Tittle: The Journal

Disclaimer: Naruto bukan punya saya

Genre: Adventure,Romance,Friendship, dll

Pairing: Narutox?

Rated: T

Warning: OOC,Violence,typo,Etc.

Chapter 10.

Kacau, itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi desa Konoha saat ini. Salah satu sisi tembok besar pelindung desa tersebut sudah luluh lantak akibat tubuh besar Shukaku yang Sandaime Hokage dorong paksa agar menjauh dari Konoha meskipun makhluk itu tetap mencoba melawan. Sementara itu, Hiruzen yang awalnya sibuk mengurusi Bijuu berekor satu itu kini disibukkan dengan Nidaime Hokage yang mencoba menyerangnya saat dirinya lengah.

"Katon : Karyuu Endan!" Hiruzen Sarutobi sang Sandaime Hokage sibuk menghujani Nidaime Hokage yang kembali bangkit akibat jurus Edo Tensei dengan semburan api naganya. Namun, dengan mudahnya adik dari Pria berjulukan Dewa Shinobi ini menahan serangan tersebut dengan jurusnya.

"Suiton : Suijinheki!" Tobirama Senju yang pernah menjadi Nidaime Hokage itu membuat sebuah dinding air hingga menjadikan serangan Hiruzen tidak memberikan efek apapun padanya.

'Sial, kemampuan perangnya masih sehebat dulu tapi sekarang ia tak lebih dari mesin pembunuh.'Umpat Hiruzen dalam Hatinya. "Minato, Hati-hati melawan Shodaime-sama. Elemen kayunya bisa mengunci pergerakanmu!" Selagi sempat Sarutobi tak lupa memperingatkan Yondaime Hokage agar berhati-hati menghadapi Hashirama Senju sang Shodaime Hokage.

"Baiklah, aku tahu itu." Balas Minato dari kejauhan. Saat ini dirinya dan Shodaime Hokage sedang berhadapan satu lawan satu di atas atap rumah warga. Untunglah tempat mereka bertarung saat ini bukanlah tempat yang ramai. Hiruzen sengaja mengarahkan mereka menuju tempat yang jarang penduduknya agar para warga sipil punya waktu untuk mengungsi.

"Shodaime-sama, ini adalah kehormatan bagiku bisa bertarung denganmu." Ucap Minato namun tidak dikomentari oleh lawannya yang telah kehilangan kesadaran itu.

"Mokuton : Jukai Kotan!" Shodaime Hokage memngeluarkan jurus andalannya yakni elemen kayu dan membuat daerah rumah-rumah disekitar tempatnya dan Minato berdiri luluh lantak menjadi hutan yang pucuk-pucuknya mencoba melilit Minato.

"Tidak buruk juga!" Minato melompati pucuk-pucuk yang melonjak keluar dari tanah dengan lincahnya. Namun, semakin lama semakin lebat pula hutan yang terbentuk hingga membuatnya terkurung di dalamnya.

'Sial!' Umpatnya saat melihat beberapa sulur mencoba mengikat kakinya. Dengan cepat jarinya membentuk segel dan menghilang dari sana lalu muncul di pinggir tembok desa.

"Untunglah penjuru desa sudah kutandai." Katanya dengan nada lega. Namun, kelegaannya tak bertahan lama saat sebuah suara terdengar dari telinganya.

"Jangan lupakan aku, Minato-kun…" Desisan mengerikan itu merayap halus menuju pendengarannya. Dengan sigap iapun menoleh dan melihat Orochimaru telah berada di belakangnya sambil mengayunkan pedangnya.

'Cih!' Minato yang melihat hal tersebut segera berniat melakukan teleportasi lagi. Namun, niatnya ia batalkan saat sebuah tendangan keras menghantam pria ular tersebut.

Duakh!

Tembok desa itu jebol hingga membuat Orochimaru meluncur tembus dari sisi luar tembok menuju tanah dengan keras. Sementara itu, penendang tadi menyeringai senang melihat hasil kerjanya. Ia tak lain adalah Uzumaki Naruto.

"Hah, jangan lupakan aku ular!" Teriaknya penuh percaya diri. Tubuhnya terlapisi dengan aliran cakra petir dan angin hingga membuat apapun yang mendekatinya bisa saja tercabik-cabik menjadi serpihan kecil.

Sementara itu, Minato yang melihat putranya ada di sini menjadi bingung. "Naruto, bagaimana dengan penyergapan yang kau lakukan? Apakah gagal?" Tanyanya dengan nada khawatir apalagi mengingat kalau menghadapi seorang Orochimaru saja sudah segini merepotkannya.

"Jangan khawatir. Para Anbu sedang mengurusi para hewan panggilan miliknya. Sekarang masalah utamanya adalah Orochimaru dan para senjatanya. Sebaiknya kita menyuruh para Jounin agar ikut membantu kita dalam menghadapi amukan Shukaku." Pemuda pirang itu menatap gelisah saat melihat Bijuu berekor satu itu mulai kembali bergerak menuju desa. Mulutnya membuka lebar seperti hendak menembakkan sesuatu.

"Fuuton : Renkuudan!" Siluman berekor satu itu menembakkan peluru udara tepat kearah pusat desa dimana para penduduk sedang berlarian mencoba mencapai tebing patung para Kage dimana telah terseddia tempat persembunyian.

"Tidak akan kubiarkan!" Melihat hal tersebut, Naruto segera merapa segel tangan dan menembakkan jurusnya.

"Fuuton : Atsugai!" Dari mulutnya keluar peluruh angin yang bergerak menuju peluru angin milik Shukaku Tadi dan menghantamnya dari samping hingga keduanya meledak di udara sebelum tepat menghantam desa.

BUM!

Bunyi ledakan udara tersebut sungguh memekakkan telinga dan juga atap-atap rumah warga hancur ataupun beterbangan akibat jurus tadi. Sementara itu, Minato bisa bernafas lega setidaknya para warga masih bisa selamat. Tak lama kemudian dirinya menyaksikan para bala bantuan datang menuju mereka sambil membawa berbagai macam senjata.

Sementara itu, Orochimaru yang terpental menghantam tanah perlahan berdiri dan menunjukkan senyum mengerikannya. "Menarik sekali, khu, khu, khu. Bagaimana kalau ini?!" Ujarnya ssembari menghantamkan telapak tangannya yang berdarah ketanah dan menimbulkan gumpalan asap besar.

"SHA!" Perlahan asap tersebut menipis dan menghadirkan sesosok ular besar berkepal empat. Tubuhnya terlapisi oleh semacam lendir yang kelihatannya beracun sebab tanah di sekitarnya menjadi lumer akibat bersentuhan dengannya.

Melihat hal tersebut, Naruto segera mengatakan perubahan rencananya kepada Minato. "Minato, rencanaku berubah. Suruh para Jounin yang ada untuk menghadapi ular itu sementara biarkan aku mengurusi Shukaku!" Serunya sambil menggaruk kepalanya akibat melihat begitu banyak masalah sekarang. Dirinya memang tahu bahwa Orochimaru merupakan seorang Sannin yang hebat. Namun, ia tak mengira sehebat ini.

"Baiklah, tapi bagaimana mungkin kita harus menghadapi keduanya pada saat bersamaan? Ditambah lagi Konoha bisa hancur bila kita melawan mereka berdua di sini!" Minato nampak merasa kebingungan saat harus menghadapi situasi seperti ini. Sebenarnya dia bisa saja memindahkan salah satu dari mereka menggunakan Hiraishin menuju tempat lain. Namun, dirinya tidak yakin para rekannya bisa bertahan walaupun ditinggal beberapa saat mengingat jurusnya akan memakan cakra lumayan banyak sebanding dengan ukuran target yang ia pindahkan.

"Tenang saja. Akan kubawa Shukaku menuju tempat lain. Tidak akan kubiarkan dia mengamuk seenaknya di sini. Lagipula aku merasakan hal yang lain dari jinchurikinya." Naruto yang pernah menyentuh Jinchuriki Shukaku itu mengetahui hal lain sehingga memilih mengambil kesempatan ini untuk menjalankan rencanannya yang lain.

"bagaimana caranya?" Minato bingung mendengar omongan anaknya itu.

"Tenang saja. Kau urusi saja para mayat hidup itu." Ucapnya sembari mengedarkan tatapannya menuju arah Hashirama yang sedang menghajar beberapa Jounin Konoha yang mencoba menyerangnya.

Mendengar hal itu, Minato hanya bisa terdiam terpaksa setuju. Dirinya pun bergegas beranjak menyelamatkan para jouninnya dari serangan Hashirama. Sementara Naruto berlari kencang menuju Shukaku. Namun, diatas kepala makhluk itu telah berdiri Orochimaru yang seolah-olah mengendalikannya.

"Tidak akan kubiarkan kau hidup, naruto-kun." Ujarnya sambil membentuk sebuah segel hingga membuat Rakun raksasa itu menggerakkan tubuhnya kemudian membuat beberapa tombak pasir keluar dari tubuhnya menuju arah Naruto.

"Tidak buruk juga. Tapi masih bisa kuhindari." Ujar Naruto sambil tersenyum senang. Namun, sesaat kemudian tanah tempatnya berpijak mulai berubah menjadi pasir hisap yang perlahan menyedotnya masuk kedalam tanah. Melihat hal tersebut, dengan cepat tangannya membentuk segel dan membuat jurus.

"Doton : Chidokaku!" Seru Naruto hingga membuat tanah tempat ia berpijak naik dan memberinya jalan untuk keluar. Sementara itu, dari kejauhan Taka, elang Kushiyose Naruto telah terbang cepat menuju majikannya.

"Danna, sepertinya musuhmu kali ini cukup berat ya." Ujarnya dengan santai membuat Pemuda pirang itu mendengus sebal.

"Ya, mau bagaimana lagi. Dia sannin dan juga punya Bijuu sebagai senjatanya sekarang. Lalu, apakah kau siap melawannya?" Tanya pemuda pirang ini sambil menatap kepala elang besar ini.

"Tentu saja." Balas Taka sambil mencoba melayang di udara. Dirinya diam sesaat sembari menutup kedua matanya. Tak lama kemudian ia membuka matanya dan bersamaan dengan itu perlahan tubuhnya membesar menjadi seukuran Shukaku dengan tubuhnya yang memanjang serta kakinya bertambah jadi dua pada bagian belakangnya. Sayapnya mengecil hingga membuat wujudnya berubah total menjadi seperti seekor singa namun memiliki tanduk petir.

"Senpou : Kirin no Jutsu!" Serunya sambi berlari kencang mencoba mendorong paksa Shukaku agar ikut dengannya.

"A-apa itu?! Jurus itu tak pernah kulihat!" Orochimaru yang tubuhnya bergoyang akibat kehilangan keseimbangan karena tubrukan dari Taka terkejut bukan main melihat perubahan drastis dari Elang menjadi sosok legendaris dalam mitologi yakni Kirin.

Sementara itu, Minato dan Hiruzen hanya bisa mengangah melihatnya. "Luar biasa! Tak kusangka Kuchiyose naruto-kun bisa sehebat itu." Puji Hiruzen sembari sibuk menghindari tembakkan bola air Nidaime Hokage yang mampu membuat tubuhnya berlubang.

"Maju Taka! Tunjukkan kemampuan klan Tori pada mereka!" Teriak Naruto memberikan semangat. Tentu hal ini membuat elang yang telah menjadi Kirin itu terpacu semangatnya.

"Ha'I, Danna!" Balasnya senang. Tanduknya pun bersinar mengeluarkan cahaya biru serta kilatan listrik. "Nikmatilah ini, Senpo : Yama no Kuchiku-kan!"

Taka dengan tanduknya menusuk perut Shukaku hingga menancap kedalamnya. Sementara itu, aliran petir dari tanduknya menyetrum tubuh bijuu itu hingga membuatnya tak bisa bergerak. "Belum selesai!" Menggunakan tenaga yang luar biasa, Taka melempar Shukaku keudara dan segera berbalik arah membuat kaki belakangnya siaga hingga kemudian menendang Bijuu berekor satu itu menggunakan kaki belakangnya sampai menabrak gunung yang letaknya lumayan jauh dari desa.

BUM!
Suara dentuman dari jatuhnya Shukaku tadi sukses membuat para Shinobi yang ikut bertarung menjadi terkejut. Tak terkecuali Shizuka yang baru saja tiba. Dirinya melihat sosok Naruto sedang berdiri di atas Seekor makhluk yang seperti sosok Kirin dalam legenda. Diapun menoleh kebingungan melihat bahwa Naruto juga berada di sampingnya.

Diapun akhirnya menyadari sesuatu. "Hah, sepertinya dia memang tak bisa diam ditempat. Dasar nekat." Keluhnya sambil melompati dinding desa dan mendarat dipunggun Taka.

"Hah! Rasakan itu! Itulah kekuatan dari klan Tori! Taka, sekarang kita kejar dia! Kita buat manusia ular itu menyesal!" Seru Naruto dengan senang. Namun, Kuchiyosenya tidak mau bergerak.

"Kenapa Taka?" Naruto menjadi bingung melihat tingkah laku Taka.

"Danna, sepertinya lain kali kau harus minta izin sebelum bepergian." Ujarnya membuat Naruto bingung.

"Maksudmu?" Namun, sebelum tanya itu terjawab oleh Taka ia sudah terlebih dahulu memperoleh jawabannya saat sebuah tangan menepuk pundaknya hingga membuatnya berpaling kebelakang dan menemukan seorang gadis cantik berambut hitam poni menatapnya menggunakan tatapan yang mengerikan.

"S-Shizuka…sejak kapan?" tanyanya dengan nada bingung.

"Nanti saja pertanyaan itu kamu ajukan. Sekarang kita harus menghentikan amukan monster itu!" Ujarnya sembari menunjuk kearah Shukaku yang mulai berdiri dari kejauhan.

"Ah, kau benar. Tapi, hati-hatilah. Jangan menjauh dariku. Dia bukan lawan yang bisa kita hadapi dengan mudah!" Peringat pemuda pirang ini yang dibalas anggukan pelan oleh gadis di sebelahnya. Takapun kemudian berlari kencang bak seekor rusa menuju Shukaku.

Orochimaru yang melihatnya tentu tak tinggal diam. Tangannya kembali merapal segel yang membuat Shukaku menembakkan peluru udara kearah Naruto. Namun, Taka bisa menghindar kesamping sambil terus memperkecil jaraknya.

Bum! Bum! Bum!

Pepohonan disekitar tempat Taka berdiri beterbangan keudara akibat tak bisa menahan gelombang angin yang dihasilkan oleh Kirin tersebut. Namun, Tiba-tiba saja saat jarak sudah begitu dekat muncul sebuah bola ungu besar yang tepat mengarah kewajahnya.

'Bijuudama!' Naruto yang terkejut segera merapal segel untuk menolaknya. Namun, Taka berteriak hingga membuatnya berhenti melakukan pembentukkan segel.

"Jangan remehkan aku!" Taka mengangkat tinggi-tinggi kepalanya hingga membuat tanduknya disinari petir kembali. Dengan sebuah tandukan keras ia mementalkan bijuudama itu menuju sebuah gunung dan membuatnya meledak meratakan tempat tersebut.

"Yosh! Sekarang tinggal urusanku dengan pria ular itu. Taka, tahan Shukaku dan aku akan mengurusi jurus pria ular ini!" Teriak Naruto dari atas punggungnya. Sementara itu, Shizuka hanya bisa mencoba menyeimbangkan dirinya karena ini pertama kalinya ia melihat pertarungan semacam ini.

"Baik, Danna. Hajar ular itu!" Seru Taka yang dibalas anggukan dari Naruto.

Sementara itu, Hiruzen yang sedang sibuk melayani Tobirama tiba-tiba merasakan keanehan dari lawannya.

'Gerakannya melamban?' pikirnya bingung. Sementara itu, hal yang sama terjadi juga pada Minato. Namun, dia lebih mendapatkan kejutan.

"Anak…mudah…cepat…hentikan…kami…jurusnya….mulai…melemah…" Tiba-tiba saja Hashirama yang sudah dikendalikan sepenuhnya mulai memperoleh kesadarannya meskipun tubuhnya terus menyerang Minato.

Mendengar hal tersebut, Minato langsung segera bertindak. "Bagus, jurusnya masih belum sempurna ternyata! Baiklah, akan kuhentikan anda Shodaime-sama!" Ucapnya sambil merapal segel.

"Katon : Goukakyu no Jutsu!" Salah satu Shinobi Konoha menembakkan bola api menuju ular berkepala empat yang masih asyik membuat sekitarnya berubah menjadi lelehan menggunakan racunnya. Namun, jurus tadi tidak memberikan efek terlalu besar padanya.

"Sial, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?" Tanya salah satu Jounin mudah entah kepada siapa. Namun, saat itu muncullah seorang Shinobi beserta beberapa ANBU berdiri menatap monster tersebut tanpa menunduk.

"Minna, kita akan bekerja sama dengan para ANBU untuk menghadapinya." Ujar pria yang ternyata adalah Hatake kakashi. Perintah itu disambut anggukan setuju dari lainnya. Mereka kemudian berpencar lalu mengeluarkan seluruh kemampuan mereka untuk menghentikan musuh.

"Pertama, Shinobi yang memiliki elemen tanah gunakan jurus kalian untuk membuat dinding yang mengelilingi makhluk ini!" Perintah Kakashi yang dipatuhi oleh mereka.

"Doton : Doryuheki!" Semuanya membentuk dindinya yang mengurung makhluk tersebut hingga tidak bisa bergerak bebas untuk beberapa saat.

"Bagus! Sekarang kita serang dia habis-habisan!" Perintah salah satu ANBU diikuti dengan puluhan serangan yang membuat monster tersebut akhirnya menghilang dalam kepulan debu.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Dilain tempat, Naruko dan para Rokie Genin sibuk menghadapi para Shinobi Suna yang tersisa dari sergapan ANBU ataupun menyusup memanfaatkan kondisi kacau yang ada. Gadis pirang itu sendiri kini sedang terengah-engah nafasnya karena menangkis serangan dari beberapa chunin Suna yang lumayan kuat.

'Cih, mereka kuat juga. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?'Namun, saat dirinya sedang melamun saat itulah kesalahn fatal ia perbuat dengan membiarkan menyerang titik lemahnya.

"Terima ini, Gadis sial!" Teriak salah satu Shinobi Suna dari balik punggung gadis tersebut sembari mengayunkan pedang. Naruko yang menyadari hal itu secara lambat hanya bisa pasrah sekarang. 'Sial, aku tidak sempat melakukan kawarimi kalau begini!' Umpatnya pasrah.

"Katon : Gokakyu no Jutsu!" Sebuah bola api entah dari mana asalnya meluncur dan menghantam Shinobi tadi hingga membuatnya terpental dan terbakar menabrak sebuah kedai tak jauh dari sana.

Jrash!

"Argghhh!" Tak lama setelah itu juga terdengar pekik kematian beberapa Shinobi dihadapannya saat beberapa Kunai menghujami jantung mereka.

Naruko yang melihatnya hanya bisa bengong sesaat dan kemdian menyadari sesuatu. "Kau memang payah, Dobe."Sebuah suara baritone membuat gadis pirang ini membulatkan matanya.

"Berisik, Teme!Lagipula aku baru selesai bertanding. Dan dari mana saja kau?" Ucapnya pada seorang pemuda berambut raven yang berada di balik punggungnya dengan nada sebal.

"Ya, banyak urusan yang tidak perlu kau tahu." Balasnya dengan santai sambil menangkis Shurikken yang terbang menuju arahnya.

"Kau tetaplah Teme!" balas Naruko dengan sebal sembari meninju seorang Shinobi Suna yang mencoba menyerangnya hingga terjatuh.

"Mari kita lihat siapa yang paling hebat diantara kita." Tantang pemuda itu padanya.

"Ayo, siapa takut" Balas Naruko sambil menerjang musuhnya.

"Heyahhhh!"

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Trank!

Kunai Naruto dengan pedang milik Orochimaru saling beradu satu sama lain. Mereka berdua bertarung diatas kepala Shukaku sembari bertukar jurus barang beberapa saat.

"Tidak buruk, naruto-kun." Puji Orochimaru sambil menjulurkan lidahnya. "Tapi, bagaimana kalau ini?" Tangan kirinya berubah menjadi beberapa ular berbisa dan hendak menyerang Naruto. Namun, sebuah angin setajam pedang membuat ular-ular itu terbelah menjadi potongan daging.

"Nadeshiko-ryu: Koha Reppuken!" Ternyata Shizuka menggunaka jurusnya untuk memotong tangan tersebut dari jarak jauh. Hal ini membuat Naruto mendapatkan semacam peluang menyerang balik. Segera saja dirinya membentuk segel secara cepat sambil mengunci sasarannya pada wajah Orochimaru.

"Ranton: Raiza Sakazu!" Pemuda pirang ini menggunakan tangan kanannya mengarahkan batangan sinar laser menuju wajah pria ular tersebut.

Jrash!

Kepala pria tersebut terpisah dari badannya. Namun, Naruto dibuat terkejut saat didapatinya hanya sebuah kulit kosong berada di sana.

Jleb!

Tiba-tiba saja sebuah pedang berada diperutnya dan membuat pemuda pirang ini terdiam di tempat. Sementara itu, Shizuka yang melihatnya segera mencoba melompat kesana namun dicegah oleh Taka menggunakan aura cakranya.

"Tidak, Danna akan selamat. Kau harus percaya akan hal itu."Ucapnya membuat Shinobi itu terdiam.

Sementara itu, Orochimaru tersenyum senang mengetahui lawannya sekarang sudah berhasil ia lumpuhkan. "Bagaimana Naruto-kun? apakah sakit? Bagaimana rasanya ditusuk pedang?" Ejek pria ini namun hanya dibalas tawa sinis dari lawannya.

"Ha ha, ha. Kau pikir serangan macam ini mampu membunuhku? Jangan bercanda. Sebaiknya lihatlah dirimu." Ucap Naruto yang membuat mata Orochimaru membulat saat menyadari bahwa kedua tangannya telah terlilit sebuah segel.

"Maaf, Orochimaru. Namun aku harus melepas paksa segelmu!" Ucapnya sambil merapal segel yang lumayan sendiri mencoba kabur namun rupanya segel tadi mencegahnya untuk kabur.

"Keparat! Lepaskan aku!" Rontah Orochimaru namun tidak diguris oleh lawan bicaranya. Sementara itu, Naruto yang asli menampakkan diri di samping Shizuka dan membuat gadis itu terkejut.

"Ah! Jadi itu bunshinmu?" Tanya gadis itu dengan wajah kagum.

"ya, bisa dibilang begitu. Dan dia sedang melakukan jutsuku yang paling hebat." Balas Naruto sambil tersenyum puas melihat kepanikan di wajah Orochimaru.

"Jukutatsu no Jutsu!" Teriak Bunshin Naruto yang kemudian berubah menjadi sinar kuning lalu menyatu kedalam tubuh Orochimaru.

"Ukh!" Naruto yang menyaksikan hal tersebut memegangi kepalanya karena rasa pusing yang amat sangat. Berbagai data jurus masuk kekepalanya secara paksa saat ini. 'Kekuatan Chikyu no Hoji level selanjutnya begitu mengerikan.' Batinnya sambil menggerakan tangan kanannya mencoba mengingat Segel tangan jurus edo tensei.

"Harimau, Ular, Anjing, Naga. Edo tensei, lepas!" Naruto menyerukan perintah jurusnya sementara tubuh Orochimaru bergerak sendiri mengikuti hal yang sama dengan apa yang Naruto perintahkan.

"Keparat kau! Arghhh!" Meskipun mencoba melawan, namun tubuhnya tetap saja hanya patuh pada Naruto.

Namun, tidak berhenti sampai disitu saja. Tangannya kembali merapal segel aneh yang ia tak sebutkan namanya. Selanjutnya ia melanjutkan kembali pekerjaannya.

"Selanjutnya, ukh! Melepas jurus Shukaku!" Naruto tetap memaksakan dirinya untuk melakukan pelepasan segel.

"Naruto! Ada apa denganmu?! Hentikan jurus ini!" Shizuka yang panik melihat kondisi pemuda itu mencoba menghentikannya. Namun, Naruto tidak menggubris perkataan gadis itu.

"Tenanglah. Semuannya akan selesai sebentar lagi!" Ucapnya sambil terus mengeluarkan keringat dingin.

"Kuda, Naga, Anjing, !" Akhirnya, jurus itu membuat Shukaku yang tadinya diam menjadi kembali menjadi sifat aslinya yang memperburuk keadaan. Sementara itu, Orochimaru yang merasakan bahwa jurus yang membelengunya melemah segera melepaskan dirinya dan berniat menyerang Naruo dengan pedangnya.

"Mati kau, Naruto!" Teriak Orochimaru sambil mencoba menghujamkan pedangnya kearah Naruto yang masih lemah.

"Ikat!" Naruto mengangkat tangan kanannya membuat tubuh Orochimaru tiba-tiba saja membeku entah karena apa sehingga ia tak dapat bergerak. Dilain arah. Tanduk Taka telah berada di depannya hingga membuatnya terpental sampai menabrak bukit yang letaknya tak jauh dari desa.

Naruto yang melihatnya tersenyum senang. Namun senyumannya harus ia tahan saat melihat Shukaku yang memperoleh kembali kesadarannya.

"HAHAHA! SEKARANG AKU TELAH BANGUN SEPENUHNYA! AH! BAHKAN ADA MANGSA! BERSIAPLAH UNTUK MATI!" Ucapnya dengan nada gembira. Rakun itu pun menembakkan peluru udaranya menuju Taka. Namun, dengan sigap Kirin itu menghindar.

"Danna, Jurusku sudah hampir habis. Apa yang harus kulakukan?" tanya Taka bingung. Namun, Naruto sepertinya telah menyiapkan segalanya. Ia berdiri diam di atas kepala Taka hingga membuat Shzuka di sebelahnya bingung.

"Apa yang kau lakukan, Naruto?! Kita akan mati kalau tidak segera bertindak!" Namun, ocehan Shizuka tidak ia gubris.

"Tenanglah, kita akan selamat. Desa ini memiliki banyak sekali orang-orang hebat." Bersamaan dengan berakhirnya perkataan pemilik surai pirang itu, sebuah bayangan besar melintasi kepalanya dan tubuh Taka. Shizuka yang melihatnya hanya bisa membulatkan matanya secara sempurna melihat apa yang matanya tangkap.

Bum!

Pemilik bayangan itu mendarat ke tanah dan menyebabkan getaran lumayan kuat serta menerbangkan pepohonan di sekitarnya. Dari mata biru safirnya, Naruto melihat seekor katak besar dengan jubahnya berdiri membelakangi mereka sambil memegang sebuah Wakizashi. Sementara itu, diatas punggunya Naruto dapat melihat jelas seorang pria setengah baya berambut putih sedang berdiri di atasnya.

"Maaf membuat menunggu." Kata Pria itu dengan nada tenang. Hal ini hanya dibalas oleh Naruto dengan senyum lembut.

"Tidak apa-apa. Lagipula akulah yang harus meminta maaf telah menghajar habis-habisan rekanmu itu." Balas pemuda pirang ini sambil tertawa pelan. Mendengarnya, pria itu hanya tertawa pelan.

"Ha, ha, ha. Meskipun kau anak kandung Minato tapi sifatmu agak berbeda dengannya." Pria itu membalikkan tubuhnya kesamping melihat Naruto kini tengah berdiri sejajar dengannya.

"Ya, kadang tak semua bunga menjadi buah." Balas pemuda tadi dengan nada ringan. Sementara itu, Shizuka hanya bisa kebingungan melihat percakapan antara dua orang yang kelihatannya akrab itu.

'Kenalan Naruto?' Batinnya bingung. Namun kebingungannya harus sirna saat Taka kembali ke wujud elangnya.

"Danna, sepertinya ini batasnya. Mungkin aku masih bisa membantu Danna untuk beberapa menit lagi." Taka kembali melayang diudara di samping pria tadi. Naruto yang mendengarnya mengangguk pelan.

"Ya, itu cukup bagiku." Ucapnya pelan. Diapun menoleh pada pria disebelahnya memberikan semacam isyarat.

"Apakah kau siap, Jiraiya-sama?" Tanyanya dengan nada sedikit menyindir pada pria itu.

Mendengarnya, Pria bernama Jiraiya itu hanya bisa tersenyum kecut. "Ah, kau selalu saja begitu sejak kecil. Dasar." Balasnya sembari menerjang menggunakan Kataknya menuju Shukaku.

"Ayo kita tunjukkan kekuatan pengguna Senjutsu padanya!" Ucapnya sembari menyemburkan bola api.

"Yeah!"

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXx

Sementara di desa Konoha, para Shinobi bisa bernafas lega karena tiba-tiba saja Edo Tensei Shodaime Hokage dan juga Nidaime Hokage menghilang. Namun, mereka semua merasakan semacam keganjilan saat sebuah lingkaran putih muncul dan menghisap kedua roh Hokage tadi.

"Apa itu?" Hiruzen yang sudah babak belur menatap kelangit sembari memicingkan mata senjanya melihat fenomena yang tak pernah ia lihat.

Minato sendiri yang melihatnya hanya bisa terdiam. "Apa itu?" Bisiknya pelan. Namun, mereka semua kembali tersadar saat mengetahui bahwa masih ada urusan dengan para Shinobi Suna yang berhasil lolos dari penyergapan.

"Minna, sekarang kita pukul mundur para musuh yang masih tersisa!" Ucap Minato memberikan komando yang dibalas anggukan setuju oleh semuanya.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

"FUUTON: RENKUDAN!" Shukaku kembali menembakkan jurus mengerikannya itu kearah Jiraiya. Namun pria ini atau lebih tepatnya kataknya berhasil menghindari maut yang menjemput mereka dengan melompat keudara. Sementara itu, Naruto beserta Taka dan juga Shizuka melesat kencang menuju Rakun raksasa itu dari arah samping.

Mata biru Naruto mencari sesuatu di atas kepala Shukaku dan menemukan sebuah tonjolan yang mulai keluar dari kepala makhluk tersebut. 'Jadi, Orochimaru memaksakan jurus Tanuki Neiri no Jutsu? Menarik.' Batin pemuda pirang itu sembari menyuruh rajawalinya untuk terbang kesana.

"JANGAN PIKIR AKU TAK MELIHATMU!" Shukaku yang menyadari kehadiran Naruto memanjangkan lengannya dan mencoba menghajar pemuda itu. Namun, dengan sigap Taka menukik kebawah sementara Naruto melompat keudara dan mendarat kelengan makhluk itu.

"Kau yang tidak boleh melupakan kami." Jiraiya beserta kataknya melompat dari kejauhan dan menebas dada Shukaku hingga membuat makhluk itu meringis kesakitan. Naruto yang melihat hal tersebut memanfaatkan kesempatan dengan segera menuju kegundukan yang perlahan muncul tadi.

"baiklah, sekarang akan kukerahkan semuanya untuk dua jurus ini." Ujar pemuda itu sambil mengayunkan tangannya membiarkan dua bua cakra berbeda warna keluar dari tangan kanan dan kirinya.

Sesampainya di atas gundukan yang telah memperlihatkan rambut merah bata itu, pemuda itu segera menepukkan tangan kirinya yang teralirkan cakra biru hingga membuat semacam segel muncul dan membuat tubuh Shukaku menyusut.

Shukaku yang menyadari itu berteriak dengan penuh amarah. "BANGSAT! APA YANG KAU LAKUKAN?! " Namun teriakan itu tidak digubris oleh Naruto. Selanjutnya ia meletakkan telapak tangan kanannya yang beralirkan cakra kuning. Perlahan pemuda itu memasuki alam bawah sadar anak bernama Gaara itu.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

'Dimana ini? Apa yang kulakukan?'Seorang pemuda berambut merah bata sedang meringkuk di sebuah tempat gelap sembari menatap kosong sekitarnya.

'Kaa-san…' Secara pelan ia mengucapkan sebuah kata yang jarang sekali ia maknai.

'Namamu Gaara kan?' Tiba-tiba sebuah suara terdengar membuat pemuda itu mendongakkan kepalanya menyaksikan seorang pemuda lainnya dengan rambut pirang menjulurkan tangannya kepada pemuda itu.

'Kau…' Gaara terdiam mencoba mengingat wajah itu.

'Ayo, lekas bangun. Banyak yang ingin kubicarakan denganmu.' Ucapnya sambil tersenyum. Tanpa disadari, Gaara menerima ulura tangan itu.

TBC

Ah,akhirnya selesai. Oke, sekian dulu. Dan saya ucapkan terima kasih sebesar –besarnya buat yang udah review cerita abal ini. Tak lupa terima kasih juga buat yang udah fav sama follow fic ini. Sekian dan terima kasih.