Author: Kiriya Diciannove

Title: Laughing Coffin

Disclaimer: All the cast belong to God, themselves, their parent, their Management.

The story is mine. :)

Cast: Member EXO and other.

Rate: Teen, PG-16

Pairing: Krisho, Bromance!Baekho

Warning: AU, typo, BL, OOC, Death Chara, Don't Like, Don't Read! ;)

Summary: [Krisho slight!Baekho] Kau tahu, aku pernah mendengar mitos kalau arwah seseorang akan pergi setelah 49 hari kematiannya\Izinkan aku mencintaimu\Bagaimana jika aku merindukanmu? Haruskah aku pergi ke tempat peristirahatanmu dan bicara sendiri pada batu nisan yang dingin itu, Kris?\AU, BL, OOC. Mind to RnR?

XoXo-XoXo-XoXo

XoXo

Laughing Coffin © Kiriya Diciannove

XoXo

XoXo-XoXo-XoXo

Deg!

Junmyeon membuka matanya, aneh rasanya karena pandangannya terasa terbatas begitu dia mengerjapkan matanya dengan perlahan. Dia merasa sangat nyaman dan hangat beberapa saat yang lalu sebelum rasa kaku menyerang anggota tubuhnya. Dia bermimpi sesuatu yang sangat indah, dia seperti berada di sebuah tempat yang menyenangkan, menghabiskan waktunya bersama ayahnya, memancing ikan di danau sambil mengobrol panjang lebar. Itu benar-benar terasa menyenangkan sampai ketika dia bangun dan kemudian dia mendapati dirinya berada dalam ruangan dengan dinding kamar berwarna putih, plafon berwarna putih dan tirai yang berwarna biru. Dia ada dimana?

"Hyung! Syukurlah…"

Junmyeon langsung menoleh kearah sumber suara dan mendapati Jongin menatap lega ke arahnya.

"Jong… In?"

"Iya, ini aku hyung! Eomma, hyung sudah bangun, dia baik-baik saja!" seru Jongin sambil menatap sang ibu yang menangis bahagia.

"Air…" ucapnya pelan. Dengan segera sang ibu mengambilkan segelas air untuknya. Memintanya untuk minum dengan perlahan. Dia melakukan seperti apa yang ibunya katakan, setelahnya terdiam sejenak, mencoba mengingat apa yang terjadi padanya.

"Aku… kenapa?"

Sang ibu kemudian duduk di kursi samping kasurnya dan menggenggam tangannya dengan erat dan mata yang berkaca-kaca. Tidak sanggup berbicara.

"Hyung tidak ingat?"

Junmyeon mengalihkan pandangan pada sang adik dengan tatapan heran.

"Kereta api yang kau tumpangi mengalami kecelakaan. Kau tidak bangun selama sebulan lebih."

Oh, benar… Junmyeon ingat itu sekarang. Rasa yang sangat menyakitkan pada kaki dan mata kirinya yang dia ingat terkena pecahan kaca dan seseorang dengan aroma mint yang memeluknya dengan erat.

"Ma… mataku!" ucap Junmyeon panik.

"Tidak apa-apa Joon, dokter bilang matamu tidak apa-apa. Matamu sudah dioperasi dan kau akan bisa melihat seperti biasanya," ujar yeoja cantik itu memegang tangannya dengan erat, membuat Junmyeon sedikit banyaknya merasa lega.

"Tenanglah Joon, eomma akan memanggil dokter, ya?"

Junmyeon mengangguk sambil berusaha mengingat apa yang terjadi padanya. Sesuatu yang mengerikan. Benar-benar menakutkan.

"Baekhyun… bagaimana dengannya?" tanyanya kemudian. Dia ingat kalau dia pergi dengan Baekhyun.

Jongin tampak diam sejenak, "Dia… aku akan mengajakmu menemuinya nanti saat kau sudah baikan, oke? Kau tenang saja, hyung." Jongin mundur beberapa langkah ketika dokter datang dan memeriksa keadaan Junmyeon.

XoXo-XoXo-XoXo

"Kamu siap?"

Junmyeon tampak menganggukkan kepalanya pelan ketika dokter bersiap untuk melepaskan perban yang ada di matanya. Dia mengikuti instruksi dari dokter untuk membuka matanya dengan perlahan setelah perbannya di lepas. Awalnya dia tidak bisa melihat dengan jelas, mata kirinya melihat sesuatu dengan blur. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali dan mulai bisa melihat dengan jelas.

"Bagaimana?" Tanya sang dokter kepadanya.

"Nde, aku bisa melihat…" sahut Junmyeon dengan nada lega.

Dia melihat dokter, suster, Jongin dan ibunya dengan jelas.

Ny. Kim dan Jongin tampak begitu gembira mendengar kabar itu. Sang ibu menangis dipelukan Jongin sambil berucap syukur. Meskipun dia masih harus menginap di rumah sakit.

Tapi hanya diam dirumah sakit itu membosankan. Dia hanya bisa memainkan remote TV dengan tidak bersemangat karena tidak ada tayangan yang menarik hatinya. Dia kemudian memutuskan untuk mematikannya dan menghembuskan napasnya dengan perlahan. Matanya menatap kearah langit-langit yang berwarna putih. Mungkin sebaiknya dia tidur saja.

XoXo-XoXo-XoXo

Junmyeon membuka matanya dengan perlahan, mengerjapkan matanya dan mencari jam, sekedar untuk tahu sekarang jam berapa.

Jam 07: 59 PM

Dia tertidur cukup lama juga. Ibu dan adiknya pasti sedang mencari makan malam. Junmyeon merasa sedih dan bersalah karena telah membuat mereka berdua cemas. Dan dia juga mencemaskan keadaan Baekhyun. Apakah sahabatnya yang satu itu baik-baik saja?

Namun dia tiba-tiba terkejut dari lamunannya ketika melihat seseorang berada di kamarnya. "B—Baekhyun?" ujarnya dengan nada kaget.

Baekhyun sendiri menatapnya dengan keterkejutan. "Kau bisa melihatku?"

"Apa maksudmu? Tentu saja aku bisa melihatmu. Syukurlah kau tidak apa-apa. Aku benar-benar khawatir. Ya tuhan…" Junmyeon menatap Baekhyun dari atas sampai bawah dengan mata berkaca-kaca. Baekhyun tampak baik-baik saja walaupun wajah dan bibirnya terlihat pucat.

Baekhyun tersenyum. "Jangan terkejut ya hyung…" ujarnya kemudian, membuat Junmyeon memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Apa mungkin, dengan kecelakaan kereta api yang seperti itu, aku tidak terluka sedikitpun? Itu tidak mungkin bukan?"

Junmyeon tampak memproses perkataan dari Baekhyun. Napasnya tercekat dengan jantung yang berdebar. Dia melihat Baekhyun memakai baju yang sama seperti saat mereka kecelakaan, yang lebih horror lagi… kaki Baekhyun tidak menapak lantai.

"Aku sudah mati hyung."

Junmyeon langsung pingsan begitu mendengarnya.

Dan ketika dia bangun. Baekhyun masih ada disana, berdiri sambil menatapnya. Astaga… ini benar-benar horror. Meskipun Baekhyun adalah sahabatnya, tapi melihat Baekhyun seperti itu, membuatnya merasa takut, tidak hanya itu, dia juga merasa sedih, sangat sedih…

"Baekkie… kau benar-benar sudah mati? Kau benar-benar sudah meninggalkanku?" ucapnya dengan suara bergetar. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Baekhyun mengangguk.

"Apa… kau muncul karena ingin mengajakku pergi bersamamu?" tanya Junmyeon dengan nada takut.

Baekhyun tersenyum, "Mana mungkin… aku sangat senang kau masih hidup, hyung."

"Lalu… kenapa kau muncul dihadapanku seperti ini? Jujur… a—aku sangat takut sekarang…"

"Aku tidak tahu… sebenarnya aku sudah memperhatikanmu sejak kau koma hingga kau sadar sekarang. Tapi aku tidak menyangka kau bisa melihatku. Jadi selama ini kau mempunyai indera keenam?"

Junmyeon menggeleng, "Tidak, aku tidak punya."

"Ini cukup aneh, tapi aku senang kau bisa melihatku," Baekhyun tampak menampilkan cengiran khasnya, membuat rasa takut Junmyeon mulai berkurang. Benar juga, biarpun Baekhyun sudah tidak ada di dunia lagi, Baekhyun tetaplah sahabat terdekatnya.

Junmyeon meraba mata kirinya… dia kemudian menutup sebelah matanya itu dengan tangan kirinya dengan wajah mengarah pada Baekhyun. Dan dia tidak bisa melihat Baekhyun hanya dengan mata kanannya, namun begitu dia kembali membuka mata kirinya, dia mendapati Baekhyun masih disana. Dia kemudian mencoba menutup mata kanannya, dan membiarkan mata kirinya terbuka. Dia bisa melihat Baekhyun.

Jadi mata kirinya bisa melihat arwah!

Mata hasil dari donor saat matanya dioperasi.

"Apa yang kau lakukan hyung?" Tanya Baekhyun heran dengan apa yang dilakukan Junmyeon.

"Hanya mata kiriku yang bisa melihatnya. Mata kiriku ternyata bisa melihatmu. Tapi ini sebenarnya bukan mataku. Ini hasil operasi."

"Oh!" Baekhyun mengangguk paham. "Berarti pendonor matamu ini sebelumnya adalah seorang indigo? Wahh, aku tidak tahu kalau hal ini bisa terjadi…"

Junmyeon diam memperhatikan Baekhyun. Ya, dia memang Baekhyun yang dikenalnya. Tanpa sadar mata Junmyeon berkaca-kaca dan pandangannya memburam. Airmatanya jatuh membasahi pipinya.

"Wahh, hyung! Kau kenapa? Kau segitu takutnya padaku? Jangan begini, aku akan pergi, oke!" Baekhyun tampak panik, membuat Junmyeon merasa ingin tertawa dalam tangisannya. Apa ada arwah seperti ini? Baekhyun… walaupun sudah mati, tapi dia tetap memiliki kepribadian yang sama.

"Jangan pergi." Junmyeon mengusap wajahnya. "Aku hanya sedih… karena kau sudah mati…"

Baekhyun menatap Junmyeon dalam diam.

"Ini hanya mimpi bukan? Aku bermimpi dan belum bangun. Ini semua terlalu aneh, benar bukan? Aku sudah hidup selama 19 tahun dengan normal dan baik-baik saja. Nanti saat aku bangun, kita akan bisa bermain ps bersama lagi, dan aku akan mengomelimu karena kau selalu berteriak dengan kencang dan menyanyikan lagu favoritmu berulang-ulang kali hingga aku bosan mendengarnya. Aku…"

"Hyung… sebenarnya aku ingin mencubit pipimu agar kau bisa tahu ini mimpi atau tidak." Baekhyun memotong perkataan Junmyeon dan mendekatinya, berdiri disamping Junmyeon dan mengarahkan tangannya pada pipi Junmyeon, Junmyeon menatapnya tanpa rasa takut seperti sebelumnya. Namun begitu tangan Baekhyun mencoba menyentuh Junmyeon, yang terjadi adalah tangan itu menembus Junmyeon. Baekhyun mundur dengan perlahan dari sisi kasur Junmyeon.
"Rasa sakit ditubuhmu terasa kan? Sepertinya itu cukup untuk membuktikan semua ini nyata." Baekhyun tersenyum sedih. Junmyeon tahu itu. Baekhyun pasti sebenarnya juga tidak mau mati. Tapi takdirnya malah seperti ini. Baekhyun masih muda. Dia bahkan beberapa bulan lebih muda dari Junmyeon, dia juga sangat berbakat menyanyi karena suaranya benar-benar bagus. Baekhyun bercita-cita jadi penyanyi yang hebat. Tetapi sekarang semua itu tidak akan jadi kenyataan…

Karena Baekhyun tidak ada lagi di dunia ini.

Yang ada sekarang hanya arwahnya yang belum tenang…

Eh? Kenapa arwah Baekhyun masih mengawang seperti itu? Tidakkah harusnya jiwanya sudah beristirahat dengan tenang?

"Baekhyun, kenapa kau tidak pergi ke surga?"

Baekhyun tertawa, "Menurutmu, apa aku akan masuk surga?"

"Kenapa tidak? Menurutku kau orang yang baik."

Baekhyun mengendikkan bahunya. "Kau tahu, aku pernah mendengar mitos kalau arwah seseorang akan pergi setelah 49 hari kematiannya."

"Ka—kalau begitu…"

"Iya, mungkin 10 hari lagi aku akan benar-benar pergi dari dunia ini…"

Dan Junmyeon menangis lagi.

"Hyung! Kenapa kau menangis?!" seru Jongin yang baru saja membuka kamar tampak kaget dan segera menghampiri Junmyeon setelah meletakkan roti yang baru saja dibelinya di atas meja yang ada diruangan itu.

"A—aku…" Junmyeon melirik Baekhyun yang meletakkan telunjuknya didepan bibir pucatnya, meminta Junmyeon merahasiakannya. "Tadi aku menonton film yang sangat sedih…" ucap Junmyeon kemudian sambil menyeka wajahnya.

"Astaga hyung… sejak kapan kau jadi secengeng ini?" Jongin menghela napas.

"Aku tidak cengeng! Aku hanya terharu," bantah Junmyeon. dia melirik kearah Jongin yang membuka bungkus roti yang dibelinya.

"Jongin, kapan aku bisa keluar dari rumah sakit? Aku ingin keluar secepatnya…"

"Mungkin beberapa hari lagi hyung. Dokter bilang kau sudah hampir sembuh sepenuhnya. Jadi sabarlah sedikit lagi." Ujar Jongin.

"Aku sangat ingin bertemu dengan Baekhyun…" ucap Junmyeon pelan. Sudut mata Junmyeon menatap kearah gerakan tangan Jongin yang hampir menggigit roti dengan mulutnya terhenti.

Jongin meletakkan rotinya dipangkuannya sambil menunduk. "Maaf hyung… sebenarnya… Baekhyun-hyung sudah meninggal…"

Junmyeon terdiam, dia sudah mengetahui hal itu… walaupun sampai sekarang dia masih berharap kalau semua hal yang terjadi hanyalah mimpi. Kenapa semuanya bukan mimpi saja?

"Kau bohong… kan?" suara Junmyeon bergetar. Dia sungguh-sungguh tidak ingin menerima kenyataan ini. "Kalian semua membohongiku, kan?"

XoXo-XoXo-XoXo

Sebenarnya Junmyeon lebih suka menutup sebelah matanya karena sejak memiliki mata itu, terkadang Junmyeon melihat hal yang menakutkan ketika malam tiba. Penampakan yang membuatnya shock, merinding dan aura yang terasa berat itu terasa begitu menakutkan di malam hari, dia sangat ketakutan setengah mati karenanya, namun hanya mata itu yang bisa menghubungkannya dengan Baekhyun, jadi dia tidak menutupnya ketika Baekhyun ada bersamanya. Mungkin hantu gentayangan dan arwah itu berbeda? Entahlah. Karena dari yang Junmyeon lihat, para hantu yang terkadang menampakkan dirinya itu terlihat sangat menakutkan dengan wajahnya yang berdarah, rusak, bertaring, tanpa kepala, berambut panjang dan lainnya. Benar-benar menakutkan. Hal yang menguatkannya hanyalah keberadaan Baekhyun yang juga kasat mata itu. Lagipula, dengan sangat bersyukur para hantu yang ada disana tidak mengganggunya lebih jauh—hanya menampakkan diri— Yeah. Kalau tidak… Junmyeon yakin dia sudah berakhir di rumah sakit jiwa sekarang.

Tapi kemudian Baekhyun menjelaskan padanya kalau yang sering muncul dan menakuti itu namanya youkai—semacam siluman, setan, iblis atau Jin. Dan itu berbeda dengan arwah. Sepertinya Baekhyun tidak ingin dia disamakan dengan makhluk-makhluk yang kadang muncul dengan wajah jelek—menyeramkan itu.

Sekarang Junmyeon merasa sangat bosan, Jongin—adiknya sedang sekolah dan ibunya sedang bekerja. Sedangkan Baekhyun hanya melayang-layang tidak jelas di ruangan kamarnya sambil menyanyi. Yeah, Junmyeon mulai terbiasa dengan hal itu. Tampak dia menghela napas sambil mengedarkan pandangannya ke pintu. Sekilas dia tampak seperti melihat bayangan seseorang lewat di depan pintu kamarnya dirawat ketika suster masuk ke kamarnya. Tapi mungkin itu hanya bayangannya saja, atau para makhluk lain yang numpang lewat. Semoga hanya sekedar numpang lewat. Junmyeon kemudian meminta suster untuk mengantarnya ke taman yang ada di belakang rumah sakit karena dia merasa dia bisa mati karena terlalu bosan.

Suasana di taman tampak menyegarkan dan asri. Matahari tidak begitu terlihat karena ini hari yang berawan. Hal itu cukup membuat Junmyeon yang berada dibawah pohon merasa nyaman. Saat ini dia sedang duduk di taman sambil menatap beberapa pasien lainnya yang juga berada di taman, juga anak-anak kecil yang bermain. Sepertinya anak-anak itu juga pasien, karena mereka tampak memakai baju pasien sepertinya. Meskipun sepertinya mereka sakit, mereka tampak bermain dengan ceria. Semua itu terlihat dari senyuman yang mengembang di wajah mereka. Mau tak mau Junmyeon jadi ikut tersenyum melihatnya.

"Kau mulai jadi pedophile sekarang, hyung?" Baekhyun mengikuti arah pandangan Junmyeon.

Junmyeon berdecak. Dia meraih ponselnya dan meletakkan dipipinya, "Tentu saja tidak." Ucapnya sambil menatap Baekhyun, dia berucap seakan-akan sedang melakukan pembicaraan lewat ponsel. Hal itu membuat Baekhyun terkekeh.

"Ide bagus…"

"Setidaknya aku tidak mau dikira sebagai orang gila yang bicara sendiri," sahut Junmyeon masih dengan ponsel yang menempel dipipinya.

Baekhyun masih tertawa terbahak. Keceriaan Baekhyun itu membuat Junmyeon berpikir kalau namja pencinta eyeliner itu masih hidup dan akan selalu ada di dekatnya.

Tapi 5 hari lagi, hari ke-49 akan datang. Junmyeon tidak ingin kehilangan Baekhyun.

"Awas!"

Junmyeon melihat kearah bola yang melayang hampir mengenai seorang namja yang memakai jaket biru tua dan dia berteriak memperingatkan namja itu. Tapi ternyata bola itu tidak mengenai namja yang tidak dikenal itu. Anak kecil yang berlari kearah bola itu tampak menatap Junmyeon bingung.

"Kau teriak pada siapa, hyung?" Tanya anak kecil itu bingung setelah mengambil bola itu.

"Orang yang disana hampir terkena bolamu, kau harus bermain dengan hati-hati…"

"Tapi disana tidak ada siapapun, hyung."

"Eh?" Junmyeon tercekat.

Anak kecil itu kemudian berlalu dari Junmyeon dan segera kembali menuju teman-temannya yang sudah memanggil namanya untuk kembali bermain.

Junmyeon kembali mengarahkan pandangannya kearah bola tadi di lempar. Dia melihat namja tampan berjaket biru itu masih berdiri disana sambil menatapnya dengan tajam. Junmyeon menelan ludahnya. Dia menutup mata kirinya perlahan dengan tangannya. Dan mata kanannya tidak mendapati namja itu. Berarti namja tampan itu…

Junmyeon langsung mengarahkan pandangannya pada Baekhyun yang juga menatap kearah namja berjaket biru itu.

Arwah. Sama seperti Baekhyun…

"B—Baekkie…" suara Junmyeon tampak gemetar.

Baekhyun maju berdiri di depan Junmyeon. Dia tampak membalas tatapan namja berjaket biru itu dengan tajam. "Tidak apa hyung. Meskipun tidak bisa menyentuh benda nyata. Aku bisa menjagamu dari makhluk kasat mata dan arwah sepertiku. Kau tenang saja."

Junmyeon mengerti sekarang kenapa para hantu—youkai di rumah sakit itu tidak mengganggunya. Itu karena Baekhyun bersamanya. Bahkan meskipun Baekhyun tidak ada di dunia lagi. Namja itu tetap menjaganya… Junmyeon rasa dia sangat terharu sekarang.

"Dia… arwah?"

"Iya. Sama sepertiku." Ujar Baekhyun.

Namja berjaket biru itu tampak mendekat kearah mereka, membuat jantung Junmyeon berdetak dengan cepat. Astaga… ini siang hari, dan dia melihat hantu—err penampakan—err arwah? Geez terserah apapun namanya itu.

Namja itu berjalan semakin cepat kearah mereka, kemudian berhenti beberapa langkah dihadapan Baekhyun.

"Kalian bisa melihatku?" ucapnya dengan nada penuh keterkejutan.

"Err… yeah…" sahut Junmyeon pelan.

"Aku sama sepertimu, jadi tentu saja aku bisa melihatmu," sahut Baekhyun.

"Ma—maksudmu apa?" namja berambut hitam pendek itu tampak bingung.

"Kita ini arwah. Lihat, kaki kita tidak menapak."

Namja itu menatap kearah kakinya dengan tatapan tidak percaya. "Maksudmu aku sudah mati?" dia meletakkan kedua tangannya di kepalanya. "Ta—tapi aku tidak tahu apa yang terjadi kepadaku!"

Baekhyun mengerutkan alisnya, "Maksudmu?"

"Aku tidak ingat apapun. Tiba-tiba saja aku berada ditempat ini."

"Kau tidak ingat kau mati karena apa atau hal yang terjadi sebelum kau mati?"

Namja itu menggeleng.

"Kau… juga lupa namamu?" Tanya Junmyeon kemudian.

Namja itu tampak terdiam, "Namaku…"

"Iya, siapa namamu?"

"Kris?" ucap namja itu dengan nada tidak yakin.

"Kenapa kau berucap dengan nada seperti itu?" ucap Junmyeon heran.

"Aku tidak tahu… tapi yang terlintas dipikiranku hanya nama itu." Sahut namja itu—Kris.

"Baiklah," Baekhyun merangkul bahu namja yang lebih tinggi darinya itu, sehingga refleks membuat namja itu sedikit menunduk karena perbedaan tinggi. "Kami berdua akan memanggilmu Kris mulai sekarang! Kau bisa memanggilku Baekhyun!"

"Aku Junmyeon. Dan aku adalah manusia." Sahut Junmyeon sambil tersenyum canggung, menampilkan eyesmile-nya yang tampak membuat Kris terkesima beberapa saat. Untuk beberapa saat Junmyeon terlihat begitu menawan.

Kris kemudian balas tersenyum kearah Junmyeon. Dia tersenyum. Entah kenapa Junmyeon merasa darahnya berdesir dan jantungnya berdetak lebih kencang selama beberapa saat. Meskipun tampak pucat, senyum Kris itu sangat mempesona.

Mereka menatap dan saling balas tersenyum.

XoXo-XoXo-XoXo

[Laughing Coffin I]

TBC

XoXo-XoXo-XoXo

Music Playing: Seasonal Feather—Rin/Len, Drowning in a wave of sadness –Len, The lost one's weeping—Rin. What a weird song and mv, but I love it anyway. Haha :'D

A/N: moment Krisho-nya masih dikit ._.

Krisho again… but this time with slight!Baekho/? ._.

Mungkin ini masih belum bisa masuk genre horror walaupun tentang arwah. :/ Inspirasi dari 49 days walaupun plot dll beda jauh. Sisanya mitos dari segala sumber. ^^;

Bayangin Junmyeon Mama Era [brown hair], Kris Wolf Era [black hair] rambut cepak/?, Baekhyun Era mana aja /plak/

Youkai: Siluman, jin, iblis, Laughing: tertawa, Coffin: peti mati

Kapuas Timur, 08/02/2015

-Kiriya-

Oh ya, Mind to Review?