The Eden's calling

Chapter 1 : The new world

"Petualangan ini telah berakhir… mungkin kah ada petualangan lain yang menantiku selanjutnya?"

"aku hanya tahu, kita akan segera bersama-sama kembali"

"Serah".

Terlihat seorang wanita berambut merah muda mengenakan T-shirt putih polos disertai dengan mantel putih panjang dan celana cokelat muda di lengkapi sandal hitam ber-standard heels menuruni sebuah kereta. dibawanya sebuah koper sederhana berwarna cokelat tua ke sebuah perhentian kereta. ia menghirup udara segar, diciumnya bebauan berbagai macam bunga yang tertanam di sepanjang pinggir jalan di kota yang tenang dan indah. Wanita itu pun melanjutkan perjalanan nya untuk menemui 'seseorang', seseorang yang penting dan sangat amat ingin ia temui selama hidup nya menjadi 'Savior'.

Lightning 'Claire' Farron, ya, wanita ini adalah titisan dewi Etro sekaligus pengganti posisi Etro ketika dewa Bhunivelze mengambil kekuatan Etro karena ia sangat menyesal telah menciptakan Etro ke dunia karena keserupaan nya dengan ibu kandung sang Dewa cahaya, dewi Mywn.

Setelah kembalinya lightning yang dengan setia menjaga Kristal nisan sang dewi yang telah tertidur, Lightning ditugaskan Bhunivelze untuk mengumpulkan jiwa-jiwa dan menuntunya kembali menuju Unseen realm, dengan diimingi hadiah bahwa Bhunivelze sendiri akan menghidupkan kembali anggota keluarga satu-satunya yang lightning sayangi, Serah Farron. Tetapi dibalik semua itu, Bhunivelze menyimpan kebohongan, jiwa-jiwa yang telah di kumpulkan lightning rupanya akan di musnahkan dan Bhunivelze akan membuat kembali dunia baru dengan manusia ideal dan peraturan ideal yang dia rencanakan. Namun kebohongan Bhunivelze tersebut telah lightning ketahui, ia pun menantang Bhunivelze sendiri untuk menghadapinya, walau sesungguhnya idenya ini sangat amat melewati batas, tetapi apa lah arti dari sebuah 'lampauan batas' jika sang dewa sendiri telah berbohong melampaui batas dan dengan teganya membuang begitu saja apa yang telah ia ciptakan dan menganggapnya sebagai sebuah 'ketidak sengajaan' telah membuat dunia itu sebelumnya. Tentu saja lightning bukan lah orang yang dengan tega mebiarkan hal seperti itu terjadi pada manusia lain. Selama perjalanan nya menjadi seorang L'cie, lightning perlahan mulai mengerti apa arti dari sebuah 'hubungan', maupun hubungan sebuah keluarga atu pun pertemanan, ia berhenti menjadi sosok yang egois yang hanya bisa mementingkan tujuannya sendiri.

Terlalu banyak tekanan dan penderitaan yang tiada hentinya mengikis perasaan di dalam hatinya, akhir damai seakan menjadi angan-angan yang sangat ingin dia capai. Tetapi pada akhirnya dia pun mendapatkan apa yang dia inginkan selama ini, yaitu bersama kembali dengan serah dan kawan-kawan nya yang lain, walau perasaan cinta yang ia miliki hanyalah sebuah kekeluargaan dan buakan romantika, 'tak apa lah' di fikirnya asalkan seluruh orang bahagia, ia pun akan ikut senang walau akhirnya ia tidak pernah menentukan siapa-siapa orang yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak di masa depan, ya, aku maksud seorang 'Pria'.

Tersadar dari renungan nya mengingat masa lalu yang kelam dan penuh penderitaan, lightning pun tersentak melihat sesosok perempuan muda berpakaian Casual dan memiliki warna rambut sama dengan nya, di temani seorang pria tinggi berambut pirang dengan facial hair tipis menutupi dagunya, melambaikan tangan pada lightning,

"Liiiiiiiiight!" seru perempuan itu dengan wajah bahagianya,

Sedikit menitihkan air mata, lalu cepat menyusutnya dengan lengan kanannya, lightning pun berlari menuju perempuan itu dengan spontan memeluknya erat.

"Serah.." ucap lightning yang megelus kepala serah, nada dari suaranya mulai gemetar, menahan tetesan air mata yang akan membasahi pipinya, "sudah berapa lama aku menantikan hal seperti ini terjadi.."

"aku senang kita bisa bersama kembali, Kak" ucap serah dengan senyuman hangat nya, suaranya lah yang ingin lightning dengar selama ini, berkumpul bersama keluarga dan teman-teman nya, mimpi yang amat dia idamkan.

"Hoho! Kak Light! Sepertinya kau melupakan aku ya? Bagaimana dengan pernikahan kami? Aku telah mempersiapkan pestanya, tingal persetujuan dari mu saja kak!" seru Snow yang mengganggu moment-moment mengharukan dalam pertemuah adik-kakak yang telah lama berpisah ini. dengan optimis, ia pun memasang wajah cerianya pada kedua Farron yang sedang bereuni di hadapan nya. Sontak, lightning memukul bahunya, kali ini tak terlalu bertenaga sehingga tak menimbukan rasa sakit paada bahu snow,

"Berjanji lah pada serah kalau kau akan menjaganya bagai mana pun kondisinya" ucap lightning dengan senyuman lebar yang tergambar pada wajahnya. ramah, namun serius.

"Tentu saja kak! Aku akan bersumpah demi Etro!" ucap snow yang menganggukan kepalanya berusaha meyakinkan lightning bahwa janjinya bukan lah janji biasa, tetapi 'kesungguhan'.

"Baik lah! Ayo kita makan siang di rumah! fang, vanille, hope, sash, dajh telah berkumpul! Nora membuatkan kita spaghetti dan nacos!"

"ow! Betapa aku sukanya dengan nacos! Ayo!"

Mereka bertiga pun berjalan menuju rumah kediaman Farron dan yang lain, rumah baru, di dunia baru mereka.


Apakah engkau pernah merasakan kesendirian?


Di sebuah kota besar yang di kuasai oleh Emperor Lucis, terlihat seorang pemuda menaiki sebuah sepeda sport mengelilingi kota dengan kecepatan penuh. Pemuda tersebut memiliki rambut pirang, spiky, mengenakan T-shirt dan rompi tanpa lengan sehingga memeperlihatkan dengan jelas tubuh ramping namun atletik, di sertai dengan celana hitam sepasang dengan boots hitam nya.

"Ayo noct! Kau payah sekali sih! Mengejar ku pun tak bisa! Haha!" ucap pemuda berambut spyki-pirang tersebut,

" Mana mungkin bisa ku kejar sementara aku menaiki skate board ini dan kau mengayuh sepeda sport, dasar curang! Kembalikan laptop ku oi, Prompt!" gerutu seorang pemuda berambut hitam yang sebaya dengan pemuda yang ia kejar.

Noctis Lucis Caelum, seorang pangeran muda pewaris tahta raja Regis Lucis Caelum dan calon emperor kerjaan Lucis, pemengang Kristal kehidupan di Lucis. Walau masih muda, ia memiliki tanggung jawab yang besar untuk masa depan kerajaan Lucis, walau kawan-kawan nya selalu membuatnya kembali menjadi kanak-kanak lagi dengan mengerjainya agar ia menghapuskan image kaku-nya sebagai seorang 'pangeran'.

"ayo Noct! Ayo! Haha!" ejek Prompto. Prompto adalah sahabat dekat Noctis sewaktu masa kecil nya. Ia adalah teman yang loyal walau pun selalu mengganggu dan mengejek Noctis. Dikala hari mulai meredup, ia lah penghibur dan pencerah suasana dari tiga orang yang lain.

"Tuan muda! Tunggu! Kalau kau melakuakan hal aneh lagi, nanti Tuan besar akan marah!" Ucap Cor Leonis, kepala dari Lucis Royal Guard yang di percayai oleh sang raja untuk mendampingi noctis selama ia mengerjakan tugasnya sebagai pangeran yang ikut serta menangani masalah ekonomi, social dan politik di kerjaan Lucis.

"biarkan dia berolah raga dan keliling me-refresh otak nya yang di penuhi urusan-urusan politik yang menyebalkan,Cor!" ucap Gladiolus. Gladioulus Amicitia adalah salah satu team member dari kelompok noctis, ia adalah teman setia noct, walau peran nya hampir mendekati seorang bodyguard, tetapi sikapnya tak terlalu formal.

"mungkin aku setuju dengan ucapan nya kali ini" ucap Ignis yang membenarkan kaca mata nya dan mengehela nafas sambil berjalan berdampingan dengan Gladiolus mengikuti Cor yang mengejar Noctis. Ignis Stupeo Scientia, bisa di bilang ia adalah orang paling jenius dan terlalu berkesan 'Noble' dalam grup Noctis. Walau pun begitu, hubungan nya dengan Noctis, Gladiolus dan Prompto sangat lah akrab bagai saudara kandung.

Prompto tiba-tiba saja menabrak sebuah mobil, Prompto pun terjatuh dari speda sport nya itu dan tak sengaja menjatuhkan laptop milik Noctis yang berisi data-data penting hasil diskusi rapat nya bersama ayah dan 4 ajudan besar dari kerajaan lain nya. Lalu datang lah sebuah mobil nyaris menabrak Prompto,

"wo- WOAAAA!" teriak Prompto histeris, namun mobil itu bukan menabrak Prompto

sialnya, laptop Noctis lah yang tergeleng mobil sedan merah yang melintas tepat di hadapan Prompto karena sepedanya memblokir jalan yang menimbulkan kemacetan dalam sekejap. Tiba-tiba seorang pemuda berambut pirang dan bertubuh besar keluar dari mobil tersebut, berniat meminta maaf dan mengecek kondisi apakah ada korban atau tidak,

"ah! Maaf! Apa kau baik-baik saja?!" Tanya Snow yang membantu Prompto bangun dari jatuhnya,

"Errr, ya, aduh aku sih tak apa… namun… um" Prompto melirik kearah ia terakhir kali melihat laptop yang ia jatuhkan, sontak ia melompat. Laptop Noctis kini hanyalah setumpukan mesin rusak yang berantakan dan tak bisa di pakai lagi. Spontan Noctis menghampiri Snow dan mulai memarahinya,

"Lihat apa yang telah kau perbuat! Di dalam laptop ini banyak sekali data-data penting! Dan kau menghancurkan nya begitu saja!"

"Ya ampun, aku minta maaf atas perbuatan salah ku! Aku tidak sengaja melakukan nya!" jawab Snow yang mengusap belakang kepalanya karena kebingungan dan panik,

"Maaf saja tidak cukup!" bantah Noctis karena kesal,

"Aku akan ganti rugi berapa pun itu banyak nya, aku minta maaf! Aku tidak sengaja! Sumpah! Demi Mywn!" ucap Snow, sekali lagi bersungguh menyesali perbuatan yang di perbuatnya, walau tak di sengaja,

"Ganti rugi kata mu?! Apa yang kau bisa ganti?! Menggantinya saja tak semudah kau menghancurkan nya!" teriak Noctis. Kejadian itu memancing warga untuk melihat mereka, para wartawan pun tak mau ketinggalan berita, mencari informasi, dan gossip tentang pangeran pewaris tahta Lucis ini.

Tak disangka, seorang wanita tinggi, cantik, berambut merah muda keluar dari pintu belakang mobil merah yang di kendarai Snow, dan dengan cepat ia memukul wajah Noctis, orang-orang di sekitar mereka memasang wajah syok karena melihat kejadian itu, kejadian saat seseorang dengan lantangnya berani memukul wajah pangeran pewaris kekuatan kristal dan calon pemimpin Lucis. Wartawan-wartawan tak mau kalah berlomba-lomba memotret adegan tersebut karena akan menjadi topik pembicaraan hangat dalam media minggu ini.

"N-Noct…." Sahut Prompto pelan, menghawatirkan kawan nya,

Noctis terdiam beberapa saat, lalu melihat jelas figur wanita tersebut dan ia membentak,

"APA MASALAH MU?!"

"SEHARUSNYA AKU YANG BERTANYA BEGITU!" jawab Lightning, wanita satu-satunya yang berani memukul yang mulia Noctis Lucis Caelum, sang pewaris tahta.

"Snow telah bilang bahwa ia tak sengaja kan?! Kenapa kau terus saja memperpanjang masalahnya?!"

"Data ini penting! Dan bagaimana kau akan menggantikan nya?! Teman bodoh mu ini berhasil dengan sukses menghancurkan nya!"

"Mememang nya siapa diri mu ini?! Sok sekali kalu berbicara! Apa IBU mu tak pernah mengajari mu soal 'menyelesaikan masalah dengan baik' apa?!"

Mendengar kata 'ibu', mendadak Noctis terdiam membeku dan perlahan menundukan kepalanya, melihat dengan tatapan kosong. Lightning menyilang kedua tangan nya di depan dada,

"Noctis Lucis Caelum, hum…. Pewaris tahta-." Jelas Ignis mendadak, namun terpotong karena Noctis menghentian nya.

"Noct…" Tanya Ignis kahwatir, Noctis menepuk pundak Ignis dan berjalan melewatinya, Ignis menatapi Noctis yang semakin berjalan menjauhi orang-orang di belakang nya yang menyaksikan kejadian tadi. Kawan-kawan Noctis yang lain nya pun berjalan mengikuti Noctis,

"Huh! Sepertinya benar, ibunya tak pernah mengajarinya soal tata karama penyelesaian masalah secara baik-baik" ucap Lightning kesal,

"Phew… baru saja memulai hidup baru, rupanya sudah kena masalah lain, aku memang menyedihkan" keluh Snow. Serah pun membuka pintu mobil dan meghampiri Snow yang sedang bersedih itu,

"Sudah lah Snow, ayo kita lanjutkan perjalanan menuju ke rumah, yang lain sudah menanti" ucap serah yang berusaha menenangkan hati tunangan nya.

"ya ampun… kalian akan mendapatkan hukuman besar sepertinya" ucap Gladiolus pasrah,

*PEEP PEEP

Terdengar suara dari sebuah ponsel yang di bawa oleh Cor saat mengejar Noctis untuk berhenti bertingkah layaknya anak kecil. Ia pun mengangkat panggilan ponselnya tersebut,

"Yang mulia, ada yang bisa saya bantu?" Cor berhenti berkata, "…. baik", beberapa saat ia terdiam mendengarkan sang raja berbicara padanya lewat ponsel, lalu ia melirik Noctis sebentar dan melanjutkan mendengarkan perintah raja Regis. "Baik, akan saya laksanakan yang mulia." Cor pun menutup ponselnya dan berkata "Tuan besar meminta pangeran untuk menemuinya sekarang".

Prompto melompat karena kaget, diikuti Gladiolus yang menampar kening nya,

"Oh! Bagus! Betapa indahnya dunia ini!" gerutu Noctis kesal. Noctis pun bergegas kembali ke kastil untuk menemui ayah nya.


Bagai mana jika kau tidak pernah mempunyai seseorang yang harus kau cintai?


Langkah kaki terdengar di sepanjang koridor berlantaikan marmer yang menuju kearah ruang kantor privasi raja Regis, yang tak lain adalah langkah dari kaki Noctis, di ikuti oleh tiga orang teman nya, Ignis, Gladiolus, dan tentu saja, penyebab kekacauan, Prompto. Prompto merasa menyesal telah melakukan hal konyol itu yang akan menjadi bibit permasalahan lain antara anak dan ayah ini. Telah lama hubungan Regis dan Noctis jauh dari kata harmonis, hubungan mereka kurang dari layaknya ayah dan anak. Sesunggunya Regis sendiri adalah ayah yang amat peduli terhadap Noctis karena peran nya sekarang hanyalah seoang single parent, sendiri membesarkan Noctis tanpa kehadiran sang bunda, namun seiring berjalan nya waktu, Kesibukan Regis dan kesibukan Noctis keduanya hanya membawa kekakuan dalam keluarga. Maka dari alasan tersebut, Noctis memilih meluangkan waktu banyak bersama dengan sahabat nya. mereka senang berburu di hutan, mengunjungi bar, bermain ke club dan bertemu banyak kenalan wanita, hal biasa, walau sesungguhnya penasihat raja selalu menceramahi Noctis atas perbuatan yang di sebutnya 'liar' itu. 'Apa lah arti kata dari sebuah formalitas? Itu hanya sebatas bisnis ber bisnis saja' fikirnya, ya, dia terlalu muda untuk menanggung kewajiban besar sebagai pewaris tahta walau sesungguhnya dia masih di bimbing untuk membenahi dirinya dan menyingkirkan kelakuan yang seenaknya.

Langkahnya pun terhenti saat Noctis telah mencapai pintu hitam besar yang berada di depanya, perlahan ia genggam gagang pintu yang terbuat dari metal berpoleskan warna emas redup.

"Sampai disini biar aku yang masuk sendiri" ujar Noctis pada kawan-kawan nya.

Ia pun menarik gagang pintu tersebut sehingga mengeluarkan sebuah suara,

Krieeet-

Dilihatnya sang ayah yang terduduk di atas kursi besar berlapis sponge lembut berwarna hitam yang berada di balik sebuah meja hitam yang mengkilap, menampakan bayangan wajah sang ayah.

"Kau sudah datang rupanya, duduk lah" Regis memberi perintah dan menujukan Noctis agar duduk di sebuah kursi yang berada di seberang mejanya. Walau kursi tersebut terlihat nyaman untuk di duduki, tetapi perasaan Noctis mengatakan hal yang sebaliknya.

Beberapa saat moment menjadi hening, Noctis menatapi kedua kakinya dengan tatapan kosong, Regis pun memecahkan suasana hening tersebut dengan melontarkan sebuah pertanyaan pada putranya,

"Noctis, anak ku. Sudah berapa lama kau menjadi pangeran di Lucis?"

Barusaja Noctis akan menjawab tetapi telah terpotong oleh pertanyaan ayahnya, kembali Noctis menatapi kakiknya dengan pandangan kosong,

"Sudah berapa lama kau belajar mengenai pemerintahan?"

"Aku-"

"Sudah berpa lama kau belajar untuk menjadi dewasa?"

"AYAH!" sontak Noctis mengehentikan pertanyaan beruntun yang di ajukan sang ayah padanya,

"Tidak kah kau menyadari berapa usia mu sekarang? Mengapa kau tiada hentinya merubah kebiasaan mu itu dan belajar untk menjadi dewasa?!" sentak ayahnya kesal.

"Aku tahu aku telah berusia 21 tahun, aku bisa mengurusi hidup ku! Perbehenti lah mengatur ku! Aku bisa mencari kehidupan ku sendiri-"

"Dan berhenti menjadi pewaris tahta Lucis?!" ucap ayahnya memotong omongan Noctis,

Mata Noctis berubah warna menjadi merah darah, ia gretakkan gigi nya, mengepal erat kedua tangan nya, pertanda sang pangeran kesal mendengar pertanyaan yang di lontarkan ayahnya dengan keras,

"Tch!" Noctis pun segera bangkit dari tempatnya duduk dan mulai berbalik, membanting pintu besar hitam yang menghalangi jalan nya, ia melewati segerombolan teman nya,

"Noct!" Seru Prompto yang berlari mengejar Noctis,

"Noct…. Yang mulia raja memang sama kerasnya dengan Noctis. Aku jadi mulai kahwatir dengan mentalnya akhir-akhir ini." Ucap Gladiolus, prihatin dengan kondisi keluarga sahabatnya,

"Apa yang bisa kita lakukan? Bahkan aku pun tak tahu cara mengatasi pertengkaran mereka yang tiada ujungnya. Andai saja yang mulia ratu masih berada di sini." Ucap Ignis yang menghela nafasnya.


Kehidupan dan kematian, bergilir layaknya sebuah roda, berputar bagai dunia, berhembus bagai angin.


NOCTIS' POV

Aku berjalan menuju Rooftop, aku terdiam menatapi sebuah lukisan indah yang tergambar di atas sebuh kanvas lebar. Di sana terletak sebuah tulisan, menyebutkan sebuah judul dari fugur gambar tersebut, 'Etro'.

"Siapa kau sebenarnya?" aku bertanya seakan lukisan itu mau mendengarkan ku,

"Mengapa kau memberikan semua ini pada ku?" aku bertanya kembali,

"Aku mulai muak dengan semua ini…." Ucap ku pada likisan yang hanya membisu menjadi saksi saat aku meneteskan air mata.

-Flashback-

"Ibu, mengapa aku selalu melihat cahaya aneh dalam mimpi ku?" Tanya Noctis kecil yang tertidur di samping sang bunda,

"Benarkah? Lalu menurut mu cahaya itu apa?" Tanya sang bunda lembut,

"Entah lah ibu, aku juga telah melihat wajah kakek sebelum ia meninggal" jawab Noctis polos dengan ekspresi kahwatir,

Sang bunda tersenyum hangat dan ramah pada anak semata wayang kesayangan nya itu,

"Dewi Etro lah yang berkehendak memberikan cahaya itu. Kau di pertemukan dengan kakek mu sebelim ia meninggal karena…."

"Aku juga melihat ibu.." ucap Noctis. Mendadak ucapan ibunya terhenti sejenak, ekspresi wajah nya berubah menjadi sedih. Tetapi dengan cepat ia merubahnya kembali, meletakan senyuman hangat sekali lagi pada anaknya,

"Itu artinya kau telah di berkati" jawab sang bunda tersenyum lebar.

"Uh.. di berkati? Benar kah?" bisiknya pelan.

-End Of Flashback-

"Mengapa harus ibu…?" keluh ku pada sebuah lukisan bisu. Air mata uterus mengalir membasahi kedua pipi.

-Flashback-

"Noctis.. aku ingin berbicara pada mu." Ucap Stella yang menggenggam lengan Noctis, mereka berlari di sebuah padang rumput berkabut menuju sebuah danau. Di sana terlihat air bening dari danau yang tenang, dan sunyi. Mereka duduk di tepian danau, Stella memeluk kedua kakinya yang tertekuk, Noctis memalingkan wajahnya pada Stella,

"Aku mendapat sebuah mimpi… memang sudah lama mimpi ini telah terjadi.."

"Mimpi apa yang kau dapat?" Tanya Noctis. Stella terdiam sesaat.

"Apa kau percaya jika dewi Etro memberikan pengelihatan kepada seseorang soal kematian itu artinya mereka adalah orang pilihan sang dewi?"

"Uh?" Noctis mengedipkan kedua matanya,

"Ia memberikan pengelihatan itu lewat mimpi"

Noctis terkejut mendegar pernyataan Stella soal mimpi dan anugrerah Etro,

"Aku melihat sebuah cahaya… dan wajah ibu mu." Jawab Stella dengan senyum sedih terukir di wajah kecil nan polosnya itu,

Noctis terdiam mendengar jawaban Stella mengenai cahaya dan wajah ibunya, sekarang ia pun tahu apa yang dikatakan ibunya itu hanyalah bohong, kebohongan agar ia tak bersedih mengetahui kenyataan yang sesungguhnya.

'Stella di berikan pengelihatan yang sama' fikirnya. Ibunya telah meninggal 3 bulan yang lalu,umurnya terlalu muda untuk menerima kepergian bunda tercintanya. Noctis pun terdiam, memeluki kedua kaki mungilnya, menangisi kematian sang bunda yang telah lama pergi.

-End of flashback-

"Ambil lah kembali kekuatan ini.. aku tak mau melihat kematian lagi.." ucap ku pada dewi Etro, tiada jawaban apa pun soal semua yang ku alami dan mengapa ini terjadi pada ku, takdir ini seolah menguyur kepedihan dalam hidup ku, aku hanya bisa menangisinya, meluapkan perasaan yang selama ini ku pendam.. sakit, hanya itu yang kurasa dalam hidup ku.

POV END


Yang telah pergi tak bisa kembali, yang telah terjadi tak bisa terulang kembali.


A/N : oke, sebuah awal yang lumayan panjang, thehe. Saya ketik cetita ini sambil mendengarkan sebuah music dari final fantasy XIII yang di cover oleh fans FF dari Jepang, mereka memang keren! Well, sampai di sini dulu ya, saya harus memulihkan otak dan kondisi badan yang semakin lama semakin lunglai saja :"D aduduh~ R&R nya jangan lupa.