Seorang pemuda tinggi berdecak menatap penampilan rapping Yoongi malam itu. Kedua matanya yang besar berbinar penuh kagum melihat Yoongi.

"Tak kusangka ada juga rapper penuh ungkapan seperti dia di Korea." Gumamnya pelan. Ia menikmati macchiatonya dan juga kembali menikmati penampilan Yoongi sampai akhir malam itu.

.

Pemuda tinggi itu menghampiri Yoongi yang sedang tertawa-tawa bersama gengnya setelah mereka perform. Ia menyentuh bahu Yoongi dan membuat Yoongi menoleh ke arahnya dan menatapnya bingung.

Pemuda tinggi itu tersenyum ke arah Yoongi dan mengulurkan sebelah lengannya. Membuat Yoongi tersenyum kecil dan membalas uluran tangan itu dengan jabatannya.

"Aku suka gaya rapmu. Perkenalkan namaku Park Chanyeol.

Siapa namamu?"

.

.

Itu dua bulan yang lalu.

.

.

.

.

Jimin | Yoongi | Boy's Love | As Sweet As Sugar's Sequel! | This gonna be Mpreg. Do you want to, don't you? | Beware! '-')/

.

Do not plagiarize!

.

Enjoy!

.

.

.

.

Yoongi sedang mengunyah permen karetnya, ia berjalan santai di taman kampus untuk menemui Jimin.

Namun Yoongi melihat seseorang yang cukup familiar di matanya sedang duduk di salah satu bangku yang tersedia disana.

Yoongi tak mempedulikannya. Tetapi seseorang itu malah menghampirinya.

.

"Hai, emm~ Yoongi-hyung!"

Yoongi menoleh karena seseorang menepuk bahunya pelan.

"Heh, kau!" Yoongi sedikit berjengit. Ternyata seseorang itu adalah bocah yang diakui pacar oleh Kim Seokjin, sahabatnya. "Ngapain disini... Emm Jungkook?" Tanya Yoongi datar dan agak ragu dengan namanya. Ia jadi ingat beberapa waktu lalu.

"Hehehe. Kau ingat namaku." Jungkook tertawa senang.

Yoongi memutar bola matanya malas. Bocah ini benar-benar bocah, menurutnya. Ia tak mengerti kenapa Jin mengajaknya berpacaran. Jangan-jangan ia hanya memanfaatkan kepolosannya.

"Ngapain? Kok bisa masuk kesini?" Tanya Yoongi lagi.

"Jin-hyung yang mengajakku. Sekalian juga ingin observasi untuk kampus baruku." Ucapnya riang.

Yoongi kembali bertanya, ia menatapnya ragu. "Kau baru lulus?"

"Eh?" Jungkook mengerjap. "Aku baru kelas dua SMA kok, Hyung." Jawabnya jujur dan polos.

Yoongi meremas buku di tangannya dengan gemas. Bocah dihadapannya ini benar-benar lugu atau bagaimana sih. Yoongi hanya bisa bergumam jengkel dalam hati, 'Buat apa dia observasi kalau baru lulus saja masih setahun lagi?!'

.

Yoongi menghembuskan nafasnya perlahan. Ia harus segera pergi sebelum emosinya keluar karena terlalu lama meladeni obrolannya bersama Jungkook.

Kebetulan dari kejauhan Jin juga sedang menghampiri mereka.

"Yasudah, aku harus pergi. Bye." Yoongi membalikkan tubuhnya dan dengan segera berjalan agak cepat menjauhi Jungkook.

"Bye, Hyung~"

.

Jin yang baru datang menghampiri Jungkook segera memeluk kekasihnya itu sebentar. Membuat Jungkook tersenyum senang karenanya.

"Kau tidak bertengkar lagi 'kan dengan Yoongi?" Tanyanya khawatir.

Jungkook tertawa. "Tidak kok. Kami hanya mengobrol sebentar." Jawabnya jujur.

.

.

.

.

Jimin menutup buku yang dibacanya dan cemberut ketika Yoongi datang menghampirinya.

"Kok lama sih?" Keluhnya.

Yoongi duduk di samping Jimin dan ia menghadap ke arahnya. "Tadi ngobrol sebentar."

"Apanya yang sebentar, aku sudah menunggu hampir lima menit lamanya!" Jimin masih mengeluh.

Yoongi kemudian dengan gemas mencubit pipi Jimin dengan sebelah tangannya. Yang membuat Jimin mengaduh. "Kau juga selalu membuatku menunggu, Bodoh!"

.

"Apa yang ingin kau bicarakan, huh? Cepatlah, aku masih harus mengurus laporan bahasa Inggrisku." Yoongi menatap Jimin yang kini tiba-tiba malah terlihat sedang berpikir.

"Emm~" Jimin menengok ke kanan dan ke kiri. Memastikan bahwa di sekeliling dirinya dan Yoongi tidak terlalu ramai.

Yoongi yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya. 'Ngapain sih kekasih bocahnya itu.'

Yoongi semakin bingung melihat tingkah Jimin, apalagi Jimin kini sekarang memakai hoodie kepala jaketnya. Mendekatkan wajahnya kearah Yoongi dan...

"Kamu ngapain sih, Ji—"

.

Cuph.

.

Mencuri kecupan di bibir manis Yoongi.

Yoongi mengerjap sebelum akhirnya tersadar, dan dengan wajah yang merona ia mulai mengejar Jimin yang malah berlari kabur dari hadapannya sambil tertawa riang.

.

"Yak! Kemari kau, Bocah sialan! Akan kupukul kepalamu!"

.

.

Jimin tertawa senang. Kedua matanya terpejam dan ia menggeliat kegelian karena Yoongi menggelitikinya.

.

Well, ternyata Yoongi serius mengejar Jimin.

Jimin yang dikejar hanya tertawa-tawa saja sampai tidak sadar bahwa ia berlari kearah ujung koridor kampus yang buntu. Dekat ruang Musik.

Alhasil Jimin tak bisa kemana-mana dan hal itu sangat dimanfaatkan oleh Yoongi.

Yoongi menyeringai menang sebelum akhirnya ia menerjang Jimin dan menyerbunya dengan gelitikan. Ia menggelitik Jimin di perutnya, pinggangnya, bahkan sampai ke lehernya.

"Hahaha, sudah sudah, Hyung." Jimin masih memejamkan matanya dan tertawa, ia meringkuk diatas lantai koridor dengan Yoongi yang duduk di atas sisi tubuhnya sambil tetap menggelitiki Jimin dengan kejam.

.

"Rasakan!" Gelitik Yoongi dengan gemas. Jari-jemarinya terus menggerayangi perut Jimin di bajunya. Ia dengan santainya menduduki sisi tubuh Jimin. Juga tak peduli Jimin yang sudah lelah tertawa karena kegelian.

"Hahaha, stop, Hyung. Jarimu sungguh membuatku geli! Astaga hahaha." Jimin berusaha untuk menjauhkan lengan Yoongi, namun ia tak tahan rasa gelinya, ia hanya berusaha melindungi perutnya yang terus di gelitiki Yoongi dengan brutal.

"Aku tak peduli. Kau harus—"

.

.

Myungsoo menghela napas dan meletakkan gitarnya di atas kursi disampingnya. Ia sedang berada di ruang musik yang terletak di ujung bangunan kampus ini.

Ruangan ini dijadikan ruang musik karena letaknya yang jauh dari ruang kelas, lapangan atau taman. Sehingga suasananya yang tenang jauh dari keramaian sangat cocok untuk bermain musik.

.

Seperti yang Myungsoo lakukan saat ini.

.

Namun ketika tiba-tiba Myungsoo mendengar suara derap langkah berlari dan suara berisik lainnya, membuat ia menghela napas malas dan berjalan keluar dari ruang musik untuk menegur siapapun itu yang sudah mengganggu ketenangannya.

.

Dan ketika Myungsoo keluar dari ruangan musik dan melihat ke arah pojok koridor yang buntu itu, ia melihat Yoongi yang menduduki Jimin.

Yoongi yang tak bisa diam menggerakkan tangannya di tubuh Jimin dan Jimin yang tertawa kegelian.

.

Myungsoo menghela napas malas. Ia berdehem sebelum menegur sepasang kekasih berisik itu—menurutnya.

.

"Ekhm, kalian lupa ya ini masih di kampus?"

.

.

Yoongi tersentak mendengar suara seseorang, ia menoleh dan melihat Myungsoo di depan pintu ruang musik.

.

Seketika dua sejoli itu terdiam, Myungsoo menghela napas kembali sebelum masuk kembali juga ke ruang musik. 'Akhirnya gak berisik lagi deh.'

.

Yoongi kemudian menunduk, ia masih duduk diatas Jimin. Terdiam dan menggigit bibir bawahnya sendiri, ia juga meremas jaket hoodie Jimin dengan erat.

.

Ini adalah pertamakalinya Yoongi dan Jimin melihat Myungsoo kembali setelah pertengkaran mereka beberapa waktu lalu itu karena kelakuan si mancung itu...

.

Uh, Yoongi jadi mengingatnya lagi 'kan.

.

Jimin yang melihat kekasihnya tiba-tiba terdiam begitu jadi tersenyum jahil.

Maka dengan tiba-tiba Jimin menarik lengan Yoongi ke arahnya. Membuat Yoongi yang masih terduduk diatas tubuh Jimin itu kini jadi menindihnya.

"Yak! Jim—" Yoongi membulatkan mata kecilnya terkaget karena tindakan tiba-tiba dari Jimin dan ucapannya terputus begitu saja karena Jimin menempelkan bibirnya dengan bibir Yoongi dan berbisik pelan disana.

"Jangan berisik atau dia akan mengganggu kesenangan kita lagi, Hyung."

.

.

.

.

Jimin menggigit ujung pensilnya, ia duduk di kursinya sambil mengintip ponsel yang sedang Taehyung mainkan.

Mereka sedang menunggu sang dosen datang untuk mengajar di kelas bahasa hari ini.

.

"Sepupumu orang Korea, Tae?" Tanya Jimin, ia masih mengintipi isi aktifitas Taehyung bersama sepupunya yang sedang saling mengobrol melalui messenger itu.

Taehyung mengangguk. Matanya tak beralih dari ponselnya. "Iya. Ia sedang tinggal di Jerman saat ini. Tetapi ia sekarang malah menyuruhku untuk mengawasi tunangannya yang berada di Korea. Bertemu saja kami belum pernah. Huh, menyebalkan." Keluh Taehyung.

"Hmm." Jimin menelisik dan menyentuh layar ponsel Taehyung untuk melihat foto profil yang memasang wajah sepupunya Taehyung itu. "Berapa usianya, Tae?"

"Hitung saja sendiri. Dia kelahiran 92."

Jimin mengangguk. "Lebih tua dari Yoongi-hyung ternyata... Kalau tunangannya yang harus kau awasi itu?" Tanya Jimin.

"Ngapain sih ingin tahu?" Jimin hanya tertawa menanggapinya, dan Taehyung tetap menunjukkannya pada Jimin.

"Karena kami belum pernah bertemu satu sama lain, ia hanya mengirimkan fotonya. Coba bayangkan, harus kutemukan dimana orang ini sekota Seoul?" Taehyung menunjukkan foto seseorang di ponselnya kepada Jimin.

Jimin menelisik wajah seseorang itu dengan alis yang berkerut.

"Sepertinya aku pernah melihatnya... Dimana ya?"

.

.

.

.

To be Continued...

.

.

.

.

Nb :

Tolong dimaafkan, kepikiran sekuel ini yaampun hahaha.

Hai haaaai xD

Emm~ Tadinya chanyeol mau dimunculin di chapter dua lho, eh tapi dibikin intro di chapter satu lebih baik kayaknya... Kan kalo sekuel biasanya suka nyebelin? Iya kan? *tabok*

Idenya cute voodoo noh pake Chanyeol, salahin aja dia *tabok lagi*

Oke, terima kasih sudah membaca sampai sini. Silahkan responnya, kritik, saran dan juga masukannya. Karena setiap ide dari kalianlah yang selalu menginspirasi ~

Nah, Review, please? :3

.