Dunia akan lebih indah dengan adanya Manusia..
Kenapa bisa begitu?
Karena Dunia ini di buat untuk Manusia
Tapi
Akhirnya manusia yang memulai, manusia yang merusak, manusia yang melupakan
MANUSIA YANG MENGAHIRI
Disclaimer : Fujimaki Tadatoshi
Rate : M
Warnings : typo(s), OC, OOC, tidak sesuai EYD, aneh, abal-abal, tidak konsinsten dalam penulisan, amburadul, dan kesalahan lainnya
Sangat menghargai Review anda..
Tekan back sebelum anda menyesal..
[Tokyo / Roppongi / 22 Juni 20xx / 12.39 p.m]
Normal POV
"Roppongi" adalah salah satu tempat hiburan malam yang sangat terkenal. Tentu saja wana-warni malam yang ada tidak dilewatkan oleh lelaki cantik tersebut. Dengan mengenakan sebuah setelah tuxedo hitam, sepatu kulit dan arloji keluaran, tidak lupa sebuah bunga mawar yang disematkan di saku membuat penampilannya sangat berkelas. Laki-laki itu juga membawa sebuah koper berwarna biru muda. Meski begitu, ia memilih jalan kaki dan tidak menggunakan mobil limosin ataupun mobil sport yang berlalu lalang di kawasan itu. Senyuman misterius terpampang di wajah cantiknya ketika memasuki sebuah tempat judi yang lokasinya sangat ramai. Tanpa menghiraukan para penjaga yang memperhatikannya, ia langsung duduk dengan santai di sebuah meja judi yang dikelilingi banyak wanita penghibur. Bukan hanya laki-laki itu saja tetapi ada seorang wanita bercadar di seberangnya.
"Hisashiburi, Aniki."
"Ya ampun, kau selalu manis seperti biasanya! Apa-apaan cadar itu? Kenapa menyembunyikan wajah jelita itu? Kau itu ya—"
Sebelum menyelesaikan perkataannya, wanita itu langsung menepuk telapak tangannya satu kali. Kemudian, kupu-kupu malam yang mengelilingi meja itu langsung pergi semua. Terciptanya sebuah keadaan yang private di tengah-tengah suara kehebohan para pengunjung tempat judi itu.
"Mibuchi aku paham kepulanganmu sangat penting untuk menjalankan cita-cita kita. But, why you must to make some tragedy in Tokyo? Bisnis ini dikerjakan banyak orang bukan hanya kau! Kau ingin kubuang ke tempat pembuangan sampah dan menjadi makanan anjing? Kau senang dengan itu?" ucap wanita tersebut dengan nada dingin dan yang pasti hanya didengarkan oleh mereka berdua saja.
"I'm sorry, okay? Lagipula akan sangat menyenangkan jika Hanamiya bisa bergabung dengan kita 'kan?" perkataan Mibuchi Reo tidak disambut dengan satu pun senyuman.
"Makoto sudah meninggal," sedetik kemudian Mibuchi menunduk dengan wajah merasa bersalah lalu tersenyum bahagia.
"Sangat mengesankan melihat senyuman iblis itu," wanita itu berdiri dan langsung dikawal dua orang bodyguard, "kita harus cepat sebelum anak buah Makoto bergerak."
[Tokyo / Markas AOME / Diwaktu yang sama]
Angin malam tanpa permisi langsung memasuki ruang tamu menemani anggota inti AOME termasuk Akashi. Mereka membentuk lingkaran dimana Akashi duduk bersama dengan Yume pada single sofa yang berbeda, di samping Akashi ada Kise dan Kuroko yang duduk di atas karpet, sedangkan Aomine, Midorima, Momoi, Murasakibara duduk di sofa yang membentuk setengah lingkaran dan Himoro duduk di samping Murasakibara tapi dibawah.
Tak ada yang mau membuka suara terlebih dahulu. Mereka paham suasana hati Hanamiya Yume sedang sangat kacau. Tidak ada kemajuan berarti dalam misi untuk menangkap Mibuchi Reo. Yume hanya sibuk memejamkan mata dan tenggelam dalam musik yang didengarnya lewat headphone. Sedangkan yang lain hanya berharap Yume akan membuka pertemuan ini meskipun yang mengadakan adalah Midorima. Sudah 40 menit berlalu dan masih sama seperti 40 menit sebelumnya, sunyi.
"Ehem.. kali ini kita akan membicarakan lebih lanjut tentang—" Yume segera meninggalkan ruang tamu tanpa mengindahkan ucapan Midorima. Gadis suram itu berjalan menuju keluar rumah dan langsung membanting pintu dengan keras. Rasa bersalah karena tidak bisa memberikan kabar baik kepada Yume menghantui semua anggota inti. Padahal mereka sudah diselamatkan gadis itu dan sudah mendapatkan apresiasi yang tinggi karena bersamanya. Tapi, menyenangkan hati sang Penyelamat saja mereka tidak bisa. Misi ini begitu penting karena menyangkut mantan sahabat dan musuh Hanamiya Makoto, kakak Yume, pastinya kematian pria ini begitu penting bagi Yume.
Karena nalurinya sebagai mantan anggota kepolisian, Akashi segera mengambil alih pembicaraan. "Kita sedang dalam masa sulit, akan sangat menyusahkan jika bergantung pada Yume saja," meski belum menjadi anggota inti tapi, Akashi mampu menggerakkan anggota yang lain untuk meningkatkan pencarian buronan itu.
"Jadi, kita mempersempit wilayah pencarian dan berpencar? Apa tidak terlalu rumit?" tanya Kise sedikit kebingungan dengan penjelasan Akashi.
"Tidak ada pilihan lain bukan?" semua orang mengangguk mulai bisa membayangkan apa yag akan mereka lakukan.
"Bagaimana dengan Hanamiya-san?" Akashi tersenyum mendengar Kuroko yang mengkhawatirkan Yume.
"Tenang saja, Tetsuya."
Yume yang sedari tadi mendengar pembicaraan anggota inti tidak bisa membendung senyumnya. Akashi memang sangat jenius dan cocok untuk menjadi Pemimpin selanjutnya.
[Tokyo / Markas AOME / 4 Juli 20xx / 06.00 a.m]
Akashi POV
"Akashi-kun ayo bangun," rasanya aku masih ingin terpejam lebih lama lagi. Gara-gara begadang membahas misi jadi sangat mengantuk. Aku serasa baru tertidur. Kubuka mataku secara perlahan dan wajah manis Yume yang pertama kali kulihat. Ia masih memakai piyama berwarna biru muda. Sungguh aku masih ingin tidur.
"Aku masih mau tidur," aku tidak peduli dengan hukuman yang akan kuterima. Tanpa diduga Yume malah naik ke kasur dan tidur di sebelahku.
"Aku juga mengantuk," ucap Yume pelan dan kembali tertidur. Tapi, rasanya aku begitu gugup berada di dekatnya saat ini.
Waktu terasa begitu lama dan menyenangkan. Memang dia dewi kematian yang melebihi kakaknya, namun lihatlah dia tetap seorang gadis seusiaku yang mempunyai kecantikannya sendiri. Sepertinya ada yang menaruh racun di makananku sampai jantungku berdegup kencang seperti ini.
"Jam delapan kau harus sudah harus berdandan yang baik, pakaiannya akan disiapkan Momoi."
"Eh? Dua jam lagi? Untuk apa?"
"Untuk sesuatu yang kau inginkan, Akashi."
[Tokyo / Markas AOME / 4 Juli 20XX / 07.55 a.m]
Normal POV
Semua berkumpul di halaman 'Rumah' dan Akashi berdiri di depan sebuah pohon Sakura. Yume tersenyum melihat hari yang ditunggu Akashi. Hari dia menjadi anggota resmi AOME. Midorima yang dibelakang Akashi mulai menyuntikkan sebuah obat di tengkuk pemuda tampan itu. Setelah itu Akashi bersujud menghadap sebuah batu yang ternyata ada di pohon itu. Obat yang disuntikkan Midorima juga mengandung cairan penenang dan racun yang akan beraksi pada saat sedang dalam emosi yang menggebu-gebu (antusias, marah, gugup, terlalu senang dsb). Racun dimasukkan untuk ancaman agar bisa mengatur emosi. Semua merasa senang ada teman baru di kelompok yang tidak disukai masyarakat ini.
"Ayo makan kue sebagai perayaan! Aku sudah pesan banyak camilan juga dan pakai uangku sendiri," kata Yume santai menuju 'Rumah'. Pagi hari ini dia mengenakan yukata hitam dengan motif bunya lycoris. Sebelum membuka pintu Yume berbalik dan tersenyum seram, "kita juga dapat undangan dari Mibuchi Reo."
[Tokyo / Hotel B / 25 Juli 20XX / 21.09 p.m]
"Bisa tunjukkan identitas anda?" bodyguard itu menghentikan langkah tiga orang yang akan memasuki hotel. Orang yang ditengah langsung menunjukkan katananya yang memiliki sarung hitam untuk di periksa petugas di depan pintu masuk utama hotel. Namun, setelah melihat katana yang telah dibawa itu, semua petugas lang sung ketakutan.
"Silahkan masuk," ada dua orang wanita berpakaian chinese membimbing tiga orang bertudung itu. Tentu saja dengan katana yang sudah dikembalikan ke Tuannya. Mereka memasuki sebuah lift menuju lantai teratas kedua. Disana ada banyak sekali penjaga disetiap sudut ruangan. Seakan-akan mereka sedang menjaga seorang Presiden. Mungkin lebih tepatnya orang yang lebih berpengaruh daripada Presiden karena teror yang bisa ia berikan.
Mereka dibimbing sampai ruangan yang ada diujung koridor. Salah satu wanita berbisik dengan salah satu pria yang mengenakan jas berwarna putih, sangat berbeda dengan yang lainnya. Pria tersebut membukakan pintu ruangan itu. Disana terdapat sebuah meja rapat dan dua buah kursi yang saling berhadapan. Salah satu kursi di dekat jendela besar telah diisi seorang lelaki cantik.
Mibuchi Reo.
"Silahkan Duduk," kata Mibuchi yang direspon oleh salah satu orang dengan membuka jubah hitam itu. Memperlihatkan kimono putih merahnya dan rambut panjang putih yang begitu menawan. Tak lupa sebuah topeng rubah terpasang di sisi samping kanan kepalanya. Penampilan bagaikan Kitsune yang memiliki martabat tinggi. Wanita itu segera duduk dengan angkuh dan penuh perasaan dendam.
"Ada urusan apa? Reo?" wanita dengan make up rubah dan mata hitam menawan itu bertanya sembari mengelus katana kesayangannya.
"Hanya ingin membuat kesepakatan dengan organisasimu," jawab Mibuchi ringan sambil menyesap wine yang dibawakan salah satu pelayan.
"Kesepakatan? Kesepakatan agar kau menginjak tanah kuburan Hanamiya?" seringai mulai terlukis di wajah wanita itu.
"Kau tahu 'kan aku tidak suka pembicaraan bertele-tele? Langsung saja serang aku jika kau mau, adik manis Hanamiya."
Sebuah pisau dilempar Mibuchi ke arah wanita itu dan ditangkis dengan mudah menggunakan katana. Dua orang yang bertudung tadi juga sudah bersiap menebas Mibuchi dengan katana mereka. Namun, dua penjaga dan satu pelayan yang berada di ruangan itu sudah memegang pistol dengan mantap. Seringai Mibuchi mengembang melihat situasi yang ada.
"Kudengar Aome sangat hebat di Jepang, sewaktu aku mengetahui fakta bahwa pemimpin para pembunuh itu adalah adik Hayamiya aku sangat terkesan," ujar Mibuchi.
"Tapi, kau tidak melihat semua orang di hotel ini adalah bawahanku! Kalian kalah telak! Apanya yang Aome? Pergi ke hotel dengan seorang tiga samurai payah? Hahahaha lucu sekali," ejeknya dengan santai.
"Oi BakaMidorin! Apa kau tidak memasukkan racun ke minuman banci ini?" tanya wanita itu ke pelayan Mibuchi. Pelayan itu segera menurunkan pistolnya dan mengarahkannya ke Mibuchi.
"Aroma wine begitu sensitif bagi orang semacam dia," ucapnya dan memakai sebuah kacamata hijau. "Dengan menambahkan racun yang menyengat akan menghancurkan rencana kita, Yume."
Mibuchi terkejut dengan perkataan pelayannya. "Tembak dia!" Naas, tidak ada respon bahkan penjaga yang dibelakang Mibuchi mengarah pistol mereka ke kepala pemuda cantik itu.
"Menyerahlah, hotel ini sudah kukuasai dan bangunan sekitarnya. Semua orang-orangmu sedang tertidur dan menungggu ajalnya melalui gas beracun yang telah kami persiapkan. Sebanyak 216 bom juga sudah kami nonaktifkan. Di ruangan ini juga semua senjata telah kami ambil alih. Kecuali, bom ysng kau tanam sendiri di jantungmu."
Dua orang dibelakang Yume melepaskan jubah hitam mereka. Sosok Momoi dengan rambut ombre abu-abu dan kimono biru polos. Disebelahnya ada Akashi dengan surai merah darahnya dan kimono hitam polos. Mibuchi lebih terkejut dengan keberdaan Akashi daripada fakta bahwa ia terperangkap oleh Aome.
Semua telah berakhir bagi Mibuchi bersamaan dengan suara halus katana Yume yang membelah tubuhnya. Diiringi suara kembang api yang meriah dan besar, fakta baru terukir kembali.
Semua anggota Uncrowned Assassins telah tewas.
TBC
Merasa kurang puas? Silahkan reviewnya ^^
Hari ini ngak ada darah-darah dulu. Emang sengaja bikin chapter ini terasa aneh bagi kalian. Mibuchi Reo seorang pembunuh profesional terbunuh dengan gampangnya. Disini aku membuat sesuatu yang seperti di film Now You See Me2 :'v keren tau tiba-tiba bisa seperti itu. Dan bukan perkara mudah untuk menonaktifkan bom sebanyak itu karena ini bom khusus Mibuchi Reo.
So, please reviewnya~~~
