"L'Amore, La Morte E Il Giudizio"
A Sengoku Basara Fanfic
Language: Bahasa Indonesia
Rate: M
Genre(s): Alternate Universe - Angels and Demons, Supernatural, Fantasy, Mature, Violence, Psychological, Gender Bender, Romance
Pairings: IeMitsu as the main (Additional(s): DateSana, ChikaNari, KojuSasu, KeiHan, SaKatsu)
Warning(s): 2P!Characters, Heavy Sexual Content & Violence. Don't like, then don't read. Take your own consequences.
Note: Sengoku Basara belongs to CAPCOM (which finally I mentioned this). I only own this fanfiction along with its storyline.
Chapter 7: Blood and Honey ~The Violent Demon and The Virgin Angel~
'This chapter is made with special help from Kaien-Aerknard'
"Bawa mereka menghadap pimpinan kita—"
"!" Katsuie merasakan tubuhnya dingin sesaat. Dirinya membatu di depan Yukimura hingga sang putri dibuatnya terkejut dan bingung."(Katsuie-dono, ada apa?)" Yukimura menatap mata Katsuie khawatir.
Jegudiel itu beranjak dari ranjang, melangkah mendekati jendela dengan kedua tangan yang berat terlilit rantai dan kaki yang terluka. Tangan oleh seutas rantai besi yang bagi dirinya, juga ikut membelunggu tidak hanya raganya, namun juga jiwanya. Sementara rasa sakit pada pergelangan kakinya akibat tergigit salah seekor ular milik Sakon. Katsuie memaksa dirinya untuk berjalan. Disaksikan oleh keduanya sekeliling hanya ditumbuhi oleh pepohonan rindang. Namun, ada sesuatu. Sebuah firasat yang sedaritadi mengusik benak Katsuie, membuat hatinya tidak tenang. "(Perasaan apa ini? Ada yang mengawasi kita)"
Perempuan berambut hijau itu berbalik, tampangnya serius sekaligus cemas. "(Yukimura-oujosama, apa para iblis itu masih ada di sekitar sini?)"
Yukimura membaca saksama gerakkan bibir Katsuie kemudian menggeleng, lalu tertunduk sebentar kemudian mengangkat kembali kepalanya. "(Kurasa tidak. Karena—ketika aku setengah sadar, aku mendengar sebuah suara. Suara wanita. Sedang bersetubuh dengan para iblis itu—Lalu kemudian mereka pergi begitu saja)," tatapnya pada Katsuie menggigit bibir bawahnya.
Gadis berambut hijau itu membaca gerakkan mulut sang putri dan menjadi murka setelah menangkap keseluruhan kalimatnya. "! (Sialan! Teganya mereka membuat Yukimura-oujosama mendengar suara-suara seperti itu!)" Katsuie memukul keras tembok yang berada di dekatnya, membuat Yukimura terkejut.
"(Tidak apa)," Yukimura tersenyum sedih.
Katsuie akhirnya tenang untuk beberapa saat. Ia meraih gorden besar sebuah jendela, merobeknya sekuat tenaga, biarlah bila hasilnya tidak rata. Ia sempat kesulitan merobek gorden tersebut akibat terkuncinya kedua tangan.
"! (Katsuie-dono! Apa yang kau lakukan?!)" Kedua mata Yukimura melebar karena terkejut melihat aksi Katsuie.
"(Kita akan pergi dari sini, oujosama)," Katsuie menatap tajam Yukimura. "(Kita akan pergi dari sini dan kembali ke Surga),"
"(Kau serius, Katsuie-dono?! Tapi—dunia kita sudah hancur, bukan?)" Yukimura yang ketakutan mencengkram seprai ranjang erat.
"(Lebih baik saya mati di Surga yang hancur ketimbang menjadi mainan mereka disini!)" Katsuie menutup tubuhnya dengan gorden yang sudah ditariknya lepas lalu mengaitkan kedua ujung gorden di depan dadanya.
"(Tunggu—HWAA!)" Yukimura yang berusaha beranjak dari ranjang terjatuh. Dirasanya kedua kakinya lemah hampir tak bisa digerakkan. "(Uhh..)" Ia tahu; rasa lemah yang dirasanya bagai mati rasa kedua kakinya akibat ulah Incubus yang kemarin 'bermain' lagi dengannya.
"(Oujosama!)" Katsuie segera menolong putri yang terjatuh itu lalu menutupi tubuhnya dengan gorden kemudian mendekap tubuh Yukimura erat. "(Anda tidak apa, oujosama? Jangan paksakan diri anda untuk berjalan sendiri)."
"(Aku tidak apa—Katsuie-dono, kakimu!)" Yukimura panik melihat pergelangan kaki Katsuie yang berdarah sampai mennyengkram lengan gadis berambut hijau itu. "(Katsuie-dono...Kenapa dengan kakimu?)" mulut sang putri bergerak mengucapkan sebuah kalimat dan dibacanya saksama oleh Katsuie.
"(Ini bukan apa-apa, oujosama)" Katsuie merobek kecil gorden yang dipakainya dan mengikat kencang potongan itu ke pergelangan kakinya. "(Hanya sebuah gigitan),"
"(Kau yakin?)" Yukimura menatap sedih Katsuie. Sang Jegudiel menatap putri Netzach dan memasang senyum. "(Aku akan baik-baik saja. Bisakah anda berjalan, oujosama?)" Katsuie meraih tangan Yukimura membantunya berdiri.
Yukimura menatap rantai yang melilit kedua tangan mereka berusaha menariknya melar, namun mulai panik karena rantai tersebut tidak bisa ditarik. "(Katsuie-dono...!)"
"(Setidaknya mereka meninggalkan kita 'sesuatu'—Lalu mengejar kita dan merebut kembali)," Katsuie mengusap rantai yang melilit tangannya dan Yukimura. Sang putri yang menyaksikan semakin khawatir hingga seluruh tubuhnya gemetar.
"(Kita pasti bisa pergi dari sini, Katsuie-dono! Kita tidak akan pernah tahu sampai kita mencobanya!)" Yukimura menurunkan alisnya berusaha memberi semangat pada Katsuie. Katsuie tersenyum kecil dibuatnya. "(Anda benar, oujosama)."
Katsuie menganalisa rantai besi yang melilit di kedua tangannya dan Yukimura; melihat ujungnya yang terkunci di bawah kaki ranjang. Gadis berambut hijau itu berjalan mendekati kaki ranjang, meraih ujung rantai dan segera menariknya kencang. Dibantu sang putri, tak berselang lama rantai besi yang terkunci di bawah kaki ranjang terlepas. Meski mengeluarkan hampir seluruh tenaga, mereka tersenyum bahagia pada akhirnya rantai besi yang melilit tangan mereka berhasil dilepaskan; meski kedua tangan mereka belum sepenuhnya bebas dari lilitan rantai-rantai besi itu.
Kedua malaikat tahanan itu mulai melangkah perlahan keluar kamar. Dibukanya pintu pelan oleh Katsuie, keduanya dikejutkan dengan pemandangan mengerikan: dimana para Naga dan Incubus bawahan Masamune dan Sakon tertidur lelap memenuhi ruangan, bahkan hampir tidak ada tempat bagi mereka untuk lewat.
"(Ka—Katsuie-dono—Bagaimana ini?!)" Wajah Yukimura mulai memucat. Tangannya menggenggam erat tangan Katsuie.
"(Tenanglah, oujosama. Semua akan baik-baik saja)," Katsuie ikut menggenggam erat tangan Yukimura. Malaikat berambut panjang cokelat itu melepaskan tangannya dari Katsuie dan berjalan pelan melewati sesaknya jalan keluar melangkahi para iblis yang tertidur pulas memenuhi jalan. Cukup baik untuk percobaan pertama—dengan perlahan ia melewati para Incubus dan Naga tanpa membangunkan satu pun dari mereka. Yukimura yang tidak menyadari di hadapannya ada Yoshinao yang tertidur di lantai, terjatuh tiba-tiba. Tubuh Yukimura tengkurap di atas tubuh Incubus berambut retro itu.
"Ngghh...Hittou...One martini coming," Yoshinao mengigau dalam tidurnya. Katsuie yang mendengarnya dari kejauhan berubah wajah menjadi pucat, tak terkecuali Yukimura yang berada sangat dekat dengannya—wajahnya membiru berkeringat dingin. Perempuan berambut panjang cokelat terkuncir itu berdiri pelan berusaha menghindari kontak fisik dengan Incubus yang tertidur. Namun naas bagi Netzach yang sedang berusaha kabur—
"Heerm..." Yoshinao mengangkat sedikit wajahnya, hidungnya menyentuh dada Yukimura; memberi sensasi geli yang menusuk tubuh.
"(Khh!)" Yukimura menggigit bibir bawahnya, memberi sinyal diam untuk tubuhnya yang mulai gemetar. Kedua tangannya tidak kuat menahan dirinya di atas lantai hingga tergelincir. Yukimura terkejut dirinya mulai terjatuh ke atas badan Yoshinao.
"(Yukimura-oujosama!)"
Istana Lucifer, Ruang Besar; dimana para iblis yang hadir sedang mengadakan pertemuan sambil dijamu oleh sang pemilik rumah: Ieyasu Tokugawa sang Lucifer. Ramainya suasana pertemuan tiba-tiba pecah ketika Matabee dan Kanbee mendesis lama diantara kedua lengan Sakon.
"Kanbee? Matabee? Ada apa?" tanya tuan mereka yang sedang meminum minumannya. Kanbee dan Matabee menoleh kepala mereka ke arah Sakon kembali mendesis panjang.
"..." Sakon membanting gelasnya pelan. "Apa katamu?"
"Sakon?" tanya Ieyasu yang menyadari tingkah Sakon.
"Entah aku salah dengar atau—" Matabee mendesis marah memotong kalimat Sakon yang tidak selesai. "...KAU SERIUS?" Tatapan Sakon berubah menjadi serius mennyengkram gelas minumnya hingga menimbulkan retakan kecil.
"Sakon, apa yang—" Masamune yang ingin bertanya kemudian terdiam. Hidungnya mulai bergerak, mencium sesuatu. Sang Incubus mengendus kuat di sekitar ruangan dan tatapannya juga berubah terkejut seperti Sakon. "What?!"
"Kalian, ada apa sebenarnya?" tanya Keiji bingung.
"Sakon—" Masamune menatap wajah Sakon, ekspresinya berubah menjadi marah dan wajahnya mengkerut. "WHERE ARE THEY?!" tanyanya sedikit berteriak.
"Oi, oi—" Motochika berusaha menyela namun ditahan untuk tidak melanjutkan kalimatnya oleh Masamune yang melempar pedang ke mejanya hingga tertancap dalam, menyebabkan kerusakan.
"WHERE ARE THEY, SAMAEL?!" Kini Masamune menjadi murka. Taring tajamnya terlihat di balik mulutnya dan kedua pupilnya terlihat tajam. Sakon yang kesal diomeli Masamune berdiri dan memukul kencang mejanya.
"BAGAIMANA AKU TAHU KEMANA MEREKA KABUR, MASAMUNE?!" Giliran Sakon yang kini berteriak marah. Seisi ruangan terdiam dibuatnya, terkejut mendengar apa yang kedua iblis itu perdebatkan.
"...Mereka?" tanya Hisahide menaikkan sebelah alis. Masamune dan Sakon yang mendengar langsung terdiam berkeringat dingin. Wajah mereka biru, menandakan panik bukan main.
Ieyasu terdiam tidak lama kemudian tertawa kencang membuat seisi ruangan menatapnya. "Ahahaha. Memalukan sekali kalian ini—sampai kedua malaikat kalian bisa lepas dan pergi begitu saja," ucapnya lantang membuat seisi ruangan terkejut bukan main.
"MASAMUNE-SAMA! SAKON SHIMA! BAGAIMANA BISA KALIAN MEMBIARKAN TAHANAN-TAHANAN KALIAN KABUR?!" Kojuuro berteriak.
"Ara~ Kedua malaikat kalian sampai kabur begitu. Sungguh memalukan," seru Magoichi tersenyum.
"Itu tindakan yang benar-benar tidak bisa dimaafkan, kalian berdua..."Keiji menatap Masamune dan Sakon tajam. Pemimpin Incubus berambut cokelat pendek itu menundukkan kepalanya dan teringat akan satu hal: para bawahannya yang bertugas mengawasi kedua tahanan.
"...Those brats!" Masamune memukul meja kencang. "Mereka memang tidak berguna!" lanjutnya murka.
"Kanbee, Matabee. Kemana mereka pergi?" tanya sang Samael pada kedua ularnya yang mendesis pelan. "Hutan Kematian? Jarak yang cukup jauh." Sakon menghela napas pasrah.
"Sakon, tunggu—" Masamune mencium sebuah bau dan mulai mengendus pelan. "...Mereka tidak sendirian." serunya membuat Sakon terdiam kaget.
"Maksudmu, Masamune?" Suara Sakon bergetar ketika mengucap.
Masamune menoleh ke arah Hisahide dengan wajah marah dan tersenyum lebar kemudian berkata dengan suara geram: "Η μυρωδιά των εντόμων τσίμπημα πίσω τους. Τι στο διάολο είναι το σημείο σας, Βεελζεβούλ? (Tercium bau serangga menyengat di belakang mereka. Apa tujuanmu, Beelzebub?)"
Hisahide yang diperhatikan hanya tersenyum balik menatap Masamune dan Sakon dengan santai. "Tidak ada," jawabnya singkat.
"Ακριβώς περίεργος με άλλους αγγέλους (Hanya penasaran dengan para malaikat lainnya.)"
"Mereka langsung pergi," bisik Kojuuro pelan meneguk pelan minumannya. "Hisahide...kau tahu mereka tidak suka bila 'mainan' mereka disentuh sembarangan?" lanjutnya menoleh ke arah Hisahide yang sudah berlumuran darah tertusuk belasan pedang di seluruh anggota tubuhnya dan tersandar di dinding ruangan yang hancur.
"Ahaha. Maaf, maaf. Aku lupa." Hisahide tertawa.
"Mereka itu sangat protektif, Hisahide-sama." Magoichi terbang menghampiri Hisahide dengan punggungnya yang penuh tentakel terbentang lebar. Tentakel-tentakel itu mengikat masing-masing pedang yang menusuk Hisahide, menyabut pedang bersamaan lalu melempar sembarang tempat dengan darah yang ikut berceceran. "Terlebih lagi, ini adalah pertama kalinya mereka benar-benar 'tertarik' dengan 'mainan' mereka," lanjutnya mendarat kemudian membereskan pakaian sang Beelzebub.
"Bukankah mereka punya anak-anakmu, Magoichi?" Hisahide mengecup kening sang Succubus yang berdiri di depannya membereskan pakaian rapinya.
"Huh, anak-anakku punya tugas tersendiri. Memang mereka selalu 'bermain' dengan para Incubus dan Naga, tapi bukan berarti para Incubus dan Naga itu betah 'bermain' dengan mereka," balas Succubus berambut cokelat terang itu tersenyum selesai merapikan. "Lagipula, mereka juga harus pergi ke dunia luar untuk 'berburu'."
"Hisahide, dimana otakmu? Sampai berani mencari masalah dengan Masamune dan Sakon." Motochika menghela napas panjang dengan Ranmaru dan Itsuki yang sudah membantunya beranjak dari kursi. "Beruntunglah kau masih utuh. Jikalau tadi mereka sangat serius, mereka bisa saja merobek habis tubuhmu."
"Haha, aku tahu itu—" Darah di tubuh Hisahide perlahan mulai bergerak sedikit dan berterbangan menjadi kumpulan serangga kecil mengelilingi sang Beelzebub. Luka di tubuh Hisahide juga ikut menutup. "Tenang saja, Nebiros. Aku tahu apa yang kulakukan," ucapnya membuka telapak tangan kanannya yang sudah muncul lubang hitam. Kumpulan serangga kecil yang berterbangan mengelilinginya mulai masuk ke dalam lubang hitam di tangannya, tidak menyisakan satu serangga kecil pun lalu menutup pelan telapak tangannya.
"Karena ulahmu, mejaku jadi hancur begini." Ieyasu berkata menyaksikan meja besarnya yang hancur terbelah dua dan makanan yang berceceran di sekitar. "Kau boleh bangga menjadi seorang Beelzebub, tapi jangan pernah mencari masalah dengan Incubus dan Samael. Mereka mengandalkan insting liar ketimbang akal sehat," tuturnya sambil mengangkat bahu.
"Ujimasa. Tadatsugu," panggil Ieyasu pada kedua pelayannya. Tadatsugu dan Ujimasa muncul secara ajaib di belakang Ieyasu sambil membungkuk hormat. "Ya, tuanku?" tanya mereka.
"Καθαρίστε αυτό το χάλι (Bersihkan tempat ini.)" ucap sang Lucifer. Tadatsugu dan Ujimasa yang mendengar langsung membungkuk hormat. "Όπως επιθυμείς , κύριέ μου (Tentu saja, tuanku.)" Kedua butlers itu menunduk dan menghilang sekejap. Mereka kembali muncul dengan Tadatsugu menendang jauh meja yang sudah terbelah dan membawa meja baru entah dari mana datangnya sedangkan Ujimasa menyapu makanan yang jatuh berceceran dan kembali menghilang, membiarkan Tadatsugu memasang meja baru. Head butler tua itu kembali muncul membawa taplak meja baru dan mulai menata. Butler berambut cokelat panjang itu meraih meja yang terbelah dibantu Ujimasa kemudian keduanya menghilang bersama. Para iblis yang menyaksikan hanya terdiam takjub.
"Sudah kuduga dari pelayan-pelayan Lucifer-sama." Keiji berkata, menepuk pelan kedua tangannya.
"Terima kasih banyak, tuan Keiji." Tadatsugu dan Ujimasa muncul kembali di belakang Ieyasu membungkuk hormat.
"Maaf mengganggu, Lucifer-sama.Tapisaya harus segera pergi." Keiji beranjak dari tempat duduknya. "Tidak bisa saya biarkan putri sulung Cherubim itu ditinggal sendirian. Bisa-bisa lari seperti Netzach milik Masamune dan Jegudiel milik Sakon."
"Kami juga, Ieyasu." Hisahide menegakkan diri kemudian merangkul Magoichi. "Aku ada urusan dengan Succubus yang manis ini," lanjutnya sambil mengusap hidungnya dengan hidung Magoichi.
"Hisahide-sama~" Magoichi membalas usapannya dengan bahagia.
"Saya juga." Kini Kojuuro yang beranjak dari kursinya. "Urusanku dengan putri sulung Netzach masih belum selesai."
"Jangan tanyakan aku," sambung Motochika. "Sudah pasti hari ini Itsuki dan Ranmaru perlu diperiksa. Sebagian kulit tubuh mereka mulai terkikis," ucapnya melihat ke anak laki-laki dan perempuan disampingnya menuntun erat dirinya yang rentan.
"Tidak apa. Kalian pulang saja." Ieyasu melambaikan tangannya kepada para tamunya. "Uruslah urusan kalian masing-masing dan enyahlah," lanjutnya memasang senyum. Keiji mulai berjalan pelan menjauhi Ieyasu dan yang lain. Bayangan hitam muncul di bawah kedua kakinya dan merambah naik ke seluruh tubuhnya hingga terhisap ke dalamnya menenggelamkan tubuh Shinigami dan menghilang di hadapan iblis-iblis lainnya. Hisahide; yang merangkul Magoichi; Kojuuro dan Motochika berjalan keluar ruangan seiring pintu dibukakan oleh Ujimasa.
Kojuuro melebarkan lengannya, tubuhnya mulai terpecah menjadi kumpulan burung gagak dan terbang menjauh. Motochika yang diikuti Ranmaru dan Itsuki mundur bersama beberapa langkah dan melompat jauh keluar dari istana Lucifer. Sementara Hisahide membentangkan enam sayapnya lebar dan terbang menjauh dengan Magoichi yang dirangkulnya. Ieyasu melihat para iblis mulai pergi dari kejauhan dengan Tadatsugu dan Ujimasa berdiri siaga di belakangnya.
"Tadatsugu, kirimkan pesan pada Belphegor mengenai pertemuan tadi—dan bilang padanya tolong kemari besok untuk mengurus dinding ruangan besar yang rusak." pinta Ieyasu.
"Dimengerti, tuanku." Tadatsugu menunduk dan segera pergi.
"Ujimasa." Ieyasu kini memanggil sang kepala pelayan.
"Ya, Takechiyo?" respon Ujimasa.
"Aku ada tugas untukmu—"
Katsuie dan Yukimura tengah berlari di tengah hutan. Napas mereka terengah akibat berlari terlalu cepat. Sesekali Katsuie menoleh ke belakang, dilihat tiga bayangan mengikuti mereka dari belakang.
"(Yukimura-oujosama! Cepat!)" Katsuie menarik lengan kanan Yukimura dan menambah kecepatan larinya, menghiraukan rasa sakit di pergelangan kakinya yang sempat memperlambat larinya. Ia tidak peduli; nyawanya dan sang putri terancam antara hidup dan mati. Yukimura yang menyadari keadaan semakin memburuk mengikuti kecepatan gadis berambut hijau di depannya. Kedua malaikat itu terus berlari melewati ranting dan akar pepohonan yang tumbuh di sekitar hutan itu—sementara ketiga bayangan yang mengikuti mereka dari belakang ikut menambah kecepatan mereka dan berlari menuju dua malaikat yang sudah mendahului.
"δεν θα ξεφύγει! (Kalian tidak akan bisa lari!)" teriak salah satu bayangan yang mulai mendekati Katsuie dan Yukimura. Kedua malaikat yang ketakutan kembali menambah kecepatan mereka namun tidak menyadari dua bayangan lain di hadapan mereka hingga tertabrak. Dua bayangan yang mereka tabrak menangkis tubuh mereka hingga terguling ke tanah membentur keras sebuah pohon besar.
"(Uagh!)" Katsuie tersungkur lemah dengan Yukimura tersungkur tak sadarkan di sebelahnya. "(O—oujosama!)" Malaikat bersayap dua itu meraih tubuh sang putri yang lemah dan merangkulnya.
"Hei, malaikat." Tiga bayangan berjalan pelan menghampiri Katsuie dan Yukimura. Jegudiel yang melihat ketiga bayangan semakin dekat memeluk erat sang putri. "(Menjauhlah dari kami.)"
Ah? Apa kau bilang? Aku tidak bisa mendengarmu," seru sebuah bayangan yang mulai tampak: seorang pria berpakaian serba putih kusam dengan tubuh bagian bawah yang berupa abdomen laba-laba lengkap dengan empat pasang kaki arachnida tersebut, mengenakan topeng keramik putih bertuliskan 'I' disertai gambar wajah bahagia dan membawa tombak hitam besar.
"Kau lupa mereka tidak bisa bicara?" sambung bayangan lain yang ikut menampakkan diri: berpenampilan sama namun memakai topeng wajah sedih bertuliskan 'II'.
"Hihihi. Aku tidak peduli mereka bisa bicara atau tidak. Tapi, tugas adalah tugas. Hidup atau mati—kedua kupu-kupu ini harus kita bawa menghadap pimpinan," Bayangan ketiga mengenakan topeng wajah marah bertuliskan 'III' tiba-tiba muncul di sebelah kiri Katsuie, berbisik. Sang malaikat yang terkejut mundur menjauh dari ketiga bayangan yang mendekatinya, bergemetar hebat.
"(MENJAUHLAH DARI KAMI!)" Katsuie dengan mulut terbuka lebar namun tak bersuara mulai menangis memeluk Yukimura erat namun tak dihiraukan oleh ketiga iblis yang tertawa mencegat mereka.
"Tenanglah, wahai malaikat. Kami adalah Miyoshi Trio. Jorogumo Type. Kami harus membawa kalian berdua menghadap tuan Beelzebub dan nyonya Succubus," jelas iblis bertopeng 'I'.
"Mungkin kalian takut melihat kami adalah pria, bukan? Jorogumo pada umumnya adalah wanita, namun tuan Beelzebub ingin mencoba sesuatu yang beda. Maka dari itu, ia menggunakan kami sebagai percobaan pertama dan itu berhasil," Iblis bertopeng 'II' tertawa bangga.
"Ketika tuan Beelzebub mendengar bahwa tuan Lucifer menangkap beberapa malaikat—beliau langsung tertarik dan tidak sabar untuk 'mencicipi' anda semua! Ahahahaha!" tawa besar dikeluarkan oleh iblis bertopeng 'III'. Katsuie yang menangis semakin ketakutan memeluk erat Yukimura. "(Tolong—keluarkan kami dari sini!)"
"Μήπως πρέπει να φέρουμε τους νεκρούς ή ζωντανός? (Kita harus membawa mereka mati atau hidup?)" Jorogumo bertopeng 'I' bertanya pada dua rekannya.
"Και οι δύο τρόποι είναι ωραία (Keduanya sama saja)," sahut Jorogumo bertopeng 'II'.
"Απλά να τους φέρει ήδη! Ή θα πετάξει μακριά! (Bawa saja mereka sekarang! Atau mereka akan kabur!)" Iblis bertopeng 'III' berseru kesal pada dua rekannya. Ketiga iblis itu mulai berdebat satu sama lain menghiraukan kehadiran Katsuie dan Yukimura yang harusnya menjadi target. Melihat kesempatan ini, gadis berambut hijau itu menyelinap pelan berusaha kabur namun terkejut ketika merasakan kedua kakinya tertahan oleh kelenjar lengket yang kuat. Yukimura yang tergerak dirangkul juga ikut terhenti akibat beban berat. Ia menoleh—ketiga iblis itu menggenggam erat benang sutera yang mengikat kaki Katsuie dan Yukimura.
"Αγαπητοί πεταλούδες του Ουρανού, δεν τολμάτε να ξεφύγουν από τους ιστούς των αραχνών (Wahai sepasang kupu-kupu dari Surga, jangan pikir kalian bisa lepas dari benang laba-laba),"
Katsuie gemetar hebat mendengarnya. Walau tak terlihat, ia percaya—ketiga iblis yang mencegatnya mengucapkan kalimat mereka dengan bangga—tersenyum lebar bagai predator yang berhasil menangkap mangsa.
Kamar Hanbei Takenaka,
Nouhime masih sibuk melihat Hanbei yang tertidur pulas. Wanita berambut hitam berkonde itu sedari tadinya tidak mengalihkan pandangan dari wajah sang malaikat yang tertidur pulas.
"Wajah ini—tidak salah lagi—Keiji Maeda membawa kembali—" bisik Nouhime tidak percaya masih terpesona dengan wajah malaikat yang tertidur itu.
"Nyonya Hypnos, tidak biasanya anda keluar dari Hanakisou," sebuah suara menggema di sekitar kamar mengejutkan Nouhime.
"Kau tidak akan percaya melihat ini, Ujimasa." Nouhime menyahut seorang diri.
"Melihat apa, nyonya Hypnos—istri dari tuan Thanatos?" Ujimasa berdiri tepat di seberang Nouhime di sisi lain ranjang Hanbei, memasang senyum.
"Jangan mengagetkanku seperti itu, Ujimasa. Kau sendiri, kenapa kemari? Tidak seperti biasanya juga seorang kepala pelayan pemimpin Neraka melangkah kakinya keluar dari istana," Nouhime tertawa pelan.
"Putri sulung Cherubim ini dititipkan hadiah dari Takechiyo. Ia ingin sang putri menerima hadiah ini, karena ini spesial," jawab Ujimasa menenteng sebuah amplop cokelat kecil di tangan kanannya.
"Wah, sayang sekali. Sang putri sedang tertidur pulas," Sang Hypnos membalas menatap wajah Hanbei yang tenang. "Memangnya hadiah apa?" tanyanya pada sang kepala pelayan tua yang masih terpasang senyum di wajahnya.
"Bukan hadiah yang mengerikan. Hanya sesuatu yang berhubungan dengan adik tercintanya,"
"Eh, Mitsunari Ishida? Kudengar dari Kazusanosuke-sama, ia malaikat yang cukup keras kepala. Sampai berani meludahi Lucifer-sama," Nouhime berkata sambil mengusap kedua pipi Hanbei.
"Saya juga sempat terkejut mendengarnya. Bahkan Tadatsugu pernah dibuat terluka olehnya. Tapi entah apa yang ada di pikiran Takechiyo untuk menahan Mitsunari-sama—tidak bisa ditebak," Ujimasa tertawa pelan. "Kalau begitu, saya taruh disini saja hadiahnya," lanjutnya menaruh amplop tersebut di samping tubuh Hanbei lalu ikut menatap wajah sang malaikat yang tertidur.
"Kuharap malaikat itu tidak terkejut melihat isinya, huhu," Nouhime tertawa kecil berdiri melepaskan pipi Hanbei dari tangannya. Lama Ujimasa menatap Hanbei, kedua matanya sedikit terbuka.
"...Nyonya Hypnos—Kichou—" panggil Ujimasa. "Kenapa wajahnya—"
"Kau terkejut juga, bukan? Awalnya kukira itu hanyalah sebuah ilusi—Tidak, malaikat ini bukanlah 'dia', tapi mirip sekali—" Nouhime sedikit ragu menjelaskannya.
Ujimasa terdiam. "...Saya jadi ingat sesuatu. Kalau tidak salah 'dia' punya relasi keluarga tidak langsung dengan salah satu anggota kerajaan, bukan?" Ia bertanya dengan dagu yang ditopang dengan jari-jarinya. "Meski datang dari keluarga biasa, tapi 'dia' punya saudara laki-laki yang menikahi putri kerajaan Surga—"
Kedua mata Nouhime terbuka lebar mendengar penjelasan Ujimasa. "Jangan katakan padaku—"
Ujimasa mengangguk pelan. "Tidak salah lagi, Kichou. Mitsunari Ishida dan Hanbei Takenaka adalah keponakan dari 'dia'—seorang malaikat bertipe sama dengan Hideyoshi Toyotomi: Phanuel, yang kebetulan adalah adik satu-satunya; juga merupakan cinta pertama sang Shinigami—Tuan Keiji Maeda—"
Di suatu tempat yang tidak diketahui, Keiji terdiam dalam hening melihat gerbang berhiaskan tangkai-tangkai panjang berduri yang terlilit dan belasan bunga mawar merah. Ia meraih saku dan mengacak isinya, ditariknya kembali ia mengambil sesuatu: sehelai bulu sayap putih. Lama sang shinigami menatap benda tersebut. Didekatkannya bulu sayap itu tepat di depan dadanya kemudian digenggamnya erat.
"Nene," bisiknya. "Cepat atau lambat, akan kuhabisi mereka yang telah membuangmu. Walau mereka adalah keluargamu sendiri, akan kubunuh mereka juga keturunannya—karena telah merenggut nyawamu—orang yang kusayangi,"
"Keiji-kun. Itulah yang menarik dari cinta. Walau kita berbeda, tapi kita saling mengerti satu sama lain. Aku mencintaimu, Keiji-kun."
"(Lepaskan!)" Katsuie menggaruk tanah sebelah tangan berusaha menahan dirinya untuk tidak ditarik mendekati ketiga iblis yang menangkapnya. Sementara tangan lainnya menahan tubuh Yukimura yang berat juga ditarik.
"Tidak tahu terima kasih sekali. Padahal kami juga sudah menyelamatkan anda berdua melarikan diri dari sarang Incubus dan Naga yang menjijikan itu," Iblis bertopeng 'I' berkata menarik kencang sutera yang mengikat kaki Katsuie dan Yukimura. "Bersyukurlah. Karena para Incubus dan Naga itu sungguh menjijikan."
"Awalnya kami menolak karena anda berdua sudah diklaim Incubus-sama dan Samael-sama—" Iblis bertopeng 'II' melanjut, ikut menarik sutera.
"Tapi karena ini perintah tuan Beelzebub—mengapa tidak jika menemukan sesuatu yang baru, gehehehe!" Iblis bertopeng 'III' tertawa juga ikut menarik sutera.
"(Lepaskan—LEPAS-)"
"(Katsuie-dono! Merunduk!)"
Gadis berambut hijau itu terkejut melihat sang putri yang didekatnya tiba-tiba menghilang. Begitu pula dengan ketiga iblis yang hendak membawanya.
"Di—dimana seorang lagi?!" tanya iblis bertopeng 'III' kaget bukan main. Iblis bertopeng 'II' melihat sutera lain menghadap belakang mereka. "Ja—jangan bilang—" tuturnya terkejut.
"(DI ATAS KALIAN!)" Yukimura yang muncul tiba-tiba dari atas meluruskan kakinya di atas kepala iblis bertopeng 'II' membentur kencang tanah hingga retak. Dua iblis lainnya menjauh dari serangan, masih terkejut dengan serangan kejutan sang putri, tak terkecuali malaikat Jegudiel berambut hijau.
"(Oujosama—)" Katsuie menangis terkejut melihat sang putri menjauhi iblis yang baru saja ia lawan, berdiri membelakanginya. "(Bagaimana bisa—)" Sang putri menoleh ke belakang—menatap sang malaikat berambut hijau itu sambil tersenyum.
"(Kau sudah banyak menolongku tadi, Katsuie-dono)," tuturnya. "(Sekarang giliranku untuk menolongmu),"
"Tch! Jadi daritadi ia hanya pura-pura tidak sadarkan diri. Licik sekali untuk seorang malaikat," seru iblis bertopeng 'III' mengarahkan tombaknya pada Yukimura dan Katsuie.
"(Kalian suka itu? Seorang putri tidak hanya belajar untuk pandai bersolek tapi juga pertahanan diri)," Yukimura menggerakkan tubuhnya membentuk kuda-kuda, "(Dan kuperingatkan kalian—jangan berani menyentuh Katsuie-dono!)" lanjutnya berlari cepat sudah berdiri di depan iblis bertopeng 'III' dengan tangan kanan mengepal. Diarahkannya pada wajah iblis itu, Yukimura menonjok kencang melempar jauh sang iblis.
"Dia kuat—" Iblis bertopeng 'I' terkejut hendak menghajar sang putri namun terlambat; Yukimura kini berada di belakangnya. Sang iblis yang lambat menoleh kaget sang putri yang tersenyum di belakangnya.
"(Kejutan)," Yukimura mengangkat tinggi kaki kanannya membanting kepala iblis bertopeng 'I' hingga membentur kencang tanah sampai bergetar menimbulkan gumpalan berasap. Katsuie melindungi diri dari serangan yang terjadi lalu menoleh ke arah bayangan yang mendekatinya. Yukimura berjalan menghampiri Katsuie menepuk pelan rok pakaiannya. Sang putri mengulurkan tangannya pada malaikat bersayap dua itu.
"(Katsuie-dono, ayo kita pergi dari sini)," Yukimura tersenyum. Katsuie yang masih mengalirkan air mata menggigit bawah bibirnya dan meraih tangan Yukimura. "(Oujosa—)"
JLEB
Gerakkan Yukimura dan Katsuie terhenti; empat buah jarum mengalirkan cairan ungu menancap masing-masing lengan dan leher mereka. Gadis berambut cokelat panjang yang berdiri juga gadis berambut hijau yang berlutut menghadapnya tersungkur lemah. Tak berselang lama, badan mereka mulai gemetar.
"...A—apa? Kenapa badanku...tidak bisa...digerakkan..." Yukimura kini bersuara.
"Sakit...sekali..." lanjut Katsuie yang juga ikut bersuara.
"Racun mulai bekerja," Iblis bertopeng 'I' membangkitkan diri. "Jangan kalian pikir kami akan jatuh dengan serangan lemah itu,"
"Empat bukanlah jumlah yang mematikan," sambung iblis bertopeng 'II' ikut bangkit. "Tapi itu sebenarnya sudah cukup untuk membunuh dua malaikat,"
"Kelihatannya kalian bisa bersuara jika merasakan sakit, eh?" Iblis bertopeng 'III' bangkit, berjalan menghampiri kedua malaikat tak berdaya. "Bagaimana jika kutambah lagi?" tanyanya mengeluarkan empat jarum beracun. Baik Yukimura dan Katsuie berusaha ingin menoleh namun tubuh mereka terlalu lemah untuk bergerak.
"Ja—jangan...lakukan..." ujar Yukimura bernada lemah namun tak dihiraukan. Iblis bertopeng 'III' siap melempar kembali jarum-jarum tersebut ke arah Yukimura dan Katsuie namun terhenti.
"Ugh!" rintih iblis bertopeng 'III' tiba-tiba. Dilihatnya ke bawah, tanah yang ia injak mulai bermandikan darah. "A—apa ini?!" Iblis itu tak sempat melanjutkan kalimatnya—kepalanya sudah tertebas lepas dari lehernya dan terguling di dekat kaki kedua rekannya.
"Siapa disana—AAAGH!" Iblis bertopeng 'I' berteriak kesakitan melihat sejumlah pedang membelah dirinya menjadi beberapa bagian, menimbulkan darah berceceran dimana-mana. Iblis bertopeng 'II' melirik sekitar namun tidak ada kehadiran siapapun. Yukimura dan Katsuie yang tersungkur, terkejut mendengar teriakkan histeris sang iblis.
"...Si...apa disana...?" bisik Yukimura yang hanya dibalas genggaman erat tangan Katsuie di tangannya. "Seorang yang menakutkan—yang sebentar lagi akan membunuh kita juga, oujosama," Katsuie berbisik membalas dengan takut, membuat Yukimura ikut ketakutan mendengarnya.
"Μην κρύβετε! Έλα εδώ! (JANGAN SEMBUNYI! KELUAR SAJA!)" Iblis bertopeng 'II' menantang keras meraih tombaknya berjaga. Dua ekor ular mendekatinya dan melilit kencang di kedua tangan sang iblis, mengikatnya kuat pada tombak. "U—ULAR?!"
"So, you guys are thieves?" sebuah suara terdengar di belakang iblis bertopeng 'II', mengirim sinyal bahaya. Sang iblis yang mendengar langsung gemetar ketakutan.
"Kukira kumpulan serangga busuk. Ternyata para laba-laba," suara lain ikut terdengar di belakangnya. "Ugh..." Sang iblis laba-laba semakin gemetar ketakutan saat mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat.
"Hey, spider," bisik suara itu. "Kau tahu rules-nya, bukan? Jangan berani menyuri 'mainan' orang lain sembarangan," lanjutnya dengan sebuah pedang menusuk dalam leher si iblis laba-laba dan mengalirkan darah. Topeng keramik yang dikenakannya mulai mengalirkan darah di lubang mulut.
"Μια παραγγελία ή όχι, δεν τολμάτε να κάνετε όμορφες αγγέλους μας (Perintah atau bukan, jangan sesekali mengambil kedua malaikat kami)," suara lain ikut berbisik. Sejumlah pedang berjejer di hadapan iblis bertopeng 'II' melayang bergerak menusuk tubuhnya dalam, berceceran darah. Iblis yang terbunuh terjatuh ke tanah tak berdaya. Katsuie dan Yukimura merasakan tanah bergetar semakin ketakutan, apalagi mendengar langkah kaki semakin dekat.
"Si...apa disana..." bisik Yukimura yang mulai menangis. Katsuie menggenggam erat tangan Yukimura namun dilepas setelah dua tangan meraih tangan mereka dan melepaskan keduanya perlahan. Diangkatnya tubuh lemah Jegudiel dan Netzach, dua bayangan itu menyabut pelan jarum-jarum yang menusuk mereka. Samarnya penglihatan membuat kedua malaikat tidak jelas melihat siapa yang menyelamatkan mereka.
Yukimura dan Katsuie merinding merasakan sentuhan lembut sebuah bibir di lengan mereka, tapi juga rasa sakit merasakan sesuatu ditarik paksa keluar dari tubuh mereka. Kedua bayangan itu menghisap racun yang berada di lengan mereka kemudian dimuntahkan paksa. Setelah lengan, sentuhan lembut kini mulai terasa di leher mereka. Sama dirasakannya rasa sakit, kedua bayangan itu kini menghisap keluar racun di leher mereka, dimuntahkan kemudian. Namun kini berbeda: sentuhan di leher yang hilang kini kembali dirasakan mereka—semakin kuat.
"Sia—" Yukimura mengedipkan matanya perlahan, kini penglihatannya mulai jelas. Kedua matanya terbuka lebar ketika melihat sosok di sebelah Katsuie. Sosok yang ia kenal: namun kini dengan wajah yang bersisik reptil. "Ka—Katsuie-dono!"
Katsuie ikut mengedipkan matanya, memperjelas pandangannya. Ia juga terkejut melihat sosok di sebelah Yukimura. Sosok yang ia juga kenal: namun dengan wajah yang terlihat buruk rupa. "Oujosama!"
"σκάσε! (BERISIK!)" Masamune dan Sakon menggenggam erat pergelangan tangan Yukimura dan Katsuie masih terus menghisap di leher mereka. Kedua malaikat berteriak melawan, namun tak dihiraukan oleh kedua iblis. Sangat marah, Masamune mendorong Yukimura keras ke pohon sementara Sakon membawa Katsuie menjauh ikut mendorongnya ke pohon lain tak jauh dari tempat Yukimura dan Masamune berada. Kanbee dan Matabee mendesis bergerak ke atas tubuh Katsuie melilit kedua tangannya. Dibukanya kedua kaki malaikat berambut hijau itu, menunjukkan 'undangan' bagi Samael berambut campur merah-cokelat itu.
"Jangan—" Tangis Katsuie pecah melihat Sakon yang sedaritadi melihat kakinya yang terbuka lebar. Sakon menggertakkan giginya kesal. "Matabee," panggilnya. Seekor ular turun dari tangan Katsuie bergerak di atas perutnya. Ekornya diturunkan sedikit ke bawah dan masuk di antara selangkangannya, membuat sang malaikat terkejut hampir melompat.
"Aah—a—apa—" Katsuie terkejut sedikit mendesah. Ia ketakutan ketika Sakon menyentuh pipinya.
"Katsuie—" bisiknya. "Jangan pernah lari dariku lagi," lanjutnya memasukkan alat vitalnya ke dalam Katsuie, membuat sang malaikat terkejut mendesah dibuatnya.
"Aah—" Kini Sakon berpindah dari pipi menuju leher Katsuie, mengelusnya pelan namun cukup kuat untuk membuat sang malaikat merinding. "Kenapa—tubuhku...tidak berdaya..." ucapnya lemah.
"Kau tidak tahu? Matabee sedang memasukkan racun ke dalammu agar aku bisa melacakmu," pernyataan Sakon mengejutkan Katsuie yang mulai melawan. "HENTIKAN!" Iblis yang kesal dilawan memasukki tubuh malaikat itu dalam dan mulai bergerak masuk-keluar menyetubuhinya kasar, membuat sang malaikat merintih kesakitan sekaligus mendesah.
"JANGAN MELAWANKU! ATAU KAU AKAN KUBUNUH!" teriak sang iblis dekat dengan wajah malaikat berambut hijau yang terus menerus merintih dan mendesah. Sementara itu, Masamune juga sedang menyetubuhi Yukimura dengan posisi berdiri dan pinggang yang dilingkari dua kaki sang malaikat juga leher yang terlingkari dua lengannya
"Lepaskan—aku—aah!" Yukimura menyengkram pundak Masamune kuat merasakan sesuatu mengalir masuk dari selangkangannya.
"Jangan bergerak. Kumasukkan racun ke dalam tubuhmu agar aku bisa melacakmu," ucap Masamune memasukki Yukimura lebih dalam, membuat sang malaikat mendesah. Yukimura yang terkejut menegakkan badannya, merasa klimaks di ujung puncak. "Hyaa!"
"Berjanjilah padaku kau takkan lari lagi, my sweet Netzach," bisik Masamune menjilati pipi Yukimura yang berlinangkan air mata. Tengah hutan yang sepi kini tidak kembali diam, bersenandungkan dua iblis yang menyetubuhi dua malaikat tahanan mereka—bernyanyi dalam ketakutan—menumbuhkan senyum di wajah kedua iblis itu.
"Kau lari, kau mati,"
Hanbei membuka matanya perlahan, terbangun dari tidurnya. Ia beranjak pelan dari sandarnya melihat sekitar—berusaha sadar tak melihat kehadiran siapapun selain dirinya. Kedua matanya terfokus ke bawah melihat sebuah amplop tepat di atas selimutnya. Diraihnya amplop tersebut dibacanya perlahan: 'Dari Lucifer'.
Kedua mata Hanbei terbuka lebar membacanya. "Mitsunari?!" Hanbei langsung merobek amplop itu, meraih isinya. Ditariknya keluar, sebuah sapu tangan berdarah. Cherubim itu terkejut melepaskan sapu tangan dari genggamannya, menutup mulutnya dengan kedua tangan menatap sapu tangan itu ketakutan.
"Mitsunari...Mitsunari...!" bisiknya serak, kedua mata mulai mengalirkan air mata.
Ieyasu bersandar di ranjang tidurnya dengan Mitsunari yang masih terlelap di sebelahnya, mengulurkan tangannya meraih rambut panjangnya yang kemudian dikecupnya pelan.
"Mitsunari—kakakmu baru saja kuberikan hadiah," jelas Ieyasu masih mengecup rambut Mitsunari. "Dan sepertinya kakakmu sangat terkejut mendapati darahmu," lanjutnya tertawa dalam memerhatikan sang malaikat yang tertidur pulas.
"Mitsunari...Mitsunari...kau bisa mendengarku? Tidak perlu khawatir—aku adalah malaikat sebangsa dirimu,"
TO BE CONTINUED
~Special Omake: Drink Trivia~
"Ohoho~ Selamat datang di drink trivia. Saya Ujimasa selaku kepala pelayan dari Takechiyo hadir bersama Tadatsugu Sakai selaku pelayan dari Takechiyo, Oichi dan Nagamasa Azai selaku pelayan dari Motochika Chosokabe sang Nebiros—akan menjelaskan mengenai trivia minuman beberapa iblis di Neraka sebagaimana sudah ada pada chapter sebelumnya," Ujimasa dalam wujud chibi beserta Tadatsugu, Oichi dan Azai berwujud yang sama memperkenalkan diri menundukkan kepala.
"Mari kujelaskan mengenai teh. English Breakfast Tea pada umumnya adalah teh hitam yang banyak diproduksi di daerah Asia, terutama Tiongkok. Namun ada juga yang menjelaskan bahwa ini adalah campuran dari Assam Tea dari India dan Ceylon Tea dari Sri Lanka. Teh ini dinamakan 'Breakfast Tea' karena teh ini pada umumnya diminum setiap sarapan yang baik, ditemani roti atau telur dadar. English Breakfast Tea ini sungguhlah membuat hati santai. Seperti penikmatnya, Keiji Maeda-sama. Konon, teh ini adalah satu satu pilihan utama sebagai hadiah untuk diberikan pada pasangan hati. Sangat cocok menggambarkan Keiji Maeda-sama yang pernah memiliki pasangan hidup dan dicintainya dengan tulus—meski sekarang wanita itu sudah tiada," jelas Oichi.
"Izinkan saya menjelaskan Black Velvet dan Spicy Sandstorm. Kedua minuman ini masuk sebagai minuman-minuman memabukkan dan kuat karena kadar alkohol yang terkandung di dalamnya. Black Velvet terbuat dari Guinness beer dan champagne; sementara Spicy Sandstorm terbuat dari Gin dan Scotch yang mengandung alkohol—namun diberi saus Tabasco serta bubuk Lada Hitam yang membuat minuman ini kuat sekaligus pedas. Sakon Shima-sama dan Masamune Date-sama tentu sangat menyukai kedua minuman ini: tak hanya kuat, namun juga menggambarkan insting 'liar' mereka sebagai Samael dan Incubus," Nagamasa menjelaskan.
"Classic Gimlet dan Silver Bullet adalah dua cocktail yang cukup digemari, terutama di musim panas karena dua cocktail ini mengandung jeruk limau untuk Gimlet dan jeruk lemon untuk Silver Bullet yang langsung menyegarkan tubuh. Pekerjaan yang dilakukan Tuan Kojuuro Katakura dan Tuan Motochika Chosokabe tergolong pekerjaan yang cukup berat. Maka dari itu, mereka ingin diberi minuman yang bisa membuat mata mereka terbuka untuk waktu yang panjang—sekaligus penggambaran sifat mereka yang tergolong tenang namun bisa saja mengamuk dan tidak mudah ditebak. Seperti kedua minuman ini jika mereka dikocok sebelum diminum, perubahan rasa yang menakjubkan bisa terasa di lidah anda." Tadatsugu berkata.
"Takechiyo adalah pemimpin teratas di Neraka—begitu juga dengan minuman pilihannya: Long Island. Minuman ini adalah minuman paling memabukkan dan kuat diantara minuman lainnya—karena mengandung vodka, gin, tequila, whiskey dan rum dengan kadar alkohol yang sangat tinggi. Tidak semua orang kuat meminum minuman ini, jadi berhati-hatilah kalian ketika kalian bertanya pada diri sendiri apakah siap untuk meminumnya atau tidak. Terlebih lagi, Takechiyo meminta untuk ditambahkan beberapa tetes darah yang menjadikan minuman ini semakin disukainya. Baik Takechiyo dan minuman ini—keduanya sangatlah berbahaya. Berhati-hatilah," Ujimasa mengakhiri penjelasannya dengan senyuman.
"Σας ευχαριστώ που με ακούσατε και σας δούμε στο επόμενο κεφάλαιο (Terima kasih telah mendengarkan dan sampai bertemu di chapter berikutnya)," Keempat pelayan menundukkan kepala.
A/N: Kembali dari alam pedang (baca: Touken Ranbu), akhirnya kembali juga ke alam samurai (baca: Sengoku Basara). Setelah bertapa lama 4 bulan menjauhi dunia perfanfiksian (bahasanya ketinggian), kini saya kembali menepati janji (pahit) saya melanjutkan cerita ini. Penilaian saya...cerita ini sama tidak produktifnya dengan chapter kemarin—malah lebih parah ini ketimbang sebelumnya. Tapi itu penilaian saya, belum tentu kalian para pembaca bernilai demikian juga, atau iya? Baca saja.
Thanks for reading. Don't forget to R&R and enjoy.
Regards,
Kichikuri61
