Sakura dan Naruto sedang berdiri di depan resepsionis sebuah hotel untuk memesan kamar. Naruto mengeluarkan kredit cardnya seraya tersenyum. "Aku pesan dua kamar,"

"Satu kamar." Potong Sakura. Naruto menatap Sakura dengan satu alis terangkat. Sakura mengambil kunci yang diberikan wanita resepsionis dan menarik tangan Naruto. Dia tersenyum menatap Naruto yang menatapnya seolah bertanya. Satu kamar?

"Aku tidak mau membuang uangmu lebih banyak lagi, Namikaze- sama."

Mereka berjalan berdua menyusuri kolidor. Naruto tersenyum seraya mengaitkan lengannya pada lengan Sakura. "Benarkah? Bukan karena kau mengharapkan sesuatu yang lebih dari ciuman?" Dia menggoda Sakura membuat wanita itu tertawa.

Sakura tahu Naruto hanya becanda, pria itu sedang menggodanya, dia tahu. "Aku tidak percaya diri untuk itu," jawabnya di sela tawa kecilnya yang indah.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto. Sejelek dan senistanya fic ini tolong jangan benci Pair/Chara di dalamnya.

.

.

Sakura benar-benar jatuh cinta sekarang, dengan semua yang Naruto lakukan dia tidak punya alasan untuk tidak mencintai laki-laki itu. Mereka memang dua orang yang berbeda tapi keduanya merupakan bagian dari hatinya. Bila Naruto kekasihnya dulu adalah cinta pertamanya maka Sakura berharap Naruto yang saat ini bersamanya cinta terakhirnya. Wanita itu tersenyum, dia sedang tiduran di atas tempat tidur. Sementara Naruto dia sedang pergi mencari sesuatu, entah apa.

Pintu kamar berderit pelan menandakan seseorang membukanya dengan hati-hati. Naruto berjalan masuk melewati pintu mendekati Sakura yang tertidur. Dia pikir Sakura sudah tidur tapi ternyata perkiraannya salah ketika wanita itu berbalik menatapnya.

"Dari mana?"

Pria itu tersenyum. "Mencari makan malam,"

"Kau kan bisa memesan lewat telfon ," Sakura terlihat tidak suka ditinggal sendirian membuat Naruto tidak dapat menahan senyumnya.

"Ada yang kucari. Kenapa? Kau merindukanku? Kalau begitu cium aku,"

Sakura tertawa dan melempar Naruto menggunakan bantal. "Dasar." Gumamnya dengan menahan senyum.

Naruto hanya tersenyum membalasnya. Tidur satu kamar dengan wanita yang dia cintai, yang setiap malam hadir dalam mimpi erotis, indah bahkan mimpi terburuk sekalipun. Intinya wanita yang selalu hadir dalam mimpi-mimpinya, wanita yang selalu dia lihat ketika dia akan orgams ketika bercinta saat dia mengingatnya. Ini sulit. Sangat sulit bagi Naruto untuk tidak menunjukkan siapa dirinya. "Aku mau mandi," setelah berdiam cukup lama Naruto memutuskan berjalan ke kamar mandi meninggalkan Sakura sendiri.

Dia berdiri di depan pintu kamar mandi dengan punggung bersandar pada pintu. Pria tampan berambut kuning itu menghela napas berat seraya berjalan mendekati cermin. Dia menatap dirinya sendiri. Setelah puas menatap dirinya dan meyakinkan diri bila dia bisa mengusir sifat buruknya hanya untuk malam ini selama dia didekat Sakura, Naruto melepas pakaiannya dan segera mandi.

Naruto keluar dari kamar mandi dengan hanya dililit handuk tersenyum ketika melihat Sakura berdiri menunggunya.

"Kau yang membeli ini?" Wanita itu menunjuk gaun, tas tangan di atas tempat tidur dan sepasang sepatu tinggi di lantai. Saat Naruto di dalam kamar mandi seseorang mengantar semua ini ke kamar mereka.

"Ya,"

Sakura menghembuskan napasnya dan menatap Naruto cemberut. "Seharian ini sudah sangat melalahkan, kau tahu."

Naruto mengangguk. Seharusnya dia peka Sakura lelah dengan semua yang mereka lakukan hari ini. Naruto hanya ingin membuat Sakura senang dan nyaman bersamanya, hanya itu. Tapi untuk malam ini makan malam di luar di jam segini seperti bukan ide bagus. "Aku hanya ingin kau memakainya, kita makan malam di depan jendela." Naruto berjalan mendekati jendela besar kamar kemudian membukanya. Lapisan tipis gorden bergoyang ringan saat angin menyapa masuk.

Lampu-lampu taman dan bangunan di sekitar hotel memukau Sakura. Cahaya kecil bagai bintang atau kunang-kunang itu cukup menarik perhatiannya. Sepertinya mereka salah memilih kamar ketika Sakura melihat air mancur besar berwarna-warni di sebalah kiri. Dia hanya bisa melihat sedikit keindahan air itu tapi tidak apa karena ada yang jauh lebih indah dan Sakura sukai di hadapannya.

Kau tahu betapa Naruto ingin menghampiri Sakura dan mencium bibir serta membingnya ke tempat tidur. Hanya ciuman saja mungkin tidak akan apa-apa tapi bagaimana kalau Naruto tidak bisa mengendalikan diri dan menginginkan lebih dari ciuman. Yang Naruto lakukan hanya berdiri di depan jendela dengan kedua tangan terkepal menahan keinginanya.

Sakura berjalan mendekati Naruto dan tanpa sempat Naruto mengatakan apapun Sakura mengecup bibirnya. Ciuman singkat tapi memberi sengatan yang sangat dahsyat pada diri Naruto. Pria itu tidak lagi menahan dirinya dan langsung mencium bibir Sakura dengan ciuman panas dan membuat wanita itu terkejut. Tangan Naruto memeluk punggung Sakura kemudian turun ke bokong wanita itu. Hanya memegang dua bongkahan padat itu tapi cukup membuat Sakura memekik dan tersenyum malu dalam ciumannya.

Ciuman mereka terlepas. Naruto tertawa kemudian menatap wajah Sakura. "Tidak pernah ada yang menyentuh ini," itu bukan sebuah pertanyaan melain pernyataan. Ibu jari tangan kanannya mengusap pipi Sakura. Kedua mata Sakura memejam merasakan tangan Naruto menyentuhnya. Yang membuat Sakura terkejut ketika Naruto menggendong tubuhnya dan menjatuhkannya ke atas tempat tidur. Sakura memekik yang dibalas senyum memikat oleh Naruto.

...

Gaun, tas tangan bahkan selimut jatuh dari atas tempat tidur karena mereka bercumbu. Naruto tidak pernah begitu menikmati sebuah ciuman, baginya ciuman hanya pembuka yang tidak penting. Bokong, payudara dan Vagina adalah tujuan utamanya, yang dia sukai, yang dia inginkan, yang dia mau. Tapi bibir Sakura memabukkannya. Dia tidak pernah berciuman selama ini. Semakin dia mengecupnya semakin dia menginginkannya lagi, lagi, lagi dan lagi. Naruto tidak ingin menghentikan ciuman ini tapi tangannya mengingatkannya pada yang dia sukai saat dia menyentuh payudara Sakura. Bokong, payudara dan vagina.

"Kau bisa menutup jendelanya dulu."

Tangan Naruto yang sudah masuk dalam baju Sakura berhenti mendekati payudara dalam bra Sakura. Tanpa menunggu lama Naruto segera menutup jendela dan kemudian kembali ke tempat tidur. Ketika berbalik Sakura sudah tidak memakai bajunya dan sedang melepas branya. Jakun Naruto naik turun melihat kedua payudara Sakura. Tidak seindah wanita-wanita yang pernah dia tiduri memang tapi sangat menggoda. Wanita merah muda itu menutup dadanya dengan tangan karena malu ditatap seperti itu oleh Naruto.

Naruto duduk di samping Sakura. Matanya tidak bisa lepas dari pesona payudara yang Sakura tutupi dengan tangan. Naruto menghela napas. "Jangan lakukan kalau kau tidak ingin,"

"Jangan buat aku memulainya," Sakura memberanikan diri menatap Naruto dengan semburat merah di pipi. "Karena aku tidak tahu caranya."

Naruto ingin tersenyum tapi kemudian mencium Sakura. Ciumannya diterima baik oleh Sakura. Tangan wanita itu memeluk kepalanya. Dia melenguh ketika Naruto menciumi leher kemudian menciumi payudaranya dengan lembut. "Engh. Eghh." Naruto mengangkangkan kaki Sakura dan melingkarkan kaki wanita itu pada pinggangnya. Seiring dengan ciuman Naruto yang semakin ke dada Sakura tidur di tempat tidur. Dia malu ketika melihat Naruto menciumi payudaranya dan dia semakin malu saat Naruto menghisap putingnya. "Ah. Ahhh. Anhh." Tapi sialnya keahlian mulut dan lidah Naruto sudah menjeratnya. Sakura melihat dengan sangat jelas bagaimana liarnya mulut dan lidah Naruto menghisap payudaranya. "Anhh. Anh. Anhhhh." Tubuh kecil Sakura menggeliat, tangannya bergerak memeluk kepala Naruto. "Anhh. Anhh."

Naruto tidak ingin mengakhiri ini. Dia ingin memberi Sakura servis yang sangat memuaskan agar wanita itu selalu membutuhkannya. Hanya dirinya bukan orang lain. Tangan Naruto melepas celana beserta celana dalam Sakura. Tanpa menghentikan lumatannya pada payudara Sakura tangan Naruto menggoda vagina dan bokong Sakura. Sakura semakin menggeliat di bawah tubuh Naruto. "Annhh. Anh. Anhhh."

Lama mereka bercumbu sampai Sakura maupun Naruto sama-sama basah oleh cairan mereka. Bibir, payudara, bokong dan vagina tidak ada sedikitpun yang Naruto lewatkan. Naruto menghentikan semua kegiatannya dan melepas celana dengan cepat. Dia kembali mencumbu bibir Sakura. Sementara tangannya membingbing penisnya ke tempat yang tepat. "Anhhh..." Sakura memekik dan berusaha melihat apa yang Naruto lakukan. Dia merasa malu saat sadar dia dan Naruto sudah polos. Naruto melihat dirinya dengan sangat jelas bahkan sedang membantu penisnya masuk. "Anh..."

Sakura bukan perawan, itu benar, Naruto tahu. Tapi dia begitu sulit dimasuki karena sudah lama tidak disetubuhi. Sialan! Kenapa sangat sulit seperti sedang memperawani. "Arghhh..." Naruto bersorak gembira saat berhasil memasuki Sakura. Pria berambut pirang tampan itu mencium bibir Sakura kemudian tersenyum seraya menatap wajahnya. Sulit baginya untuk bergerak tapi Naruto tidak berhenti bergerak walau pelan karena dia tahu mereka belum terbiasa. Apa lagi bagi Sakura.

Sakura sudah tidak peduli pada pendapat Naruto tentang dirinya. Dia tidak bisa menahan semua kenikmatan ini. "Anhh... anhh... ouhhh ah!" Kedua mata wanita itu terpejam dengan kenikmatan yang sangat kentara di wajahnya. Tangannya semakin memeluk punggung Naruto dengan erat.

Naruto meletakkan tangannya di sisi kiri-kanan kepala Sakura kemudian mencium keningnya. Walau sulit bergerak karena Sakura sangat rapat Naruto berusaha keras memberi kenikmatan yang wanita itu inginkan. Ini sangat sulit tapi sangat menggairahkan baginya. "Arhhhh... Sakurahhh."

...

Sakura terbangun dengan perasaan tak karuan, marah, malu, senang, bahagia jadi satu. Dia melihat tubuhnya dan segera mencari apapun yang bisa dia pakai untuk menutupi tubuh polosnya. Saat dia bangun Naruto sudah tidak ada di sampingnya. Seraya memikirkan kemana perginya Naruto dia memakai baju Naruto tanpa memakai bra dan celana dalam lebih dulu. Yang membuatnya terkejut saat tiba-tiba Naruto datang dari arah kamar mandi dengan hanya memakai handuk dipinggangnya. Dua kancing kemeja Sakura belum selesai dikancingkan membuat Naruto bisa melihat payudaranya yang mengintip di balik baju. Mata Naruto menyipit melihatnya. Pria tampan berambut pirang itu tersenyum seraya berjalan mendekati Sakura di atas tempat tidur.

T

B

C