Jarum jam masih menunjukkan pukul 12 siang, dan Akashi sudah tersedak makan siangnya.

Sebuah rumah megah, dengan banyak pembantu, tukang kebun, penjaga, termasuk kendaraan bermotor mengisi kekosongan yang terdapat di tanah seluas nyaris 1 hektar. Pemilik rumah merupakan salah seorang konglomerat ternama, terkenal karena kinerjanya di dunia bisnis otomotif yang mampu mendapat sebutan si ahli ekspor.

Seijuurou Akashi, 31 tahun, belum pernah menikah, yatim piatu, tampan, dan berlimpah kekayaan duniawi.

"Ryouta, apa maksudnya ini semua?" sinis suara Seijuurou melihat salah satu rekan bisnis yang datang tanpa diundang di tengah acara makan siang tenangnya. Ia tidak datang sendirian, namun bertiga dengan dua sosok yang sangat baru bagi mata dan ingatan sang businessman.

Ryouta Kise ia bernama, salah satu orang yang Seijuurou sebut teman. "Aku baru membeli mereka di pelelangan, ssu. Karena Seicchi selalu sendirian, jadi aku mau menghadiahkan satu untukmu."

Yang mendengar pemaparan gila hanya memicingkan mata. Berhubung ia adalah seorang Akashi, tak ada kata terkejut, melainkan bingung.

Satunya adalah hadiah untuknya, katanya?

Sinting! Ryouta benar-benar sinting. Kepalanya pasti baru terbentur karena menghadiahinya seorang anak kecil berusia 12 tahun.

.

KuroBasu Tadatoshi Fujimaki

Arti Dirinya © Calico Neko

Akashi x Furihata dan slight Kise x Kuroko, pairs berdasar open poll.
Warning: older x younger

.

"Tidak lucu," dua kata singkat yang menunjukkan ketidaktertarikan meluncur dari mulut yang kembali mengunyah hidangan siang hari. "Jangan bercanda denganku, Ryouta. Kau tahu aku tidak suka, bukan?"

Lenguhan kecewa yang dibuat-buat terucap. Seijuurou tahu Ryouta ini memang sering berbuat aneh-aneh, namun kalau yang seperti ini...

Mata beriris merahnya melirik pada dua sosok anak kecil yang saling bergandengan tangan di sisi kiri Ryouta. Tubuh keduanya terbilang kecil untuk usia 12 tahun dan yang jelas mereka sungguh kotor berantakan dan kurus. Entah apa yang membuat Ryouta akhirnya membeli dua bocah di hadapannya tersebut.

Pelelangan, bukan lagi hal baru bagi mereka yang cukup dekat dengan dunia gelap. Yang menjadi rebutan dalam acara selalu bermacam-macam, dari yang termurah seperti cap bibir seorang aktris sampai tuksedo yang dikenakan aktor saat pernikahan. Ada kalanya barang rebutan meningkat kadar ketidakwajarannya, semisal kondom bekas pakai seorang aktor film dewasa. Salah satu yang populer adalah pelelangan organ dan bagian tubuh manusia: sumsum tulang belakang, bahkan tulang paha selalu sukses meraup uang bagi para penyelenggara. Bila ada yang populer, maka akan ada yang terpopuler: pelelangan makhluk hidup berupa hewan langka dan manusia. Kegunaan? Tanyakanlah pada para pembeli.

Seijuurou tentu tahu akan hal ini, namun ia termasuk dalam golongan 'jarang bersosialisasi'. Bertemu orang banyak selain untuk urusan bisnis tidak pernah mampu menarik minatnya.

"Mereka harus dibeli sepasang, ssu. Katanya karena mereka tidak mau dipisahkan, tapi kalau menurutku sih supaya 'dagangan' mereka bisa habis hari itu." Ryouta terkekeh sambil mengelus kepala salah satu bocah yang berambut coklat. "Aku khawatir kalau mereka jatuh ke tangan yang salah nanti mereka kenapa-kenapa, jadi ya aku perjuangkan supaya aku yang mendapatkan keduanya."

Mendengarnya, Seijuurou mendengus pelan di antara kunyahan daging lembunya. Benar-benar pembual tak ulung. Tahunan Seijuurou mengenal Ryouta, jelas saja dia tahu kalau rekannya tersebut memiliki ketertarikan yang menyeleweng dari seharusnya: ia hanya tertarik pada mereka yang berada di bawah 15 tahun. Hai tabu ini bukan rahasia umum bagi teman dekatnya.

"Kalau begitu kenapa tidak kau ambil keduanya? Aku yakin kau menyukai keduanya."

Lagi-lagi kekehan malu-malu keluar dari bibir tipisnya. "Hehehe, mau saja sih, tapi kalau dua sekaligus aku khawatir pilih kasih, ssu. Seicchi kan mengenalku."

Ya, Seijuurou sangat mengenalnya, sehingga dia tak mampu membalas ucapan yang mengandung kebenaran tersebut. Si pirang selalu menyayangi dan mencintai anak-anak dalam banyak arti, wajar kalau ia memiliki sedikit kecemasan dalam hatinya.

"Lalu kenapa kau berniat memberikan salah satunya untukku? Kenapa bukan Chihiro yang jelas-jelas sealiran denganmu?" tanya Seijuurou ditutup dengan meneguk air mineral.

"Ihh~, Seicchi tidak dengar ucapanku di awal, ya?" tanyanya dengan nada gemas. "Kan aku bilang karena Seicchi selalu sendirian. Memangnya tidak kesepian di rumah hanya bersama para pembantumu, ssu? Begini-begini aku sangat sayang pada Seicchi, tahu~"

Lelah selalu ia rasakan setiap kali berbicara dengan si keras kepala Ryouta, 70% adalah angka minimal kekalahannya bila mereka berdebat hal non-bisnis.

"Tidak perlu, Aku—"

"Aku mohon~" benar saja, Ryouta seketika bermanja-manja memohon sambil mengguncang bahu tegap Seijuurou dengan gerakan cepat.

"Aku katakan tidak, Ryouta. Hidupku ini sibuk, tidak perlu lagi perhatian semacam ini darimu. Terima kasih, tapi aku baik-baik saja."

Walau sudah dikatai dengan nada kesal nan dingin, Ryouta tetap tak mengenal kata menyerah. "Kalau begitu bagaimana kalau dicoba seminggu, ssu? Kalau Seicchi akhirnya keberatan ... aku akan membawanya ikut denganku juga, hiks." Kalimatnya dia bubuhi sedikit suara isak demi menambah suasana yang didramatisir. "Lagipula, Seicchi benar-benar tidak tertarik dengan salah satunya? Lihat mereka! Sekarang mereka memang kotor dan kurus, tapi aku yakin mereka adalah makhluk-makhluk manis yang diutus oleh Yang Maha Kuasa untuk menjadi oasis di tengah gurun, ssu."

Seijuurou benar-benar tersenyum geli mendengar perandaiannya. Bagaimanapun rupa anak-anak, Ryouta tetap akan tertarik pada mereka. Berdiri dari kursi makan, ia mengarahkan dua bola matanya pada kedua bocah. Dan ia baru menyadari keberadaan keduanya ketika matanya lekat menilai.

Bocah yang berada di samping Ryouta berambut kecoklatan, seperti warna rambut tupai. Kepalanya nyaris menunduk dalam di atas dada kurusnya. Walau sekilas, Seijuurou mampu menemukan ketakutan di balik pupilnya yang seperti biji semangka dan beriris kecoklatan. Ia mengenakan pakaian kumal seperti dress anak perempuan, menggantung hingga lututnya. Dan di bawah dress itulah Seijuurou menemukan banyak luka dan lebam di bagian kaki sang bocah. Entah manusia tak beradab mana yang berbuat hal semena-mena pada anak kecil.

Iris merah Sejuurou beralih pada bocah di sebelahnya. Namun, yang pertama kali dia lihat adalah kaki, yang juga sama memiliki banyak luka dan lebam. Seijuurou mendecak tak suka.

Bocah kedua juga sama mungilnya dengan si surai coklat. Rambutnya nyaris sewarna dengan warna langit, birunya menentramkan. Ia memiliki pupil yang lebih besar, beriris sewarna dengan rambutnya. Yang membuatnya menarik adalah tatapannya yang datar namun mengandung banyak makna. Matanya seperti buku yang terbuka lebar, mudah dibaca dan dimaknai artinya. Pun ia mengenakan dress selutut yang tak kalah kotornya.

Bila diibaratkan, keduanya seperti tikus yang terpojokkan.

"Baiklah," putus Seijuurou masih mengamati kedua bocah yang menatapnya dalam tatapan berbeda: yang satu takut yang satu menantang, namun keduanya tengah menilai Seijuurou. "Seminggu, Ryouta, kalau merepotkan kau harus membawanya bersamamu."

"Uwaa~! Terima kasih, ssu!" gegap gempita Ryouta menyalami tangan Seijuurou. "Jadi, Seicchi mau yang mana?"

Seijuurou benar-benar tercengang sekaligus kaget mendengar pertanyaan sompral tersebut. Pilih yang mana, dia bilang? Seijuurou harus memilih manusia seperti memilih jas dari butik ternama? Gila!

Seijuurou tidak punya ketertarikan seperti yang Ryouta miliki pada anak-anak, walapun dia mengakui kalau kedua anak di hadapannya ini termasuk manis di antara penampilan tak 100% mereka. Semua anak-anak memiliki arti yang sama bagi Seijuurou, menggemaskan namun merepotkan.

"Kau yang pilih. Bagiku sama saja," balasnya dengan nada malas.

"Ah~, pilihan yang sulit." Senyum-senyum sendiri, wajah Ryouta berganti dari si coklat ke si biru muda. Begitu seterusnya sambil menimbang-nimbang.

Lima menit kemudian (Seijuurou sudah pegal berdiri dan sudah menguap empat kali), si surai biru muda buka suara. "Aku tidak mau dipisahkan dari Kouki-kun."

Dan si coklat pun ikut menambahkan, "A-aku juga. Aku mau bersama Tetsuya."

Kalau boleh diandaikan, gerak tubuh Ryouta seperti seseorang yang tersambar petir. Tubuhnya kaku, matanya melebar, begitu juga mulutnya. "Eh~?! Kenapa tidak bilang dari tadi? Di saat Seicchi sudah setuju, hiks."

Lelah dan pening, Seijuurou menepuk pundak Ryouta sebagai tanda memberi semangat. Terlihat di sudut mata Ryouta tergenang setitik air mata. "Silakan kalian tentukan bertiga bagaimana baiknya. Aku akan ke kamar dahulu. Aku harus mengecek e-mail."

Seijuurou pun melenggang pergi meninggalkan Ryouta di tengah debat dan isak yang ditahan kedua bocah. Benar kan apa kata Seijuurou, anak kecil itu menggemaskan namun merepotkan.

.

.

.

"Ehmm~" lenguh Seijuurou meregangkan lengannya yang pegal. Padahal hari ini adalah Minggu, namun kerjaan masih saja harus dia lakukan di rumahnya. Dan pekerjaan tersebut tidaknya membukit, melainkan menggunung.

Menyesap teh panas yang disajikan oleh salah seorang pembantu kepercayannya, terdengar ketukan keras lalu disambut ayunan pintu yang menjeblak terbuka hingga nyaris melayang. Andai Seijuurou adalah tipe histeris, ia pasti sudah berteriak lantang barusan.

"Ryouta, kau rupanya. Sudah dapat keputusan?" nada bicara Seijuurou agak menyindir.

Si pirang yang tampan telah berubah berantakan dari ujung kepala hingga (untungnya) bagian pinggang. Yang paling menarik perhatian mungkin adalah rambut halusnya yang mencuat ke mana-mana serta sesosok bocah berambut biru muda yang tengah digendongnya yang, kalau Seijuurou tidak salah dengar bernama Tetsuya. Terlihat jalur air mata di pipi tirusnya.

Ah. Setelah perdebatan yang memakan waktu hingga 1 jam, dialah yang rupanya akan ikut bersama Ryouta.

"Tetsuyacchi akan ikut bersamaku, ssu. Tapi dengan syarat." Perhatian Seijuurou termakan oleh ucapannya. "Minimal 3 kali sehari mereka harus saling berkomunikasi. Minimal telepon."

"Baiklah. Aku mengerti," ucap Seijuurou berjalan mendekati ketiganya. Dari dekat terlihat jalur air mata yang sama di pipi bocah bersurai coklat, yang Seijuurou coba ingat bernama Kouki. "Seminggu, Ryouta. Kalau dia merepotkan, kau harus mengambilnya." Apapun yang terjadi, Seijuurou tetaplah lebih suka ketenangan, dan kesendirian.

Ryouta tersenyum lebar tanda mengerti. Surai merah kemudian menarik pelan lengan si bocah berambut coklat, yang berjengkit kaget sepersekian getaran.

"Aku tidak yakin apa yang bisa kulakukan dengannya, Ryouta. Aku belum pernah menikah apalagi mengurus anak."

"Macam-macam, Seicchi!" jawabnya riang. "Untuk jadi teman mengobrol, jalan-jalan, teman makan, atau kalau mau Seicchi bisa mengajarinya bermain kuda atau panah. Tapi lebih baik lagi kalau Seicchi menyekolahkan dia. Pokoknya terserah Seicchi saja."

Desahan panjang keluar dari lubang hidung Seijuurou. "Setahuku itu sama dengan merawat anak."

"Hm ... ada saran lainnya sih, tapi aku tidak tidak suka mengatakannya." Mimik Ryouta berubah ketika mengatakanya. "Kau tahu, si empat huruf." Antara menambah kesan mencekam dan menyembunyikan pembicaraan dari kedua bocah, Ryouta mendekati lubang telinga Seijuurou. Dalam bisikan ia berujar, "Es e ka es."

Bila disatukan maka akan berbunyi: seks.

see you next time ^^

AN: Tiba-tiba keingetan duluuu pernah buat open poll di profil ttg hubungan older-younger, jadi kubuat sekarang sebelum benar-benar lupa. Untuk hasilnya: AkaFuri 28%, KiKuro 27%, HaiKuro 23%, AoKuro 20%, KagaKuro 1%, TakaMido 1%. Terima kasih pada yang pernah bantu vote.
Ff ini ga akan banyak-banyak kok, maksimal 5 chapter dan ga akan panjang-panjang. Rating & genre mungkin berubah kalau aku tiba-tiba kesambet hal lain xp
Terima kasih sudah mampir. Feedback please!

Curhat kilat: spidut & hola secara resmi memblokir ffn dan aku resmi kena internet positif, jadi postingan cuma bisa via tablet si adek, hiks. Kalau ada format yg aneh2 mohon dimaafkan T_T