Sambutan Author:
iyeey! Akhirnya, saya bisa apdet! Ngoahahaaa maaf ya rada lama, soalnya akhir" ini Author agak sibuk.. hush, makhluk ini juga punya kehidupan lho. Udahlah. Selamat membaca fanfic jelek ini!
DISCLAIMER
Udah tau kan BASARA punya siapa? Ya udah.
Reader:oi thor, disclaimer macam apa itu?!
Author:kagak tau ah, males. :v
Sasuke's POV
Aku menghela nafas panjang. Si Otani Yoshitsugu itu sudah pergi, dan sekarang hanya tersisa aku, Dokuganryuu, Ryuu no migime dan Danna yang sedari tadi tidak berbicara. Ia hanya duduk memeluk lutut, membelakangi kami.
"Sanada-danna.." Panggilku.
Danna diam saja. Menoleh pun tidak.
"Danna."
Danna masih bergeming.
"Oi, Sanada Yukimura! Kau masih hidup kan?" Kali ini Dokuganryuu yang memanggilnya.
Danna menghela nafas. Ia berdiri perlahan.
Ia menoleh. "Aku.."
Danna menghela nafas (lagi) sebelum melanjutkan. "Sudahlah, lupakan saja. Ayo kita kembali."
Ia mulai berjalan menjauh. Danna tampak putus asa.. ya, sudah jelas. Seorang Danna yang sama sekali tidak peduli dengan cinta, tiba-tiba terpaksa harus melakukan hal seperti itu. Dengan seorang lelaki pula. Meskipun dia berwujud seorang wanita, namun dia tetap memiliki jiwa seorang lelaki. Aku mengerti.
"Baiklah." Aku mengangguk lalu mulai mengikuti Danna yang sudah berjalan cukup jauh itu.
"Wait a minute." Ucap si naga bermata satu.
Aku menoleh. "Dokuganryuu?"
"Aku juga ikut." Ucapnya lagi.
Aku terkejut. "Ap— kenapa? Untuk apa?"
"Dia menjadi seperti ini karena si Otani sialan itu berusaha menjebakku. Jadi ini salahku. Aku akan bertanggung jawab dan mengubahnya kembali." Jawabnya.
"Lalu apa yang akan kau lakukan? Kau ingin melakukan itu?" Tanyaku lagi. Aku menatap tajam ke arahnya. Seketika raut wajahnya berubah.
"Memangnya.. apa lagi yang bisa kulakukan? Kalau itu satu-satunya cara, maka aku akan melakukannya." Jawabnya.
"Kenapa kau tampak kesal begitu, ninja Takeda? Apa kau keberatan?" Kali ini ia yang bertanya
"Tentu saja aku keberatan!"
Tunggu, apa yang baru kukatakan?
"Ma-maksudku, apa kau tidak liat seberapa kecewanya Danna? Sudah pasti dia tidak mau melakukan itu! Apalagi dengan rivalnya sendiri. Dia pasti merasa sangat.. memalukan." Aku berusaha mencari alasan.
"Lalu apa yang akan kau lakukan agar dia kembali menjadi seorang lelaki? Kau yang akan melakukannya?" ucap Dokuganryuu lagi sambil melipat tangannya didepan dada.
Deg.
Tunggu, aku? Aku yang mencium Danna?
Apa itu mungkin? Tidak, tidak.
Bukannya aku tidak ingin, tapi.. membayangkannya saja rasanya mustahil.
Tapi..
Aku lebih tidak ingin lagi jika Danna harus jatuh kepada lelaki ini.
"Kalau itu mungkin, maka aku akan melakukannya." Jawabku mantap.
Dokuganryuu tampak terkejut. Sementara itu Ryuu no Migime hanya terdiam melihat kami.
Dokuganryuu menatap tajam ke arahku.
"Aku tidak bisa membiarkanmu melakukannya."
Kali giliranku, tidak, bukan hanya aku, namun Ryuu no Migime juga terkejut.
"Aku tidak bisa membiarkan rivalku jatuh kepadamu. Akulah yang akan mengembalikan Sanada Yukimura menjadi seorang lelaki."
"Masamune-sama! Tidak—" Ryuu no Migime tampaknya ingin menjegah tuannya, namun ucapannya terputus ketika tuannya menatap tajam ke arahnya.
"Jangan halangi aku, Kojuuro. Aku hanya ingin bertanggung jawab."
"Hanya bertanggung jawab, katamu..?" Gumamku pelan.
Dia berbohong. Aku tahu itu.
Dugaanku benar. Dia pasti jatuh hati pada Danna. Pasti.
Yukimura's POV
Aku menghela nafas panjang. Kusandarkan pundakku pada sebuah pohon besar. Saat ini aku sedang berada agak jauh dari rumah. Aku ingin sendirian. Hanya itu. Aku tidak peduli meskipun hari sudah gelap. Sasuke pasti sedang mencariku sekarang..
Tapi sungguh, aku ingin sendirian.
Aku memerosotkan tubuhku lalu duduk, masih menyandarkan pundakku pada pohon itu. Seketika ucapan Otani-dono kembali terngiang di telingaku.
"seseorang harus menciumnya, baru ia akan kembali ke wujud asalnya dalam waktu semalam…"
Wajahku seketika terasa panas.
"Aaah, tidak tidak tidak TIDAAK!"
Aku mengacak-acak rambutku dengan kasar.
"Kenapa harus seperti itu?! Kenapa harus dengan sebuah ci..ci..ciuman?! aaarrghh!"
Aku mengepalkan tangan lalu meninju tanah dengan agak keras.
"ukh.."
Aku bersimpuh, lalu menundukkan kepala dalam-dalam.
"Kenapa.."
Aku merasakan sesuatu mengalir di pipiku lalu menetes ke tanah.
"Kenapa harus begini? Aku.. aku.."
"Hoi."
Aku terkejut. Suara itu.. sangat familiar di telingaku. Aku menoleh dan melihat seorang pria berdiri tidak jauh dariku.
"Masamune..dono..?"
Masamune-dono perlahan berjalan ke arahku. Ia ikut bersimpuh lalu menghapus air mataku dengan tangannya.
"Jangan menangis, kau tampak menyedihkan." Ucapnya.
Ia menatap lurus ke arahku. Tatapannya kali ini tampak berbeda.. tidak seperti biasanya. Aku tidak mengerti maksud tatapan ini.
"kau sebegitu tidak maunya melakukan syarat dari si orang sialan itu?" Ucapnya lagi.
Aku menunduk. "Aku.. aku hanya.. entahlah. Kurasa itu adalah hal yang memalukan, lagipula.."
Aku menatapnya lagi.
"Kurasa.. Masamune-dono.. juga tidak ingin melakukannya kan? Habisnya.. aku ini laki-laki."
Masamune-dono menghela nafas pelan.
"Kan aku sudah bilang." Ia menyentuh pipiku dengan jemarinya lalu membelai wajahku pelan. Wajahku terasa panas.
"Kau sama sekali tidak terlihat seperti seorang lelaki." Ucapnya lagi.
Mataku membelalak. "Masamune-dono…"
"Tapi." Ia menyingkirkan tangannya dari wajahku lalu berdiri.
"Aku tidak akan memaksamu. Kalau kau memang ingin melakukannya.. ah, kalau kan ingin kembali pada wujud asalmu, datangi aku kapan saja. Aku akan berada disekitar sini untuk sementara waktu."
Ia mulai berjalan menjauh.
"A-ah, Masamune-dono!" Panggilku.
Ia berhenti berjalan.
"Ada apa?" Ucapnya tanpa menoleh.
"A..anu, terima kasih.." Ucapku lagi. Aku sedikit menundukkan kepalaku.
Entah kenapa aku merasa agak.. malu.
Ia menoleh ke arahku. Setelah terdiam selama beberapa saat, ia tersenyum padaku.
"Tidak usah berterimakasih padaku. Aku belum melakukan apa-apa."
Ia berbalik lalu berjalan menjauh. Aku terpaku.
Senyumannya itu.. tidak seperti biasanya. Tidak seperti seringai yang biasa ditampakannya itu.
Senyumannya terlihat.. tulus. Ramah. Aku tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata.
Tapi.. apa arti senyuman itu? Aku sama sekali tidak mengerti.
Aku berdiri lalu berjalan pulang.
Aku berjalan menuju kamar Sasuke, tempat ruanganku berada. Saat aku membuka pintu, Sasuke ada didalam. Ia melihat ke arahku.
"Danna.. dari mana saja kau?"
Dari nada suaranya, ia tampaknya sangat khawatir. Aku menutup pintu lalu berjalan ke arahnya.
"Maafkan aku, Sasuke.. aku hanya butuh waktu sendiri." Jawabku lirih. Aku menundukkan kepalaku.
"Hei, hei." Sasuke mengangkat daguku.
"Tidak perlu sedih begitu, Danna. Aku mengerti."
Aku menatap Sasuke. Ia perlahan menyingkirkan tangannya dari daguku.
"Aku mengerti, Danna. Danna memang butuh waktu sendirian disaat seperti ini, ya kan? Meskipun saat seperti ini sangat jarang datangnya.."
Ia tersenyum kecil lalu melanjutkan ucapannya.
"Kau bukan anak yang penyendiri. Kau tidak bisa ditinggal sendirian. Kau bukan tipe orang yang bisa melakukan segalanya sendirian. Danna, kau.. kau anak yang merepotkan, kau tahu?" ucapnya lalu tertawa pelan.
"Bukan hanya merepotkan. Kau terlalu bersemangat. Kau berisik. Kau ceroboh. Kau banyak maunya. Kau—"
"Saasukee.. sudah, diam!" Wajahku memerah karena malu dan kesal. Ia tertawa lagi.
"Tapi.. kau tahu?" Ucapnya lagi
Aku menatapnya penasaran. "Tahu apa, Sasuke?"
"Meskipun Danna memiliki banyak kekurangan.. aku tidak akan pernah membenci Danna."
Ia menarikku mendekat lalu memelukku.
"Aku tetap menyayangi Danna. Tidak peduli seperti apapun Danna. Aku akan selalu ada disini."
Tangannya membelai rambutku pelan.
"Karena itu.. jangan pernah menganggap Danna sendirian, ya?"
"Sasuke.."
Aku balas memeluknya. Sasuke memelukku makin erat.
"Aku akan membantu Danna. Aku akan melindungi Danna. Tidak peduli apa yang terjadi."
Ia melonggarkan pelukannya lalu menatap wajahku.
"Karena itu.. tolong biarkan aku."
Ia menyentuh daguku lalu menarik wajahku mendekat secara perlahan. Jantungku berdegup makin kencang.
"Sa-sasuke?"
"Tolong jangan berbicara, Danna. Tutup saja matamu."
Aku menurutinya. Aku hanya bisa merasakan wajahnya yang makin dekat.
Aku bisa merasakan nafasnya di wajahku. Seberapa dekat wajahnya denganku sekarang?
Aku menahan nafas. Jantungku rasanya ingin meledak. Aku..
"TUUUUNGGU SEBENTAR!"
"Masamune-sama! Ja—"
PRANG!
Aku terkejut. Sasuke kembali menjauhkan wajahnya dariku. Aku membuka mataku.
Kaca jendela kamar Sasuke pecah. Dan Masamune-dono dengan susah payah mencoba masuk dari jendela itu. Katakura-dono ada di belakangnya, ia hanya bisa menyaksikan tuannya itu dengan pandangan miris.
"Apa-apaan kau, hei Dokuganryuu?!" Bentak Sasuke yang tidak kalah kaget sepertiku.
Masamune-dono mencengkram pundakku lalu menarikku menjauh dari Sasuke.
"Sa-sakit, Masamune-dono—"
"Kan sudah kubilang, aku yang akan mengembalikan Sanda Yukimura!"
"Haah?! Apa katamu? Aku ini ninjanya, aku yang berhak membantunya!"
"Dan aku rivalnya!"
"Lalu kenapa kalau kau rivalnya?! Kau hanya rivalnya! Kau tidak berhak!"
"Apa katamu?!"
Aku hanya bisa melihat Masamune-dono dan Sasuke yang sedang berdebat itu dengan bingung. Kenapa mereka segitu inginnya membantuku, sih? Aku melihat kearah Katakura-dono yang tampak putus asa. Aku merasa agak kasihan padanya..
"Sasuke, Masamune-dono.."
Mereka sepertinya tidak mendengarku dan masih asyik berdebat.
"Saasukee, sudah, hentikan!"
Mereka tidak bergeming.
"Masamune-donoo, kumohon, sudahlah!"
Mereka masih berteriak kepada satu sama lain. Kesabaranku mulai habis. Aku mengepalkan kedua tanganku.
"SUDAH, HENTIKAAANN!"
BUAGH!
Sasuke dan Masamune-dono terjatuh akibat tinjuku. Sasuke menyenggol gelas yang berada tepat di belakangnya dan memecahkannya. Sementara itu Masamune-dono nyaris menjatuhkan senjata Sasuke yang disimpan di rak tinggi. Katakura-dono tersentak kaget dan segera masuk lewat jendela untuk membantu tuannya.
"Ma-maafkan aku, Danna."
"Tch, maaf, Sanada Yukimura."
Aku memandang mereka berdua bergiliran lalu menghela nafas panjang.
"Yah, sudahlah.. kita lupakan saja, oke? Bagaimana kalau kita minum teh yang sudah disiapkan Sasuke ini?" Ucapku sambil memaksakan senyum.
Semua mata tertuju pada gelas-gelas yang tidak sengaja dipecahkan Sasuke. Hanya poci teh dan 1 buah gelas yang masih utuh.
Semua orang menghela nafas secara serentak. Aku tertawa pelan.
"yah, apa boleh buat. Gelas itu kita pakai bersama-sama saja."
Sasuke menuangkan teh ke gelas itu lalu memberikannya padaku. Aku menggeleng.
"Ah, Masamune-dono dulu saja."
Sasuke mengangguk lalu menatap Masamune-dono dengan sinis. Ia memberikan gelas itu lalu diterima Masamune-dono dengan kasarnya. Ia meneguknya lalu memberikan gelas itu padaku.
Teh di gelas itu masih tersisa. Aku memberikannya pada Sasuke. "Sasuke, kau duluan."
"Ahh, terima kasih Danna." Ia meneguk teh itu sampai habis, mengisinya ulang lalu memberikan gelas itu padaku.
"Silakan, Danna." Ucapnya sambil tersenyum. Aku menerima gelas itu dari tangannya.
Setelah menghabiskan teh itu, aku melihat kearah Masamune-dono. "Masamune-dono, sekarang sudah malam. Sebaiknya kau dan Katakura-dono bermalam disini saja. Kurasa tidak apa-apa kalau hanya semalam.."
Masamune-dono hendak mengatakan sesuatu namun diputus oleh Katakura-dono.
"Kami terima. Terima kasih atas tawaran anda." Ucap Katakura-dono. Aku mengangguk.
"Sasuke, tolong tunjukkan tamu kita kamar mereka. Aku lelah, aku ingin tidur." Ucapku pada Sasuke. Sasuke mengangguk lalu berdiri diikuti Masamune-dono dan Katakura-dono.
"Selamat malam, Danna." Ia keluar ruangan diikuti Masamune-dono dan Katakura-dono, lalu menutup pintu. Dari dalam aku bisa mendengar suara Masamune-dono.
"Tunggu, kau tidur sekamar dengannya?!"
Aku terbangun keesokan harinya. Entah kenapa tubuhku terasa amat lelah. Aku bangkit, duduk, lalu menguap. Aku menunduk, menatap tubuh laki-lakiku.
Eh, tunggu.
Tubuh laki-lakiku?!
Aku menyentuh dadaku yang rata. Tidak mungkin, aku sudah kembali?!
"Uwooooooohh!"
Aku mendengar derap kaki menuruni tangga. Pintu terbuka menampakkan Sasuke yang nafasnya terengah-engah.
"Danna, ada apa? Mengapa kau berteri—"
"SAASUKE, LIHAT AKU!"
Aku berdiri lalu merentangkan tanganku.
"AKU KEMBALI, SASUKE! AKU SUDAH KEMBALI!"
"tunguu. Ap—"
"ada apa ini? Ribut sekali." Masamune-dono muncul dari belakang Sasuke. Ia tampak terkejut saat melihatku.
"Sanada Yukimura, kau kembali?! Tapi bagaimana bisa—"
"Ah!" Sasuke menepuk dahinya.
"Ada apa, Sasuke?" Tanyaku.
"Pasti gara-gara gelas itu.. ya, tentu saja, itu ciuman tidak langung kan?!" Ucap Sasuke.
"Tunggu, jadi.. Sanada Yukimura berhasil kembali tanpa dicium secara langsung?!"
Sasuke dan Masamune-dono berpandangan. Aku menelengkan kepala, bingung melihat mereka.
"TIDAAAKK!"
-End-
Penutup(?):
Huahahaaa.. begitu deh, akhirnya! DateSana enggak, SasuYuki juga engggak. Adil kan? GEHAHAHAHAHAAA /ditabokinreaders
aaaaa ini FF daku yang pertama kali selesai saya tulis sampe tamat. Dan ini chapter terpanjang, 9 halaman. Fiuh. Maaf kalo endingnya mengecewakan dan enggak sesuai harapan. Maklum ini FF pertama /kedua sih/ daku.
tolong nantikan FF daku selanjutnya! Karena sudah ada plot baru di kepala daku. /ngarep/
MAKASIH BUAT KALIAN YANG UDAH BACA SAMPE AKHIR DAN NGEREVIEW! SUMPAH MAKASIH BANGET! DAN KENAPA INI CAPSLOCKNYA JEBOL YA :'''D
Salam SAAAYANG,
Sou-rin :* /HUEKS
