Disclaimer : Masashi Kishimoto.

Warning : RNR, DLDR, Review please!

Title : Black – That Glare

Drabble Riddle. Inspired from salah satu forum di Indonesia

Happy Reading~

.

.

.

That Glare

.

.

.

Perkenalkan aku Yamanaka Ino, seorang dokter muda yang tengah bertugas pada sebuah rumah sakit terkemuka di Konoha.

Hari ini aku tak bertugas jaga malam di rumah sakit namun aku terpaksa pulang telat karena membantu rekan sesama dokter muda untuk menyelesaikan pekerjaannya, mengisi status pasien. Sesekali kulirik jam tanganku. Aku harap aku tidak terlambat kestasiun untuk kereta terakhir malam ini. Jika aku terlambat, lagi-lagi aku harus menginap di rumah sakit.

Untungnya pekerjaan itu selesai dengan cepat. Aku dapat bernapas lega. Setelah pamit dengan teman-teman dokter muda yang bertugas jaga malam dan pegawai rumah sakit lainnya, aku bergegas kestasiun agar tidak ketinggalan kereta.

Sesampainya disana, aku bersyukur bahwa aku tidak terlambat dan bahkan masih dapat menunggu kereta yang biasa aku tumpangi untuk pulang. Tak lama, kereta terakhir pun tiba. Aku masuk dan mendapati kereta tersebut agak sepi. Tapi aku sudah terbiasa. Toh, keadaan kereta terakhir memang selalu seperti ini.

Aku dapat duduk dimanapun aku mau. Kali ini aku duduk disebrang wanita yang duduk diantara dua penumpang lainnya.

Awalnya aku biasa saja hingga aku sadar bahwa beberapa kali kami berkontak mata. Wanita itu selalu melihat kearahku. Tatapannya kosong, ia agak sedikit melotot dan ekspresinya datar. Ia tidak terseyum atau bahkan berbincang pada dua orang yang berada di sebelahnya. Aku tak menggubrisnya dan mengecek smartphone-ku. Tapi entah kenapa hanya perasaanku saja atau memang ia sedari awal memerhatikanku?

Jujur aku risih dengan tatapannya. Aku ingin sekali menegurnya atau sekedar menanyakan apa yang membuat dia selalu memandangiku. Namun aku tahan keinginan itu hingga kereta tiba di tempat tujuan, sehingga aku akhirnya melupakan sesaat apa yang ingin kulakukan pada wanita itu.

Setelah kereta tiba, aku bergegas bangkit. Baru saja aku akan berjalan kearahnya, tanganku dipegang dan segera dituntun keluar gerbong oleh seorang laki-laki dengan rambut diikat hingga mencuat seperti nanas.

Belum sempat aku berkata apapun pada laki-laki itu, ia segera berkata, "Ssh! Jangan mengatakan apapun ataupun berteriak! Asal kau tahu wanita yang duduk disebrangmu itu sebenarnya sudah mati, dan orang-orang yang duduk diantaranya bertugas menopang tubuh wanita itu!"

Saat itu juga tubuhku mendadak lemas. Laki-laki itu kemudian pergi tanpa menunggu jawabanku. Masih di depan gerbong kereta yang pintunya masih terbuka, aku memutuskan mengedarkan pandanganku pada wanita dan dua orang yang menopang tubuhnya. Mereka tetap disana, sepertinya stasiun tujuan mereka bukan di sini.

Aku menghela napas, sekali lagi kupendarkan mataku, kudapati wanita itu tetap menatapku dan kali ini ia tersenyum padaku.

Tunggu!

Dia tersenyum padaku?!

Fin