The Darkness Mark

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Genre: Adventure, Tragedy & Romance

Pair: NaruSatsu and slight NejiSatsu

.

.

.

Jinchuriki, manusia yang menjadi wadah dari siluman buas. Membawa kekacauan di dunia shinobi. Naruto Uzumaki, seorang Jinchuriki Kyuubi dari desa daun tersembunyi. Terkurung dalam sel belasan tahun dan pada akhirnya seorang gadis misterius mengulurkan tangan untuknya bebas. Dibawah tekanan balas dendam, ia akhirnya jatuh pada cinta.

Keadilan adalah sebuah tameng dari kedamaian

dan

Keadilan adalah arti lain dari kematian di dunia ini.

.

.

.

Chapter 11: Kehilangan dan Rasa Bersalah

Naruto menahan nafasnya. Gua yang penuh dengan potongan tubuh boneka itu kini penuh dengan para shinobi Suna. Raut wajah mereka tegang dan hawa berat yang tertinggal di gua semakin bertambah. Menolehkan kepalanya, Kakashi terlihat tak terkejut sama sekali. Mungkin mereka adalah tim bantuan yang dikirimkan oleh Kazekage.

Setelah pertarungan yang mereka lakukan dan kehilangan Gaara kenapa sekarang Suna berbalik membantu mereka.

Tep

Naruto tersentak dari lamunannya, ia menatap Kakashi disampingnya dengan tatapan hampa. Ia menundukkan kepalanya, kenapa mereka harus datang disaat semuanya sudah terlambat. Apapun yang akan mereka lakukan sekarang tak ada gunanya. Naruto tersenyum miris dan menerobos kerumunan. Yang lebih penting saat ini adalah menyelamatkan Satsuki dan Neji.

Para ninja Suna yang melihat kedatangan Naruto menyingkir memberi pemuda Konoha itu jalan. Naruto memicingkan matanya saat melihat tiga orang ninja medis dari Suna yang tak dikenalnya tengah mengobati Satsuki dan Neji. Satsuki nampaknya tak sadarkan diri sementara Neji sepertinya masih dapat mempertahankan sedikit kesadarannya dengan nafas yang terengah-engah. Ia tak mengerti tapi sepertinya ada hal buruk yang telah terjadi ketika ia dan Kakashi pergi.

Kembali Naruto menatap sekeliling dengan seksama. Raut wajah para ninja Suna nampak tegang dan suram, seolah-olah mereka tengah berduka. Aah.. sekarang Naruto teringat dengan Gaara.

Tak ada yang bisa mengubah kematian, itulah kenyataannya.

Naruto berjalan mendekati tempat Satsuki berada. Ia sudah membawa tanaman obat yang diminta oleh nenek Chiyo tapi sejak tadi ia tak melihat nenek Chiyo dimana pun. Menggenggam erat tanaman obat yang ada di tangan kanannya, kenapa orang itu bisa pergi begitu saja. Ia tahu tujuan nenek Chiyo mengikuti misi ini hanya untuk menemukan cucunya, ia tidak peduli pada siapa pun bahkan Gaara tapi-

Wajah pemuda bersurai pirang itu mengeras, jika sesuatu yang buruk terjadi pada Satsuki ia tidak akan pernah memaafkannya.

"Dimana nenek Chiyo, aku sudah mendapatkan tanaman obat yang ia minta.." Ucap Naruto akhirnya, mungkin mereka bisa lebih dipercaya dibanding nenek Chiyo. Orang itu hanya memikirkan dirinya sendiri.

Para ninja medis Suna terdiam sesaat mendengar perkataan Naruto. Beberapa dari mereka menunduk tak berani menatapnya.

Apa yang terjadi sebenarnya?

"Kak Naruto..."

Sebuah suara kecil menggema di dalam gua dan tak lama sosok Gaara muncul dibalik keramaian.

Tubuh Naruto menegang, ia terdiam memproses apa yang baru saja terjadi dihadapannya. Anak itu sedang berdiri dengan wajah yang sendu. Apa itu benar-benar Gaara ia bertanya-tanya.

"Kak Naruto.. nenek Chiyo..." Suara Gaara bergetar dan tak lama isakan kecil terdengar. Anak itu menangis.

...

Aku.. hanyalah sebuah daun tua. Ada musimnya untuk jatuh dan membiarkan bibit baru tumbuh menggantikannya.

Orang tua sepertiku akan terjatuh dan berhamburan dan kalian yang muda akan tumbuh dan bermekaran.

Sejarah yang kami buat mungkin bisa kalian ubah.

Shinobi bukan hanya sebuah gelar, mereka adalah orang-orang yang memberikan hidupnya pada desa.

Lalu... apa nenek tua sepertiku sudah bisa disebut sebagai shinobi? Hahaha..

Chiyo dari negara pasir.

...

Tubuh tua renta itu terbaring di atas tanah lembab, tidur panjang dengan senyuman yang terpoles di wajahnya. Ia bergitu tenang seolah semua beban yang ia pikul telah terangkat. Saat pertama kali mereka bertemu kesan pertama yang Naruto dapatkan saat bertemu dengan nenek Chiyo tak begitu baik. Nenek Chiyo adalah orang menyebalkan, ia sama seperti kebanyakan orang pada umumnya.

Mereka menatap rendah pada jinchuriki.

Naruto terdiam menatap tubuh kaku nenek Chiyo. Ia mengepalkan tangannya erat, rasa sesal meringkusnya. Bukankah orang itu hanya mementingkan dirinya sendiri ia bahkan tak peduli dengan apa yang terjadi pada sekelilingnya bahkan pada Gaara sekalipun. Tapi kenapa!

'Nenek Chiyo mengorbankan nyawanya demi menghidupkan kembali Gaara...'

Suara Neji terus terngiang membuat kepalanya hampir pecah. Nenek tua itu sangat menyebalkan sampai-sampai Naruto ingin menangis. Disaat-saat terakhir kenapa ia tak menjadi sosok yang menyebalkan seperti biasa.

Jika semua berakhir seperti ini Naruto benar-benar merasa sangat kehilangan.

"Kenapa... kenapa kau mengorbankan nyawamu untuk kami... bukankah kau membenci jinchuriki."

Sebanyak apapun Naruto berbicara ia tak akan bisa lagi mendengarkannya bahkan untuk berdebat sekali pun. Pada dasarnya nenek Chiyo adalah orang yang baik Naruto tahu itu. Kehilangan anak dan menantunya dalam perang itu menyakitkan, lalu ditambah sang cucu yang tak diketahui keberadaannya. Ia sudah hidup cukup lama dan menyimpan penderitaan itu seorang diri.

Kedua tangan Naruto terkepal, kepalanya tertunduk disamping tubuh renta itu, tak lama air matanya mengalir dan meninggalkan jejak basah diatas tanah.

"Sial!" Ia mengutuk, pada Akatsuki yang membuat hal ini terjadi dan pada dirinya sendiri.

Apakah tidak ada cara untuk menyelamatkannya?

Beberapa ninja Suna menundukkan kepalanya. Melihat Naruto yang begitu terpukul akan kematian nenek Chiyo memukul mereka telak. Kenapa orang Konoha itu begitu peduli pada nenek Chiyo bahkan Gaara.

...

Flashback

Nenek Chiyo menatap dalam diam Sasori yang kini mengulurkan kedua tangannya. Ia masih tak mempercayai apa yang terjadi. Apa ini salah satu tipu muslihat Sasori atau ia kembali menjadi cucu kecilnya.

Melihat reaksi nenek Chiyo yang masih terdiam Sasori membawa kedua telapak tangan renta itu. Ia tertegun merasakan tesktur yang sedikit kasar. Sasori menatap sendu, sebelah lengan itu adalah lengan boneka.

"Banyak hal yang terjadi saat kau pergi.." Nenek Chiyo menjelaskan.

Jika seandainya perang tak pernah terjadi mungkin saat ini mereka akan selalu bersama. Menjadi keluarga yang utuh dan Sasori tak akan kehilangan tempatnya untuk pulang tapi perang akan selalu terjadi dan hal yang tertinggal dari semua itu hanyalah nama. Mayat yang tertinggal terkadang sulit teridentifikasi dan akhirnya terkubur dengan mayat lainnya.

Sekarang ia bertanya-tanya, kenapa nenek tua seperti dirinya memiliki umur yang panjang dibandingkan anak dan menantunya. Nenek Chiyo menatap hampa telapak tangan Sasori yang sepenuhnya sudah menjadi boneka –tidak, bahkan seluruh tubuhnya telah berubah menjadi kayu. Ia menatap dalam diam kedua bola mata secoklat daun kering yang memantulkan sosok dirinya di dalamnya.

"Kenapa kau ingin menyelamatkan Gaara?"

Satu pertanyaan itu membuat pemuda yang disebut Akasuna no Sasori itu menundukkan kepalanya. Menatap bocah tak berdosa yang kini telah kehilangan nyawa tanpa tahu apa yang terjadi. Itulah takdir yang selalu diterima para jincuriki tapi kenapa sekarang ia berbalik membantu nenek Chiyo menghidupkan kembali jinchuriki. Menengokkan kepalanya ke samping, seorang gadis kecil yang ditemuinya dahulu kini sudah berubah menjadi gadis remaja yan cantik. Mungkin orang yang mengubah dan menyentuh kembali hatinya sebagai manusia adalah gadis itu.

Ia tak berniat untuk melukai atau bahkan membunuh gadis itu tapi semua yang terjadi tak bisa ditarik kembali. Pada kenyataannya ialah orang yang hampir membunuh gadis itu.

Seni yang abadi. Berapa kalipun ia memikirkannya jawaban gadis itu selalu terbayang. Seni abadi karena mereka diwariskan, selama ini ia kira seni itu adalah keabadian itu sendiri karenanya ia mengubah seluruh tubuhnya dengan boneka. Ia abadi, tak akan pernah busuk dan tubuh itu tak pernah merasa sakit. Kau bahkan bisa mengganti bagian tubuhmu jika sewaktu-waktu mereka rusak.

Kembali ia menatap Satsuki untuk terakhir kalinya dan sebuah senyuman kecil mengembang. Senyuman gadis itu kembali terbayang, sampai kapan pun ia tidak akan bisa melupakannya.

'Aku tak tahu apa masa lalumu jadi itu tak penting, yang aku kenal adalah Sasori yang saat ini ada dihadapanku.'

"Terimakasih, Satsuki Uchiha..."

Sasori mengalihkan tatapannya kembali pada nenek Chiyo dan menaruh kedua telapak tangannya diatas tubuh Gaara. Nenek Chiyo yang peham apa yang dimaksud Sasori menaruh kedua tangannya diatas tangan Sasori. "Kisho Tensei.." Ia bergumam pelan.

Cahaya biru perlahan menyebar, menyelimuti tubuh Gaara kecil yang terbaring tak berdaya. Nenek Chiyo menggigit ujung bibirnya, rasa sesak kini menyelimutinya. Kenangan-kenangannya bersama Sasori kecil dahulu terus menerus bermunculan.

Ia memejamkan matanya erat, chakra Sasori semakin lama semakin menipis. Ia tahu itu akan terjadi.. bahkan cucunya sendiri pun akan pergi lebih dahulu dibandingkan dirinya.

Cahaya biru itu semakin meredup dan tak lama tubuh Sasori sudah terjatuh menghantam tanah.

"Terimakasih.. nenek Chiyo."

Bisikan lirih itu menghancurkannya, tapi entah mengapa nenek Chiyo dapat bernafas sedikit lega. Beban penyesalan yang selama ini ditanggungnya sedikit terangkat. Ia sangat berterimakasih pada orang-orang Konoha terlebih pada perkataan Naruto yang telah membuat matanya terbuka dengan lebar. Ia menundukkan kepala dan menatap tubuh Gaara dengan sendu.

'Dia, Gaara –apa dia melakukan sebuah kesalahan?!'

'Dengan mudah kalian mengatakan demi perdamaian dan perdamain, karena itu kehidupan kami menjadi sesuatu yang harus disalahkan. Apa kami ikut andil dalam perang? Apa kami berusaha membunuh kalian?!'

Kedua mata itu terpejam, sekarang ia berfikir kapan terakhir kalinya ia peduli pada seseorang. Tidak satu pun semenjak Sasori pergi meninggalkannya tapi kini ia bisa menebus semua hal yang dulu tak pernah ia lakukan. Ia adalah seorang ninja medis dari Sunagakure. Itu dulu dan saat ia kehilangan semuanya ia berhenti dan membiarkan para shinobi Suna kehilangan nyawa. Berapa banyak keluarga yang berakhir menjadi seperti keluarganya, ia bertanya-tanya.

Kenapa semua ini terjadi?

Ia kembali menatap Gaara, anak itu begitu kecil dan hidup cukup tak adil untuknya. Tak ada yang salah dari jinchuriki ia tahu benar itu, semua perang yang terjadi karena perluasan wilayah dan perselisihan antara kelima negara besar tidak ada sangkut pautnya dengan jinchuriki. Hidup mereka bukanlah sebuah kesalahan, sama seperti yang dikatakan pemuda Konoha itu.

"Naruto Uzumaki.." Kedua ujung bibir itu terangkat, sebuah nama itu membuatnya bergetar dan setelanya yang dapat ia lihat hanyalah kegelapan. Semua beban dalam hidupnya telah hilang karena saat ini ia akan kembali bertemu dengan keluarganya.

'Selamat tinggal...'

End of flashback

...

Gadis itu menjerit, tubuhnya berontak dipenuhi oleh peluh.

"Tolong pegangi kedua tangannya!"

Ia tak pernah mengira semuanya akan berakhir seperti ini. Kondisi Satsuki sangat buruk itulah yang Naruto tahu. Lukanya terbalut oleh perban tapi racun sudah menjalar dengan cepat ke dalam tubuhnya. Naruto menggemeletukkan giginya tak tahan sementara Kakashi diam seribu bahasa.

Setelah diberikan obat bius gadis itu terbaring tanpa daya. Para ninja medis Suna telah pergi meninggalkan tenda dan yang tersisa hanyalah dirinya dan Satsuki. Naruto menatap gadis itu sendu, sudah cukup dengan nenek Chiyo ia tak ingin kehilangan Satsuki.

"Jika kau pergi aku akan mengutukmu.." Ia berbisik lirih, suaranya sekecil decitan kursi yang digeser.

Naruto mengulum senyum getir. Wajah yang selalu kaku dan jarang menunjukkan ekspresi itu kini berganti mejadi tak berdaya. Tangan kanannya terjulur menggenggam tangan berkeringat gadis itu.

"Hei, Satsuki kau tahu.. kau adalah perempuan pertama yang pernah berbicara denganku. Aku kira tak akan pernah berbicara dengan seorang perempuan sepanjang hidupku.."

Kedua mata itu memberat. Sesak. Ia tak lagi dapat bernafas dengan normal.

"Aku kira aku jatuh cinta padamu, jadi kumohon... bertahanlah..."

...

Sudah sejam lamanya Naruto terduduk di depan api unggun, kepalanya tertunduk menatap abu yang terjatuh di sekitar kakinya. Kenapa semua ini terjadi, mengapa semua ini terjadi, ia bertanya-tanya. Nenek Chiyo telah pergi, meninggalkan ia dengan setumpuk rasa bersalah dan lagi kondisi Satsuki yang buruk. Mereka tak bisa kembali ke Suna sebelum kondisi gadis itu cukup stabil dan lagi mereka masih mencoba membuat penawar racun dengan seadanya. Kedua tangan tan itu terkepal, jika saja ia lebih kuat semua ini mungkin tak akan terjadi.

Tep

Naruto tersentak, sebuah tangan kecil menggenggam tangannya yang mengeras. Ia mendongak dan mendapati Gaara yang berdiri di hadapannya. Sejak kapan ia berada disana, "Yashamaru bilang, jika seseorang meninggal roh mereka akan menjadi sebuah bintang.."

Tubuh tegap Naruto menegang, ia menatap bocah kecil itu dengan kedua mata yang membulat. Semua pikirannya kacau ia tak bisa berfikir dengan tenang sekarang.

"Nenek Chiyo sedang melihat kita dari atas sana." Telunjuk tangan Gaara terangkat menunjuk sebuah bintang yang bersinar paling terang. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum kecil.

Pemuda bersurai pirang mengikuti kemana arah telunjuk Gaara dan saat itu ia pun melihat sebuah bintang yang bersinar sangat terang. 'Apa sekarang kau bahagia? Jika iya, aku senang mendengarnya.'Naruto meremas celananya dan tertunduk. Kedua matanya menyipit menahan air mata yang berjatuhan.

Tapi kenapa rasanya begitu menyakitkan.

...

Sementara itu di tempat lain, dua orang pria terlihat sedang berteduh di dalam gua dari derasnya hujan. Api yang menyala dari api unggun menari, menjilati wajah-wajah di balik tudung kayu. Salah satu diantara mereka melepaskan tudung membuat bunyi 'krincing' dari lonceng yang tergantung. Jubah hitam dengan lambang awan merah membungkus tubuh kecil di dalamnya.

Ranting kering dilempar dan membuat api itu semakin membesar. Pria yang melepaskan tudung tadi terbatuk dan membuat rekan disampingnya menatapnya lama.

"Kondisimu semakin memburuk Itachi.."

Pria dengan rambut hitam dikuncir ke bawah yang dipanggil dengan nama Itachi terdiam, ia menatap kayu yang terbakar, mendengar suara rapuh ranting yang terbakar menjadi abu.

"Apa rencanamu setelah ini?" Rekannya yang bertubuh lebih besar kembali memancing Itachi untuk bicara. Namanya Kisame Hoshigaki, seorang ninja pelarian dan salah satu dari pemegang tujuh pedang legendaris dari Kirigakure.

"Aku tak tahu kau berada di pihak siapa.."

Kisame terkekeh memperlihatkan giginya yang runcing,"Apa kau berniat menghianati Akatsuki, heh?"

Itachi diam tak berniat berbicara lebih jauh, ia memejamkan kedua mata. Firisat buruk sedari tadi meringkusnya. Bukan karena ia mengetahui rencana Tobi dengan jutaan pasukan zetsu, tapi ia merasa ini sesuatu yang lain. Rasanya ia akan kehilangan sesuatu yang penting.

'Satsuki...' Tiba-tiba ia teringat sosok Satsuki, sebelum perang dimulai ia ingin melihat adik kecilnya itu untuk terakhir kalinya. Ia berharap Satsuki baik-baik saja sebelum hari itu tiba.

...

TBC

Big Thanks To:

JoSsy aliando, natasya agustine 12, arafim123, rahmatz, MahardikaRBL,The KidSNo OppAi, DarkestSide, Oranyellow-chan, The Black Water, Hwang635, little zoo 5, Habibah794, dan Nokia 7610 BLACK.

Akhirnya selesai juga *Terharu* hik hik, maaf updatenya lama hhehe.. saya akan usahakan update fic ini lebih cepat dan terimakasih untuk kalian yang masih membaca TDM ^^ setelah ini mulai ke klimaksnya, perang. Hoho...

Untuk Orangeyellow-chan, mungkin cinta pada pandangan pertama kali ya, awal cinta Sasori ke Satsuki :D untuk pertanyaan lainnya mungkin sudah terjawab di chapter ini. semoga terhibur

Baiklah sampai jumpa di chapter selanjutnya, terimakasih sudah meninggalkan jejak setelah membaca. Kritik dan saran diterima dengan senang hati.