'Kupikir aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi untuk selamanya setelah kejadian itu…'

.

.

.

AFFAIRS (Sequel 1)

Rate: M

Genre: Romance, Drama, Angst, Family

.

.

Disclaimer: Kuroko no Basuke (黒子のバスケ) – Fujimaki Tadatoshi

Pairing: Mayuzumi Chihiro X OC, slight Akashi Seijuurou x OC

Warning: Little OOC

.

.

.

Chapter 7 (Sequel one: The New Rainbow)

Chihiro POV

Abu-abu…

Duniaku selalu dipenuhi warna abu-abu…

Seperti warna pada light novel, hanya ada warna hitam dan putih yang jika dicampurkan menjadi warna abu…

Sepanjang hidupku aku hanya dikelilingi oleh buku-buku dengan tinta hitam dan kertas putih…

Tidak ada orang yang ingin mendekat padaku, orang-orang termasuk teman sekolahku menganggapku aneh karena selalu diam menyendiri di kelas dengan buku di tangan, ditambah lagi aku memiliki hawa keberadaan yang tipis, sehingga hanya sedikit orang yang bisa menyadari keberadaanku.

Setidaknya hal itu tidak masalah bagiku… aku menyukai ketenangan, jadi kurasa bukan hal yang buruk jika terus hidup seperti itu…

Sampai akhirnya, seorang adik kelas kurang ajar menggangguku, namun ia jugalah yang memberiku sebuah warna baru di hidupku.

.

.

.

"Aah… Senpai selalu membaca sendirian disini ya?"

Aku menoleh sekilas pada sosok gadis berambut soft brown yang menyapaku saat tengah membaca light novel di atap, aku melihat satu garis pita merah di lengan blazernya,

'Anak kelas satu?' pikirku.

"Memang kenapa? Jangan ganggu, pergi sana," jawabku dingin. Biasanya seseorang akan langsung pergi jika sudah kukatai begitu, namun tidak dengannya, ia malah menatapku kesal lalu duduk disampingku.

"Atap ini bukan milikmu senpai," jawab gadis itu jutek. Aku malas meladeni, jadi kuabaikan saja. Hening diantara kami berdua, namun itu hanya sementara karena lagi-lagi gadis itu membuka mulutnya.

"Itu light novel ya?"

Kuabaikan. Tapi gadis itu tetap menatap buku ditanganku.

"Ah! Ternyata benar! Seri terbaru ya senpai? Yang edisi terbatas itu! Kau beli dimana senpai? Aku sudah keliling Kyoto dan Tokyo tapi tetap tidak dapat!" katanya antusias.

Aku menggeram kesal dan menatapnya, "Berisik! Jangan ganggu aku! Lagipula, sudah tahu edisi terbatas, siapa suruh tidak ikut pre-ordernya!" kataku tanpa sadar dengan suara keras.

Dia menatapku kaget, ah… apa aku terlalu kasar ya? Tapi aku tidak peduli.

Kukira kali ini dia akan marah dan pergi, namun lagi-lagi dugaanku salah, dia malah tersenyum.

"Akhirnya senpai melihatku saat bicara!" katanya riang.

'Haaah?!'

"… Kau… ada yang salah ya dengan otakmu?" akhirnya kalimat itulah yang keluar dari bibirku.

Gadis itupun memajukan bibirnya, "Jahat!"

Tanpa kusadari sebuah senyum kecil tercetak dibibirku saat melihatnya begitu.

"Kau suka baca light novel juga?" akhirnya aku bertanya basa-basi padanya, dan dia mengangguk.

"Suka! Sangat suka! Tapi… aku tidak mendapatkan edisi itu karena telat saat akan memesannya…" dia menghela nafas lemas.

Akupun menatapnya dan akhirnya menghela nafas, "Baiklah… Jika aku sudah selesai membaca, kau boleh meminjamnya…"

Bola mata hazelnya langsung berkilauan dengan indahnya ketika mendengar aku mengatakan hal itu, "Benarkah?!"

Aku mengangguk. Dan dia langsung memukulkan tinjunya ke udara sambil berkata 'yes!'

"Tapi jangan sampai kotor, rusak, terlipat, apalagi sobek, mengerti?"

"Siap senpai!" katanya riang sehingga lagi-lagi aku ikut tersenyum melihat itu.

"Oh iya, aku belum mengenalkan diri," gadis itu mengulurkan tangannya padaku, "Matsumoto Shizuka, kelas 1-B. Senpai?"

Akupun ikut mengulurkan tanganku, "Mayuzumi Chihiro, 3-D."

"Salam kenal, Mayuzumi-senpai!" ucapnya dengan sebuah senyuman paling indah yang pernah kulihat selama ini.

.

.

.

Aku tidak pernah menyangka, bahwa pertemuanku dengannya akan sangat berpengaruh besar dalam kehidupanku sekarang…

Hari-hariku berubah setelah mengenalnya.

Atap sekolah yang biasanya begitu sepi dan hanya terdengar suara halaman buku yang tengah dibalik, kini menjadi celotehan seorang gadis, suara Shizuka.

Senyum dan segala ceritanya mewarnai hidupku… Aku merasa hidupku dipenuhi warna dan perasaan yang hangat sekarang…

Aku juga mulai merasakan hal yang belum pernah kurasakan, yaitu… Cinta.

Tapi aku takut, apabila aku menyatakan perasaanku ini, ia akan menjauh dariku, ia akan menghindariku, dan hari-hari bersamanya akan berubah, hari-hariku akan kembali seperti dulu…

Aku… tidak mau itu terjadi.

Hingga suatu hari, ia tiba-tiba berlari menghampiriku dengan wajah berseri-seri dan mengatakan,

"Senpai! Aku berpacaran dengan Akashi Seijuurou!"

Aku tidak bisa mengatakan apapun saat itu, hanya 'oh' yang keluar dari mulutku. Tidak ada ucapan selamat atau basa-basi lain dariku.

Kupikir, perasaan ini akan menghilang seiring berjalannya waktu, namun ternyata tidak… Semakin melihatnya, dadaku semakin sakit…

Aku tidak suka merasakan sakit, hingga akhirnya aku memutuskan untuk menjauh, dan hari kelulusankupun tiba.

Aku diberi kesempatan untuk berfoto berdua dengannya, yang akhirnya satu-satunya foto itu kujadikan harta karun yang selalu kusimpan di dompet. Setelah itu aku tidak pernah lagi bertemu dengannya ataupun berhubungan dengannya.

Kupikir cinta pertamaku telah berakhir, tapi ternyata salah.

Takdir mempertemukanku lagi dengannya.

Dalam keadaan yang berbeda…

Dia sudah berubah, semakin dewasa, semakin cantik, namun hanya ada satu yang tidak berubah darinya, yaitu…

Perasaannya pada Akashi Seijuurou.

Hey Shizuka, tidakkah kau sadar kalau aku juga sangat menginginkan cintamu?

Berpalinglah padaku… Lupakan saja dia.

Berkali-kali aku melihatmu menangis karena berhubungan dengan Akashi, aku tidak tahan lagi…

Aku akan merebutmu.

.

.

.

Aku berfikir, apapun akan kulakukan agar ia bahagia… Apapun keadaannya akan kuterima dia, asal ia ada disisiku…

Namun ternyata salah, bagaimanapun aku mencintainya, hatinya tetap memilih Akashi.

Hingga waktu pernikahan kami tiba pun, perasaannya masih ada pada Akashi.

Akhirnya detik itu juga, kuputuskan untuk menyerah.

Kuserahkan ia pada Akashi.

Selamat tinggal, cinta pertamaku…

.

.

.

Normal POV

Pria berambut abu itu terbangun dari tidurnya, nampaknya ia ketiduran di meja kerjanya saat tengah mengerjakan pekerjaannya.

'Kenapa aku malah memimpikan masa lalu?' pikirnya, ia melihat jam di mejanya, pukul 6 pagi. Ia pun merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku.

'Ketiduran di kantor… lagi.'

Sudah 11 bulan berlalu setelah pernikahan Shizuka dan Akashi, kini Mayuzumi Chihiro kembali ke pekerjaan sebelumnya, sebagai orang kepercayaan dari tuan Matsumoto, ayah Shizuka sekaligus pemilik perusahaan tempatnya bekerja saat ini, ia benar-benar menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya, kantor merupakan rumah kedua baginya dalam arti sebenarnya. Bahkan dalam ruangannyapun terdapat sofa yang dapat dijadikan kasur dan kamar mandi yang dilengkapi shower. Semakin malas pulang saja ia…

Ponselnya tiba-tiba berbunyi menandakan sebuah panggilan masuk, dengan malas ia mengambil benda berukuran 5 inch tersebut dan melihat siapa yang meneleponnya sepagi ini.

'Shizuka?' Chihiro mengerutkan alisnya, segera ia angkat telepon tersebut, "Halo?"

"Halo, papah?" sebuah suara anak kecil berusia 4 tahunan menyapa indera pendengarannya.

"Seiryu? Ada apa pagi-pagi begini menelepon?" wajah Chihiro menjadi cerah, rupanya 'anak' kesayangannya yang menelepon, "Hayo, lagi-lagi mainan telepon mamah… nanti kau dimarahi loh," katanya dengan tawa kecil.

"Aku ngumpet, jadi mamah ga akan tau!" kata Seiryu bangga, sehingga membuat Chihiro tertawa kecil lagi, "Papah…" panggilnya, "Aku kangen papah…"

Chihiro bisa membayangkan wajah anak itu sedang cemberut sekarang.

"Papah juga kangen Seiryu," senyuman terbentuk di wajah Chihiro.

"Ayo main pah… sama mamah dan ayah Seijuurou juga… ajak tante Haruka juga…" kata anak itu polos.

Chihiro hanya bisa tersenyum miris, dadanya berdenyut nyeri. Seiryu masih terlalu kecil untuk mengerti keadaan mereka.

"Hmm… Bagaimana ya… Papah juga ingin main sama Seiryu, tapi papah sedang banyak kerjaan, mungkin lain kali ya kita mainnya…"

"Yah papah…" terdengar suara anak itu yang sebentar lagi akan menangis dari seberang sana.

"Hei, hei… Jangan menangis, masa jagoan papah nangis?" Chihiro berusaha menenangkan dari teleponnya.

"Papah ga sayang Seiryu lagi ya?"

Ah… Senjata andalan anak itu keluar, jika sudah begini Chihiro tidak tahu harus bagaimana, "Bukan begitu… papah sayang sama Seiryu, tapi sekarang papah sedang banyak kerjaan, kalau kerjaannya tidak selesai, nanti papah dimarahi kakek…"

"Nanti aku yang marahin kakek kalau kakek marahin papah!"

Dan Chihiro pun tertawa mendengarnya, "Tidak boleh begitu…" ucapnya lembut.

"Seiryu! Mainan telepon mamah lagi ya!"

Terdengar suara Shizuka dari seberang sana dan Seiryu mulai menangis, "Halo? Chihiro, maaf ya mengganggu pagi-pagi…" suara ditelepon itu berubah menjadi suara seorang perempuan yang sangat dikenal Chihiro.

"Ah, iya, tidak apa ko, tenang saja Shizuka."

"Seiryu ribut terus ingin bertemu denganmu…" kata Shizuka merasa tidak enak.

"Haha, aku juga ingin bertemu dengannya… Tapi kerjaanku belum selesai…" Chihiro menatap komputer di depannya.

"…kudengar dari nee-san kau menginap di kantor ya beberapa hari ini?" terdengar nada khawatir dari suara Shizuka, "Jangan berlebihan bekerja, nanti kau sakit."

Chihiro kembali tersenyum, "Iya… tenang saja."

"Baiklah, kututup dulu ya… aku harus menyiapkan sarapan. Sampai nanti."

"Ah iya, sampai nanti, bilang pada Seiryu jangan menangis."

Tawa kecil terdengar dari seberang telepon, "Iya," teleponpun ditutup.

Chihiro menghela nafas, ia pergi ke kamar mandi untuk mandi, menyegarkan pikiran dan mengganti bajunya.

Chihiro mengepalkan tangannya di dada.

'Ternyata walau sudah 11 bulan masih terasa sakit…'

.

.

.

Chihiro pergi untuk bertemu Haruka setelah bekerja, Haruka bilang ada yang ingin dibicarakan dan ia mendapatkan tugas baru katanya.

'Hhh… dasar seenaknya saja…' keluh pria itu dalam hati, draft presentasinya belum beres padahal, sudah ada kerjaan baru.

Ia pun tiba di sebuah kafe, mencari kursi yang nyaman dan memesan sebuah kopi selama menunggu Haruka tiba sambil melihat jam di ponselnya. Tiba-tiba suara bel pintu kafe berbunyi pertanda ada pengunjung masuk dan terlihatlah sosok Haruka, Chihiro pun segera melambaikan tangannya sehingga Haruka menghampirinya.

"Maaf, lama menunggu?" sapa Haruka, ia mengambil tempat di kursi hadapan Chihiro.

"Tidak juga," jawab Chihiro singkat. "Jadi, 'pekerjaan baru' apalagi ini?" tanyanya tidak sabar.

Haruka menghela nafas, sungguh pria di depannya ini memang tidak kenal basa-basi. Setelah ia memesan kopi pada pelayan, iapun mulai bercerita,"Sebetulnya… terjadi masalah dengan model pria untuk produk baru…"

Chihiro mengerutkan alisnya, karena seingatnya dia tidak berurusan dengan bagian itu, "Lalu?"

"Jadi aku mau minta tolong padamu… jadilah model pria untuk produk itu hingga kami dapat menemukan model baru!"

"Tidak," tolak Chihiro cepat.

"Ayolah Mayuzumiii," pinta Haruka.

"Tidak."

"Sementara saja ko!"

"Tidak."

"Kunaikan honornya deh!"

"Tidak tertarik. Cari saja ke kantor agensi lain."

"Mou… aku tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi, waktunya mepet!"

Chihiro menghela nafas, "Aku tidak berminat, tidak ada pengalaman juga, kenapa harus aku?"

"Karena kau yang cocok dengan imagenya," jawab Haruka tegas, "Ayolaaah, kalau ini bermasalah, akan berpengaruh juga loh pada bagian lain, termasuk bagianmu! Ayah juga yang menyarankan untuk minta tolong padamu."

Skak mat…

Ini berarti secara tidak langsung perintah atasannya, dan sepertinya akan merepotkan jika ia menolaknya, Chihiro pun menghela nafasnya, "…Aku benar-benar nol pengalaman loh. Yakin?"

Haruka mengangguk tegas, "Aku percaya padamu! Lagipula untuk pose dan sebagainya ada cameraman dan staff lain yang mengatur."

"Baiklah…" kata Chihiro pasrah.

"Yeiy! Terima kasih, Mayuzumi!" Haruka tersenyum dan segera menghubungi salah satu staff yang bertanggung jawab di bagian tersebut.

Chihiro menghela nafas kembali dan menyeruput kopinya yang mulai dingin.

"Ngomong-ngomong…" Haruka kembali bersuara, "Bagaimana… perasaanmu?" tanyanya ragu.

Chihiro terdiam sejenak, "Entahlah… mungkin…" dia memperhatikan wajah Haruka, "Sama denganmu?"

Haruka tertawa mengejek, "Tahu apa kau soal perasaanku?"

"Tentu saja tahu," jawab Chihiro datar, "… Karena kita sama-sama orang yang 'ditinggalkan'."

.

.

.

Chihiro mengingat kembali ucapan Haruka sebelum mereka berpisah dari kafe tersebut,

"Mayuzumi… melupakan seseorang yang kau cintai memang sulit, tapi… kenapa kau tidak mencoba untuk membuka lembaran baru? Melarikan diri dengan bekerja tidak akan membantumu loh."

Tangan pria itu mengepal keras, saat melihat fotonya dengan Shizuka di dompetnya, dia… masih belum sanggup untuk merelakannya seutuhnya.

"… Seandainya saja aku bisa melupakannya, mungkin tidak akan sesakit ini…" gumamnya.

.

.

.

Chihiro terduduk bosan disebuah studio pemotretan, wajahnya sudah dirias dengan make-up tipis, rambutnya juga sudah ditata, bajunya juga sudah diganti dengan baju yang akan di populerkan perusahaannya musim ini, sekarang ia tinggal menunggu model perempuan yang akan menjadi pasangannya, karena pemotretan ini memiliki tema couple.

'Mungkin memang seharusnya aku tidak menerima tawaran ini…' ia mendengus kecil, ia lebih merindukan duduk depan laptopnya dan membuat sebuah draft untuk presentasi atau memikirkan persiapan rapat dengan kliennya daripada seperti ini, lagipula ia tidak suka, terlalu banyak orang berlalu lalang disekitarnya.

"Mayuzumi-san!" panggil salah seorang staff pada Chihiro, ia bersama seorang gadis yang sepertinya umurnya lebih muda darinya. "Ini pasanganmu untuk photosession kali ini, Hasegawa Rika."

Gadis itupun membungkukan badannya dan tersenyum ramah, "Mohon kerjasamanya."

Chihiro pun ikut membungkukan badannya, "Ya, mohon kerja samanya juga."

.

.

.

Keduanyapun melakukan beberapa pose yang diarahkan oleh penata gaya, tidak ada masalah khusus, entah kenapa Chihiro bisa melakukannya dengan baik, hanya senyumnya saja yang agak kaku, namun…

"Ya, kali ini silahkan berpelukan, seperti layaknya pasangan yang saling mencintai…" staff penata gaya memberi arahan.

… Dan berkali-kali harus diulang karena Chihiro terlalu kaku.

"Jangan terlalu kaku! Tunjukan ekspresi ketika kau tengah memeluk gadis yang kau cintai!"

Chihiro terdiam menghela nafas, 'Enak saja bicara begitu… orang yang kucintai sudah menikah tahu,' gerutunya dalam hati.

Tiba-tiba Hasegawa Rika, menepuk pelan pundak Chihiro, "Apa Mayuzumi-san punya orang yang disukai?" tegurnya. "Anggap saja kalau aku itu dia…" bisiknya.

Chihiro memperhatikan gadis itu sejenak, 'Tidak mungkin… tapi…'

"Ayo kita mulai lagi!" kata seorang staff.

Chihiro menutup matanya dan membukanya perlahan sambil menatap gadis itu, 'Bayangkan dia Shizuka… Bayangkan dia Shizuka…' bisiknya pada dirinya sendiri, perlahan ia tersenyum, senyum yang membuat pipi Rika memanas, dahi mereka saling bertemu, dilingkarkanlah tangannya ke pinggang gadis tersebut, dan 'ckrek'.

"Yak, cukup! Terima kasih atas kerja kerasnya!" kata seorang staff penanggung jawab.

Segera Chihiro melepaskan pelukannya dari tubuh Rika, ia menghela nafas lalu menganggukkan kepalanya sebentar pada gadis itu dan bergegas pergi ke ruang ganti, mencari ponselnya untuk menghubungi Haruka, dia tidak mau melakukan hal ini lagi. Tidak akan pernah lagi.

Sementara itu, pandangan mata Rika tidak bisa lepas dari punggung Chihiro hingga pria itu memasuki ruang ganti, gadis itupun menghampiri salah satu staff, "Hei, beri tahu aku apapun mengenai pria itu!"

.

.

.

Chihiro duduk di ruangannya, tadi baru saja ia menerima telepon dari Haruka kalau hasil fotonya sangat bagus terutama yang terakhir. Bahkan gadis itu sempat menggodanya kalau Chihiro sangat menjiwai dalam foto tersebut yang hanya dibalas cibiran oleh Chihiro. Ia kembali menatapi fotonya dengan Shizuka lalu menghela nafas.

'Aku tidak mau berfoto seperti itu lagi dengan orang yang tidak kucintai.'

Ia melihat ke kalendernya, sebuah angka diberi bulatan menggunakan spidol merah.

Ah… minggu depan ultah Seiryu ya.

.

.

.

Pria berambut abu itu memasuki toko mainan, mencoba memilih mainan apa yang cocok untuk anak kesayangannya. Dia melihat satu set mainan lego dan mengambil salah satu kotaknya, 'Seiryu pasti suka jika dibelikan seri ini…' pikirnya sambil tersenyum tipis. Ia mengambil kotak lego tersebut ke kasir dan meminta untuk dibungkuskan dengan rapih. Pria itu tersenyum melihat kado untuk Seiryu yang sudah terbungkus rapih ditangannya, namun entah kenapa tiba-tiba ia teringat Akashi Seijuurou.

Seiryu sekarang sudah bersama ayah kandungnya. Ia yakin Akashi akan membelikan Seiryu hadiah yang lebih bagus darinya. Dan sejujurnya, dia merasa tidak enak pada Akashi, hampir setiap hari Seiryu berkata ingin bertemu dengannya. Walaupun Akashi juga mengerti mengingat kalau Chihiro yang selalu bersamanya sejak anak itu bayi, tapi tetap saja…

Chihiro sangat menyayangi Seiryu walaupun ia bukan ayah kandungnya, tapi sepertinya… ia harus menjaga jarak sekarang. Untuk menjaga perasaan Akashi dan Shizuka, juga… dirinya sendiri. Pria itu memutuskan untuk mengirim paket itu melalui pos saja atau menitipkannya pada Haruka nanti.

"Mayuzumi-san?" tegur seseorang. Chihiro menoleh ke arah orang yang menegurnya itu, rupanya Hasegawa Rika, walaupun gadis itu menggunakan masker dan kacamata, tapi Chihiro mengenalinya dari suaranya.

"Hasegawa-san… kan ya?" katanya memastikan.

Gadis itu menatap pria disepannya penasaran, "Sedang apa disini? Menunggu seseorang?" tanyanya.

Chihiro menggeleng sebagai jawaban, "Tidak."

"Lalu?"

"…Kurasa itu bukan urusanmu," jawabnya dingin sehingga gadis didepannya mengerutkan alis kesal. "Aku permisi dulu," kata Chihiro akhirnya.

Namun saat dia akan melangkah pergi, tangannya ditahan oleh gadis tersebut.

"Bagaimana kalau kita ke kafe untuk minum kopi bersama?"

Chihiro menghela nafasnya, "Maaf, tapi aku-"

"Oke! Ayo pergi!" kata gadis itu tanpa mau mendengar penolakan dari pria berambut abu itu. Chihiro tadinya ingin memprotes tindakan gadis itu, tapi nanti pasti malah akan memancing perhatian orang dan dia tidak suka itu, sehingga ia memilih pasrah saja mengikuti kemauan gadis didepannya ini.

.

.

.

Keduanya pun memasuki sebuah kafe dan memilih tempat duduk.

"Nah, silahkan pesan, biar aku yang teraktir!" kata Rika sambil menyerahkan buku menu.

Chihiro mendengus, "Kurasa tidak etis. Biar aku saja."

Gadis didepannya pun tersenyum riang, "Wah~ lucky~"

Hanya dengusan nafas saja sebagai jawaban dari Chihiro. Setelah menentukan pesanannya, mereka pun memanggil waiter dan menunggu pesanan mereka tiba.

"Jadi..." Rika membuka pembicaraan, "Kau tadi kenapa? Entah kenapa kau terlihat murung... Ada masalah?"

Chihiro menolak melihat gadis didepannya dan memilih menatap layar ponselnya, "Aku rasa aku sudah bilang kalau itu bukan urusanmu, Hasegawa-san."

Gadis didepannya kembali cemberut hingga pesanan pun tiba dan keduanya mulai makan, kali ini matanya tertuju pada bungkusan kado ditangan Chihiro, "Kado untuk siapa itu?"

Chihiro terdiam sejenak, "Kado untuk anakku..." jawabnya pelan.

Mata gadis didepannya membelalak, "EEEH?! ANAK?" katanya dengan suara keras sehingga menjadi pusat perhatian pengunjung kafe sehingga Chihiro menatap kesal gadis itu.

"Ah, maaf…" Rika menutup mulutnya, "Aku kaget… soalnya kudengar kau ini bujangan…" katanya awkward. "Hhh… sudah punya anak toh…" bisiknya pelan dengan nada kecewa.

Chihiro mengerutkan alisnya, "Memang kenapa?"

"Hmm, sejujurnya aku tertarik padamu," melihat wajah terkejut Chihiro buru-buru gadis itu menambahkan, "TADINYA" ucapnya penuh penekanan. "Setelah tahu kau sudah punya anak sih ya tidak... Aku tidak mau disebut 'perebut suami orang'."

Mendengar itu sebuah senyuman kecil muncul diwajah Chihiro, "Jadi kau tertarik padaku?" katanya, "Mau mencobanya?"

Kali ini giliran wajah Rika yang terkejut, "Kau gila," ucapnya. "Aku tidak mau jadi orang ketiga... amit-amit."

Chihiro menghela nafasnya, "Hubunganku dengan ibu dari anakku tidak seperti yang kau pikirkan. Dia sudah menikah dengan pria lain."

"... Maaf aku tidak paham penjelasanmu..."

Chihiro mendengus, "Sudah lupakan saja. Toh bukan urusanmu. Intinya sekarang aku single," Mata abu Chihiro menatap bungkusan ditangannya, "Minggu depan anakku ulang tahun. Tapi sepertinya aku tidak akan datang. Biar kutitipkan saja pada tantenya."

"Hah? Kenapa?" tanya gadis itu bingung.

"Aku tidak enak dengan ayah barunya. Kurasa sudah waktunya membuat anakku terbiasa hidup tanpaku."

"Haaah? Ko' kau aneh sih!" ucap gadis itu tiba-tiba, "Aku tidak mengerti soal hubunganmu dengan 'ibu dari anakmu' itu, tapi dia anakmu kan? Kau harus datang lah! Kau tega apa kalau membayangkan anakmu sedih karena papahnya tidak datang di hari spesialnya?"

Chihiro hampir menjawab lagi, hingga-

"Papaaah!"

-suara Seiryu terdengar ditelinganya. Saat ia menengok, terlihatlah di pintu masuk Seiryu, Shizuka dan... Akashi.

Buru-buru Chihiro memasang senyum diwajahnya, "Seiryu..." katanya sambil menyambut anak itu yang berlari menghampirinya dengan kecepatan penuh dan memeluknya, "Jalan-jalan, hm?" katanya lembut.

Tanpa sadar ia membuat Rika yang bersamanya terkejut, 'Dia bisa berwajah begitu toh...' batin gadis itu.

"Chihiro," sapa Shizuka, sementara Akashi dibelakangnya hanya mengangguk sebagai sapaan, mata Shizuka pun menangkap Rika yang tengah bersama pria tersebut, "Ah, maaf, sedang kencan ya?"

Chihiro tidak tahu harus menjawab apa, tiba-tiba gadis itu menjawab, "Iya, kami sedang kencan..." dengan senyum tanpa dosa sehingga Chihiro menatapnya dengan pandangan what-the-hell-are-you-just-said.

Shizuka pun tersenyum senang, "Wah? Benarkah?" katanya pada Chihiro yang hanya dibalas dengan 'haha'.

"Pah, kencan itu apa?" tanya Seiryu yang berada digendongannya.

Chihiro terdiam sejenak, berpikir bagaimana menjelaskannya pada anak itu, "Kencan itu... hmm... sekarang kita pakai kata 'main' saja. Nanti kalau sudah besar, Seiryu pasti mengerti ko..."

"Oh main... kalau begitu papah juga kencan dong denganku! Aku mau main sama papah!" jawab Seiryu polos sehingga Rika, Shizuka bahkan Akashi tertawa pelan. Chihiro hanya tersenyum bingung harus menjawab apa.

"Ah manisnya..." kata Rika. "Namamu Seiryu ya? Perkenalkan aku Rika, teman papahmu!" sapanya ramah.

"Halo tante..." sapa Seiryu dengan senyuman malu-malunya.

Rika memanyunkan bibirnya sedikit, "Bhuuu, jangan tante dong... 'Kakak' saja bagaimana? Aku masih muda loh!" candanya.

Chihiro menatap gadis itu datar, "Tidak Seiryu, panggil saja dia tante!" ucapnya kemudian, sehingga Rika menyikut pelan pinggang Chihiro. "Sakit," desis Chihiro.

Seiryu tertawa melihatnya, "Oh iya pah! Papah datang kan ya ke ulang tahunku?"

Chihiro pun terdiam, "Seiryuu, soal itu-"

"Pasti datang!" potong Rika cepat, "Aku pasti akan menyeretnya kalau dia tidak datang!"

'Perempuan ini…' desis Chihiro kesal dalam hati.

"Benar ya! Janji ya, pah!" kata Seiryuu dengan mata berbinar.

Yah kalau sudah begini… "…Iya, papah pasti datang," jawab Chihiro pasrah.

"Yeiy!" kata Seiryu senang.

"Ah... rambutmu sudah panjang ya..." kata Chihiro mencoba mengalihkan topik.

"Dia tidak mau potong rambut tuh," lapor Shizuka.

"Mau sama papah…" gumam Seiryu.

Chihiro tersenyum lemah mendengarnya, "Baiklah, bagaimana kalau Sabtu ini kita potong rambut?"

"Mau! Habis itu kita main ya pah!" kata Seiryu semangat.

"Iya... iya..." kata Chihiro, lalu ia melihat kearah Shizuka, "Nanti kita bicarakan ditelepon," yang dijawab anggukan oleh Shizuka.

"Nah Seiryu. Sekarang ayo kita makan dulu. Jangan mengganggu papah dan Rika-san ya..." kata Shizuka sambil mengambil Seiryu dari gendongan Chihiro.

"Baiklah... dah papah, dah kak Rika!" ucapnya. Lalu Shizuka, Akashi dan Seiryu pun pindah ke meja lain yang agak jauh dari Chihiro dan Rika.

"Kau sudah janji akan datang..." senyum Rika jahil.

"Ya. Dan kau akan pergi bersamaku," kata Chihiro kesal.

Gadis itupun menatap bingung, "Hah? Kenapa?"

"Kau teman kencanku kan?" sebuah seringai samar muncul diwajah Chihiro.

"Tapi kan-" Rika hendak protes, namun segera dipotong oleh Chihiro.

"Aku harus kembali ke kantor," kata Chihiro sambil meletakan uang di meja.

"Ah! Aku juga sebentar lagi ada pemotretan!" ucap Rika. Segera ia mengambil tasnya, "Aku duluan ya! Terima kasih traktirannya!" segera ia bergegas keluar kafe tersebut.

Tanpa sadar Chihiro terus menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh. Sebuah pikiran brengsek terlintas dibenaknya.

Mungkin… dia bisa 'menggunakan' gadis itu untuk menggantikan Shizuka…

.

.

.

"Mayuzumi-san!" panggil sebuah suara yang dikenal oleh pria berambut abu itu saat ia memasuki lobby kantornya.

"Hasegawa…" gumam Chihiro. "Ada apa?"

Rika menggeleng sambil tersenyum, "Bukan apa-apa. Hanya ingin menyapamu saja. Sudah makan?" tanya gadis itu.

"Sudah," jawab Chihiro pendek.

Mendengar itu wajah Rika pun cemberut, "Yah… padahal aku ingin mengajakmu ke kantin…" gumamnya.

Chihiro pun menghela nafas, "Baiklah. Kutemani."

"Serius? Yeiy!" kata Rika senang.

Mereka berduapun menuju kantin kantor dan memesan sarapan untuk Rika, sementara Chihiro hanya membeli sebuah kopi dan sandwich.

"Ah, ngomong-ngomong Sabtu lalu kau jadi pergi bersama Sei-chan kan?" tanya Rika memulai topik.

"Ya, jadi. Benar-benar menyenangkan. Sudah lama aku tidak sesenang itu," tanpa sadar Chihiro tersenyum sehingga membuat gadis didepannya ikut tersenyum juga.

"Syukurlah," gumam Rika sambil kembali mengunyah makanannya.

"Kau ingin punya anak?" tanya Chihiro tiba-tiba hingga gadis itu tersedak.

"Hah? Kenapa tiba-tiba?"

"Biasanya kan model-model suka tidak mau punya anak, apalagi yang tengah naik daun sepertimu."

Rika berpikir sejenak, "Memang sih… Beberapa teman seprofesiku berpikiran begitu. Tapi tidak semua ko'. Aku pribadi sih ingin... Tapi... Apa aku bisa jadi ibu yang baik?"

Chihiro menatap gadis itu, "Itu sih aku juga meragukannya."

"Tega!"

Chihiro tertawa pelan lalu menghela nafas, "Anak-anak terasa tumbuh sangat cepat…" gumamnya, "Rasanya baru saja aku mendekap Seiryuu yang baru dilahirkan," senyum tipis muncul diwajah Chihiro mengingat Seiryuu saat lahir, dimana ia benar-benar tidak punya pengalaman mengurus bayi, bagaimana ia belajar menggendong bayi, memakaikan popok, memandikan, menyuapi, menuntunnya saat belajar berjalan, panik saat Seiryuu pertama kali terserang demam, hingga akhirnya Seiryuu sebesar ini.

Rika tersenyum mendengarnya, "Kau benar-benar sayang padanya ya…"

Chihiro menghela nafas, "Dia anakku…" bisiknya yang terdengar sangat lirih ditelinga Rika, pandangan mata pria itu juga terlihat sendu.

Rika tidak tahu harus merespon bagaimana hingga…

"Hasegawa," panggil Chihiro, lalu tangannya menyeka pipi gadis itu, "Ada saus menempel," katanya. Berkat itu pipi gadis dihadapannya merona seketika. 'Memang mirip…' gumam Chihiro dalam hati sambil mengingat Shizuka.

"Rika…" gumam gadis itu pelan, Chihiro pun menatapnya, "Panggil Rika saja…" lanjutnya.

Senyum tipis muncul diwajah pria itu, "Kalau begitu, kau juga panggil saja aku Chihiro."

.

.

.

Wajah Rika merona dan kadang ia tersenyum-senyum sendiri saat memperhatikan ponselnya terus menerus hingga membuat Haruka yang memperhatikannya sejak tadi penasaran. Model didepannya jarang sekali terlihat sesenang itu.

"Sepertinya ada yang sedang senang…" goda Haruka sehingga Rika menatapnya, "Sedang jatuh cinta?"

"Haruka-san…" gumam Rika pelan, ia pun mengangguk kecil.

"Wah wah, dengan siapa?" kata Haruka excited.

"Dengan... model dadakan waktu itu," jawab Rika dengan pipi merona.

Mata Haruka melebar mendengarnya, "Maksudmu… Chihiro?"

Kembali Rika mengangguk kecil.

"Well… Dia orang yang baik…" 'terlalu baik malah,' tambah Haruka dalam hati. "Tapi terus terang, dia orang yang dingin. Jadi berusahalah mendapatkan hatinya…" 'Terutama membuatnya melupakan Shizuka…'

"Aku tahu..." gumam Rika, ia ingat dengan wanita yang ia temui di kafe waktu itu, ia yakin, pasti wanita itulah yang Chihiro cintai, "Aku akan berusaha membuatnya menyukaiku…"

Haruka tersenyum mendengarnya. "Semangat. Tolong perhatikan dia ya, Rika. Dia agak mengkhawatirkan soalnya…" tawa Haruka pelan.

"Mengkhawatirkan bagaimana?" tanya Rika penasaran.

"Hmm, dia sering sekali tidur di kantor, telat makan, dan banyak lagi… harus ada yang memperhatikannya."

Rika menatap Haruka serius, "Bisa tolong ceritakan mengenainya lebih detail, Haruka-san?"

.

.

.

'Coba sesekali cek ke kantornya. Aku yakin dia masih disitu.'

Rika terngiang ucapan Haruka. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, selesai pemotretan, ia melangkahkan kakinya ke ruangan Chihiro, dan benar saja... Lampu officenya masih menyala. Iapun mengetuk pintunya pelan.

"Chihiro..?" panggil Rika pelan. Tak ada jawaban, iapun membuka pintunya perlahan. Terlihatlah Chihiro yang tengah tertidur di meja kerjannya dengan kedua tangan sebagai bantal. Rika memperhatikan sekeliling ruangan Chihiro.

'Ini sih bukan office lagi… tapi apartemen,' pikirnya dalam hati.

Tidak tega membangunkannya, Rika pun mengambil selimut tipis yang ada di sofa dan menyampirkannya ke tubuh Chihiro sambil menatapnya sedih. Dia melihat ke arah mejanya, disitu terdapat foto Seiryu dan Chihiro dan… wanita kemarin, Shizuka. Haruka tidak menceritakan detailnya pada Rika, tapi yang pasti Shizuka yang merupakan adik Haruka itu pernah memiliki hubungan dengan Chihiro, dan Chihiro sangat mencintainya.

Rika mengusap pelan kepala Chihiro, "Aku pasti akan membuatmu bahagia…" bisiknya sebelum ia meninggalkan ruangan Chihiro.

Samar-samar Chihiro melihat bayangan seseorang, namun karena rasa kantuk dan lelah yang luar biasa ia memilih mengabaikannya dan melanjutkan tidur.

.

.

.

Rika tengah berkonsentrasi dengan treadmillnya hingga…

"Kau tahu? Melihatmu begitu aku jadi teringat hamster sepupuku, berputar-putar-putar…" ucap seseorang yang tiba-tiba muncul sambil memutar-mutar jarinya hingga membuat konsentrasi Rika terpecah.

"Aah! Maumu ap-huaaa!" gadis itu kehilangan pacenya hingga hampir saja terjatuh kalau tidak ditahan oleh orang yang mengganggunya itu.

"Chihiro!" Rika menatap pria itu galak, "Kalau saja tadi aku sampai jatuh dan tergores 5cm saja, kupastikan kau akan dicincang oleh Haruka-san!"

"Huwah seram…" ucap Chihiro datar.

"Tahu darimana aku disini?"

"Tanya ke Haruka."

Rika memasang wajah sebal, "Jadi, ada apa kau kemari? Pakaianmu itu tidak seperti orang mau olahraga," katanya sambil memperhatikan setelan Chihiro.

"Memang tidak. Aku hanya mau mengingatkanmu, besok kita akan ke ulang tahun Seiryuu, dan aku akan menjemputmu di apartemenmu."

Rikapun mengerjapkan matanya beberapa kali, "…Hah? Jadi itu serius?"

Kali ini giliran Chihiro yang menatap galak gadis didepannya, "Awas kalau kau tidak datang!"

"Tapi kan aku tidak diundang!"

"Kau datang bersamaku, jadi kau masuk hitungan diundang!"

Rika tidak tahu harus menjawab apa lagi.

"Kalau begitu aku pergi dulu," pamit Chihiro.

"Tu-Tunggu!" Rika menahan tangan Chihiro, "Aku belum menyiapkan kado, temani ya?"

Chihiro menghela nafasnya, "Baiklah, kau beres jam berapa?"

"Sekarang juga bisa saja selesai. Aku mandi dulu sebentar, badanku berkeringat begini... Tunggu ya!" ucap gadis itu, setelah melihat Chihiro mengangguk, iapun segera meninggalkannya menuju kamar mandi, sementara Chihiro menunggu di lobby. Ini akan menjadi 'kencan' pertama mereka dan Rika tidak sabar untuk itu!

.

.

.

"Maaf menunggu! Ayo!" gadis itu menghampiri Chihiro dan dengan santainya menggelayut manja dilengannya. Chihiro hanya menatap gadis itu sejenak dan membiarkannya.

"Hei, ada ide untuk membelikan apa? Yang beda dari yang kau berikan tentunya," kata Rika.

Chihiro berpikir sejenak, "Seiryu suka buku bergambar…" gumamnya.

"Kalau begitu ayo ke toko buku!" ajak gadis itu semangat dan Chihiro pun mengangguk setuju.

"Aku tahu toko buku yang lengkap," kata Chihiro. Keduanya pun segera menuju toko buku tersebut menggunakan mobil Chihiro.

"Hmm banyak juga ya," Rika memilih dengan serius saat sampai ke bagian buku anak-anak, "Ah!" matanya menangkap sebuah buku cerita bergambar, "Beauty and the best!" … yang malah ia sukai. "Eh, ada little red riding hood juga," katanya senang. Chihiro yang berada dibelakangnya pun berdeham pelan hingga sang gadis sadar dan tertawa canggung, "Hehe, maaf… aku suka buku bergambar sejak kecil, tapi karena harganya mahal, jadi dulu hanya membaca yang ada di sekolah…" ujarnya malu.

Ucapan Rika membuat Chihiro tersentak, sekarang ia mempunyai sedikit gambaran mengenai masa lalu gadis didepannya.

"Ah, Sei-chan suka buku apa ya…" gumam Rika.

"…Seiryu suka dinosaurus…" jawab Chihiro pelan.

"Dinosaurus ya… Kalau begitu…" gadis itu melihat sekelilingnya, lalu menghampiri sebuah rak dan mengambil satu buku dari situ, "Bagaimana kalau ini?" Rika memperlihatkan buku ditangannya, sebuah ensiklopedia bergambar untuk anak-anak, "Lihat! Banyak gambar dinosaurusnya, lalu ada penjelasannya! Bagus kan? Oh iya! Bagaimana kalau kita beli mainan dinosaurus juga?" kata gadis itu semangat.

Tanpa sadar Chihiro tersenyum tipis, gadis ini benar-benar mengingatkannya pada Shizuka dulu. "Baiklah, setelah ini kita ke toko mainan," kata Chihiro.

"Oke!" segera Rika membawa buku tersebut ke kasir untuk membayarnya dan mereka pun pergi menuju toko mainan.

"Chihiro, lebih baik yang mana?" Rika membawa dua jenis mainan pada Chihiro, "Yang satu ini bisa berjalan dan mengeluarkan suara, kalau yang satu ini satu set lengkap…" jelasnya.

"Hmm… kurasa yang set itu bagus untuk dikoleksi."

"Baiklah aku ambil yang set saja," kata Rika akhirnya. "Disini menyediakan jasa membungkus kado juga kan?"

Chihiro mengangguk lalu menunujuk kesebuah sisi toko, "Seingatku disitu ada."

"Oke!" gadis itupun berjalan menuju tempat pembungkusan kado, sementara Chihiro masi melihat-lihat, matanya menatap Rika dari kejauhan, terlihat sebuah senyum tipis diwajahnya, lalu ia mengambil sebuah boneka beruang lalu menghampiri gadis itu untuk ikut meminta pelayan toko membungkusnya.

"Hm? Itu untuk Sei-chan juga?" tanya Rika.

Chihiro menggeleng, "Bukan."

"Lalu?" Rika mengerutkan alis bingung.

Chihiro memandangnya sambil tersenyum kecil, "Kau mau tahu saja…"

"Ih!" kata Rika sebal sambil menyikut pinggang Chihiro pelan.

"Sakit," ringis Chihiro yang hanya dijawab dengan juluran lidah Rika, "Kau suka warna apa?" tanya Chihiro tiba-tiba.

"Hm? Pink, kenapa?"

"Baiklah. Tolong bungkusnya yang ini warna pink ya," pinta Chihiro pada pramuniaga tersebut.

"Eh?" Rika menatap bingung pada pria disampingnya itu.

"Sudah, diam saja…" ucap Chihiro.

Senyuman senang pun muncul diwajah gadis itu, "Terima kasih…" katanya pelan.

"…Kata siapa ini untukmu?" Chihiro pura-pura mengerutkan alisnya sambil menatap wajah Rika.

"Eeeh? Jadi bukan?!" ekspresi kecewa pun muncul diwajah Rika sehingga membuat Chihiro tak sadar tertawa pelan lalu mengacak lembut rambut sang gadis.

"Kau itu enak ya untuk dikerjai..."

Rika menggembungkan pipinya kesal, wajahnya memerah, "U-ukh… Kau menyebalkaaan!" geramnya sambil memukul-mukul pelan lengan Chihiro yang hanya dibalas dengan tawa pelan dari mulut Chihiro.

Setelah barang mereka selesai dibungkus, keduanya pun keluar dari toko tersebut.

"Kau mau kemana setelah ini?" tanya Chihiro.

"Entahlah… Mungkin duduk-duduk dulu sebentar di kafe sebelum pemotretan. Soalnya pemotretannya masih dua jam lagi."

"Dimana pemotretannya? Biar kuantar," tawar Chihiro akhirnya.

"Chihiro… Semalam kau mabuk ya? Atau sakit?" tanya Rika shock. Aneh rasanya pria itu menjadi perhatian padanya.

Chihiro pun meliriknya tajam, "Sudah jawab saja!"

Gadis itupun menyebutkan nama sebuah tempat. Sepertinya pemotretannya kali ini mengambil tema outdoor.

"Baiklah. Akan kuantar. Kita ke kafe dulu sekarang."

Keduanya pun memasuki sebuah kafe dan memesan minuman dan makanan ringan. Pria itupun menyerahkan bungkusan pink tadi pada Rika.

"Hadiah untukmu… tidak bisa disebut hadiah kejutan sih, soalnya kau tahu isinya."

Rika menerima itu dengan wajah yang sangat senang, "Terima kasiiih!" katanya sambil memeluk erat bungkusan itu, "Tapi kenapa?"

Chihiro tersenyum tipis, "Kau memperhatikan itu terus kan semenjak masuk ke toko?"

Rika tertawa pelan, "Ketahuan ya?" dia tersenyum menatap bungkusan itu, "Aku tidak pernah merayakan ulang tahunku, jadi aku sangat senang jika menerima hadiah begini, hehe."

Chihiro tersenyum lembut, "Kalau begitu ulang tahunmu tahun ini harus kita rayakan."

"Hmm… Bolehlah kalau tidak ada kerjaan ya."

Chihiro menatap gadis itu serius, "Kosongkan… untukku."

Pipi Rika terasa memanas saat ini, tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu, "Chihiro…" panggil Rika ragu, ia tidak tahu ini sopan atau tidak, tapi rasa penasarannya tidak bisa ditahan lagi, Haruka menolak memberinya informasi dan menyuruhnya bertanya langsung pada pria itu, iapun menarik nafas perlahan, "Kau… Sebetulnya apa hubunganmu dengan Shizuka-san?" tanyanya tiba-tiba.

Chihiro terdiam sejenak sebelum menyeruput kopinya, matanya terlihat agak sendu, "…Bukan urusan-"

"Urusanku!" potong Rika, "I-itu urusanku… soalnya aku… aku…" gadis itu tidak bisa melanjutkan kalimatnya, 'Soalnya aku menyukaimu…' lirihnya dalam hati.

Melihat wajah serius gadis didepannya, Chihiro menghela nafas, "Yah… apa ya? Aku sendiri tidak tahu apa… tidak tahu juga bagaimana menjelaskannya padamu," Chihiro menatap jalanan diluar jendela, "Intinya sih… aku mantan tunangannya, dan aku mencintainya, tapi dia tidak, dia memilih pria lain yang sekarang dinikahinya, yaitu ayah kandung dari Seiryu. Seperti itulah kira-kira…"

Rika menatap Chihiro kaget, dadanya terasa sesak mendengarnya, sepertinya dia sedikit mengerti bagaimana hubungan antara Chihiro, Shizuka dan Seiryuu. Dia tidak tahu harus berkata apa, "A-apa kau masih mencintainya?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibirnya.

Chihiro kali ini menatap lurus gadis didepannya, "Ya. Aku masih mencintainya," jawabnya mulus.

Rika tidak mengatakan apapun lagi, dia menundukkan pandangannya sambil meremas rok yang ia kenakan.

"Tapi…" lanjut Chihiro lagi, "Selama Shizuka dan Seiryuu bahagia aku tidak apa-apa… Kebahagiaan merekalah yang terpenting untukku…"

Rika merasakan dadanya bergemuruh saat ini, rasanya sesak mendengar pria itu berkata begitu. Bagi Rika ucapan Chihiro terdengar kosong. Mana mungkin kan bisa merelakan orang yang ia cintai semudah itu? Apa Chihiro sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk memiliki apa yang ia cintai? Tapi semua pertanyaan itu Rika kubur dalam-dalam, gadis itu tidak sanggup melihat ekspresi terluka pria didepannya lebih dari ini.

.

.

.

"Kau pulang jam berapa? Biar kujemput," tanya Chihiro sebelum Rika turun dari mobilnya.

"Mungkin sekitar jam 10 malam. Sepertinya tidak usah, aku bisa pakai taxi."

"Baiklah, aku akan kemari jam 9," kata Chihiro mengabaikan penolakan gadis itu, "Sana turun! Nanti kau telat!"

Rika kembali memasang wajah sebal, "Ya, ya! Sampai nanti, huh!" iapun turun dari mobilnya dan Chihiro terkekeh pelan melihat tingkah gadis itu. Ah… entah kenapa bersamanya terasa nyaman… seperti saat bersama Shizuka.

.

.

.

Chihiro sampai ditempat pemotretan Rika tepat pukul 9, dia memperhatikan ekspresi gadis itu saat pengambilan gambar. Saat sedang bekerja gadis itu benar-benar terlihat berbeda, orang yang tidak mengenalnya tidak akan berpikir kalau dibalik wajahnya yang cantik itu, sifatnya benar-benar seperti anak-anak. Terhanyut dengan pikirannya sendiri, ia tidak sadar kalau Rika sudah selesai dan berjalan menghampirinya.

"Sebentar ya… aku ganti baju dan bebersih dulu."

"Ah? Hmm, iya," jawab Chihiro pendek.

Gadis itupun mengganti pakaiannya, lalu terlihat membongkar tasnya, "Syalku mana sih? Apa jangan-jangan tertinggal? Dingiiin!" gerutunya pelan sambil mengorek semua barang bawaannya. Bajunya tidak terlalu tebal dan ia lupa membawa syalnya, sementara ini sudah memasuki musim gugur. Chihiro yang melihatnya pun menghela nafas dan melepas jasnya dan memakaikannya ke tubuh gadis itu.

"Pakai itu saja, dan kapan-kapan saja dikembalikannya."

Wajah Rika pun memanas, "Te-terima kasih," gumamnya.

Chihiro mengambil tas gadis itu, dan sebelah tangannya yang kosong ia ulurkan, "Ayo," ajaknya, namun ketika melihat wajah Rika yang terkejut, dia menarik kembali tangannya, "Ah… Maaf, aku-"

Rika langsung memeluk sebelah lengan Chihiro, "Ayo!" ajaknya sambil tersenyum.

Chihiro tersenyum tipis dan membiarkan gadis itu bergelayut manja dilengannya.

Tidak lama setelah menaiki mobil, gadis itu tertidur, beruntung Chihiro mengetahui alamatnya dari Haruka. Saat sampai didepan apartemennya, Chihiro melihat gadis disampingnya, dia terlihat sangat lelap, nafasnya juga begitu teratur, entah apa yang menariknya, ia mendekatkan wajahnya, dan menyingkirkan poni yang menutupi wajah gadis itu, mengamatinya.

'Dia bisa berwajah manis begini rupanya…' ucapnya dalam hati.

Rika merasa mobil yang dinaikinya berhenti, ia pun membuka matanya dan… melihat wajah Chihiro yang sangat dekat dengannya. Reflek Chihiro menarik wajahnya untuk menjauh.

"Ka-kau mau apa?!" kata Rika kaget dengan wajah memerah.

"Aku hanya mau membangunkanmu, kita sudah sampai!" jawab Chihiro tanpa mau menatap wajah gadis itu.

Rika pun segera membuka sabuk pengamannya dan pintu mobil, "Te-terima kasih untuk hari ini, sampai besok!" ucapnya. Buru-buru ia turun, tidak lupa menutup pintu mobilnya dan masuk kedalam apartemennya. Dia bahkan tidak berbasa-basi menawarkan Chihiro untuk mampir.

Setelah Rika turun, Chihiro membenamkan wajahnya ke setir mobil, 'Apa sih yang ada di otakku tadi?' rutuknya. Lalu ia teringat akan bayang-bayang Shizuka dan menatap gedung apartemen didepannya, 'Dia kan hanya… pengganti Shizuka…' sepertinya ia mulai bimbang…

Rika memasuki kamar tidurnya dengan masih menggunakan bathrobenya, dia langsung mandi setelah tiba, ia duduk dikasurnya, mengambil hadiah pemberian Chihiro bersama jas milik pria itu, lalu memeluknya erat, hidungnya mencium wangi parfum milik pria itu yang menguar dari jasnya dan itu sangat membuatnya nyaman…

'Chihiro…' ucapnya dalam hati.

Ia tahu Chihiro masih sangat mencintai Shizuka, tapi dia tidak ingin menyerah begitu saja. Ia tidak bisa berhenti memikirkan pria itu hingga dadanya terasa sesak, ada sesuatu yang bergemuruh didalam dadanya, ia belum pernah merasakan ini sebelumnya… ini pertama kalinya ia merasa begitu ingin dicintai oleh orang lain selain kedua orang tuanya. Gadis itu memejamkan matanya perlahan. Sepertinya malam ini ia akan tidur dengan jas dan boneka beruang pemberian Chihiro dipelukannya.

.

.

.

Rika sudah menunggu di depan pintu masuk apartemennya saat mobil milik Chihiro tiba, pria berambut abu itu menatap takjub ketika melihat penampilan gadis itu, ia memakai mini dress semi-formal warna pastel dengan hiasan pita kecil dipinggangnya, rambut panjangnya ia buat curly dan diberi jepitan dengan hiasan permata kecil, wajah gadis itu yang memang sudah cantik ia berikan make-up natural tipis.

"Kau cantik," puji Chihiro saat gadis itu memasuki mobilnya.

Rika tertawa senang mendengarnya, "Akhirnya kau mengakui kalau aku memang cantik," ucapnya pd sehingga Chihiro pun mendecih pelan.

"Kutarik kata-kataku barusan," gumamnya yang hanya dibalas juluran lidah oleh Rika.

"…Aku gugup…" kata Rika pelan saat mereka sudah hampir sampai.

"Kenapa?" tanya Chihiro bingung.

"Tidak tahu, gugup saja… dandananku tidak berlebihan kan?" gadis itu menatap Chihiro gugup, sebuah tawa pun lolos dari mulut Chihiro, "kenapa kau malah tertawa?!" tanya Rika kesal.

"Kau ini kenapa sih memikirkan hal-hal semacam itu? Sudahlah buang rasa gugupmu itu. Orang yang memang sudah cantik dibuat bagaimanapun akan tetap cantik," ucap pria itu sambil menepuk pelan puncak kepala gadis disampingnya.

Rika mengalihkan pandangannya, "Kau menyebalkan!" gumam gadis itu dengan pipi merona.

"Kita sudah sampai," kata Chihiro. Keduanyapun segera turun, dan langsung disambut oleh Seiryuu yang berlari kencang kearah Chihiro, "Papaaah!" kata anak itu riang, segera Chihiro menggendongnya.

"Selamat ulang tahun Seiryuu," Chihiro tersenyum dan mencium pipi anaknya, dibelakangnya Rika tersenyum sambil membawakan kado darinya dan Chihiro.

"Hai Sei-chan! Selamat ulang tahun ya, ini dari papahmu dan aku," kata gadis itu sambil memberikan kado pada Seiryuu.

"Ah, kakak yang waktu itu!" Seiryuu menatap Rika senang dan menerima kadonya, "Terima kasih papah, terima kasih kakak!" anak itu mencium pipi Chihiro dan Rika bergantian.

"Chihiro, kau sudah datang rupanya," sapa Shizuka, lalu ia melihat Rika yang ada disamping Chihiro, "Ah, bersama Hasegawa-san juga rupanya," wanita itu tersenyum pada Rika.

"Ah, selamat siang, maaf aku tiba-tiba ikut," Rika membungkukan badannya gugup, Shizuka pun tertawa melihatnya.

"Tidak apa-apa ko, semakin ramai semakin meriah kan?" Shizuka tersenyum ramah sambil menepuk pundak Rika, "Ayo masuk," ajaknya kemudian, ketiganya pun memasuki rumah tersebut.

'Pantas Chihiro menyukainya,' batin Rika, ia diam-diam memperhatikan Shizuka, 'Dia sangat cantik dan ramah…' entah kenapa ia merasa berkecil hati sekarang. Tanpa ia sadari Chihiro memperhatikan perubahan ekspresi Rika.

"Kau kenapa? Sakit?" bisik Chihiro, dan Rika segera menggeleng.

"Aku baik-baik saja, memang kenapa?" gadis itu berlagak bodoh, dan Chihiro hanya menganggukkan kepalanya saja, walaupun ia tahu gadis itu tidak sedang 'baik-baik saja'.

.

.

.

Chihiro, Haruka, Akashi dan Shizuka tengah asik mengobrol setelah acara tiup lilin dan potong kue, dan setelah tamu-tamu mereka pulang, Seiryu dan kakeknya asik melihat-lihat kadonya. Chihiro diam-diam memperhatikan Rika dari kejauhan, gadis itu asik dengan ponselnya karena tadi ia mengambil banyak foto saat pesta ulang tahun Seiryuu, tiba-tiba Haruka menyenggolnya pelan, "Jadi…" senyum jahil dimuka Haruka muncul, "Apa hubunganmu dengan Rika, hmm?"

Chihiro tersenyum tipis, "Hmm, apa ya?" dia melihat ke arah gadis yang tengah dibicarakan itu, "...Akupun tidak tahu," bisiknya.

"Hah? Jawaban apa itu?" gerutu Haruka pelan, lalu ia pergi menghampiri ayahnya yang tengah meminum teh setelah membantu Seiryuu membuka kado-kadonya, sementara Akashi keluar untuk menerima telepon, tinggalah ia berdua dengan Shizuka.

"Rika gadis yang baik," Shizuka membuka obrolan diantara mereka, "Jangan disia-siakan."

Chihiro tertawa pelan, "Rasanya aneh mendengar itu darimu," ucapnya miris.

Shizuka pun tersenyum miris, "Kau benar juga…" terdengar nada bersalah darinya, "Maafkan aku…" gumamnya.

Pria berambut abu itupun jadi tidak enak hati, "Hei, aku hanya bercanda, jangan jadi murung begitu."

Shizuka melihat pria disampingnya itu, "Tapi aku-"

"Shizuka," potong Chihiro cepat, "Jangan mengungkit hal itu lagi," senyum tipis muncul dari wajah pria itu, "Aku bahagia jika kau dan Seiryuu bahagia," tegasnya, namun masih ada kilat kesepian di bola mata pria itu.

Shizuka pun mengangguk kecil, ia masih merasa bersalah pada pria itu, dan ia ingin pria itu benar-benar bahagia. Tapi bagaimana caranya?

Sementara itu Rika duduk di sofa sambil tersenyum melihat-lihat galeri ponselnya yang berisi foto-foto yang diambil tadi, dia terdiam melihat foto Seiryuu, Shizuka dan Chihiro, tanpa ia sadari ia menghela nafas pelan.

Tiba-tiba ia merasa lengannya tengah disentuh oleh tangan mungil Seiryuu, "Kakak kenapa? Ko wajahnya sedih?" tanya anak itu polos.

Buru-buru ia memasang senyuman terbaiknya, "Masa? Kata siapa?" dia membuat nada ceria dan mengelus kepala anak itu lembut, "Sei-chan anak yang baik ya..."

Seiryuu tersenyum bangga, "Iya dong! Aku kan sebentar lagi jadi kakak!" ucap anak itu riang dengan nada yang cukup keras sehingga semua orang diruangan itu mendengarnya termasuk Chihiro. Pria itu membatu, ada perasaan yang sulit untuk dijelaskan bergemuruh didadanya.

Sadar Chihiro membatu, Rika segera menghampiri Shizuka dan memposisikan dirinya disamping Chihiro, "Uwaaah! Selamat yaa!" ucap gadis itu riang sambil diam-diam menyenggol Chihiro hingga ia sadar dari diamnya.

"A-ah, jadi kau hamil? Selamat ya…" kata Chihiro akhirnya. Haruka yang ternyata sudah dibelakang Chihiro menepuk pundak pria itu pelan dan tersenyum lemah, ia yakin perasaan Chihiro kusut... sama sepertinya.

"Ah, maaf sudah jam segini, sepertinya aku harus pulang," kata Rika mengalihkan pembicaraan.

"Biar kuantar," sahut Chihiro cepat, ia ingin angkat kaki secepatnya dari sini.

"Eh? Papah pulang juga?" kata Seiryuu sedih.

"Maaf ya Seiryuu, papah harus mengantar kak Rika dulu, kasian kan kalau dia pulang sendiri? Nanti kita main lagi ya?" bujuk Chihiro.

Sedikit tidak rela, Seiryuu pun akhirnya mengangguk, "Janji tapi ya…"

"Iya, papah janji," Chihiro mengelus puncak kepala Seiryuu pelan, lalu menciumnya sebentar. Setelahnya keduanyapun berpamitan.

Di mobil, baik Rika maupun Chihiro tidak ada yang berbicara. Entah kenapa situasi keduanya sangat awkward.

Chihiro menarik nafasnya panjang, "Mau menemaniku ke suatu tempat?" setelah melihat Rika mengangguk, keduanyapun pergi ke sebuah taman, terdiam disalah satu kursi.

"…Kau… pasti sangat terluka tadi," Rika berkata tanpa menatap Chihiro.

"Jangan sok tahu," gumam Chihiro pelan. Dia bangkit dari duduknya, "Dulu aku sering kemari dengan Shizuka…" ucapnya.

Rika pun meremas ujung rok dressnya, "O-oh," responnya singkat. Gadis itu menunduk dalam, menghela nafasnya, dadanya bergemuruh kacau, "…Kau… benar-benar sangat mencintai Shizuka-san ya..." lirihnya. Gadis itu menarik nafasnya dan mengeluarkannya lagi, lalu ia berdiri, "Aah! Ternyata aku tidak sekuat itu!" ucapnya setengah berteriak sehingga Chihiro menatapnya, "Aku tidak sekuat itu ketika menyukai orang yang jelas-jelas menyukai orang lain!" lanjutnya, ia memaksakan diri untuk tersenyum, tapi akhirnya malah butiran air mata yang sejak tadi ia tahan keluar dengan bebasnya, buru-buru gadis menghapusnya, "Ah, maaf-maaf! Harusnya tidak begini, harusnya aku menghiburmu, harusnya aku-"

Ucapan gadis itu terhenti saat ia merasakan bibir Chihiro menyapu lembut bibirnya, "Rika…" setelahnya ia memanggil nama gadis itu lembut lalu merengkuhnya erat entah apa yang dipikirkannya. Sementara Rika hanya terdiam, masih memproses apa yang terjadi tadi. Apa artinya itu?

"Cuacanya semakin dingin, ayo pulang," kata Chihiro setelah melepaskan rengkuhannya.

"Tunggu," tangan Rika menggenggam erat ujung jas yang dipakai Chihiro, "Tadi itu maksudnya apa?" ia menatap pria didepannya.

"Aku ingin meminjam kata-katamu…" kata Chihiro akhirnya, "Aku tidak sekuat itu menghadapi kenyataan kalau orang yang kucintai mencintai orang lain," lirihnya, lalu ia menatap gadis itu, "Aku ingin lebih mengenalmu…" hanya itu jawaban yang bisa keluar dari bibir Chihiro, sejujurnya ia sendiri tidak yakin soal itu.

Rika menatap pria itu tidak percaya, apa artinya dia memiliki harapan? Atau…

Tiba-tiba kembali Chihiro mendekatkan wajahnya sambil memegang pipi gadis itu lembut, "bolehkah?"

Anggukan kecil dari Rika merupakan sebuah jawaban, bibir mereka pun kembali berpangutan.

.

.

.

Rika terbangun, bukan dikamarnya, tapi di kamar Chihiro, ia terduduk sambil memeluk selimut yang menutupi tubuh polosnya, semalam setelah kembali dari taman, mereka pergi ke apartemen milik Chihiro dan… melakukannya. Ia membiarkan Chihiro menyentuhya, membiarkan apa yang selama ini Chihiro tahan pada Shizuka dialihkan dan ditumpahkan padanya.

'Apa yang kulakukan ini benar?' Rika meremas selimut dipelukannya.

"Apa kau menyesal?" tanya Chihiro yang rupanya sudah terbangun dan memperhatikannya sejak tadi.

"…Aku tidak tahu," jawab gadis itu.

Chihiro kemudian memeluknya dari belakang, "Maaf," bisiknya sambil menyenderkan kepalanya dipundak gadis itu.

Rika menghela nafas, "Aku tidak marah, jadi jangan meminta maaf," kata gadis itu, ia lalu menggenggam lengan Chihiro yang memeluknya, "Sebagai gantinya, boleh aku minta tolong agar kau mau membuka hatimu untukku?" lanjutnya. Terasa kepala Chihiro mengangguk pelan dibahunya.

'Padahal sedekat ini… tapi entah kenapa hatinya terasa jauh…'

"Ah, kau harus kerja kan? Cepat siap-siap!" Rika mengalihkan pembicaraan, "Aku juga lapar, kau punya roti tidak? Aku buatkan roti panggang ya."

Chihiro melepaskan pelukannya, "Ada roti di kulkas, ambil saja. Aku mau mandi dulu," ucapnya. Rika pun mengangguk, segera memakai pakaiannya dan menuju ke dapur. Pria itu menatap sosok Rika yang keluar dari kamar dengan pandangan sendu, "Maaf…" bisiknya.

.

.

.

"Bagaimana jika malam ini kita makan malam bersama?" kata Chihiro sambil memakan roti panggangnya.

"Boleh," Rika menyetujuinya. "Tapi setelah pemotretanku ya. Tidak apa kan?"

Chihiro mengangguk, "Aku mengerti, aku akan menunggumu."

"Oke."

.

.

.

Pria berambut abu itu menghela nafasnya dan melihat jam tangannya, 'Sudah jam 6. Waktunya aku menjemput Rika di studio.'

Tiba-tiba ia kembali teringat dengan apa yang sudah mereka lakukan semalam, dan reflek ia mengacak-acak rambutnya.

'…Aku benar-benar pria brengsek, berani-beraninya menyentuh seorang perempuan yang bahkan aku tidak tahu perasaanku padanya itu apa…' kembali ia menghela nafas, 'Sekarang aku harus bertanggung jawab jika terjadi sesuatu padanya. Selamat Mayuzumi Chihiro, kau membuat hidupmu sendiri makin runyam.'

Chihiro melihat foto dirinya, Shizuka dan Seiryu di mejanya, 'Yasudahlah. Toh bersama dengan Rika juga tidak buruk. Setidaknya aku bisa melupakan Shizuka sejenak.'

.

.

.

Chihiro terpaku saat memasuki studio pemotretan, ia melihat Rika tengah berpose di depan kamera dengan hanya memakai lingerie tipis sehingga lekuk tubuhnya terlihat jelas.

"Apa-apaan…" gumam Chihiro pelan. Ia memutuskan untuk melihat kearah lain dan duduk dipojokkan.

Selesai pemotretan, Rika segera menggunakan bathrobe dan menghampiri Chihiro, "Tunggu sebentar ya, pemotretannya ternyata lebih lama."

Chihiro tidak mau menatap gadis didepannya itu dan hanya mengangguk, "Y-ya… Cepat ganti bajumu!"

Rika mengerutkan alisnya, "Kau kenapa sih?" gumamnya, lalu ia membisik menggoda, "Sudah pernah melihat seluruh tubuhku juga."

Guratan berwarna merah tipis pun terlihat di pipi pria berambut abu itu, "Berisik! Sudah sana cepat ganti bajumu!"

Rika hanya tertawa pelan melihat reaksi Chihiro dan segera pergi ke ruang ganti.

.

.

.

Keduanyapun makan malam dengan suasana hening disebuah restoran, hingga Chihiro berdeham pelan membuat Rika melihat kearahnya, "Kau… sering berfoto dengan tema seperti itu?"

Rika menggeleng, "Itu pertama kalinya. Katanya aku harus mencoba hal baru."

"O-oh… Tapi bagaimana denganmu sendiri, apa kau nyaman dengan tema pemotretan yang seperti itu?"

"Nyaman atau tidak? Bagaimana ya… Selama itu pekerjaan ya aku lakukan. Asal tidak nude aku tidak masalah sih. Aku seorang model dan aku harus professional," jawab Rika dingin.

"Aku tidak suka…" gumam Chihiro pelan.

"Hm? Memangnya kenapa?" gadis itu menatap Chihiro lurus, "Toh aku bukan siapa-siapamu."

Chihiro menghela nafasnya, menghentikan makannya, lalu ia berdiri mendekat kearah gadis dihadapannya, menarik wajah gadis itu dan mencium bibirnya. Tidak peduli bahwa mereka di tempat umum.

"…Masih berfikir kalau kau bukan siapa-siapaku?" gumam Chihiro pelan, Rika terdiam. "Kalau kau masih berfikir begitu, mungkin sebaiknya kita ulang apa yang kita lakukan semalam."

Rika memberanikan diri untuk menatap pria itu lurus, "Me-memangnya kita itu apa? Kau tidak pernah menegaskan soal hubungan kita kan?!"

Chihiro terdiam, sejujurnya ia juga tidak tahu apa hubungan mereka, tapi… "Kau milikku," ucapnya tiba-tiba sambil memeluk gadis itu erat. Hanya itu yang bisa ia ucapkan. Ia tidak peduli dengan perasaan campur aduk gadis dipelukannya.

…Mungkin sebetulnya Chihiro hanya… ingin memilikinya? Seperti seorang anak kecil yang ingin memiliki mainan, walaupun sebetulnya ia tidak membutuhkannya, mungkin seperti itu perasaannya sekarang?

.

.

.

"Besok sampai seminggu kedepan aku akan keluar kota…" kata Rika sebelum turun dari mobil Chihiro.

"Pekerjaan?"

Rika mengangguk kecil, "Dan… mengunjungi keluargaku. Kebetulan lokasi pemotretannya tidak jauh dari rumah."

"Oh…" Chihiro menepuk kepala gadis itu pelan, "Baiklah, hati-hati ya."

"Un," jawab Rika singkat dengan senyum yang dipaksakan, lalu ia turun dan melambaikan tangannya hingga mobil Chihiro menjauh.

Chihiro tidak menyadari kalau ada sesuatu yang salah dengan gadis itu.

.

.

.

Seminggu berlalu, malam itu hujan deras. Tiba-tiba saja bel apartemen Chihiro berbunyi.

'Siapa yang bertamu malam-malam dan ditengah hujan seperti ini?' pikir pria itu, ia membuka pintu dan terkejut melihat siapa tamunya, "Rika?!" tubuh gadis itu basah dan pandangannya kosong, tangannya menggenggam kopernya erat.

"Astaga…" gumam Chihiro pelan, "Masuklah," ia mempersilahkan gadis itu masuk, dan segera mengambilkan gadis itu handuk, lalu mengeringkan kepala dan wajah gadis itu, "Penampilanmu kacau sekali…" gumamnya namun gadis itu hanya terdiam, "Rika?" panggil Chihiro khawatir, gadis itu tidak menjawab, namun tiba-tiba memeluknya dan menangis. Chihiro tidak tahu harus bereaksi bagaimana, seminggu gadis ini tidak memberi kabar, lalu tiba-tiba ia muncul dengan keadaan berantakan dan menangis.

Tapi entah kenapa melihat gadis itu menangis tersedu terasa menyakitkan bagi Chihiro, ia pun balas memeluk Rika erat. "Ssh… tenanglah… aku disini…" hanya itu yang bisa ia ucapkan.

.

.

.

"Jadi, bisa kau ceritakan apa yang terjadi?" kata Chihiro setelah Rika tenang. Ia menyeduhkan teh hangat juga untuk gadis itu.

Rika meminum teh tersebut dan terdiam sejenak, "Ayah…" gumam gadis itu pelan akhirnya, Chihiro terdiam disampingnya mendengarkan, "Ayah menceritakan semuanya padaku saat aku pulang…"

"Soal?"

Rika menarik nafas dalam-dalam, "…Aku bukan anaknya."

Chihiro menatap gadis itu terkejut.

"Aku… anak hasil perselingkuhan ibuku dengan temannya, karena ayah tahu, ayah tidak bisa punya anak…" bibir gadis itu bergetar, "Se-selama ini aku hanya tahu kedua orangtuaku bercerai dan aku dititipkan ke nenek dari pihak ibu karena ibuku sibuk bekerja, tapi sekarang akhirnya aku paham…" Rika meremas roknya, "Kenapa selama ini ayah tidak mau kutemui, kenapa ibu tidak pernah mau menatapku, kenapa nenek tidak pernah berbicara banyak denganku… karena bagi mereka, aku cuma… sebuah kesalahan… keberadaan yang tidak diinginkan…" gadis itu kembali terisak.

"Rika…" Chihiro menggenggam tangan gadis itu erat.

"Chihiro…" Rika menatap pria didepannya dengan air mata yang mengalir, "Apa aku… tidak apa-apa hidup?" tanyanya dengan suara parau.

Chihiro tidak tahan lagi, ia memeluk gadis itu erat, "Apa maksud ucapanmu itu?! Tentu saja kan?!" ia menatap Rika lembut, "Walaupun kau merasa begitu tidak diinginkan, bukankah sekarang kau punya aku? Tolong berhenti berpikiran begitu…"

Rika tak bisa bereaksi apapun, ia hanya mengangguk, perasaannya lega… Kembali gadis itu memeluk Chihiro, menyenderkan kepalanya di dada pria itu, "Sejujurnya… aku berpikiran untuk mati setelah mengetahui hal ini…"

Tubuh Chihiro pun menegang mendengarnya, "Rika…"

"Tapi entah kenapa aku teringat kau dan malah kemari… rupanya pilihanku tidak salah…" lanjut Rika, jemarinya meremas kaos pria dipelukannya, "Chihiro… kumohon jangan tinggalkan aku…" bisiknya lirih.

Chihiro memejamkan matanya dan menarik nafasnya dalam-dalam, "Ya. Tentu saja. Aku tidak akan meninggalkanmu."

Ia sudah berjanji, ia akan berada disisi gadis ini. Entah sampai kapan…

.

.

.

Hari-hari berlalu, Rika sering menginap di tempat Chihiro, ataupun sebaliknya, Rika pun sudah kembali ceria. Sikap Chihiro juga berubah, ia menghangat, rasanya seperti saat dulu ia bersama Shizuka, ia terlihat 'hidup'. Dan ini terendus oleh Haruka. Sehingga iapun memanggil Chihiro untuk bicara berdua.

"Jadi, kali ini ada apa memanggilku?" kata Chihiro.

Haruka menatap pria dihadapannya serius, "Kau tidak boleh mengelak kali ini. Apa hubunganmu dengan Rika?" tanyanya to the point.

"Lagi-lagi soal itu…" Chihiro menghela nafas.

"Jawab saja!"

"Aku sudah berjanji… untuk terus berada disisinya," kata Chihiro akhirnya.

Haruka terkejut, namun cepat-cepat ia memasang senyuman, "Syukurlah… Apa ini artinya kau menyukainya?"

Chihiro terdiam mendengarnya, "Aku… tidak tahu soal itu…"

"Hah?"

"Aku hanya… tidak bisa meninggalkannya… aku merasa dia akan hancur jika dia ditinggalkan… sepertiku…" lirih Chihiro.

Haruka menatap sendu Chihiro, "Mayuzumi…" ia menepuk pundak pria itu pelan.

"Haruka, apa yang kulakukan ini salah?"

Haruka tak bisa menjawab, hening cukup lama diantara keduanya. "…Kurasa selama kalian berdua tidak saling merasa tersakiti, ini bukan kesalahan," Haruka membuka suara.

Chihiro terdiam.

"Ya sudahlah, aku hanya ingin memastikan sebagai orang yang beranggung jawab dengan keadaan modelku. Jangan menyakiti Rika ya!" Haruka memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan ini dan Chihiro hanya menjawabnya dengan anggukan.

"Oh, satu lagi…" Haruka tersenyum jahil, "Jangan meninggalkan 'tanda' terlalu banyak dan mencolok, Rika seorang model!"

"Hei!" seburat warna merah tipis muncul di pipi Chihiro sehingga Haruka tertawa puas.

"Ck, kau sendiri bagaimana? Sudah berhasil move on?" Chihiro bertanya balik.

Tawa Haruka pun berhenti dan berubah menjadi tatapan sebal ke Chihiro, "Berisik!"

.

.

.

Chihiro dan Rika diundang oleh Haruka untuk merayakan ulang tahun perusahaannya malam ini. Sebetulnya Chihiro tidak ingin datang karena pasti ada Shizuka dan Akashi, lagipula ia tidak begitu suka pesta, tapi ia ingin bertemu Seiryu, belum lagi ini acara ulang tahun perusahaannya, akan ada banyak orang penting yang datang, rasanya tidak sopan jika ia tidak hadir.

Chihiro menatap dirinya malas di cermin, ia terlihat tampan dengan pakaian formal, tapi entah kenapa ia merasa tertekan jika membayangkan apa yang akan terjadi di pesta nanti.

"Kau itu sudah tampan, kenapa wajahmu kusut begitu?"

Suara Rika membuat pria berambut abu itu mengalihkan pandangannya dari cermin, Rika terlihat cantik, rambutnya sudah ditata rapih dengan hiasan permata dijepitnya, ia menggunakan white half sleeve ball gown short dress sehingga pundaknya terekspos, ditambah make up natural diwajahnya.

Chihiro tersenyum kecil menatap gadis itu, "Tinggal ditambah tudung pengantin saja…"

Mendengar itu wajah Rika pun memerah, "Ukh… kau ini bicara apa sih… Ayo pergi!"

"Ya… Ya… Ayo," jawab Chihiro.

.

.

.

Seperti yang sudah Chihiro duga, ia kebosanan di pesta itu, Seiryuu tidak dibawa karena ternyata anak itu sudah tidur, Rika terlihat tengah berbincang bersama teman-teman seprofesinya. Ia pun terdiam di balkon hotel sambil menatap bosan ke arah langit.

"Kebosanan seperti biasa?" sapa Shizuka.

Chihiro pun melihat kearahnya, terlihat perut Shizuka mulai membuncit walaupun masih kecil.

Pria itu tersenyum kecil, "Ya… kau tahulah."

Shizuka tertawa renyah, "Akupun sama," ia melihat kedalam ruangan, "Aku kasihan pada nee-san, ayah mulai lagi menjodohkannya…"

"Aku jamin Haruka akan kabur," Chihiro mendengus.

Shizuka mengangguk mengiyakan, "Sepertinya ayah masih belum paham… kami hanya ingin mencari kebahagiaan kami sendiri…"

Chihiro memejamkan matanya, "Kau sudah mendapatkannya. Bersyukurlah," jeda sejenak, "Kau dan Akashi harus bersyukur, kalian bisa bersama, tidak seperti kami… kami tidak bisa bersama dengan orang yang kami cintai, yaitu kalian," ucapan itu lolos begitu saja dari bibirnya.

"Chihiro…" ucap Shizuka lirih.

Rasa bersalah pun muncul setelah Chihiro melihat pandangan Shizuka padanya sekarang, "Ck, harusnya aku tidak mengungkit lagi… maaf," ia menunduk, "Masuklah Shizuka, angin malam tidak baik untuk wanita yang sedang hamil…"

"Un," Shizuka mengangguk, ia berjalan masuk, namun langkahnya terhenti, ia kembali menatap pria berambut abu itu, "Tapi Chihiro… bukankah sekarang kau memiliki orang yang mencintaimu? Kau harusnya bahagia. Cepatlah sadar akan perasaanmu yang sekarang, atau kau akan melukai orang yang mencintaimu…" setelah mengatakan itu, Shizuka meninggalkan Chihiro sendirian di balkon.

Pria berambut abu itu mengacak rambutnya, "Bodohnya aku," rutuknya. "Perasaanku yang sekarang ya…"

.

.

.

Rika merutuk pelan melihat pria berambut abu yang saat ini tak sadarkan diri karena mabuk, pulang pesta tadi ia yang menyupir, dan beruntung ada security apartemen yang mau membantunya membopong Chihiro ke kamarnya. Ia tak habis pikir Chihiro bisa sampai mabuk begitu, karena ia tahu Chihiro orang yang bisa mengontrol batas 'minum'nya.

'Apa terjadi sesuatu tadi di pesta?' batin gadis itu. Ia pun bangkit dari kasur, bermaksud mengambilkan air putih untuk Chihiro jika ia sadar nanti. Namun tiba-tiba lengannya ditahan.

"Mau kemana?" tanya Chihiro setengah sadar.

"Mengambilkanmu minum."

"Tidak usah," Chihiro menarik gadis itu lembut sehingga Rika terjatuh diatas tubuhnya, namun dengan cepat ia mengubah posisinya, "Aku ingin memelukmu…" bisiknya. Chihiro pun mulai mengecup bibir Rika lembut sambil menyentuh beberapa bagian tubuh gadis itu, Rika pun tidak menolak, ia membiarkan Chihiro memegang kendali malam ini, lagipula ia menikmatinya.

.

.

.

Rika terbangun karena alarm ponselnya berbunyi, sementara Chihiro masih tertidur lelap disampingnya, "Chihiro…" ia berbisik lembut sambil mengelus rambut pria itu.

"Ngh… aku mencintaimu…" gumam Chihiro sambil memeluk tubuh disampingnya, "…Shizuka…"

Rika terpaku mendengarnya, ia segera melepaskan pelukan Chihiro sehingga pria itu terbangun.

"Ah… Rika?" ucap Chihiro setengah sadar. Rika tidak menjawab, ia duduk terdiam menatap Chihiro dengan pandangan terluka, "Ada ap-" gadis itu menepis tangan Chihiro yang mencoba menyentuhnya.

"Chihiro… bagimu… aku itu apa?" gumam Rika pelan, namun nada suaranya terdengar sangat terluka.

Pria itu hanya menatap gadis didepannya bingung, "Kau kenapa tiba-tiba bertanya begitu?"

"Jawab!" nada suara Rika meninggi, "Apa aku… apa aku hanya menjadi pengganti Shizuka-san?"

Chihiro terdiam mendengarnya… Ia menghela nafas, "Dulu… 'ya'," ia menjawab jujur.

Dada Rika terasa sangat perih, ia meremas selimutnya, "Begitu kah…" ia menarik nafas dalam-dalam, "Jadi begitu… haha… bodohnya aku…" Rika tertawa miris.

"Rika…"

Gadis itu menatap Chihiro dengan pandangan terluka, "Kau sangat mencintainya ya…"

"Maafkan aku…" gumam Chihiro.

Senyuman penuh rasa sakit terlihat di wajah gadis itu, "Tidak apa. Aku yang salah. Aku yang memaksakan perasaanku padamu. Aku yang mengejarmu. Harusnya aku tahu diri…" Rika bangkit dari kasur, ia memakai pakaiannya, "Soal janji kalau kau tidak akan meninggalkanku… lupakan saja…"

Chihiro terdiam membisu, ia tidak tahu harus bagaimana,"Aku tidak tahu bagaimana perasaanku padamu…"

Rika menggelengkan kepalanya, "Sudahlah Chihiro…" matanya menatap sendu pria dihadapannya lalu ia tersenyum, "Aku menyerah…"

.

.

.

Entah sudah berapa bulan berlalu keduanya tidak pernah bertemu lagi. Baik Chihiro maupun Rika sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Chihiro seharusnya terbiasa menjalani hari-harinya sendirian, tapi rasanya beberapa bulan ini ia merasa kesepian, bahkan saat menghabiskan waktu dengan Seiryu… Ada sesuatu yang kurang, ia rindu keberadaan gadis itu, ia rindu mendengar suaranya, ia rindu senyuman dan kehangatannya. Dia merasa lgi-lagi dunianya kembali menjadi abu-abu… Tapi betapa egoisnya jika ia meminta gadis itu kembali padahal sudah menyakitinya. Ia masih ingat senyuman terakhir di wajah gadis itu yang ia lihat, ia masih ingat pandangan terluka gadis itu.

"Haruka…" Chihiro menghampiri Haruka ke ruangannya.

Haruka menatap pria berambut abu itu, "Tumben kau kemari, ada apa?"

"…Rika… bagaimana keadaannya?"

Haruka menghela nafas, "Kenapa tidak kau tanyakan langsung ke orangnya?"

"Jika bisa sudah kulakukan…" gumam Chihiro.

"Menurutmu bagaimana?" Haruka menatap Chihiro tajam, "Kau tahu, dia menangis terus waktu itu. Entah apa yang terjadi pada kalian, aku tidak tahu karena dia tidak mau cerita padaku."

Chihiro mengepalkan tangannya, iapun menceritakan apa yang terjadi sebelum mereka berpisah.

"BUODOOOH!" geram Haruka kesal setelah Chihiro menyelesaikan ceritanya. Pertama kalinya Chihiro melihat Haruka sekesal itu. "Hhh… pantas saja Rika sampai begitu!"

Chihiro mendengus, "Mau bagaimana lagi kan? Aku benar-benar tidak tahu soal perasaanku padanya."

"Hhh… Perasaanmu itu sudah jelas, tapi kau yang tidak mau mengakuinya!"

Chihiro menatap Haruka tidak mengerti,

Haruka berkacak pinggang, "Kau benar-benar merasa tidak memiliki perasaan apapun padanya? Kalau iya, harusnya kau tidak akan repot-repot menanyakan keadaan Rika padaku."

Chihiro menunduk, "…Aku pikir ini hanya karena perasaan bersalah."

"Ya. Kau mungkin benar… tapi tidakkah kau rindu padanya? Perlakuanmu padanya, apa benar kau hanya menganggap Rika itu pengganti Shizuka?" Haruka menghela nafasnya, "Chihiro… jujurlah pada perasaanmu sendiri… kau menyukai Rika, bukan sebagai pengganti Shizuka lagi, tapi sebagai diri Rika sendiri," Haruka menepuk pundak Chihiro, "Temui dia. Atau kau akan benar-benar kehilangannya."

Chihiro menghela nafasnya, ia ingat bagaimana perasaannya yang menghangat jika ia bersama gadis itu, bagaimana ia ingin melindungi gadis itu, bagaimana ia merasa sakit saat melihatnya menangis, dan betapa ia merasa sepi saat Rika tidak disisinya, dia sudah tidak menganggap Rika merupakan pengganti Shizuka, iapun tersenyum, "Kurasa kau benar..."

…Mungkin sudah waktunya membiarkan perasaannya bebas.

.

.

.

Ponsel milik Rika berdering, mata gadis itu membulat, "Chihiro?" ragu-ragu ia mengangkatnya.

"Halo?" jawab gadis itu ragu.

"Halo… Rika… bisa kita bertemu?" tanya Chihiro langsung.

"Untuk..?"

"Ada yang ingin kusampaikan…"

Rika menggigit bibir bawahnya, "…Baiklah. Dimana?"

Diseberang sana Chihiro tersenyum, "Taman yang waktu itu. Malam ini pukul 7…"

Rika mengingat jadwalnya, "Baiklah," jawabnya kemudian.

"Kalau begitu, sampai nanti." Chihiro memutuskan sambungan.

Malam ini keduanya akan menyelesaikan semuanya.

.

.

.

Sesuai janji, keduanya bertemu. Chihiro sudah tiba terlebih dahulu, ia ingin menyiapkan perasaanya terlebih dahulu.

"Maaf, kau menunggu?" sapa Rika ia tersenyum berusaha bersikap seolah tak pernah terjadi apapun.

Chihiro menggeleng, "Tidak, bagaimana kabarmu?"

"Baik, bagaimana denganmu?" Rika memperhatikan wajah Chihiro.

"Menurutmu?"

"…Seperti biasa? Kau pasti kebanyakan bekerja," kekeh Rika pelan.

Chihiro tersenyum samar, "Rika… soal hubungan kita-"

"Chihiro," potong gadis itu, "Aku tidak mau membahas itu lagi…" gumamnya.

Chihiro memejamkan matanya, "Aku mengerti," pria itu menggenggam jemari gadis di depannya, "Kalau begitu langsung saja…" ia membuka matanya perlahan dan menatap gadis itu lurus, "Menikahlah denganku."

Rika terdiam, merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan, "Ha-hah?"

Chihiro tersenyum lembut, "Menikahlah denganku," ulangnya.

"Tapi…" Rika menatap pria itu ragu, "Bagaimana dengan…perasaanmu?"

"Aku tidak akan mengajak seseorang yang tidak kucintai untuk menikah," jawab Chihiro, "Aku akan jujur padamu," ia menatap gadis didepannya, "Awalnya… aku menganggap kau hanya pengganti Shizuka, aku memanfaatkan perasaanmu padaku… Aku benar-benar minta maaf soal itu… Aku terlalu mencintai Shizuka."

Rika menggigit bibir bawahnya, "Begitu kah…"

"Tapi…" Chihiro tersenyum, "Saat bersamamu, aku lupa kalau kau 'hanya pengganti Shizuka', tanpa kusadari aku sebetulnya, mencintaimu sebagai dirimu sendiri, hanya saja aku terlalu keras kepala untuk mengakuinya... aku terus menutup perasaanku. Beberapa bulan tanpa kehadiranmu, akhirnya aku tersadar…" Chihiro meremas genggamannya pada Rika, "Kaulah yang aku butuhkan, aku ingin hari-hariku berwarna lagi. Egois memang, tapi kumohon berikan aku kesempatan kedua…"

Rika benar-benar tidak tahu harus bereaksi bagaimana, perlahan sebuah senyuman muncul diwajahnya… "Tentu… tentu aku mau…" bisiknya.

Chihiro tersenyum, "Terima kasih… Aku janji aku tidak akan membuatmu kecewa lagi…" ia menarik Rika ke pelukannya. Wajah keduanya saling berdekatan dan bibir mereka pun bertemu.

Kali ini aku tidak akan melepaskanmu… pelangiku yang baru…

END

Author's note:

Ha-halo? Ada yang masih ingat dengan saya? Dengan fic ini? Uda lupa? Baca dari awal gih. *ditabok*

Sebenarnya sudah lamaaa banget author pengen nulis sequelnya, Cuma yah… karena berbagai faktor jadilah baru kelar sekarang…

Dan mohon maaf sekali apabila sequel ini mengecewakan, too cheesy, jujur, saya kehilangan mood untuk menulis, tapi entah kenapa untuk yg satu ini saya pengen beres… :')

FF yang dibikin pas author masih tingkat 2 kuliah, dan ini sequelnya baru bikin pas author udah kerja, orz *keterlaluan emang ini orang, 4 tahun dianggurin pls* Pengen bikin sequel juga sih buat Haruka, tapi gatau bisa kapan ahaha *disepak*

Okeh, pertama-tama mari kita bales review di chap terakhir~

Xxx : Iyah, emang kasian pisan bang Chihiro, makanya saya mau mencoba ngasih sedikit kebahagiaan buat dia di sequel ini. *front pembela Chihiro* :') Makasih banyak reviewnya, makasih sudah membaca fic ini.

ShizukaArista : Syukurlah kalau suka endingnya.. semoga sequelnya juga suka… *berbagi tisu* makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

FISIKA : Iyah, memang Chihiro yang paling berjasa disini… *pukpuk Chihiro* makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Kanae Miyuchi: Syukurlah kalau suka endingnya… dan keinginanmu terkbul, disini Chihiro jadian ehehehe *slapped* makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

ABNORMALholic : Ihiks, mari kita turut berbahagiaaa :') makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Silvia-KI chan : Selamat menikmati sequelnya… telat banget sih… tapi… yah… semoga suka :') makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

LeoniaOtaku : Selamat menikmati sequelnya, semoga suka ehehe… makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Irenaclaw277 : Syukurlah kalau suka dengan endingnya, semoga sequelnya juga suka… makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Aoi Yukari : Ehehe, syukurlah kalau suka dengan endingnya… makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Yamashita Hanami-chan : Chihiro sama OC akuuu *ditendang* makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Kisa The Author : Ehehe move on semuaaa, syukurlah kalau suka dengan endingnya, makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Nijigengurl : Himuro is too smexy *slapped* semoga nanti author bisa bikin sequel Haruka n Himuro yaaa, makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Ganu : Ehehehe Chihiro uda ada yang gandeng tuh… *eaks* makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Guest (Nakashima Aya) : Terima kasih banyaaaak. makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Kataoka Arisa : Doakan ya, biar saya bisa sesegera mungkin bikin yang Haruka n Himuro, ehehehe makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

100percentcocoa : Aku senyum-senyum loh baca reviewmu, seneeeeeng banget ada yang nikmatin FF saya… semoga bisa terhibur juga dengan sequel ini… makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Rea : Syukurlah kalau suka dengan endingnya, hehehe makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Syifa-sama : OMG tak akan kubiarkan Chihiro menderita lebih dari itu. *eaks* makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Chintya Lie : Syukurlah kalau kamu sukaaa, makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

NO-chan : Karena nyesekin orang itu hobi saya *ditabok* makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Kurary : Syukurlah kalau suka dengan endingnya, hehe… makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Nakashima Aya : Doakan saja ya author diberi kesempatan buat bikin yang Himuro dan Haruka… makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

Ury-chan : Di sequel ini Chihiro bahagia ko… mungkin? *slapped* makasih banyak reviewnya, makasih banyak sudah membaca fic ini

DONEEEE

Terima kasih banyak atas semua yang membaca, follow, fav, dan review… makasiiiiih banget pokoknya!

Lalu special thanks buat otoutoku tertjinta, Sirius Daria yang ngebantu aku nyelesaiin fic ini… Love youuu

See you in another fic~

Best regards,

Kaito Akahime