"...Akan aku perkenalkan lagi diriku. Namaku adalah Neveria, Leluhur dari Vampir, Naga, Keturunan yang dilaknat, dan juga... Manusia."

Disclaimer: Naruto & Highschool DxD is not Mine

Pairing : Naruto x Akeno x Harem?

Genre : Adventure, Action, Romance, Comedy, Fantasy, dan sedikit Drama.

Warning : OOC, OC, TYPO, Fem!Haku, Dragon!Haku, Dragon!Naruto, HumanLoli!Great Red and etc.

Summary : Terjerat oleh sebuah takdir yang sudah di tertulis sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Naruto harus merelakan semua perasaan dari masa lalunya demi menciptakan sebuah perdamaian di dunia barunya.

.

Chapter 15: Negotiation!

"Leluhur dari Vampir?" Mata Yuri tiba-tiba melebar terkejut, "Dracula!"

Lia tersenyum untuk yang kedua kalinya, "Satu tebakan telah terjawab."

Naruto menoleh ke arah adiknya, "Lalu, Keturunan yang dilaknat?"

Mata Yuri berubah tajam, "Lucifer."

Lia mengangguk. "Kau benar. Aku adalah makhluk mutasi, memiliki darah Dracula, darah Lucifer, dan darah Manusia. Itu adalah awalnya sebelum aku memakan jantung seekor Naga yang kini hidup di dalam tubuhku." Gadis dengan rambut keperakan yang tergerai ini menunduk, "Dan karena itulah aku membutuhkan suplai darah untuk memenuhi rasa laparku, oleh sebab itu syarat yang kuajukan padamu hanya itu, aku ingin sekali mengetahui bagaimana rasa darah [Naga Dalam Takdir]."

Yuri mendecih. "Tidak akan ku –"

"Yuri!" Adik Naruto itu langsung terdiam saat kakaknya menghardik, "Tidak apa-apa, itu adalah persyaratan yang cukup adil." Tanpa membuang waktu memberikan lengan kirinya, "Cepatlah, aku akan mencoba menahan diri."

Yuri hanya menatap datar kakaknya yang sedang berpikiran erotis, ingin sekali ia menampar wajah kakaknya yang menunjukkan bahwasanya akan ada kejadian dimana ia akan diperlakukan mesum oleh Loli yang baru saja ia beri nama itu.

Sedangkan Lia hanya terdiam melihat lengan itu dengan raut tak mengerti sebelum pada akhirnya ia menatap Naruto, "Aku hanya bisa jika itu melalui leher."

Mata Naruto langsung terbuka lebar, seperti sedang merasakan daya kejut dari listrik bertenaga ribuan volt. Namun wajah penuh kekagetan itu langsung terganti dengan wajah tersipu, "Kumohon, pelan-pelan saja ya...?" Dengan perlahan Naruto menyingsikan kerah dari blazer yang ia kenakan, dengan wajah yang malu-malu mirip seperti lacu —maksudku gadis pemalu.

Tak tahan lagi dengan kelakuan kakaknya yang memalukan, Yuri yang tak memiliki rasa belas kasih langsung menampar wajah Naruto. "MATI...!"

PLAK!

Melihat pertengkaran konyol yang sudah lama tak ia lihat, Lia hanya bisa tertawa, membuat kakak beradik itu menoleh.

Naruto dan Yuri kemudian saling tatap, sebelum pada akhirnya mereka tersenyum.

~o~

"Ini pasti akan sakit, aku tidak akan menyangkal hal itu. Tapi meskipun begitu, kumohon jangan tegang atau melawan, karena jika tidak rasa sakitnya akan lebih parah. Mengerti?"

Naruto hanya bisa menelan ludah setelah mendengar peringatan itu, tapi dengan sedikit paksaan dia mengangguk. "D-Dan aku mohon, lakukan ini dengan lembut dan perlahan."

Lia yang sudah berada di belakang tubuh Naruto hanya mengukir sebuah senyuman kalem sebagai tanggapan, dari sini Naruto merasakan firasat buruk, karena pada akhirnya dia menelan ludah lagi.

Lia dengan perlahan menyingsikan kerah blazer yang Naruto kenakan, dan pada waktu yang bersamaan wangi asam citrus langsung membelai dan mulai menggoda indera penciumannya. Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, segera ia keluarkan kedua taring yang menjadi bukti bahwa sejatinya dirinya adalah makhluk penghisap darah pembunuh manusia. Dan dengan perlahan Lia mulai memasukkan kedua ujung taring itu dan merobek serat kulit leher Naruto.

Ingin sebenarnya Naruto berteriak, meronta, dan merintih kesakitan saat sensasi perih dari kedua benda asing masuk ke dalam dagingnya. Namun semua itu kini ia tahan meskipun rembesan air mata sudah keluar dan tak lagi terbendung oleh kelopak mata.

Karena semua ini hanya untuk satu tujuan.

Menyelamatkan Kaguya.

Hampir satu menit berselang, Yuri hanya menatap datar wajah Naruto yang berkerut menahan sakit. Dan saat ia mulai menemukan perubahan warna pada wajah Naruto, matanya terbelalak. "Hei, hentikan! Itu sudah cukup!"

Mata Lia yang semula tertutup merasakan nikmatnya darah dari sekian ribu tahun tak ia rasakan, mendadak terbuka saat mendengar teriakan Yuri. Dengan cepat Lia langsung mencabut apa yang ia tanamkan pada tubuh Naruto, "Ma-Maaf, aku terlalu terbawa suasana."

Dengan Naruto sendiri, kini dapat terlihat jelas bahwasanya raut wajahnya terlihat sedikit pucat, dan nafasnyapun kini tersenggal-senggal, seolah dia tadi sudah menahan nafas begitu terlalu lama."Jangan hiraukan aku, aku tidak apa ap —"

Gdebuk!

"Onii-chan!"

~o~

Perlahan Naruto mulai membuka matanya kembali, dan yang menjadi objek pertama yang ia lihat adalah wajah imut adiknya. "Ahh, terbangun di pangkuan adik terimut adalah obat mujarap bagi penyakit apapun." Naruto tersenyum, membuat Yuri mengalihkan wajahnya kearah lain.

"Dasar gombal, Kakak itu tadi hampir mati tahu!"

"Yah, itu tadi adalah harga yang pantas." Dengan perlahan Naruto mulai mencoba duduk, dan pandangannya kemudian beralih dimana sosok Lia berada. "Apa syarat yang kau ajukan sudah cukup? Aku bisa mengambil hak yang kumiliki bukan?"

Lia mengangguk pelan, "Sebutkan apa yang kau inginkan, Naruto."

Satu-satunya remaja pirang disana bersidekap, "Aku ingin kau membawaku pergi ke Daedalus."

Mata merah Lia melebar tiba-tiba, "Kenapa kau tahu nama tempat terkutuk itu?" Gadis dengan rambut keperakan itu tiba-tiba memeluk dirinya sendiri, entah kenapa Naruto merasa heran melihat hal ini.

"Lia? Kau kenapa?"

Dengan tatapan horor, Lia menatap Naruto. "Apa kau mengerti kenapa kota itu disebut sebagai kota terkutuk?" Naruto menggeleng. "Awal mulanya, Daedalus adalah kota biasa, kota yang damai tanpa permusuhan. Namun semua berubah saat datang sebuah kelompok misterius yang menyebarkan sebuah agama palsu dimana sebenarnya itu adalah sebuah kedok belaka, pemimpin kelompok itu mulai meracuni pikiran para penduduk dengan perilaku asusila. Memperkosa, merampok, membunuh, menculik, dan lain-lain. Sampai pada akhirnya, datanglah utusan Tuhan dari langit, dengan kedua puluh pasang sayap emasnya dia terbang menatap semua penduduk yang melihatnya takut, dan dia mulai membacakan sebuah mantra kutukan tepat dihadapan semua penduduk kota itu.

"Semua orang yang berlari ketakutan dengan perlahan mulai berubah bentuk fisiknya, dimulai dari kaki sampai ke ujung kepala. Sampai pada akhirnya setelah mantra telah selesai terucap, para penduduk sudah harus menerima takdir mereka sebagai monster." Lia menghela nafas, seakan ketakuan yang dirasakannya tadi sudah menghilang. "Dan dari semua yang terjadi, aku adalah saksi bisu dimana kejadian mengerikan itu terjadi."

"Tu-Tunggu!" Naruto memotong. "Kau bilang Utusan Tuhan, dan dua puluh sayap?" Saat Lia mengangguk, pandangan tak percaya Naruto langsung ia berikan kepada Yuri. "Selain Lia, berarti Azriel adalah pelaku utama dalam cerita Lia!"

"Kau tahu siapa Utusan Tuhan itu, Naruto!?"

Naruto menatap Lia kembali, "Ya, bahkan aku sangat mengenalnya."

"Apa kau tahu dimana dia?"

Naruto dapat melihat bahwa dalam ekspresi datar yang kini dipampangkan Lia berisikan rasa amarah, "Akan kubawa kau nanti untuk menemuinya, tapi bisakah kita selesaikan dulu urusan kita sekarang? Waktu yang kita miliki terbatas, jika tidak segera dilakukan akan terjadi pertarungan yang sia-sia nanti."

Untuk beberapa saat, Lia masih mempertahankan ekspresi itu. Sebelum pada akhirnya dia menghembuskan nafas, "Baiklah, lagipula aku sudah bersumpah untuk membawamu kesana. Tapi, setelah urusanmu selesai kau harus bersumpah untuk mempertemukanku dengan Utusan Tuhan itu!"

Naruto tersenyum. "Tanpa bersumpahpun aku akan membawamu bertemu dengannya nanti, sekarang ayo kita berangkat."

"Eh? Apa harus sekarang?" tanya Yuri. "Apa tidak ingin istirahat lebih lama lagi? Tekanan darah Kakak masih rendah."

"Aku akan memaksanya, dan tidak perlu khawatir tentang hal itu."

"Sebelum kita pergi ke sana, aku ingin kau menelan ini." Lia yang sudah ikut berdiri, menyodorkan sebuah bunga mawar hitam kepada Naruto. Hal itu juga Lia lakukan kepada Yuri.

Naruto menerima bunga itu, "Untuk apa ini?"

"Itu sebagai pendeteksi keberadaan," Lia bersidekap. "Dengarkan aku, Daedalus bukan tempat seperti yang kau duga. Wilayah Daedalus memiliki batasan-batasan tertentu, jika kau sudah masuk ke dalam maka kekuatan apapun yang ingin kau keluarkan tidak akan menuruti apa yang kau inginkan. Sekuat atau sebesar apapun energi yang ada dalam tubuhmu, meskipun itu kekuatan Licht sekalipun."

"Jadi, aku tidak bisa menggunakan kekuatanku?"

"Tidak sepenuhnya benar, karena ada beberapa kekuatan yang bisa kau pakai. Pertama, jika kau adalah Tuhan, yang tidak terikat apapun dengan dunia ini. Kedua, jika kau adalah Black Dragon, yang bisa menyerap energi apapun, baik itu dari makhluk hidup atau alam. Ketiga, jika kau pengguna Senjutsu, yang sudah pasti bisa menyerap energi alam. Keempat, jika kau adalah Yang Mengutuk, sudah jelas jika kau kebal dari apa yang kau kutuk. Kelima, jika kau adalah hewan, karena kutukan yang dipakai hanya berpengaruh pada manusia, jadi hewan tidak termasuk."

Selesai mendengarkan penjelasan Lia, Naruto dengan lesu langsung berjalan ke ujung ruangan, dimana disana dia langsung bermuram durja sambil menggumamkan sesuatu.

Lia memandang keberadaan Naruto dengan tidak mengerti, "Eh, kenapa dia?"

Yuri mendesah. "Tidak usah dipikirkan, dia memang sering jadi seperti itu jika hatinya sedang kecewa."

"Baiklah, ayo kita berangkat." Tanpa ragu Naruto langsung menelan mawar hitam pemberian Lia, "Aku sudah memikirkan sebuah rencana untuk menghadapi Haku nanti."

~o~

"Jadi ini, kota Daedalus?" Naruto hanya bisa mendongak melihat tingginya benteng luar yang menutupi kota Daedalus, "Aku jadi penasaran bagaimana di dalam."

"Ingatlah, kita sekarang berada di luar dimensi manusia. Memang ini masih berada di Bumi, tapi ruang dan waktu di tanah ini sangat bertentangan dengan Bumi." Lia mulai berjalan menuju gerbang besar yang masih tertutup, "Iklim di tempat ini tidak akan pernah bisa berubah, bahkan waktu tidak akan berganti. Sebagai buktinya, tidak akan ada matahari yang menyinari tempat ini, namun matahari tersebut digantikan oleh dua bulan."

Naruto memandang dua bulan yang dimaksud oleh Lia, "Benar juga. Namun, apakah dulunya juga seperti ini?" Naruto mengikuti langkah Lia.

Lia menggeleng. "Dulu, Daedalus juga merupakan tanah dimana manusia hidup, bukan seperti sekarang. Barulah setelah kota ini dikutuk, semua hal berubah menjadi tidak menentu." Setelah berada tepat di depan gerbang, Lia berbalik. "Dengar, aku hanya bisa mengantarmu sampai disini, dan aku juga tidak bisa membantumu di dalam. Dan lagi, jika situasi sangat memburuk jangan lupa untuk memikirkan wajah atau namaku, karena hanya dengan itu mawar yang sudah kau telan akan bereaksi, setelah itu aku akan datang menyelamatkanmu." Lia mengangkat jari telunjuk tangan kanannya, "Cuma ada satu kali kesempatan, kau mengerti?"

"Tentu saja."

"Satu kali kesempatan? Lalu, bagaimana denganku?"

Mendengar pertanyaan itu, Lia beralih menatap Yuri. "Kau tidak perlu masuk, cukup berada disini untuk menunggu."

"Tapi, jika Kakak dalam bahaya?"

"Itu adalah resiko yang harus ia tanggung sendiri."

"Tidak mungkin."

Lia bersidekap. "Kau boleh membantu Kakakmu, tapi apakah kau itu Tuhan?"

Yuri menggeleng.

"Black Dragon?"

Yuri menggeleng lagi.

"Pengguna senjutsu?"

Untuk yang ketiga kali.

"Orang yang mengutuk?"

Keempat kali.

"...Hewan?"

Yuri langsung meringkuk di bawah pohon, "Se-Sebenarnya aku ingin berduaan dengan Kakak, hiks!"

Dari kejauhan Naruto hanya bisa terkekeh laknat, "Ternyata aku dan adikku tidak jauh berbeda."

To be Continued...