Housekeeping Mouri chapter 3


Pukul 07.04 (waktu diundur 1 jam di kediaman Masamune)

Masamune mengambil ponselnya dan menelpon Chosokabe. "Oi, bentar lagi kami akan kerumahmu. Pastikan ada party yang menunggu," kata Masamune.

'Iya ya, mata cacat,' balas Chosokabe dari sana. Chosokabe memutuskan pembicaraan. Masamune hanya membawa sebungkus rokok selama di rumah Chosokabe.

"Jadi, Masamune. Kau sudah beli dango kesukaan Yukimura?" tanya Ieyasu yang duduk di sofa milik Masamune.

"Akh! Oh yeah, I'm forget that! Untung kau ngingetin aku, Ieyasu," kata Masamune.

"Dimana Katakura-san?" tanya lagi Ieyasu.

"Kojuro? Dia ikut tur ke Indonesia untuk belajar tentang bumbu rempah-rempah masakan pedas disana," kata Masamune yang membuka sebungkus rokok. "Mau?" tawar Masamune yang menggenggam bungkus rokok.

"Tidak, terima kasih. Aku nggak terbiasa dengan asap rokok," kata Ieyasu.

"Hmph...," dengus pelan Masamune.

"Kalau begitu, kita nanti mampir ke kedai dulu, Ieyasu. Aku mau beli beberapa dango dan makanan kecil untuk kedua malaikat yang berada di nereka itu," ujar Masamune yang menyalakan rokoknya.

"Dua? Maksud kamu, yang satunya Mitsunari?" tanya Ieyasu yang sedikit marah.

"Bukan si maniak itu yang kumaksud itu Mouri," jawab Masamune yang kesal mendengar nama Mitsunari.

"Oh, aku kira Mitsunari," kata Ieyasu dengan lega.

"Yaudah dah, yuk kita ke sana," kata Masamune. Mereka berdua pergi ke rumah Chosokabe dengan mengunakan kenderaan bermotor mereka sendiri.


"Hei Chosokabe, kau mau menu makanan apa untuk temanmu?," tanya Mouri yang berada di dapur.

"Bagaimana siapkan beberapa cemilan dulu? Mereka suka makan yang ringan kalo lagi pagi gini. Oh ya, siapkan juga minuman soda dan es buah. Makan siangnya siapkan nabe, nasi kare, dan tempura," ucap Chosokabe yang sedang menonton berita pagi.

"Buahnya sama sekali tidak ada di kulkas. Mau aku belikan di mini market di seberang?" kata Mouri mengecek isi kulkas.

"Gak usah, biar aku saja yang ke mini market. Kamu siapkan saja cemilannya dulu," kata Chosokabe. Chosokabe mengambil jaket hitamnya yang bergantungan di belakang pintu.

"Oh ya, ngomong-ngomong anak-anak sedang apa ya di dalam kamar?" tanya Chosokabe ke Mouri.

Mouri mengangkat kedua bahunya, "Tidak tahu. Aku nggak tahu mengapa mereka mengunci pintu kamar mereka," kata Mouri.

"Di kunci," kata Chosokabe yang bingung. Chosokabe mengetuk pintu kamar kedua anaknya tersebut.

"Yukimura, Mitsunari. Kalian sudah bangun tidak?" tanya Chosokabe dari depan pintu mereka.

"Kami gak mau keluar sampai om-om itu pulang," ucap suara Yukimura yang lagi ngambek.

"Hei, kata kalian gak apa kalau teman papa datang ke sini?" tanya Chosokabe.

"Iya gak apa. Biar aku yang mengikat mereka... maksudku bermain-main dengan mereka," kata Mitsunari yang polos.

"Aku gak mau ketemu om Masamune. Gak gak gak mau!" kata Yukimura yang masih ngambek.

"Yah, sayangnya papa sudah belikan lima dango buat kamu," kata Chosokabe yang memegang plastik hitam yang kosong isinya. Yukimura membuka kunci dan cepat-cepat keluar untuk mengambil dangonya.

"Mana? Mana dangonya papa!?" kata Yukimura yang antusias untuk memakan dangonya. Chosokabe diam-diam mengambil kunci pintu kamarnya dan menaruhnya di saku celana.

"Nih, dangomu," kata Chosokabe yang menyerahkan plastik kosong ke Yukimura.

"Kosong papa! Gak ada dangonya," kata Yukimura yang memegang plastik kosong tersebut.

"Yah, maaf Yukimura. Papa dan mama Mouri sudah makan dangonya," kata Chosokabe yang dibuat-buat supaya anaknya tidak merasa dijebak. Dari belakang, Chosokabe bisa merasakan sorotan maut dari malaikat kematian.

"Mama apa?" gumam Mouri. Gumamnya tersebut walau kecil bisa terdengar jelas di kedua telinga Chosokabe.

"Huaaa... papa jahat!" teriak Yukimura sambil nangis.

"Chosokabe, gimana sih. Padahal dangonya buat Yukimura tapi kita yang makan-makan," kata Mouri yang juga dibuat-buat. Mouri mendekati Yukimura dan menggendongnya, Mouri menatap Chosokabe dengan tatapan tajam. Chosokabe hanya terdiam bersalah karena Mouri juga ikut berakting dengannya.

"Yukimura dan Mitsunari suka tempura, kan? Bagaimana kita buat makan siang sama-sama," kata Mouri yang membuat senyum ceria sambil membawa kedua anak itu ke dapur.

"Iya," sorak keduanya. Yukimura yang tadi dipelukan Mouri kini merasa senang dan juga ikut memasak.

'Kamu memang suami/istri ideal, Mouri,' pikir Chosokabe yang berada di belakang Mouri.


Pukul 08.45, sesudah memotong sayuran dan daging ikan. Mouri mengajarkan mereka tuk memasak nabe dulu.

"Masukkan sayurannya ke dalam panci yang berisi air yang sudah mendidih dan daging ikan tunanya dimasukkan setelah sayurannya," kata Mouri yang memasukkan sayur sawi, wortel, kentang, daun bawang, dan lobak putih.

"Hohh," kagum kedua anak tersebut dan melihat lagi ke dalam panci.

.

.

.

Setelah nabe telah jadi dibikin, Mitsunari dan Yukimura mencoba untuk membuat tempura.

"Kupas terlebih dahulu kulit udangnya dan nanti dimasukkan kedalaman adonan tepung terigu ini," kata Mouri yang sedang membuat adonan untuk tempura. Yukimura dan Mitsunari mengangguk mengerti dan mereka mengupas udang satu persatu.

Udang yang Yukimura dan Mitsunari kupas sudah terkumpul di piring putih dan sudah dilumuri oleh adonan yang Mouri buat. Mitsunari mencoba untuk memasukkan udang ke dalam wajan yang diisi dengan minyak yang sudah panas. Yukimura tidak berani memasukkannya karena takut kena minyak panas dan dia bersembunyi di belakang Mouri.

.

.

.

Sekitar pukul 09.20 pagi, Mouri dan kedua anak masih memasak di dapur.

"Fuh, ternyata mudah juga memasak tempura," kata Mitsunari yang bangga dengan hasil kreasinya. Mitsunari saking terbawa suasana, dia mempercantik penyajian tempura dengan gayanya sendiri. Seperti chef profesional.

"Baiklah, yang terakhir pelajaran cara memasak kare. Kalian sudah siap?" kata Mouri.

"Iya!" sorak seru Yukimura. Mitsunari cuma diam tanpa ekspresi ceria yang tergambar di wajahnya.

"kupas dan potong dadu-dadu kentangnya, bawang bombay juga dimaksukkan tapi diiris tipis-tipis," kata Mouri. Yukimura mengupas kentang lalu Mitsunari yang mengiris-iris bawangnya. Mereka bertiga sibuk membuat kare sehingga mereka tidak menyadari suara bel pintu yang sudah berapa kali berbunyi.

"Oi, Chosokabe! Kalo ada tamu bisa disapa dengan sedikit ramah kali," ketus Masamune yang masuk ke dalam. Masamune memakai baju kaos berwarna hitam, jaket berwarna biru tua, dan memakai celana jeans. Dan pula Masamune memakai kalung tentara yang bergelantungan di lehernya dan juga memakai sarung tangan hitam saat dia berkendara memakai motornya. Masamune merangkul helmnya yang berwarna biru tua dengan gambar petir dan sticker 'Metalica' yang tertempel di belakang helmnya.

"Lho? Mana Chosokabe?" tanya Ieyasu yang melihat sekeliling. Ieyasu memakai baju kaos kuning berlengan panjang berwarna hitam namun lengan kanannya di lipat sehingga melihatkan otot kekarnya, memakai jaket berwarna kuning hitam yang berhoodie, dan memakai jeans sama seperti Masamune namun bagian siku kirinya bolong. Ieyasu tidak memakai aksesori seperti Masamune namun dia hanya memakai sarung tangan berwarna kuning jari-jari bolong, membawa helm berwarna kuning polos dan terdapat sticker bertulis 'BOUND!' di kiri helm.

"Hi kids, have a nice day to play with uncle Masamune and uncle Ieyasu?" kata Masamune yang memakai mode engrishnya.

"Ngomong apa sih. Bicara yang lebih jelas lagi, om mata picek," ketus Mitsunari yang melihat Masamune.

"Hei, kalian kok masuk tanpa mencet bel pintu. Masuk kayak maling saja," kata Mouri.

"Kita sudah mencet tombol belnya 30 kali. Rasakan derita apa yang kami alami saat kami menunggu lama kalian untuk menyambut kita berdua," kata Masamune yang memelas di hadapan Mouri.

"Kalian merasa kasihan dengan mereka?" tanya Mouri kedua anak yang sedang sibuk dengan kerjaan mereka.

"Nggak," ucap mereka bersamaan.

"Buu… kejamnya," kata Ieyasu.

"Btw, I'm brought some a gift. Ada donat yang ditaburi sprinkle ceres, dango, ada juga strawberry daifuku, dan ada juga Dango, dan Dango, Dango, Dango... dan sprinkle," kata Masamune yang menggoda Yukimura dan Mouri *(Mouri dicerita ini suka donat berwarna hijau dan kuning yang ditaburi oleh sprinkle ceres. Sama seperti joke weaponnya di BASARA 4)*

Yukimura mulai tergoda dan kini dia ingin melangkahkan kakinya, tetapi langkahnya dihenti oleh tangan kiri Mouri yang berada di dada Yukimura.

"Jangan tertipu dengan omongannya, Yukimura. Dia bisa saja memakanmu hidup-hidup," ucap Mouri dengan serius. Yukimura nampak takut dan memundurkan langkahnya. Yukimura membayangkan ada dua zombie di dalam rumahnya dan ingin memakan mereka hidup-hidup, sedangkan Mitsunari yang sudah duluan marah melihat Ieyasu seperti kucing jantan yang bertemu kucing lain di hadapannya.

"Hei, jangan takut dong. Mana mungkin aku bakal memakan Yukimura hidup-hidup, aku cuma sayang Yukimura saja kok," kata Masamune. "Lagipula, om ingin berteman dengan Yukimura," lagak Masamune 'friendly'.

"Sudah sudah. Kita ke sini untuk bersenang-senang dengan kalian dan Chosokabe," lirih Ieyasu.

"Diam kau, om Tanuki," ketus Mitsunari.

"Sudahlah. Kita hanya buang-buang waktu kalo saling membenci seperti ini," lirih lagi Ieyasu. "Kalian lagi apa? Kita berdua bisa membantu," kata Ieyasu lagi.

"Yeah! kami ingin membantu," kata Masamune yang sebenarnya tidak suka perkataan Ieyasu tadi.

"Aku gak mau ikutan kalo om itu ikut-ikutan juga. Aku berhenti menjadi pro chef," kata Mitsunari yang meninggalkan Mouri di dapur.

"Aku juga sama. Maaf, kak Mouri," kata Yukimura yang juga meninggalkan Mouri di dapur.

Yukimura dan Mitsunari pergi ke halaman belakang. Mouri dan Masamune menatap tajam ke Ieyasu yang tadi ngomong tersebut.

"Way a go, genius. Sekarang mereka gak mau kita ikut-ikutan masak bersama," ketus Masamune.

"Kau juga sama, Masamune," ketus Mouri.

"Yah sudah, aku juga gak jadi ikut bantu. Btw, aku taruh kuenya di atas meja," kata Masamune. Masamune mengambil sepotong tempura yang tertata rapi di meja. Hampir masuk ke dalam mulutnya, tangan Masamune terkena tembakan kacang polong dari luar halaman. Masamune yang melihat dari mana arah kacang polong itu berasal, dia menemukan Mitsunari sedang mengintip dari pintu jendela kaca yang dapat terlihat jelas tubuh Mitsunari.

"Jangan berani-berani kau memakan tempura buatanku," ketus Mitsunari. Masamune memanyumkan bibir atasnya dan mengembalikan tempura ke semula.

"Ya ampun, dapat dari mana juga Chosokabe ngambil anak itu," kata Masamune yang menyindir Mitsunari. Mitsunari bersiap-siap untuk menembakkan kacang polong sekali lagi.

"Sudah sudah, Mitsunari. Gak baik kalo marah-marah terus," lirih lagi Ieyasu dengan lembut kepada Mitsunari.

"Kamu bukan ibuku! *Buh...*" kata Mitsunari dan menembakkan kacang polong ke arah Ieyasu. Ieyasu merasa kesakitan di bagian pipi kanannya.

"Sudahlah Ieyasu, dia memang membencimu," kata Mouri yang mengaduk kuah kare yang mendidih.

"Aku kira Mitsunari kemarin bilang ingin bermain denganku," kata Ieyasu yang kembali ke dapur dan memotong beberapa kentang.

'Iya, dalam maksud menyiksa bukan bermain,' pikir Mouri yang sweatdrop.

"Ngomong-ngomong, Chosokabe kemana, Mor?" tanya Ieyasu yang memanggil Mouri dengan nama panggilan sejak SMP.

"Chosokabe sedang beli buah di mini market," kata Mouri yang tidak keberatan nama panggilan SMPnya disebut.

"Mor? Ahaha haha, What in the name of is that!? Oi Ieyasu, namanya tuh lebih mirip manggil cewek, you know," kata Masamune.

"Apa salahnya Mouri dipanggil Mor? Itu kan nama panggilanku buatnya waktu SMP," kata Ieyasu.

"Yah, lebih tepatnya kamu manggil... like a little girl... I guess," kata Masamune.

"Apa masalahnya dengan itu? Aku tidak keberatan dipanggil Mor, tapi bagian ceweknya itu..." kata Mouri yang menjambak rambut Masamune dan menodong kan sebuah sendok sayur di pipi kirinya.

"Maafkan aku, Mouri-sama..." kata Masamune yang mukanya membiru dan berkeringat banyak.

"Mor, sudah-sudah..." lirih Ieyasu kembali.


Di mini market, Chosokabe membawa barang belanjaannya ke kasir dan membayarnya. Chosokabe mengambil hpnya dan mengecek ada SMS yang masuk.

"Oh! Mereka sudah sampai ya? Mesti cepat-cepat nih," kata Chosokabe yang berlari.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Papa pulang," kata Chosokabe yang membuka pintunya. Chosokabe melihat anaknya Yukimura memegang raket listrik yang dia beli kemaren dan menghadapi Masamune main dengannya. Mitsunari mengejar Ieyasu karena Ieyasu memegang buku gambar kesukaan Mitsunari.

Yukimura yang melihat papanya di depan pintu pun lari ke arah papanya dan bersembunyi di balik kaki papanya tersebut.

"Hei, Yukimura. Om mau main sama kamu kok malah sembunyi?" kata Masamune yang memakai jaket Yukimura yang berhoodie telinga kucing.

"Oi Masamune, kamu norak kalau sikapmu begitu dengan memakai jaket anakku," kata Chosokabe. Chosokabe menggendong Yukimura yang ketakutan."Dan jangan terlalu berlebihan dong nakutin dia," ketus Chosokabe.

"Mouri," panggil Chosokabe.

"Apa?" tanya Mouri datang dari dapur.

"Nih, aku beli apel, anggur, strawberry, melon, dan mangga. Aku beliin jusnya juga," kata Chosokabe yang menyerahkan plastik putih. Mouri mengambil plastik tersebut dan pergi ke dapur.

"Yukimura. Mitsunari," panggil Chosokabe pada kedua anaknya. Yukimura dan Mitsunari pun menoleh ke papa mereka.

"Papa beliin es krim, lho. Mau?" kata Chosokabe yang memperlihat es krim bentuk mangkuk dengan rasa coklat dan mangga.

"Aku mau coklat," kata Yukimura yang mengambil es krim coklat. Mitsunari mengambil es krim rasa mangga.

"Gak beliin kita, kah?" kata Masamune. Ieyasu dari belakang Masamune juga terlihat ingin.

"Kalian ini sudah dewasa, nggak tahu malu pula. Beli sendirilah," ejek Chosokabe. Masamune dan Ieyasu hilang harapan.

"Wuuuu… tahu aja ini tanggal tua, masih saja manjain anak," kata Masamune.

"Minta dikit ya, Yukimura," kata Masamune dan mengambil es Yukimura yang baru saja Yukimura santap.

"WAAAAAAA… Papa! Om Masamune, Pah," rengek Yukimura. Mouri yang dari belakang Masamune memukulnya memakai sendok sayur.

"Kembalikan, dasar maniak," kata Mouri. Masamune menoleh ke belakang dan menatap Mouri dengan melas dan mengembalikan es krim Yukimura.

"Yukimura sama Mitsunari, bikin es buah sama-sama yuk," ajak Mouri lagi ke kedua anak. Mouri mengambil Yukimura yang berada di gendongan Chosokabe tadi dan mengendong Yukimura di dada Mouri. Mitsunari mendekati Mouri layaknya anak-anak kecil yang mendekati mamanya, Mitsunari menggandeng tangan kanan Mouri dan mereka bertiga menuju ke dapur.

"Aku ingin bikin sebagus mungkin," seru Mitsunari yang semangat.

.

.

.

"Hei, aku tanya sama kamu, Chosokabe. Bagaimana kau bisa menjinakkan Mouri?" heran Masamune yang melihat sifat 'keibuan' Mouri.

"Jinakkan apanya? Dari dulu sudah dia suka sama aku," kata Chosokabe dengan bangga, tapi dalam seketika Chosokabe jadi drop dengan aura hitam yang berada di dapur. Yukimura dan Mitsunari agak menjaga jarak dari Mouri. "Yah, dari SMA dia sudah mau berminat menjadi pembantuku," kata Chosokabe yang agak sedikit takut.


Pukul 13. 30 siang, Yukimura dan Masamune masih bermain kejar-kejaran, Ieyasu mencoba mendekati Mitsunari namun Mitsunari lari secepat mungkin dengan membawa boneka voodoo yang di kasih oleh Otani kemaren.

'Sial...' bisik Mitsunari yang bersembunyi di meja makan halaman belakangnya. Mitsunari mengambil ponsel papanya dan menekan nomor seseorang yang ia hubungi. 'Gyoubu! Kenapa bonekanya gak berfungsi?' bisik Mitsunari.

'Halo? Ini Mitsunari ya?' balas Otani yang bingung.

'Gyoubu! Kenapa bonekanya gak bisa ngebunuh om Ieyasu?' bisik Mitsunari yang kesal.

'Mitsunari! Kenapa suaramu kecil? Apa boneka voodoo yang saya berikan berfungsi?'balas Otani.

'Itu yang aku pertanyakan!' bisik Mitsunari yang memperbesar volume suaranya.

'Apakah anda sudah baca mantranya?' tanya Otani.

'Sudah! Aku sudah membacanya dengan benar,' bisik Mitsunari.

'Apa anda sudah menggunakan paku yang sudah saya kasih mantranya?' tanya Otani.

'Sudah! Bagaimana kau iniiiiiiiiiiiiiiiiii!' kata Mitsunari yang tegang dan terkejut karena kakinya di tarik sesuatu.

"Haha. Mitsunari senang sembunyi-sembunyian, ya. Tapi om Ieyasu sudah ketemu Mitsunari," kata Ieyasu yang menarik kaki Mitsunari.

'Halo? Halo? Mitsunari? Kau masih di sana?' kata Otani yang bingung dengan keadaannya.

"Lepaskan kakiku, dasar om Tanuki!" geram Mitsunari yang masih saja memegang voodoo. Mitsunari melihat bungkusan paku yang tergeletak di meja dan dia mengambil salah satu paku itu dan menodongnya dekat boneka voodoo mirip Ieyasu.

"Sekali lagi kamu menarikku, om gak bakal melihat cahaya matahari lagi!" bentak Mitsunari.

"Eh? Apa itu semacam permainan?" tanya Ieyasu yang tidak tahu kalau itu boneka voodoonya. Mitsunari menusuk boneka itu ke perutnya hingga tembus keluar pakunya dan Ieyasu memegang perutnya karena kesakitan.

"Ugh!" rintih Ieyasu.

"Berhasil!" tukas Mitsunari yang senang bahwa mantranya beraksi.

"A...a...aku... mau ke...toilet dulu... Ukh!" kata Ieyasu yang menahan 'pup'-nya. Mitsunari terdiam kejut dengan mulutnya yang ternga-nga mendengar perkataan Ieyasu.

"YANG BENAR SAJA!" teriak Mitsunari dari dalam kepalanya. Mitsunari berpikir bahwa mantranya tersebut membuat Ieyasu tewas atau semacamnya, karena Mitsunari percaya sekali dengan perkataan Otani jadi Mitsunari kecewa berat dengan kejadian ini.

.

.

.

.

.

"Waaaaa! Jangan nganggu aku, om Masamune!" teriak Yukimura sambil lari menjauh dari Masamune yang mengejarnya.

"Kenapa aku harus berenti ngejahili kamu? Kamu kan yang duluan jahilin om. Pake raket listrik pula, ya jelas sakit kalo kena kulit," geram Masamune.

"WAAAAAAAAAAA!"

Chosokabe yang membantu Mouri di dapur dengan membawakan makanan yang sudah siap tadi pagi dan bersama Mouri yang sudah menyiapkan es buah ke halaman belakang mereka dan menaruh makanan tersebut di meja.

"Kalian sudah puas mainnya?" ketus Mouri yang membuat Yukimura, Mitsunari, dan Masamune (Ieyasu sedang di toilet).

"Oi Masamune. Coba bantuin kek bawa makan siangnya. Mana Ieyasu?" kata Chosokabe yang membawa panci yang berisi kare ayam.

"Dia sedang di toilet. Mules kayaknya," kata Masamune.

"Kakak! Om Masamune ngejar-ngejar aku, terus nuduh Yukimura main raket terus kena tangan om Masamune," kata Yukimura dengan muka polosnya.

"Enaknya aja, Yukimura yang benar-benar mainin raket listrikmu itu. Om smack down nih," geram Masamune.

Yukimura pun lari ke Mouri dan bersembunyi dibalik kaki Mouri.

"Jangan nuduh anak-anak kecil, coba?" ketus Mouri yang mengangkat Yukimura ke atas.

"Aku memang nggak nuduh dia. Memang dia yang duluan," ketus Masamune ke Mouri. "Aku mau Yukimura minta maaf," ucap Masamune yang garang melihat Yukimura. Yukimura menoleh ke belakang untuk tidak melihat wajah Masamune dan mengembungkan pipinya.

"Nggak mau!"

"Ayo cepat katakan, bocah sial!" geram Masamune. Masamune sempat mengepal tangannya namun Mouri menoleh Yukimura dengan ekspresi datar.

"Hei, bilang minta maaf sama om Masamune sudah. Yukimura kan yang salah," lirih Mouri ke Yukimura. Yukimura menatap Mouri dengan melas berharap dia tidak ingin mengeluarkan ucapan maaf ke Masamune. Mouri tidak bisa melawan sehingga dia menurun Yukimura ke bawah.

"Kamu beli dango kan tadi pagi, coba kamu pakai itu buat dia, supaya bisa minta maaf sama kamu," bisik Mouri ke telinga Masamune.

Masamune mengangguk mengerti dan pergi ke dalam dan mengambil plastik yang dia bawa.

"Yuki-chan, Om punya apa, hayo?" goda Masamune sambil memegang setusuk dango di tangannya. Yukimura menoleh dan lari menuju Masamune.

"Mau, aku mau," kata Yukimura dengan semangat.

"Eit! Tapi Yuki-chan bilang minta maaf dulu sama Om Masamune dulu, setuju?" kata Masamune. Yukimura mengembung kembali pipinya dan perasaan berat hati karena harus meminta maaf sama Masamune.

"Kalo Yuki-chan sudah minta maaf, om kasih dangonya banyak deh," kata Masamune kembali dengan memberikan empat tusuk dango. Wajah Yukimura cerah dan mengangguk dengan semangat.

"Iya. Yukimura minta maaf om," seru Yukimura. Masamune memberikan dangonya ke Yukimura.

"Begitu dong, itu baru anak papa," seru Chosokabe yang melihat anaknya sekarang baikan dengan temannya.

"Baguslah kalau begitu. Kamu itu sebenarnya paling merepotkan lho, Masamune," kata Mouri yang memakan donat yang Masamune bawa bersama dango.

"Nee… kalo bukan kamu yang beritahu aku mana mungkin aku bisa baikkan sama Yukimura," kata Masamune. Masamune mengendong Yukimura ke atas kepalanya dan Yukimura sambil memakan dangonya, "Iya gak, Yuki-chan?"

Yukimura mengangguk setuju dan terus memakan dangonya.


Makan bersama di halaman belakang membuat semuanya merasa puas, kecuali Mitsunari. Ieyasu diberi obat diare sama Chosokabe, Masamune tetap bermain riya bersama Yukimura, dan sedangkan Mouri. Menghadapi gunung-gunung piring kotor yang berada di wastafelnya, dengan segenap tenaga Mouri mencuci dengan kedua tangan halusnya. Mouri tak menyadari bahwa Chosokabe sedang duduk di kursi meja makan dan menatap mengarah dia. Chosokabe berdiri dan mendekati Mouri yang sedang mencuci piring.

"Hei, butuh bantuan?" tanya Chosokabe.

"Nggak usah, aku bisa sendiri kok," kata Mouri. Sibuk dengan apa yang dia lakukan tiba-tiba Chosokabe berada di belakang Mouri dan memeluknya seperti biasa saat Mouri mencuci piring.

"Aku mau bantu kok. Nggak apa kan?" pinta Chosokabe. Mouri mendengus menyerah dan melakukan kembali apa yang ia kerjakan.

"Kamu terlihat senang hari ini," bisik Chosokabe dengan halus di telinga Mouri.

"Tentu, anak-anak lebih lengket denganku daripada teman-temanmu," balas Mouri dengan tenang.

"Kalo aku? Aku mungkin agak sibuk dengan temanku tadi tapi sekarang, apa aku sudah lengket denganmu?" tanya Chosokabe sambil mengoyangkan pinggulnya ke bokong Mouri.

"Ih, apaan sih kamu nih," ketus Mouri. Merah merona mewarnai pipi Mouri. Chosokabe hanya tertawa kecil di telinga Mouri dan mempereratkan pelukannya.

Mereka berdua menikmati kebersamaan dan tiba-tiba suara dari halaman belakang.

.

.

.

.

Waktu di undur 4 menit kemudian,

"Yukimura, eye-patch om jangan dibawa-bawa dong. Kembaliin," kata Masamune yang mengejar Yukimura. Yukimura melewati kubangan lumpur yang berada di dekat pagar halamannya. Masamune mengejar Yukimura terpeleset di kubangan lumpur tersebut.

"Shit..." kata Masamune. Rambut, wajah, baju, jaket, dan jeans Masamune kotor terkena lumpur. Masamune menoleh ke Yukimura beserta Mitsunari yang berada di sampingnya, dengan muka sinis yang tertampang di muka kedua anak tersebut yang berhasil menjebak seekor naga kedalaman perangkap ikan. /(Gubu kalo gak salah nama perangkap ikan di Indonesia. Lol)/

"Ada apa?" kata Chosokabe yang berlari di mana suara itu berasal.

"Masamune! Kenapa kamu di situ?" tanya Chosokabe yang melihat Masamune yang penuh dengan lumpur. Masamune berdiri perlahan. Kakinya terkilir saat dia jatuh.

"Masamune, kamu tidak apa-apa?" tanya Ieyasu yang mendekati Masamune. Masamune menoleh ke kedua anak tersebut namun mereka berlari ke arah papa mereka. Muka Masamune melas dan mendekati Yukimura.

"Yukimura, kembalikan eye-patch om ya," kata Masamune dengan lembut ke Yukimura. Yukimura menyerahkan eye-patch tersebut dan bersembunyi lagi.

"Hei Chosokabe. Boleh aku numpang mandi di sini dan pinjam baju juga," kata Masamune yang melepaskan jaketnya.

"Iya, kau boleh pakai bajuku," balas Chosokabe.


Malam kemudian, kaki kanan Masamune yang terkilir diperban. Masamune memakai baju Chosokabe berwarna putih dan celana levi's berwarna hitam. Baju kotornya dicuci sama Mouri. Chosokabe, Ieyasu, dan Mitsunari sedang pergi keluar ke mini market untuk membeli cemilan.

Yukimura melihat Masamune yang sedang duduk di sofa dan menonton tv mendekat dan duduk di samping Masamune. Yukimura melihat sedu ke kaki kanan Masamune dan merasa bersalah dengan apa yang Yukimura lakukan.

"Om…" gumam Yukimura yang menundukkan kepalanya.

"Yeah? Ada apa Yukimura?" tanya Masamune dengan lembut.

"Maafin Yukimura karena sudah jahil sama Om Masamune," ucap Yukimura. Masamune menoleh ke Yukimura dan memberantakkan rambutnya dengan tangan kirinya tersebut.

"Yukimura manis deh kalau minta maafnya setulus itu. Sure, uncle Masamune would forgive you," kata Masamune dengan menaruh senyuman di wajahnya. Yukimura kembali ceria dan duduk dekat dengan Masamune dan memberi pelukan.

Datanglah Mouri yang membawa tiga cangkir teh di atas nampan. Mouri menaruh cangkir itu di hadapan Masamune, Yukimura, dan dirinya. Mouri duduk di sofa dan bergabung menonton bersama dengan mereka berdua.

"Bagaimana dengan kakimu?" tanya Mouri dengan datar sambil meminum teh.

"Fine, don't worry about this," balas Masamune dengan tenang.

"Yak, Aku tidak terlalu mengkhawatirkan itu," kata Mouri. Hening di antara mereka bertiga, Yukimura mengambil teh dan meminumnya. Mouri berusaha untuk memfokus ke televisi dan ternyata Mouri blank. Mouri memecahkan keheningan, "Aku berpikir... kejadian ini sama seperti waktu SD saat pergi tur," kata Mouri.

"Ha ha... yeah, just like the old time," gumam Masamune dan melirik ke Mouri. Masamune mengambil tehnya dan menyeduh dengan pelan.

"You know, kita mungkin bisa membuat ini semakin jelas... umm, maksudku aku," kata Masamune. Mouri menatap Masamune dengan bingung dan Mouri menaikkan alis mata kanannya.

"Apa maksudmu?" tanya Mouri yang benar-benar bingung.

"Saat kita tur di suatu desa sejak SD, dan aku mengajakmu ke kedai makanan di sana saat malam-malam. Di situ terkadang aku merasa berbeda waktu itu," kata Masamune yang menghayati perkataanya.

Mouri menatap Masamune dengan pandangan kosong, "Maaf... umm, aku gagal paham. Apa yang kau bicarakan? Baik, soal tur dan kedai makan itu aku masih ingat, tapi bagian kamu merasa berbeda? Aku gagal paham, sumpah."

Masamune mendenguskan nafas dengan pelan dan memulai menjawab pertanyaan Mouri, "Aku langsung ke intinya saja ya, dulu aku suka sama kamu."

"BRUUUUUUUUHHHHH!" Yukimura menyimburkan air teh yang tadi berada di mulut dengan perasaan ketegangan dan keterjutan. Yukimura menoleh ke Masamune dan Mouri dengan pandangan 'ini tidak mungkin terjadi, kan?'

Mouri menatap dengan datar dan sedikit tegang. Yukimura di lain sisi, dia merasa ada orang ketiga yang akan merebut calon ayah/ibunya.

"Benarkah?" tanya Mouri dengan datar.

"Uh-huh. Entah kenapa, dulu aku yang anak polosan dan tidak berani keluar tanpa orang dan juga keluar malam-malam, sama seperti Yukimura. Aku berubah menjadi anak yang beringas dan nakal dan suka bermain di waktu siang dan malam tanpa ditemani siapapun, itu seperti sesuatu sekali bagiku saat aku mengajakmu makan di kedai waktu itu," jawab Masamune.

"Hmph, bagus untukmu," kata datar Mouri.

Hening kembali diantara mereka bertiga. Masamune melirik ke Mouri namun Yukimura mengawasi Masamune dengan tatapan tajam.

'Cup,' sentuhan bibir Masamune berhasil menyentuh ke pipi kanan Mouri. Yukimura yang melihat tersebut menyingkirkan wajar Masamune dari sisi kanan wajah Mouri dan melindungi Mouri dengan memeluk erat Mouri.

"Kakak Mouri hanya milik papa!" pekik Yukimura yang marah. Masamune terkikik melihat tingkah Yukimura. Masamune menyentuh rambut Yukimura dan memberantakkan lagi rambunya tersebut.

"Iya, Om tahu. Papamu sudah mendapatkan calon ayah/ibu untukmu," kata Masamune.

Masamune tidak sadar bahwa kepalan tangan maut sudah menuju ke pipi Masamune.

"Buuuugghh!" suara tinju.

Tangan kanan Mouri berhasil meninju pipi kiri Masamune dengan kena telak. "Oh, maaf. Tanganku hilang kendali sih," ucap Mouri dengan wajah sisi gelapnya.

"Mohon ampunanmu, Mouri-sama," gumam Masamune yang K.O. dengan tinju Mouri.

.

.

.

Chosokabe, Ieyasu, dan Mitsunari pulang dari kedai Matsu dengan berjalan kaki. Mitsunari lelah dan tertidur sehingga Ieyasu membawa Mitsunari dengan mengendongnya di belakang punggungnya. Sesudah sampai di rumah, Chosokabe membuka pintu dan melihat Masamune mengompres pipinya dengan sebungkus es batu.

"Ada apa denganmu?" tanya Chosokabe ke Masamune.

"Long story," balas Masamune dengan gayanya yang seperti biasa.

"Hmph," dengus kecil Mouri yang baru saja melewati Masamune. Yukimura menatap tajam ke Masamune tanpa henti.

"Hei hei, kami baru saja membeli cemilan," kata Ieyasu.

"Yeah, aku lapar. Kalian beli apa saja?" tanya Masamune yang mendekati Ieyasu.

"Ada manju, dango, kue taiyaki, daifuku..." kata Ieyasu yang terhenti dengan adanya Mouri di sebelahnya.

"Hei, berikan Mitsunari kepadaku," tukas Mouri memotong kata Ieyasu. Ieyasu mengangkat Mitsunari dari gendongannya dan menyerahkannya kepada Mouri.

Mouri menggendong Mitsunari dan Mitsunari masih tetap tertidur dengan pulas. Mouri menatap Ieyasu dan Masamune dengan memasamkan mukanya, "Bukannya kalian nanti bakal pulang saat malam?" tanya Mouri.

"Umm… ya, kita akan pulang sehabis ini," jawab Ieyasu dengan canggung.

"Sehabis kita makan kuenya," kata Masamune yang memakan kue manju.

"Om Ieyasu, Yukimura mau dangonya," pinta Yukimura dengan menarikkan baju Ieyasu.

"Oh, tentu Yukimura," kata Ieyasu dengan ramah.

"Eeh, Yukimura. Om minta maaf ya sudah membuatmu cemburu," kata Masamune.

"Siapa yang cemburu? Yukimura tidak suka om ngambil ma… Um!" ucap Yukimura yang terpotong dengan datangnya tangan Masamune yang berada di mulutnya.

Masamune menatap Yukimura dengan melotot dan berbisik di depan wajah Yukimura, 'Shhh… Yukimura. Itu hanya kau, Om, dan mamamu yang tahu, ya?' Yukimura mengangguk mengerti dengan mukanya yang takut. "Yukimura! hehehe. Om mengerti mengapa kamu cemburu sama om. Om gak bakal bikin Yukimura cemburu lagi deh," kata Masamune. Yukimura melirik ke Masamune dengan mengkerutkan dahinya dan menjauh dari Masamune.

.

.

.

.

.

'Oh, anak papa tertidur dengan pulas ya. Manis sekali kalo dia tidur sedalam ini,' bisik Chosokabe dengan gemas melihat Mitsunari tertidur di tangannya.

'Hei, Chosokabe. Jangan ribut begitu, nanti bangun lho,' bisik Mouri dengan ketus ke Chosokabe. Mouri menarik selimut Mitsunari dan menyelimuti tubuh Mitsunari sepenuhnya kecuali kepala. Mouri membelai rambut Mitsunari dengan lembut dan keluar dari kamar Yukimura dan Mitsunari.

"Blam," suara pintu.

.

.

.

"Terima kasih, Mouri," ucap Chosokabe yang berada di hadapan Mouri. Mouri masih berada di depan pintu kamar anak-anak dan melihat ke Chosokabe.

"Apa?" tanya Mouri.

"Yah... sudah mau di sini lama-lama dan terus mengurus anak-anak seperti anakmu sendiri," balas Chosokabe.

"Kau berpikir begitu?" tanya Mouri lagi.

"Yup," kata Chosokabe. Chosokabe berlutut di hadapan Mouri dan memegang kotak kecil di belakang saku celananya.

"Mouri, sudah lama aku ingin mengatakan ini dan... mungkin hari ini akan menjadi hari dimana kau akan tinggal di sini selamanya bersamamu dan anak-anak. Maukah kau..." kata Chosokabe terpotong saat mendengar suara Masamune yang berada di samping mereka.

"Oi, kami mau pulang. Bolehkah kami minta es buahnya?" tanya Masamune.

Chosokabe bangkit berdiri dan menyimpan kembali kotak kecil itu di tempat semula. Mouri menoleh ke Chosokabe lalu pergi ke dapur untuk memberikan Masamune beberapa es buah yang masih tersisa.


"Dadah, Om Masamune dan Om Ieyasu. Om Masamune jangan ngebut-ngebut, ya," kata Yukimura.

"Iya, Yuki-chan. Lain kali, Om bakal main ke sini lagi," balas Masamune.

Motor Ieyasu dan Masamune menyala dan mulai menarik gas dan jalan. Chosokabe menutup pintunya dan duduk di sofa.

"Papa, Yukimura mau tidur dulu ya, hoaaammm... Selamat malam," ucap Yukimura. Yukimura berjalan menuju ke kamarnya dengan lambat.

"Selamat malam," balas Chosokabe dan Mouri bersamaan.

Chosokabe duduk di sofa dengan malas. Tidak menyalakan tv yang berada di depannya, Chosokabe melamun lurus ke depan. Mouri yang dari belakang mendekati Chosokabe dan duduk di bawah lantai di antara kedua kaki Chosokabe. Chosokabe melihat Mouri di bawah dan mulai membelai rambut coklat Mouri dengan lembut.

"Hari yang melelahkan ya, Mouri?" tanya Chosokabe.

"Ya, sangat melelahkan tapi juga menyenangkan," jawab Mouri. Mouri meluruskan kedua kakinya dan meletakkan kepalanya ke kaki Chosokabe, "Meh… ini lebih baik."

Chosokabe menatap Mouri. Mouri membuka matanya dan memulai pembicaraan lagi, "Aku berpikir, kedua anakmu telihat manis namun terkadang mereka bisa menyebalkan," kata Mouri.

Chosokabe masih berdiam menunggu lanjutan apa yang Mouri katakan. "Maksudku bukan begitu, aku sebenarnya ingin memeluk erat mereka. Yah, sebab mereka berdua tidak pernah menanggung apapun," kata Mouri yang menundukkan kepalanya dan memainkan jari-jari tangannya tersebut.

"Seseorang yang tidak harus menanggung apapun juga termasuk dirimu sendiri, Mouri," kata Chosokabe yang membelai kepala Mouri.

"Apa yang kamu bicarakan, Chosokabe? Saat ini, aku sudah merasa sangat senang, Bodoh," kata Mouri dengan wajah datarnya dan mensayukan kedua kelopak matanya yang menoleh ke Chosokabe.

"Begitu, ya," ucap Chosokabe tersenyum ke bawah.

"Ehm, dan teruslah belai kepalaku," pinta Mouri.

Chosokabe mengangkat Mouri ke atas dan Mouri duduk di pangkuan kaki Chosokabe.

"Tolong tutup matamu sebentar. Aku akan memberimu surprise yang aku janjikan," kata Chosokabe.

Mouri menutup matanya dengan kedua tangannya namun di mengintip sedikit sehingga Chosokabe terpaksa menutup matanya dengan tangan kiri tersebut.

"Kemarikan tangan kananmu," bisik Chosokabe denganmu.

Sesuatu melingkari jari manis Mouri. Chosokabe membukakan tangan kirinya supaya Mouri bisa melihat apa surprisenya tersebut.

Sebuah cincin emas yang berhiaskan batu emerald yang indah. Mouri melihat dengan sangat kagum dan sekaligus terkejut. Mouri menoleh ke Chosokabe dan melihat kembali ke cincinnya tersebut.

"Maukah kau menikah denganku?" ucap Chosokabe. Mouri mendengarnya tersebut mulai memerah, Mouri merinding dan mulai panas. Chosokabe membelai pipi Mouri dan mencium pipinya dengan lembut. Mouri tidak berkata apa-apa, Mouri memeluk Chosokabe karena malu dan menyembunyikan semburat merah yang ada di pipinya.

"Apa ini artinya 'Ya'?" tanya Chosokabe. Mouri mengangguk pelan di dalam pelukannya tersebut.

'Sangat manis~' pikir Chosokabe.

.

.

.

~To be continued~


Halo semuanya, ternyata ending chapter ini so sweet ya, padahal aku kalo nulis yang sugar-sugar malu sendiri. *Chuwbet chuwbet*

Anyway, aku ingin curhat. Bolehkan?

Kalian udah baca bagian di mana Chosokabe mengendong Yukimura, kan? Yang Yukimura diganggu sama om Masamune. Nah itu aku ambil dari kisah asliku bersama keponakanku. Anggap saja aku ini Chosokabe, Yukimura itu keponakanku, dan Masamune itu adikku. Saat seperti itulah kebersamaanku di rumah bersama keponakanku yang manis. Tapi bencana mulai mengganggu rumah tangga kakakku, kakakku selingkuh dan berencana untuk menceraikan kakak iparku. So sad, sehingga aku kehilangan Yukimuraku selamanya.

Dan minggu ini aku selalu galau dan ingin membuat banyak fic tentang keluguan dan kepolosan anak-anak.

Aku berterima kasih kepada teman-teman yang sudah membaca fic-ku ini. Tolong kirimkan sebuah review apapun. Terima kasih.

Btw, chapter 4 atau 5 mungkin akan ada cerita tambahan yang akan terselip di chapter tersebut.

Dan sekali lagi, terima kasih sudah baca cerita gulaku ini. ^_^