Pip Pip Pip

"Tolong pisaunya."

"Baik"

"Terus kontrol denyut jantung pasien."

"Baik"

"Keadannya sangat parah."

"Dokter, denyutnya melemah."

"Dokter, pendarahannya tidak mau berhenti."

"Dokter.."

"Dokter.."

Trek! Ctek! Pip!

'Tolong selamatkan dia."

'Karena aku akan ikut merasakan apa yang kau rasakan.'

Feeling (eyes and feeling chapter 3)

By: Chocolate Cronut

Pairing: Akashi Seijuurou x Furhita Kouki (AkaFuri)

Disclaimer: Fujimaski Tadatoshi

Warning: Boys love, AU, OOC, typo

JDUAK! BRUK!

CKIT!

Genangan darah terlihat jelas mewarnai hitam pekatnya aspal pada hari ini, dimeriahkan dengan serangkaian bunyi bising memekakan telinga yang saling perhatian berpasang-pasanga mata untuk menoleh. Melihat sebuah tubuh dengan simbah darah terbujur tidak berdaya di tengah jalan, ditemani dengan selamatnya sebuah bungkusan pada tangan seorang Furihata Kouki.

Berangsur angsur ia mendengar gumaman prihatin orang orang, teriakan panik, dan bunyi sirine yang sekarang tidak bisa ia kenali. Ia merasa sedikit pusing dengan keadaannya sekarang. Tidak ia pikirkan, ia coba gerakan tangannya yang sepertinya hampir mati rasa, ia raba pelan bungkusan yang berhasil dia selamatkan.

'Aman.'

Utuh tanpa kekurangan, ya setidaknya hanya itu yang bisa ia pikirkan sekarang. Terlihat sebuah senyuman kecil terukir di bibirnya yang tidak berhenti mengalirkan darah.

'Aku mengantuk.'

Ia bisa merasakan, betapa berat kedua matanya diperparah dengan keadaaan tubuhnya yang tidak bisa digerakan. Ia menyerah, Furihata Kouki berpikir untuk tidur. Sebentar saja, hanya menutup mata dan menikmati sensasi kedamaian yang sepertinya menjanjikan. Sanyup sanyup ia dapat mendengar teriakan panik orang orang disekitarnya. Seperti ingin terus membawanya dalam kesadaran. Sebelum akhirnya ia benar benar menutup kedua matanya, meninggalkan kesadaraan tersebut untuk memilih beristirahat.

Ya, beristirahat sebentar sebelum ia bertemu Sei tidak apa apa bukan?

Pip Pip

Ting Ctek

Bunyi beroperasinya alat alat kedokteran tidak mungki dihindari. Terlihat sekumpulan orang berbaju putih dengan peralat di tangan mereka, mengerumuni seorang pasien yang sedang dalam pengaruh obat bius, berbaring dengan nyaman pada ranjang operasi.

Semua berjalan lancar, tidak terlihat kerut wajah kesulitan pada sang dokter. Bahkan kegaduhan pun tidak ada, semua berjalan sesuai dengan semestinya. Setiap orang fokus dan menjalakankan tugas mereka dengan baik, begitu pula pasien yang sedang menjalani operasi sekarang.

Ting!

Bunyi peralatan operasi terakhir terdengar, menandakan telah selesainya sesi operasi tersebut. Semua menghela nafas lega, setidaknya selesai sudah satu tugas mereka. Perlahan setiap orang mulai merapikan kembali alat-alat yang digunakan, menjauhi meja operasi sembari membangun obrolan ringan, membersihkan dan menaruh kembali alat alat yang tadi mereka gunakan. Semua berjalan dengan baik.

Bagaimana dengan sang pasien? Hanya menunggu untuk tersadar setelah efek samping bius yang diberikan habis.

BRAK!

Terdengar pintu ruang operasi Akashi Seijuurou dibuka cukup keras. Sontak, seluruh mata menatap sang pelaku timbulnya tindak kekerasan dalam membuka pintu tersebut. Terlihat seorang suster perempuan berdiri di depan pintu. Dengan wajah panik, ia mulai berkata.

"Dokter! Ada pasien yang butuh dioperasi segera! Ia berada di kamar operasi sebelah, dan membutuhkan penanganan segera dok."

Membuat seluruh pasang mata dalam ruangan tersebut terbelalak kaget.

"Dan pasien merupakan kerabat dari Akashi-sama."

Mereka hanya bisa menahan nafas gugup.

"Baik, kita kesana."

Drap Drap Drap!

Hening

Terlihat para dokter sudah melangkahkan kakinya menuju ruangan sebelah. Bergegas dengan cepat sebelum akhirnya sang pasien tidak dapat di tolong lagi. Berharap bahwa mereka tidak terlambat dan dapat menyelamatkan nyawa sang pasien.

Kriet!

Pintu ruanga tersebut terbuka, mempersilahkan para ahlinya untuk melakukan tugas mereka. Berbondong bonding mereka masuk, segera melaksanaka tugas mereka. Menutup pintu kembali dan menyalaka lampu menandakan sedang terjadi sebuah operasi di dalam sana. Di ruangan tepat dimana seorang Furihata Kouki ditempatkan.

Akashi POV

'Dimana aku?'

Akashi mengedarkan pandangannya kepenjuru ruangan serba putih tempat ia berpijak sekarang. Otaknya berpikir keras, salah satu alisnya terangkat. Ia hanya bisa menolehkan kepalanya kesana kemari, mengawasi keadaan, mencari petunjuk tempat apakah ini.

"Putih" Bibir Akashi bergumam kecil. Ia merasa seperti berada di sebuah dimensi lain, kosong dan putih. Seakan akan tidak ada apapun disini kecuali dirinya.

"Sei!" Sebuah suara lembut membuyarkan perhatiannya. Suara yang sangat familiar, suara yang akan menarik seluruh perhatian dan dunianya. Tanpa berpikir dua kali, ia segera menolehkan kepalanya menuju arah suara tersebut.

Dan ada seseorang yang berdiri disana, menjadi satu satunya objek yang ada di dimensi putih ini. Menemani sang Seijurou Akashi. Ia bisa melihat dengan jelas, rambut coklatnya, mata, senyumnya, bibir itu seperti tidak lelah untuk membuat kurva indah yang memperelok wajah manis sang pemilik, dengan tubuh mungil dan lambaian tangan ringan.

"Kouki." Tanpa sadar, bibir tipis sang emperor menyunggingkan senyuman kecil. Senyuman tulus kepada sang terkasih. Dengan sedikit tergesa, ia berjalan dan langsung memperangkap sang pujaan hati dengan kedua lengannya.

Aroma khas Kouki Furihata langsung merebak ke dalam penciuman Akashi Seijurou, membuat Akashi mempererat pelukannya kepada Furihata. Memejamkan matanya, menikmati setiap resapan aroma yang tercium dari Furihata.

Furihata melingkarkan kedua lengannya pada bahu tegap Akashi, membalas pelukan erat sang kekasih.

"Aku merindukanmu, Sei."

Suara lembut Furihata kembali menyeruak, mengalun dengan lembut kedalam indra pendengarannya.

"Aku tahu."

Akashi tahu, ia memang tahu. Karena begitupun dengan dirinya.

Tiba-tiba, Furihata melepaskan pelukannya kepada Akashi, dengan perlahan. Akashi yang merasakan pergerakan Furihata pun ikut melepaskan pelukannya. Menggerakan kakinya selangkah kebelakang, melihat wajah Furihata.

Dengan senyum yang setia menghiasi wajahnya, bibirnya terbuka perlahan.

"Sei, tunggu aku. Bersabarlah, aku pasti akan kembali."

Kata kata Furihata membuat Akashi tertegun sesaat.

"Apa maksudmu?"

Tidak ada jawaban dari sang terkasih, hanya senyuman yang ia terima.

"Kau akan pergi Kouki?"

Sekali lagi, tidak ada jawaban.

"KOUKI! Aku tidak sedang bercanda."

Sekali lagi, tetap tidak ada jawaban. Akashi mulai merasakan perasaan tidak enak mengenai kebisuan Furihata.

"Tunggu aku, Sei."

"KOUKI!"

Dengan perlahan, tubuh Furihata menghilang dari pandangan Akashi. Dengan cepat, Akashi berusaha menggapai tubuh Furihata. Namun nihil, tubuhnya tak mau bergerak, bahkan ia merasa bahwa ada suatu kekuatan yang menarik tubuhnya.

"AGH!"

Teriakan frustasi tak terelakan. Akashi masih mencoba, tangannya menggapai gapai tubuh Furihata. Semakin jauh, ia malah semakin jauh. Furihata, makin menghilang.

Dengan sebuah pemandangan terakhir yang Akashi Seijurou lihat, sebuah senyuman indah dan sebuah pergerakan bibir.

"Aku mencintaimu."

PIK!

Kedua mata Akashi terbuka.

Hitam, gelap, sama seperti saat terakhir kali ia membuka mata.

"K-Kouki."

Tenggorokannya terasa sangat kering, ia bahkan kesulitan untuk berbicara.

"Tuan Muda!"

Dan suara yang menyapa pendengarannya bukanlah suara yang ia harapkan. Dengan sekuat tenaga, Akashi berusaha menggerakan kedua tangannya.

"Ah tuan muda! Apa yang akan anda lakukan? Biar saya yang ambilkan."

"Kouki, di-dimana dia?"

Keheningan terdengar.

"Dimana Kouki?"

Akhirnya ia mengulang pertanyaannya. Perasaannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi.

Lagi-lagi yang ia dapatkan hanyalah kebisuan.

"AKU BERTANYA, DIMANA KOUKI?"

Keheningan menyapa beberapa saat sebelum akhirnya sebuah suara menyeruak masuk pendengaraan Akashi.

"Tuan Muda Kouki, mengalami kecelakaan tuan muda."

Dan seketika, Akashi Seijurou kehilangan seluruh kata katanya.

TBC

MAAFKAN SAYA!

CHAPTER INI PENDEK SEKALI, dan juga lama dalam mengupdate. Karena saya sendiri baru punya waktu luang dan baru saja mendapat sarana untuk mengetik *peluk laptop*

Terimakasih untuk seluruh pembaca yang sudah bersedia menunggu dan membaca.

Review?