Pernahkah anda mendengar bahwa 'Perbedaan baik dan buruk setipis kertas?'
Namun apakah anda mempercayainya?
Lalu perkataan 'ada manusia yang lebih rendah dari setan'
Tapi, jika ternyata ada 'manusia berhati malaikat' yang menebus dosanya dengan cara yang tak manusiawi?
Dia termasuk apa? Iblis atau Malaikat?
BLOOD, HOPE, LAUGHTER, and TEARS
Disclaimer : Fujimaki Tadatoshi
Rate : saat ini T
Warnings : typo(s), OOC, OC, tidak sesuai EYD, gaje, abal-abal, tidak konsinsten dalam penulisan dan kesalahan lainnya (JANGAN PEDULIKAN JUDULNYA YANG KEREN TAPI LIHAT ISINYA YANG AMBURADUL)
Author Baru, sangat menghargai Review anda..
Tekan back sebelum anda menyesal..
[Tokyo / 20 April 20XX / 08.34 a.m]
Hari yang panas namun berawan, itulah Tokyo pagi itu yang langsung dibanjiri oleh berbagai berita di berbagai media masa. Berita penculikan, pemerkosaan, korupsi, pembunuhan, politik, ekonomi, dan tentang AOME*. AOME adalah organisasi yang sampai saat ini tidak diketahui tujuan, anggota, dan motif di setiap aksinya. Ada yang mengatakan mereka 'Pahlawan' karena korban mereka 100% adalah penjahat dan ada yang mengatakan mereka 'Musuh' karena cara yang mereka lakukan sangat tidak manusiawi.
"Apakah anda yang bernama Akashi Seijuurou dari kepolisian pusat?" tanya pria berjas dan berkacamata hitam tersebut kepada pemuda bersurai scarlet berpenampilan casual di depannya yang dibalas sebuah anggukan kilat.
"Silahkan lewat sini" ucap pria tersebut sambil mempersilahkan pemuda yang diketahui bernama Akashi untuk masuk ke sebuah gang kecil di pinggir kota yang penuh dengan DARAH dan beberapa polisi yang sepertinya sedang melakukan olah TKP.
"Korbannya adalah sekumpulan yakuza yang diketahui tengah melakukan transaksi narkoba tadi malam" ucap pria berjas itu kembali kepada Akasi yang melihat kapur putih di depannya.
Kini Akashi tengah berkeliling gang tersebut dan berharap menemukan sebuah petunjuk terkait kasus ini. Ini merupakan kasus ke-9 tentang AOME yang ditangani Akashi. Satu lagi, alasan kenapa kasus seperti ini merupakan perbuatan AOME atau bukan dapat diketahui melalui mayat yang mata kirinya pasti hilang, luka yang rapi, dan kata-kata dari darah yang sengaja dibuat dengan alasan yang tidak jelas. Kali ini kata yang ditulis adalah Vim Patior* dan dari tuisannya Akashi menduga jika itu ditulis oleh seorang perempuan karena saksi mata mengatakan memang ada perempuan yang sempat berlalu lalang di lokasi itu.
Saat melihat mayat korban, Akashi hanya bisa memejamkan mata. Mayat pertama kepalanya pecah sampai otaknya keluar dan mulutnya robek sampai telinga. Mayat kedua kepala dan lehernya terpisah disertai lidah yang hampir putus karena luka sayatan dan sebagainya. Mayat ke tiga kepalanya terbelah secara horizontal dan sampai tulangnya kelihatan. Mayat ke empat usus dan lambungnya keluar dari dalam perut. Kondisi mayat sangat tragis sampai mayat ke 17.
Tak terasa olah TKP sudah dilakukan sampai siang, kini para polisi di TKP sudah meninggalkan lokasi termasuk Akashi. Ia sedang ada di depan (seberang) sebuah hotel yang diprediksi akan kedatangan tamu spesial, yaitu AOME. Info itu ia dapat karena siang itu akan ada acara antar politisi yang tengah digosipkan sering melakukan korupsi. Lelah menghadapi semua kasus ini walau Akashi adalah seorang detektif muda yang dikatakan hanya dapat ditemui 20 tahun sekali tapi nyatanya juga bisa dibuat pusing oleh kasus AOME.
"Silahkan" ujar gadis di sebelahnya sembari menyodorkan botol minuman isotonik ke Akashi.
Akashi hanya melihat tajam minuman yang diberikan gadis itu. Gadis bersurai black sepinggang dan berponi panjang sampai menutupi sebagian wajahnya itu mengenakan pakaian seperti Goth loli tapi lebih ringkas.
"Minuman ini tidak beracun kok Pak Detektif" mata Akashi menatap tajam gadis itu, bagaimana ia tau kalau ia seorang detektif?.
Tanpa pikir panjang Akashi membuka dan meminum botol itu sampai habis, maklum ia sedang sangat capek. Gadis itu duduk di bangku seberang hotel itu sembari memasang earphone di telinga kirinya dan memainkan handphonenya dengan santai. Tangannya yang lain menepuk-nepuk sisa bangku itu seakan mempersilahkan Akashi untuk duduk di sampingnya.
'Cewek yang aneh' batin Akashi duduk di sebelah gadis itu. Tak sampai 5 menit kemudian beberapa mobil limosin berwarna hitam berhenti di depan hotel itu dan pejabat-pejabat yang sangat familiar di media masa turun dan masuk ke hotel itu. Dari yang Akashi tau tempat yang digunakan acara itu adalah lantai 2 dan dapat terlihat dari bangku yang dipakai Akashi.
"Pak detektif suka kembang api?" tanya gadis itu sambil memainkan handphonenya.
"Tidak terlalu, dan tolong jangan panggil aku 'Pak' usiaku baru 18 tahun. Panggil aku Akashi Seiju—"
"Kita seumuran, kak AKASHI SEIJUUROU." entah kenapa ada penekanan saat mengucapkan nama Akashi. Tunggu dulu, Akashi belum selesai mengucapkan namanya tapi gadis ini sudah mengetahuinya dan juga fakta bahwa Akashi adalah seorang detektif?
"Siapa kau dan dari mana—"
"Panggil aku Yume, aku mengetahuinnya dari teman satu organisasiku dan berhentilah berpikir tentang siapa aku lalu lihatlah lantai 2 hotel di depan kita karena akan ada kembang api yang disertai DARAH"
Manik mata dwi warna milik Akashi terbelalak terkejut atas perkaatan Yume. Mengetahui para pejabat sudah ada di hotel itu Yume berdiri dan meninggalkan bangku yang masih disinggahi oleh Akashi. Tangannya masih memainkan handphone sembari menyeringai seakan akan ada hal menarik terjadi.
"Nah, kak Akashi semoga kita bisa bertemu lagi."
DUAAR!
Ada ledakan dari hotel tersebut dan tepat di lantai 2.
Pak detektif suka kembang api?
akan ada kembang api yang disertai DARAH
Ucapan Yume terus terngiang di telinga Akashi tapi ia mendapat sebuah kesimpulan, ini pasti ada hubungannya dengan AOME. Tanpa pikir panjang setelah menarik kesimpulan itu Akashi langsung berlari mengejar Yume yang bayangannya masih ada di depan Akashi. Mengetahui sedang dikejar, Yume pun juga berlari. Akashi mengeluarkan handphone dari dalam saku celananya dan segera memencet nomor bertuliskan 'Kepala kepolisian Tokyo'.
"Tolong amankan dan kepung daerah sekitar 20km ke barat dari arah hotel X yang baru saja meledak, aku tengah mengejar tersangka pelaku pembomman tersebut ia gadis berusia sekitar 18 tahun, bersurai hitam sepunggung dan memakai baju Goth loli. LAKUKAN SEKARANG JUGA!" Akashi pun mengakhiri percakapan via telepon tersebut dengan teriakan memeritah.
Aksi kejar mengejar antara Akashi dan Yume masih berjalan sampai Yume berbelok ke sebuah gang kecil. Akash yang mengejarnya pun ikut masuk dan..
DOOR
Sebuah peluru hampir saja mengenai wajah tampan Akashi. Di depannya ada Yume yang tengah membawa 2 buah pistol dan duduk di atas sebuah moge. Melihat Akashi yang cukup tertekan ia langsung tancap gas dan meninggalkannya sendirian.
'Siapa gadis itu sebenarnya?'
BLOOD, HOPE, LAUGHTER, and TEARS
[Tokyo / 20 April 20XX / 11.38 p.m]
"Tadaima" ucap Yume saat memasuki sebuah rumah dekat hutan liar di sekitar Tokyo.
Hening.. tidak ada siapa-siapa di rumah itu. Hanya beberapa lilin yang sudah dinyalakan dan gelapnya ruangan yang menyambut kedatangan Yume.
drrtttt drrttttt
YOU GOT A MAILL
'E-mail semalam ini? mereka pasti sangat sibuk' batin Yume sembari membuka e-mail di handphonenya.
From : -
Subject : Gomen-ssu
Yumecchi, aku tidak bisa pulang sekarang-ssu. Sumpah targetku cukup berat tapi mungkin nanti pagi aku sudah tiba, tolong doakan aku-ssu. Oh ya jangan lupa siapkan makanan untuk Midorimacchi yang tadi katanya tugasnya sudah selesai. (^^)
Sebuah perempatan akhirnya terlukis (?) di kening Yume. Tanpa sadar rasa kesalnya ia lampiaskan ke tembok di sampingnya hingga membentuk retakan yang merupakan bukti jika gadis ini memiliki tinju yang kuat. Langkah kakinya menuju tangga bawah tanah yang penuh dengan bau anyir, seringai setan mulai terpasang pada wajah putihnya. Sebuah penjara kecil berjejer rapi di lorong tersebut, sepatu hitamnya kini berubah menjadi merah karena genangan darah dimana-mana.
"Tolong aku..." suara itu menggema di lorong yang lebih mirip dengan tempat eksekusi terbuka yang tidk terurus dengan baik itu. Langkah Yume menuju suara tersebut beserta lilin yang ia bawa dan sebuah katana*.
"Hebat juga kau, masih bisa bertahan tanpa makan dan minum selama seminggu" ucap Yume kepada gadis di dalam jeruji itu dengan penampilan yang bahkan lebih menyedihkan daripada seorang pengemis. Di tubuhnya banyak luka koyak dan daging yang sedikit membusuk, tubuhnya di penuhi warna merah darah dan mata kirinya ada bekas darah mengalir.
"Apa dosaku?" tanya gadis itu sementara Yume mengeluarkan beberapa kunci.
"Kau tidak punya dosa—"
"Tapi kenapa? Kenapa? Kena—"
"Aku tidak suka jika perkataanku dipotong seperti itu."
"Maaf."
"Kau tidak lebih dari pada korban dan saksi mata dari kasus ini, namun dalam hidupku diajarkan untuk tidak pernah meninggalkan saksi mata sekalipun dia orang yang kita sayangi."
Krit..
Pintu besi itu pun terbuka, Yume melangkah kehadapan gadis itu langsung mengeluarkan katana. Jendela kecil yang membawa cahaya bulan menuju penjara itu dan sebuah lilin adalah saksi bisu yang menyertai setiap air mata yang keluar dari mata kanan gadis itu.
"Sayounara."
JRAS! CRAT!
"AAAARRRRRRRRRRRGGGGGGGGGHHHH"
Katana itu pun langsung menembus ke kepala gadis itu hingga tembus. Sedikit digerak-gerakkan hingga membuat teriakan dari sang korban semakin kencang.
"Sampah sepertimu ternyata punya suara teriakan yang bagus juga." ucap Yume sambil menarik katananya. Darah muncrat dari kepala itu mengenai wajah Yume.
Katana itu kembali menusuk tepat di jantung gadis itu, dan turun hingga ke perut gadis itu entah seberapa tajam kah katana itu sampai bisa memotong daging sebesar itu. Ditarik kembali lalu menebas kaki dan tangannya, tulang yang kelihatan, darah yang bercucuran, dan daging yang tampak segar itu menyertai sang gadis yang kini telah berubah menjadi seonggok mayat.
DITEBAS ! LAGI! LAGI! DAN LAGI! tangan Yume tak segan – segan MENCABIK-CABIK DAGING MAYAT ITU DAN MENGOBRAK ABRIK ISINYA. OTAK, JANTUNG, USUS, LAMBUNG, bahkan PARU-PARUnya sudah tidak berbentuk lagi akibat tangan psikopat milik Yume. Baju goth loli hitam-putihnya penuh dengan warna merah segar. Beberapa tawapun juga terlontarkan dari mulut Yume yang sepertinya sangat menikmati hiburan baginya ini.
"Nah, saatnya makanan penutup."
BLOOD, HOPE, LAUGHTER, and TEARS
[Tokyo / Kantor Kepolisian Pusat / 21 April 20XX / 03.13 a.m]
Matahari belum terbit tapi kantor kepolisian pusat masih dipakai oleh beberapa orang yang membantu atau sedang main informasi untuk kasus mereka masing-masing. Langkah seorang wanita berusia sekitar 30 tahun itu menuju sebuah ruangan di ujung koridor lantai 2. Ia berhenti di pinti bertuliskan "Ruang Kasus Khusus".
TOK TOK
"Ano, Permisi.."
"Masuklah."
"Ano, saya Kanda yang menangani kasus ini. I-ini profil tentang korban bom di hotel X." ucapnya dan menyodorkan beberapa lembar kertas ke pemuda bersurai crimson itu.
"Ano, Akashi-kun tidak pulang?"
"Apa kau mengusirku?" kini Akashi mentap tajam ke Kanda yang langsung ngeri melihat emperor eye milik detektif langka itu.
"Sa-sa-saya ti-ti-dak ber-bermaksud be-begi-tu A-akashi-ku-kun."
"Kalau begitu mengenai gadis yang kusebutkan?"
"Tidak ada, hanya beberapa saksi mata yang berada di sekitar hotel X saja yang melihat gadis itu"
Hening...
"Kau boleh pergi sekarang Kanda-san" ujar (perintah) Akashi.
"Ha-hai'"
Suara dari keyboard komputer Akashi mengisi ruangan yang cukup besar itu. Seringainya terlukis setiap melihat foto gadis goth loli yang ternyata Yume di salah satu kertas dokumennya.
"Akan kuladeni permainanmu, Yume."
Akhirnya ff pertama saya.!
Sumpah saya super binggung untuk nge-pub ini ff.
niatnya mau buat Akashi x Oc tapi hanya imajinasi GoM x Oc yang ada di kepala saya (=_="
Apa lagi judulnya yang menurut saya terlalu keren untuk isinya
Mohon reviewnya dan usul rate ini selanjutnya..
Saya takut kalo rate ama ceritanya malah menimbulkan masalah baru untuk saya..
Mohon bantuannya minna - san
