Kuroko tidak tau apapun saat tiba-tiba Momoi mengayunkan tas pink ke kepala bersurai biru miliknya. Yang ia tau tiba-tiba gadis berambut panjang itu sudah mengatainya Mesum dan Baka-Tetsu—bukan hanya itu, Momoi yang tiba-tiba memeluk dan mencium pipi Kise yang baru datang dan berada di sampingnyapun membuat aura gelap menyelimutinya.


.

.

.

Kuroko no Basuke by Fujimaki Tadatoshi

Warning : OOC, Miss Typo, Teikou era, AU and etc

Happy Reading All~

.

.

.


Midorima memutar bola basket di tangan nya dan memperhatikan sesuatu yang menurutnya menarik di sisi lapangan sana. Di sampingnya, Akashi Seijuurou tengah memakan Onigiri yang baru saja dibelinya dari warung yang masih buka di kantin sekolah. Jam pelajaran sudah berlangsung sedari tadi, namun Kiseki no Sedai—minus Momoi dan Kise—masih berada di lapangan.

"Kuroko hanya perlu mengatakan yang sebenarnya." Midorima mengambil gelas plastik berisi jus jeruk di sampingnya sebelum meminumnya dengan cepat.

Akashi menghentikan laju sumpit di tangan nya. Dia menatap Midorima dalam.

"Ingatkan aku untuk membunuh Ryouta nanti."

Dan kemudian, lelaki berparas dingin itu kembali sibuk dengan makanan di tangan nya.


.

.

.


Momoi tidak pernah merasa semalu ini sebelumnya. Dia pikir Tetsuya miliknya adalah lelaki polos, manis yang tidak mesum seperti sahabatnya. Ia juga tidak menyalahkan sahabat birunya karena menjerumuskan Tetsu-kun kepada hal-hal mesum seperti itu. Hanya saja kenapa dengan muka polos nan Inosen begitu?

Kise yang sedari tadi berada di samping Momoi dan mengikuti langkah gadis itu cukup penasaran dengan apa yang terjadi sekarang. Sedari tadi hawa hitam yang pekat selalu berada di belakangnya. Seolah memang sengaja mengikuti kemana gadis itu melangkah sekarang.

"Momocchi—kau kenapa—ssu?"

Suara Kise membuat Momoi menoleh. Memasang wajah manis yang dibuat-buat, entah kenapa Kise malah merasa sakit perut setelahnya.

"Tidak ada apa-apa, Ki-chan." Dan tidak lama setelah itu, gadis bersurai pink yang biasanya selalu memeluk Tetsuya tiba-tiba itu memalingkan wajahnya dan terdiam. Kise sendiri merasa cangung melihat aura kelam yang menyelimuti keduanya. Tetap berjalan dan berjalan menuju ruang kelas yang dihuni oleh mereka berdua.


.

.

.


Kuroko tidak pernah merasa sekesal ini sebelumnya. Berada di tengah-tengah Murasakibara dan Aomine bukanlah hal yang tidak biasa, namun mendengar tentang ocehan lelaki berparas nakal itu tentang Momoi membuatnya terasa jengah juga. Seolah-olah dia yang paling tau mengenai gadis itu. Oke, Momoi memang sahabat Aomine, namun entah bagaimana, perasaan nya malah tidak rela.

"—Satsuki selalu memperhatikanmu—"

Kuroko kembali memutar matanya malas ketika Aomine tertawa kencang dan menepuk bahunya. Murasakibara sendiri hanya diam dan memakan stick pockynya kembali. Sepertinya dia tidak perduli dengan apa yang dilakukan oleh teman-teman nya yang memang cukup gokil itu. Setidaknya dia tidak terlibat di dalam masalah yang mereka jalin.

"—Ryouta memang dekat dengan Satsuki, tapi kurasa hanya sebatas teman—apa?" Dan Aomine sontak mengerutkan keningnya ketika Kuroko menoleh cepat kepadanya dan menunjukan ekspresi serius. Mau dilihat bagaimanapun, rasanya Kuroko yang seperti ini bukanlah Kuroko yang sering bersamanya. Jadi tentu saja dia cukup penasaran dengan apa yang terjadi pada lelaki itu.

Murasakibara menghela nafas lelah ketika melirik wadah stick pockynya yang sudah habis. Menyayangkan bahwa seharusnya dia membawa lebih dari empat di tasnya.

Lelaki tinggi dan berambut ungu itu berdiri dan memancing kedua pasang mata untuk menatapnya.

"Aku akan pergi ke kantin untuk membeli snack, ada yang mau ikut?"


.

.

.


Momoi duduk di kursinya dan memainkan pulpen berwarna pink yang berada di tangan nya. Memaling ke samping, dia tidak menemukan sesuatu yang menarik yang bisa dijadikan nya sebagai obyek tatapan. Guru di depanpun benar-benar membosankan dengan menjelaskan materi yang tidak dapat ia pahami kali ini.

Menyebalkan.

Drrt

Drrt

Drrt

Merasakan ponsel di saku kemejanya bergetar, Momoi dengan cepat melirik ke arah depan. Memastikan bahwa guru yang tengah mengajar tidak memperhatikan nya.

From : Tetsu-kun~

Subyek : _

Mau kencan? Kita bolos ke taman bermain di pusat kota. Aku tunggu di depan gerbang sekolah.

Mata Momoi berbinar-binar melihatnya ketika ia baru saja melihat email dari Tetsu-nya. Lupakan bahwa lelaki itu sudah mesum terhadapnya, mungkin ini adalah permintaan maaf dari Tetsu-nya karena baru saja membuatnya marah. Ah, ia tau—jauh di lubuk hati, Tetsu-nya, lelaki itu menyukainya. Menyukai dirinya sama seperti dia menyukai lelaki itu.

Momoi terkikik kecil, membuat berpasang-pasang mata menatapnya dengan kening berkerut. Sontak berdiri, Momoi mengambil tasnya yang berada di samping meja.

"Sensei, aku izin keluar untuk mengurus anak-anak Kiseki no Sedai."

—atau hanya Tetsuya?


.

.

.


Aomine hampir terlepas tertawa jika saja ia tidak mengingat bahwa Kuroko akan mengetahuinya. Dia kembali menaruh ponsel hitam lelaki itu di atas meja setelah menghapus pesan yang baru saja dikirimnya kepada Satsuki—sahabatnya. Kuroko sendiri sedang membeli Vanilla Shake, dan dia hanya duduk di salah satu meja kantin yang memang semuanya kosong.

Kepalanya menoleh. Bersiul-siul ketika melihat Murasakibara yang berjalan dengan beberapa borongan snack di tangan nya.

"Murasaki—dimana, Tetsu?"

"Aku sudah di sini sejak kau menahan tawamu, Aomine-kun."

Aomine hampir saja terjungkal ketika mendengar Kuroko sudah berada di samping kanan nya. Menghiraukan Aomine yang menyumpah serapahi lelaki polos dan datar itu, Murasakibara kemudian duduk di depan mereka berdua. Sedikit kaget memang dengan hawa kehadiran lelaki itu yang tipis, bahkan ia juga sama sekali tidak menyadarinya.

Aomine menghela nafas dan menarik ponsel lelaki itu dan menyerahkan nya kembali. Dia mendengus. Meski sudah lama mereka bersama, namun dirinya masih belum terbiasa dengan hawa kehadiran miliknya yang tipis.

"Satsuki mengajakmu kencan. Dia menunggumu di depan gerbang Teikou sekarang." Ucapnya dengan mengambil sedikit snack milik Murasakibara yang langsung dihadiahinya dengan death glare tajam. Mengacuhkan Murasakibara, Aomine kembali fokus pada lelaki di samping kanan nya yang tengah memandangnya dengan tatapan polos.

"Aomine-kun bohong."

Dahi Aomine berkerut. Dia benar-benar ingin memukul wajah Kuroko karena seenak jidatnya menuduhnya bohong. Mendengus kasar, dia akhirnya menghela nafas karena pasrah.

"Terserah mau percaya atau tidak, Satsuki sudah menunggumu di depan."


.

.

.


Momoi cukup merasa bahagia. Benar-benar bahagia sekarang. Tertawa riang di sepanjang halaman sekolah dan mengacuhkan guru-guru serta penjaga sekolah yang melihatnya dengan tatapan bingung. Terserah mau memikirkan apa, yang penting hatinya senang sekarang. Benar-benar senang sampai dia ingin berteriak.

"Kencan—kencan—kencan."

Kakinya kemudian berhenti. Tepat di depan pintu gerbang sekolah. Sedikit ragu—untuk apa Tetsu-nya mengirimkan itu? Kenapa tidak langsung bilang padanya untuk kencan hari ini? Ah, Tetsu-kun nya pasti malu dan ia juga merasa bersalah.

Kedua tangan Momoi memegangi pipinya sekarang. Kedua matanya kembali berbinar-binar.

"Tetsu-kun~"

"Momoi-san."

"Kyaaaaaa~"

Dan Momoi sontak terperajat ketika Kuroko sudah berada tepat di sampingnya. Menetralkan degup jantungnya, dia berdehem sebelum memalingkan wajahnya yang memerah. Keningnya berkerut ketika memikirkan kemampuan lelaki manis itu. Dia kembali menolehkan kepalanya kepada Kuroko.

"Sejak kapan, Tetsu-kun ada di sini?" Tanyanya dengan nada polos.

Kuroko mengerjap, sebelum tersenyum sekilas. "Sejak Momoi-san mengatakan 'Kencan—kencan—kencan' aku sudah berada di sini."

Dan sekali lagi, Momoi ingin berteriak karena malu, dan dengan polosnya lagi-lagi lelaki itu mengatakan hal yang baru saja diucapkan nya beberapa waktu lalu, dan harapan nya kali ini adalah semoga Kami-sama membuat lubang hitam tidak berdasar yang akan menenggelamkan rasa malunya sekarang. Berlebihan?

Tidak juga jika kau berada diposisi Momoi sekarang.


—Thanks for Reading and Review