" seru Kagami girang. "Kalo Tetsuya?"

Tetsuya mengangguk. "Aku juga."

Himuro tersenyum. Dukungan kecil Kagami dan Tetsuya, tidak akan pernah ia lupakan. Akan ia terus jaga, sampai mati.

Beberapa jam kemudian, Himuro duduk termengu di sebuah kedai ramen dekat SMA Teikou. Kedai ini ramai, seperti biasanya; rata - rata siswa Teiko yang baru pulang mampir kesini sekedar nongkrong atau menikmati ramen dengan menu andalan ramen tempura.

Himuro tidak memikirkan masalah makanannya. Hanya disinilah tempat paling nyaman untuk melakukan pertemuan kecil. Duduk di pojok restauran yang dekat jendela adalah meja favorit untuk melakukan pertemuan ini; jika tidak diingin dilirik pemilik kedai ini.

"Yo, Tatsuya!"

Kenichi Okamura, pemuda bertubuh besar dan terkenal dalam klub Judo dan basket Teikou string satu, akhirnya datang juga. "Kau lama," Himuro mendesah, sebelum menyeduh teh oolong yang sempat ia pesan..

"Maaf saja aku ada urusan sekolah, beda denganmu yang masih hobi bolos." Himuro menyipitkan matanya ketika Okamura tertawa renyah. "Jadi apa maumu? Akan balas dendam?"

Himuro mengangguk. "Meski Alex melarangku—aku akan melanjutkan. Lagian kulakukan ini demi Taiga."

"Oke, jadi apa yang harus kulakukan."

Menarik nafanya, Himuro mengatakannya tanpa ragu. "Cari semua informasi tentang Akashi Seijuurou, wali kelasku, dan buat dia tidak menyadari, kalau muridnya balas dendam."

"Ternyata Akashi-sensei. Lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Aku ingin Akashi-sensei, merasakan kehilangan; sama yang aku rasakan dulu karena ulahnya."

.

.

.

~To Be Continued~

.

.

.

Hola semuanyaa~~ Aihara kembai desu! Sekarang lagi panen jamur di penpik ini /dilemparsendal/ mau jamur? :3

Sebenarnya sih pengen genap setahun nih lanjutinnya, tapi sebelum jamurnya kebanyakan dan readers bakal ngamuk jadiiii... apdet deh! Ya, Tuhan... kurtilas bener – bener membunuh waktu luangku, baru sempet bikinya sekarang loh /guling – gulingan/

Tadinya aku pengen sesuai ama spoiler, cuman kayaknya kecepetan deh, jadinya... beginilah sekarang, hohoho~ apa kalian masih dapet feelnya, atau bahasa berubah dkk, silakan tebar curhat dikotak unyu tuhhh!

So, sekarang waktunya bales repiuw~

mr DongDong: muehehehee~ efek mager dan keasyikan baca novel merubah segalanya XD lagipula ai lagi belajar, gomene kalo perubahannya kadang tak diharapkan, arigato

: dan kenyataan aku malah apdet tahun ini~~ maaf :"D Sekarang bukan Tetsuya yang ngerasa sedih, tapi Akashi. Kasian Tetsu merasa sedih, arigato

aster-bunny-bee: Aahh arigato telah membaca I Love You, Daddy~ uhm, ini versi sinetronnya /plaakk, semoga menikmati, arigato nee ^^

v3treas namikaze uchiha: Nanti, di chapter – chapter depannya bakal dijelasin hubungan mereka, arigato telah membaca~ Ah jadi seneng deh dapet review XD

Hoshi Uzuki: Hehehehe, makasih~ ini bagaikan sinetron kepanjangan mungkin /dilempar bakiak/ tenang... mereka akan akur nantinya, atau nanti ada yang sedih? Sipp, tunggu saja nanti, hohoho~ kalau Himuro sama Seijuurou akan dijelaskan nanti, Arigato! ^^

Haruna Tachikawa: Siip, arigato XD

KuroVania: Ini udah apdet, meski hampir setahun~ hahaha~ Arigato XD

Rey Ai: Tapi mereka keliatan imut, kayak bernuasa jaman bahula~ hehehe~ arigato atas reviewnya

Angel Muaffi: Ini sudah apdet, maaf ya telat~ arigato nee~

Erucchin: Yosh! Lanjutkan. Arigato, arigato, danke~

Lee Kibum: Siipp, ini udah apdet, arigato nee, Tetsuya emang sayang ama papa Sei

KakaknyaKurokoTetsuya: Aduh namanya kok imut banget~ iyaa ini sudah apdet, dan tentunya kubuat makin greget(kelamaan) Arigato nee~

Kusanagi Mikan: Cuman adegan Himuro bagian itu Ai skip, soalnya kurang seru kalau diumbar sekarang. Kise mantan sahabatmya—tapi nanti balik lagi. Arigato XD

LuVe Ath: Huwaa... arigato~ yaah, maaf ya telat ~ Arigato telah membacanya XD

Aliyss: Ide kamu bener say~ tunggu cerita –ceritaku yaa, arigato nee XD

Ritsu Syalalalala: Sekarang gak penasaran kan? Atau malah makin tambah penasaran~? Emang chapter ini tentang Himuro Tatsuya, arigato XD

ABNORMALholic: Tenang, papa Sei yang baik hati dan tidak sombong tidak akan pernah ninggalin Tetsuya... Cuma nanti Tetsuya lah jeng jeng jeng~ Terima kasih telah membacanya

Lupanama: Aduh namanya cantik banget, hehehe~ ini lanjut kok, arigato telah membacanya, berdoalah biar gak tahun depan apdetnya XD /dilempar sendal/

LuwitaMarsha: Aduh, makasih atas dukungannya, jadi terharu ini ai... tenang, ff ini tak akan ai delete kok~ Arigato~

S Kaze: Aahhh memang pacarku keren /digampar sendal/ ini sudah lanjut, arigato~

Eqa Skylight: Hehehe~ sudah lanjut, arigato~

Akashi lina: Hehehe~ itu hanyalah rencana, arigato nee~

hime koyuki 099: Aduh, makasih atas dukungannya, semoga ini gak telantar, arigato nee~

nyan: Hehehe~ kan papa sei udah tobat~ arigato atas reviewnyaa

dinodeer: Kapan sih Ai gak buat ending yang gantung dan kepo /digampar sendal/ danke, atas review anda~

Fujiwara Kumiko024: Bukan ^^" cuman karena pisau ada disampingnya, kenapa engga~ arigato ata reviewnya~

Guest(01): Ini udah apdet, arigato nee~

Midnightpuncher: Emang, itu moment yang paling kusukai, arigato telah membacanya XDD

Alysaexostans: Aduh~ langsung direview dua – duanya, arigatoooo! Himuro benci sama Akashi akan dijelaskan di chapter - chapter selanjutnya, trus Kise begitu karena dia masih belum nerima kelahiran Tetsuya, Ahh makasih, danke, danke~

Zhang Fei: Kan biar makin asik ceritannya~ hayooo mana ff ultahku loohh /dilempar jamur/ arigato bacanya, senpai juga jangan lama apdetnya... jadi jamur sayaa

Guest(02): Apa jamur Guest-san tumbuh~ hehehe, ini sudah apdet, arigato nee

Antares kuga: Teriakan anda membahana, ini sudah lanjut, arigato~

Jamela: Anda kepo? Silakan ikutin ff ini~~~ hohoho~, tenang aja, ibu Tetsuya gak OOC, jadi silakan terus ikuti~ arigato, arigato

Guest (03): Ai juga udah jamuran /digiling/ hehehe~ semoga engga tahun depan apdetnya, arigato nee~

Rein Hiirota: Heee... nama rein kita sama~ cuman di ff ini ai lebih suka pake nama aihara, selamat, anda review langsung apdet (lol) arigato XD

Siipp! Segitu dulu aja, jika kurang berkenan, kurang greget, apdetnya kelamaan atau maunya apdet setahun sekali boleh, silakan curhat

See you later~ XD

.

Salam Hangat,

Aihara

.

Spoiler~ (seperti biasa XD)

"Namaku Himuro Tatsuya, Akashi-sensei. Aku memang suka bolos, kuharap bimbunganmu tidak membuatku ingin bolos."

.

"Jadi Tetsuya akan nyanyi di pertemuan orangtua?"

.

"Sudah lama aku tidak ke Jepang, sepertinya aku juga terlambat untuk melihat sakura."

.

"Siapa yang mengirim mainan ini?"

.

" Maafkan mama, mama sangat merindukanmu, Tetsuya sayang. Suatu hari nanti kita akan bertemu, pasti"

.

"Tolong, sebagai kakak aku mau kau melindungi Seijuurou dan cucuku yang berharga, dari ibu kandung Tetsuya"

.

PS: Ini akan berubah sewaktu – waktu, apa jadi part atau bagaimana, semoga pas aja~ arigato ^^