Title: Elf

Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi

Genre: Supernatural, Crime

Rate: T

Warning: OOC, OC (mungkin) figuran, Typo pake s, Bahasa tidak sesuai EYD, Not Yaoi

dldr...


Elf

Dunia ini tidak hanya dikuasai manusia.

Ada eksisitensi lain yang bersembunyi dan hidup membaur bersama ras manusia.

Mereka menyebut diri mereka sebagai 'Demon'.

Ras istimewa dengan kekuatan melebihi manusia dan dikaruniai umur panjang.

Ras yang hanya dianggap mitos oleh kaum manusia.

Eksistensi luar biasa ini terbagi menjadi dua golongan.

Golongan baik yang sering disebut Light Demon atau LD, golongan yang hidup membaur dengan manusia dan hanya melakukan aksinya sambil tetap berada di balik bayangan.

Dan golongan jahat yang disebut Dark Demon atau Daemon, Demon yang lebih sering memunculkan identitasnya dan melakukan tindak kriminal yang dapat membahayakan ras manusia bahkan Demon sendiri.

Dua golongan ini sangat bertolak belakang. Membaur atau menghancurkan ras manusia tanpa sepengetahuan manusia itu sendiri.

.

Namun manusia yang tidak tahu menahu mengenai golongan ini seenaknya membunuh para Demon tidak berdosa.

Mereka menamakan diri mereka 'Hunter'.

Hunter beranggapan semua Demon berbahaya karena pada dasarnya Demon merupakan pemangsa manusia.

Mereka membunuh Demon tanpa pandang bulu, entah itu LD atau Daemon.

.

Tapi aku bukan salah satu dari mereka.

Aku adalah pemburu dan Pembunuh Daemon, namun aku melakukannya dengan alsan yang jelas.

Tujuanku adalah menjaga keamanan dari tindak kriminal yang dilakukan para Daemon. Juga mencari orang-orang yang memiliki garis takdir untuk menjaga hubungan ras manusia dengan ras demon.

Namaku adalah Elf.

Peri yang menjaga keamanan di balik kegelapan.

Dengan caraku sendiri.


(1) Prolog

.

.

(03.00)

Di sebuah jembatan yang menghubungkan dua buah jalan yang terputus oleh aliran sungai yang tidak begitu deras, terlihat seorang pria berjas dengan rambut rapi sedang berdiri di sana sambil memandangi pantulan bulan di air. Sesekali pria paruh baya itu melihat arlojinya, seperti tengah menunggu seseorang.

"Wah.. wah.. sepertinya aku terlambat. Kau sudah menunggu lama ya?" Sebuah suara membuyarkan lamunan pria itu, sekaligus memecah keheningan malam di sekitar sana. Terlihat pria lain yang hanya memakai kaos lengan panjang dengan celana jeans berjalan mendekati pria satunya. Poni hitamnya sedikit menutupi matanya.

"Ya. Aku datang sesuai perintahmu. Aku juga sudah membawa barangnya. Sekarang serahkan benda itu dan aku akan pergi." Jawab pria berjas sambil menunjukkan sebuah bungkusan coklat di tangannya.

"Baiklah, aku juga bawa barangnya kok." Pria yang satunya merogoh kantung celananya. "Tapi sebelumnya..."

TRANGG! Dua buah benda logam bersentuhan dengan keras di belakang pria berjas, membuat pria itu tercekat. Di belakangnya terlihat pria berbaju kaos menghalau serangan yang berasal dari pedang milik seorang lelaki misterius dengan pisau lipat. Ekspresinya tak terbaca karena lelaki itu memakai topi yang menutupi sebagian wajahnya.

"Siapa kau? Dan sejak kapan kau di sini?!" Tanya pria berponi itu dingin. Kemudian lelaki misterius berpakaian serba hitam itu mundur beberapa langkah.

Lelaki misterius itu terdiam sejenak sambil memperhatikan dua pria yang kini memasang posisi siaga karena bisnis mereka diganggu orang asing. kemudian ia menyarungkan salah satu pedangnya dan berdiri diam tanpa ekspresi sama sekali.

"Furuta Haru dan Asano Mamoru." Lelaki itu mulai membuka suara, membuat dua pria yang lain terdiam karena nama mereka disebutkan. Kemudian ia melanjutkan. "Pengedar narkoba dan pemasok pasar gelap. Kalian berdua berencana melakukan barter di jembatan ini dengan barang yang akan ditukarkan dua kilogram heroin dan sebuah jantung manusia."

Dua pria itu tercengang mendengar ucapan si lelaki misterius. Entah siapa orang ini, tapi yang jelas ia sudah terlalu banyak tahu tentang mereka. 'Orang ini harus dibungkam.' Pikir mereka.

"Dengan reputasi seperti itu kalian digolongkan sebagai penjahat kelas satu. Tapi sayang sekali aku harus menghabisi kalian disini dan bukannya melalui pengadilan. Karena kalian memang bukan manusia."

Kembali kata-kata lelaki itu membuat Furuta dan Asano tercekat. Orang itu bahkan sudah tahu lebih dalam tentang 'apa' mereka. Sebuah rahasia yang hanya 'sejenis' mereka yang tahu.

"Haha..!" Terdengar suara tawa meremehkan dari pria berpakaian kasual bernama Furuta. "Hebat sekali kau, bocah. Bahkan bisa tahu bahwa kami bukan manusia. Siapa kau sebenarnya? Hunter!?"

"Aku tidak seperti mereka yang membunuh daemon tanpa alasan yang jelas. Dan aku bukan bocah." Tegas lelaki itu dengan nada dan wajah dingin.

"Aku tidak peduli kau hunter atau bukan. Pada akhirnya kau akan membunuh ku juga. Tapi sebelum itu terjadi, kaulah yang akan mati!" Furuta segera berlari menuju lelaki itu disusul oleh Asano. Mata mereka berubah merah dan cakar tajam keluar dari jari mereka. Kini Furuta dan Asano telah menampakkan wajud mereka yang sebenarnya. Yaitu wujud makhluk bernama 'Daemon'.

Mereka menyerang lelaki itu bersamaan dengan kuku mereka. Namun dihalau oleh kedua pedang milik lelaki bertopi itu. Kemudian dengan gerakan cepat lelaki muda itu mengayunkan pedangnya dan mengarahkannya pada kedua iblis itu. Furuta tumbang dengan tusukan telak di lehernya, sedangkan Asano berhasil menghindar meskipun perutnya teriris cukup dalam.

Asano kembali berdiri dan menyerang lelaki itu dari arah depan. Lelaki bertopi sudah bersiap menghalau serangannya. Namun Asano langsung menghilang dan muncul di belakang lelaki itu, mengincar lehernya untuk diiris dengan kukunya. Tapi hal itu tidak terjadi karena lelaki misterius itu segera menghindar dan kembali menusuk perutnya.

Asano lagi-lagi berdiri dan menyerang lelaki misterius. Meski terluka parah ia masih bisa berjalan karena bukan organ vitalnya yang diserang.

"Brengsek! Mati kau bocah!" Seru Asano seraya menyerang lelaki itu secara langsung. Kini gigi taringnya pun telah dikeluarkannya. Ia benar-benar serius kali ini.

"Kau gigih juga ya.." Sedangkan si lelaki misterius hanya berdiri sambil memasang kuda-kuda bertahan.

Asano terus saja berlari tanpa mempedulikan luka di perutnya. Hingga taring tajamnya hampir mengenai kulit leher pemuda misterius, mencoba mengoyak dan memakan dagingnya.

Sayangnya pria itu kalah cepat dengan lelaki misterius. Pedangnya lebih dulu menancap di jantung Asano. Membuatnya tewas seketika.

"Sebagai daemon kalian lemah. Jujur saja, aku yang kecewa." Ucap lelaki misterius itu pada mayat di hadapannya. Ia kemudian menyarungkan kedua pedangnya yang masih berlumuran darah dan mengambil ponsel dari saku jaketnya, ia mengetikkan nomor dan menunggu nada tunggu hingga seseorang mengangkat.

"Halo, dengan Inspektur Yoshiro Toga."

"Inspektur Yoshiro. Tugasku malam ini sudah selesai. Karangan laporannya akan kukirimkan lewat email besok. Lebih baik kau segera bereskan mayatnya sebelum pagi." Lelaki misterius itu memberi laporan serta perintah dengan nada dingin kepada Yoshiro, yang bisa dibilang atasannya.

"Baiklah, terima kasih. Kerja bagus... Elf."

Setelah selesai dengan urusannya, lelaki yang diketahui bernama Elf berjalan meninggalkan tempat itu. Raut wajahnya tidak berubah sama sekali, bahkan setelah ia membunuh.

"Sudah hampir pagi. Lebih baik aku segera pulang. Aku tidak mau terlambat sekolah hari ini." Gumam Elf di tengah perjalanannya. Kemudian ia menghilang di balik bangunan tinggi di tengah kota yang masih sepi. Iris bulatnya terlihat bersinar diterpa cahaya bulan yang dipantulkan oleh air sungai.

.

.

.

Teiko High 12.00 p.m.

Siang hari ini tidak begitu terik meski mentari tetap memancarkan sinarnya. Cuaca yang bagus untuk makan siang bersama teman-teman di atap sekolah SMA Teiko. Begitu pula yang dilakukan kelima pemuda dengan warna surai berbeda saat ini. Kelimanya sedang asyik ngobrol (meski beberapa terdengar seperti bertengkar) dengan bento masing-masing. Mereka adalah Akashi Seijuuro, Kise Ryota, Murasakibara Atsushi, Midorima Shintaro, dan Aomine Daiki. Tapi tidak ada satupun yang memakan bento tersebut, termasuk orang paling doyang makan di situ. Alasannya sederhana, mereka tengah menunggu dua orang lainnya untuk makan bersama.

CKLEK.. Terdengar pintu menuju tangga dibuka, dari sana muncul seseorang dengan postur tubuh tinggi dan alis yang aneh berjalan ke arah mereka sambil menenteng satu kantung plastik besar roti dan sekotak jus.

"Sori.. aku telat." Seru Kagami Taiga –pemuda beralis aneh– ketika sampai di kumpulan lima pemuda dekat pagar pembatas. Ia segera mengambil posisi duduk di dekat pagar.

"Cih, lama sekali kau Bakagami! Aku kelaparan tau!" Omel pemuda navy bernama Aomine Daiki.

"Berisik kau Ahomine!"

"Ngomong-ngomong, Kagamicchi. Kurokocchi mana?" Seorang pemuda blonde bernama Kise Ryota ikut nimbrung di obrolan mereka.

Mendengar pertanyaan Kise, Kagami mulai celingukan. Begitu pula dengan yang lainnya.

"Entahlah. Tapi tadi dia bilang ingin ke sini duluan tadi. Kemana perginya bocah itu?" Jawab Kagami Bingung.

"Aku di belakangmu, Kagami-kun." Tiba-tiba sebuah suara di balik punggung Kagami mengejutkan mereka semua.

"HUWAAA!" Mereka semua (ex Akashi dan Midorima–yang jaga imej) berteriak saat tahu orang yang mereka cari sudah berada di antara mereka. Lebih tepatnya tertindih tubuh besar Kagami.

"Teme! Ngapain kau sembunyi di situ?! Mau bikin orang jantungan ya!?" Omel Kagami kepada pemuda berambut sky blue yang daritadi dicarinya, Kuroko Tetsuya. Yang sekarang ini megap-megap karena kehabisan udara saat ditindih Kagami sebelumnya.

"Aku tidak sembunyi, Kagami-kun. Aku sudah duduk di sini dari tadi, lalu kau datang dan menindihku." Jawab Kuroko dengan wajah datar, meski wajahnya sedikit memerah karena kehabisan oksigen.

"Jangan bohong! Tadi kau jalan bareng denganku ke sini kan!?"

"Aku tidak bohong."

"Sudahlah kalian berdua." Suara mengintimidasi terdengar dari pemuda heterochome, Akashi Seijuuro. "Lebih baik lanjutkan makan kalian sebelum bel berbunyi!" Titahnya tegas sambil menyuap bekalnya dengan malas. Membuat mereka terdiam.

Semuanya makan dengan tenang – meski beberapa di antara mereka tidak berhenti beradu mulut. Kuroko hanya duduk bersandar di pagar pembatas memperhatikan mereka sambil memakan bentonya. Sesekali matanya melirik Midorima yang berusaha menyuruh mereka untuk diam – sambil sesekali meremas lucky itemnya yang berupa boneka Hello Kitty karena kesal, dan beralih ke Akashi yang duduk dengan tenang di sebelahnya sambil sesekali menguap.

Tunggu, menguap? Kuroko tidak pernah melihat pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya itu terlihat kelelahan apalagi menguap. Karena penasaran akhirnya ia buka suara.

"Akashi-kun, kau baik-baik saja?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya kurang tidur semalam." Jawab Akashi seadanya. Sepertinya terlalu malas – atau terlalu lelah untuk menjawab pertanyaan Kuroko.

Pemuda dengan hawa keberadaan tipis itu kembali terdiam dengan masih memperhatikan teman-temannya. Sesekali ia ikut bercanda dengan Kise dan Kagami – meski wajahnya tetap datar. Kuroko benar-benar menyukai suasana seperti ini, suasana dimana ia merasa benar-benar menjadi remaja yang normal.

.

Tanpa mereka ketahui, salah satu dari mereka menyembunyikan rahasia yang sangat besar. Rahasia besar yang akan mengungkapkan sebuah fakta mengejutkan yang akan melibatkan sekaligus merubah hidup mereka satu persatu.

.

.

.

To be Continue


Haah... akhirnya story yang udah lama kependam di otak keluar juga.

Nggak nyangka saya bikin fic bergenre crime begini #mandangin nista fic sendiri

Ini terhitung sebagai fic ketiga saya, tapi masih sama kayak fic saya sebelumnya: amatiran.

Semoga readers sekalian suka...

RnR please...