Disclaimer: Masashi Kishimoto

Pairing: NarutoSasuke

Warning: FEM!SASUKE, OOC, Typo, mungkin ide pasaran, dan kekurangan lainnya.

.

.

Don't Like, Don't Read!

.

Konoha High School adalah salah satu sekolah swasta di daerah Tokyo –lebih tepatnya kawasan Konoha, yang banyak diminati. Baik oleh warga biasa sampai mereka yang disebut-sebut sebagai penguasa. Mereka yang berotak cerdas sampai mereka yang tidak bisa menggunakan otaknya secara benar.

Dalam pergaulan, sekolah ini sama saja seperti sekolah pada umumnya. Di mana terjadinya perbedaan kasta. Diisi oleh anak-anak dari keluarga penting, anak-anak populer, mereka yang biasa-biasa saja, sampai mereka yang menjadi sasaran empuk untuk dibully.

Sebenarnya mereka tidak benar-benar membedakan diri dalam golongan kasta. Tapi, semua itu terjadi begitu saja. Entah siapa yang memulai atau kapan dimulainya. Mungkin kuasa orang tua, tingkat kecerdasan, dan hal lainnya yang mengakibatkan terjadinya pembagian kasta di sekolah swasta ini.

Tapi, semua itu tidaklah penting.

"Itu! Lihat-lihat."

"Ah, betapa indahnya mereka."

"Cih, jika tidak karena orang tua mereka!"

"Aku harap bisa berkencan dengan salah satu dari mereka!"

Dan masih bayak lagi kalimat-kalimat serupa yang meluncur dari bibir siswa KHS yang tengah menikmati makan siang di kafetaria sekolah.

Oh, mereka tidak akan asal berkata seperti itu jika tidak ada penyebabnya.

Semua keributan itu terjadi karena empat gadis populer yang baru saja memasuki kafetaria dengan karisma yang menarik perhatian hampir seluruh penghuni kafetaria. Hampir.

Hyuuga, Uchiha, Haruno, dan juga Yamanaka –empat gadis populer yang menjadi primadona sekolah. Empat gadis yang menduduki strata teratas.

Lihat saja bagaimana tingginya rasa percaya diri mereka saat melewati pintu lebar berdaun dua. Benar-benar menyedot perhatian. Oh, tidak lupa juga senyum menawan yang mereka tebar saat ada yang meneriakai nama mereka.

Sekali lagi kuingatkan! Mereka tidak benar-benar membedakan diri dalam golongan kasta!

"Andai saja aku bisa memacari salah satu dari mereka. Ne 'kan Naruto?"

Jangan salahkan keempat gadis itu. Hampir seluruh remaja kelebihan hormon akan mengatakan hal serupa seperti Kiba Inuzuka jika melihat betapa mempesonanya keempat primadona sekolah itu.

"Dalam mimpimupun tidak mungkin."

Oh, ingin sekali Kiba melempar sahabat pirangnya itu dengan makan siangnya saat mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu. Tidak bisakah dia mengiyakan saja mimpi muluk Kiba. Tidak ada yang tahu 'kan masa depan seperti apa dan bagaimana. Bisa saja dimasa depan nanti Kiba berjodoh dengan salah satu di anatara mereka.

"Ha ha, tidak akan mungkin Kiba."

Kali ini Kiba benar-benar melempar sahabat pirangnya dengan botol minuman yang hampir habis, dan meleset tentu saja.

Naruto Namikaze, remaja bertubuh jangkung dengan kulit tan dan rambut pirang keemasan yang masuk ke dalam golongan biasa-biasa saja bersama dengan sahabatnya –Kiba dan juga Gaara?

"Btw, apa yang sedang Kau lakukan di sini Sabaku?" Kiba mengernyit, bertanya, mengapa siswa dengan kasta teratas mau bergabung bersama mereka. Maksudnya tumben sekali remaja merah ini tidak bersama dengan gerombolan siswa populer lainnya. Tidak heran sedari tadi para gadis-gadis itu cekikikan sambil menunjuk meja mereka. "Aku ingin menanyakan ini dari tadi."

"Hm?" Gaara menaikkan sebelah alis tipisnya. Bereaksi seolah-olah pertanyaan Kiba adalah pertanyaan paling bodoh. Lalu kelereng hijaunya bergulir ke arah Naruto yang sedang sibuk dengan ramennya. "Aku hanya makan siang."

"Gezz, aku tahu. Tapi, kenapa harus di sini!" Kiba hampir menjerit dikalimat akhirnya, tangannya meremas bahu teman pirangnya, meminta pembelaan. "Naruto, katakan sesuatu!"

"Katakan sesuatu," Naruto menjawab kalem. Gaara terkekeh melihat tampang Kiba.

"Aku hanya ingin makan siang bersama Naru-,"

" –boleh kami duduk di sini, Gaara?"

Tiga kepala dengan warna rambut berbeda mendongak begitu mendengar suara cempreng sedikit lembut milik gadis bermbut pirang pucat yang berdiri di belakang Gaara. Ino Yamanaka.

Sebelum mendengar jawaban dari remaja yang menduduki bangku inipun mereka sudah meletakkan nampan makan siang mereka di meja dan menarik kursi, mendudukan bokong mereka.

Tuhkan, tidak ada yang tahu masa depan itu seperti apa!

"Gaara-kun," suara lembut dan halus itu milik gadis Hyuuga. Caranya menarik bangku dan duduk begitu anggun. Setelah menyamankan diri, dia mengecup ringan pipi remaja merah di samping kanannya. Oh ya, mereka sepasang kekasih.

Lalu, ada Ino yang duduk di sebelah Hinata, di susul si gadis Uchiha, dan Haruno yang duduk di sebelah Naruto.

Kiba masih tidak mengatakan apapun. Setengah terkejut, setengah takjub menemukan dirinya satu bangku dengan anak-anak populer. "Kita beruntung," bisiknya setelah sadar.

Naruto? Hoo, dia lebih memilih menyibukan diri dengan ramen yang tinggal seperempat. Tapi lihat urat-urat yang menegang di balik kulitnya. Seperti menahan sesuatu. Perasaannya, mungkin.

"Namikaze-kun, Inuzuka-kun," itu suara gadis pink –Sakura Haruno. "…aku tidak melihat kalian," suaranya terdengar heran.

Oh. Oh. Kiba hampir menampar dirinya saat kata-kata itu meluncur dengan indahnya. Naruto tersedak kuah ramen.

"Itu keterlaluan," kali ini gadis Uchiha yang mengeluarkan suara. Tangannya menopang dagu. Iris kelamnya bergulir bergantian ke arah dua pemuda yang baru pertama kali dilihatnya. Mungkin. Lalu dia tertawa dengan mulut yang ditutupi punggung tangan, begitu sopan. Tapi tawanya itu begitu menyebalkan di pendengaran ketiga sahabatnya. "Tapi serius, aku baru pertama kali melihat kalian," dia masih tertawa.

Tuhkan. Gadis Uchiha ini memang menyebalkan.

"Sasu sayang. Kamu, aku, dia dan dia," telunjuk Ino mengarah bergantian pada dua pemuda di depannya. "…kita sekelas dipelajaran Musik dan juga Penjas," kali ini telunjukknya hanya mengarah ke remaja berkulit tan. "Dia Naruto Namikaze, dia lumayan mencolok diolahraga terutama basket."

Alis pirang Naruto terangkat, merasa heran. Dia tidak tahu menahu mengenai dirinya yang mencolok dipelajaran olahraga. Naruto memang menyimak percakapan di depannya, dia sudah selesai dengan ramennya.

"Dan yang itu," kali ini gadis Hyuuga yang mengambil alih pembicaraan. "…Kiba Inuzuka, kami berada di kompleks yang sama walau beda beberapa blok," Hinata menatap remaja pecinta hewan itu, meminta persetujuan. Kiba mengangguk-angguk, sedikit takjub. Tidak menyangka Hinata tahu mereka dari kompleks yang sama.

Hooo. Ternyata kepribadian mereka tidak begitu buruk.

"Minggu malam akan ada pesta di tempat Anko-senpai!" gadis pink itu menggebrak meja, semangat. Mengejutkan penghuni lain di bagku itu. "kita kalahkan dia di pestanya sendiri!" lalu ketiga gadis itu terkikik.

"Maaf aku tidak bisa ikut."

Ketiga kepala itu menoleh ke sumber suara.

"Cih, dasar Hyuuga kolot!" seru mereka berbarengan.

Ok. Cabut saja perkataan mengenai kepribadian mereka yang tidak begitu buruk.

"Aku selesai," Gaara berdiri mendorong kursi di belakangnya, matanya menatap Naruto. "lain kali kita bicara Naruto," dan berlalu setelah melihat Naruto menganggukkan kepala dan tidak lupa keempat gadis yang mengekor di belakangnya.

Tenang saja mereka sudah menghabiskan makan siangnya.

.

.

"Mereka benar-benar cantik," Kiba terus saja berceloteh, bercerita betapa senangnya dia bisa berbincang dengan primadona sekolah walapun hanya sebentar.

Mereka sedang berjalan di koridor. Sekolah baru saja selesai beberapa menit yang lalu.

"Aku berani bertaruh, mereka akan lupa pernah berbicara denganmu."

Kiba berdecih, itu memang benar. Saat pelajaran Sejarah yang artinya Kiba tidak satu kelas dengan Naruto. Remaja bermata unik itu mencoba berbicara dengan Sakura Haruno. Tapi, apa yang didapatkannya, dilihat sajapun tidak. Ohya. Dia tidak akan menceritakan hal memalukan ini pada sahabat pirangnya. Bisa-bisa itu dijadikan bahan ejekan selama berminggu-minggu.

"Ah, aku baru ingat," Kiba mencengkram kedua bahu Naruto, menghentikkan langkah si pirang. "Apa hubunganmu dengan si Sabaku itu?"

Naruto merenggut. "Apa-apaan itu! Pertanyaanmu seolah-olah aku menjalin hubungan spesial dengannya."

"Errr," Kiba terkekeh. "…aku tidak tahu pikiranmu sampai ke situ."

"Hai Namikaze-kun/Naruto-kun."

"Inuzuka-kun."

Kiba melepaskan cengkramannya pada kedua bahu Naruto, perhatiannya teralihkan pada gadis-gadis yang baru saja menyapa dan melewati mereka.

"Aku benar-benar ingin berkencan dengan salah satu di antara mereka," gumam Kiba, pandangannya tidak lepas pada keempat remaja yang berjalan menuju parkiran.

AN


Ok. Bunuh aku. Harusnya aku lanjutin cerita lain. Tapi setiap buka notbook untuk ngelanjutin pasti idenya langsung buyar, dan malah ide lain yang terbentuk. Dan juga, setiap buka notbuk pasti folder film yang aku tuju pertama kali. Ehm, ini hanya curhat.

HARUSKAH AKU GUNAIN NAMA SASUKE? Atau dia punya nama lain sebagai wanita?

.

Terimakasi bagi yang sudah membaca.

Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Ninndya