Wajah Luhan berbinar cerah ketika mata rusanya bertemu pandang dengan sosok yang baru dikenalnya tengah berdiri mematung di gerbang sekolahan.
"Sehun-ssi!" Panggilnya.
Yifan mengkernyitkan dahinya ketika kekasihnya memanggil nama yang masih asing terdengar di telinganya "Yifan! Ayo kita menghampirinya!" Ajak Luhan dan Yifanpun mengiyakannnya, sepasang kekasih itupun menghampiri Sehun.
"Kau menunggu jemputan, Sehun-ssi?" Tanya Luhan mencoba menebak dengan mata berbinar-binar.
Sehun tersenyum kecil "Sehun, Luhan. Bukan Sehun-ssi, kau melupakannya" Kata Sehun membenarkan.
Luhan menundukkan wajahnya malu, oh ia melupakannya "Hehe, maaf. Maksudku Sehun" Ujarnya.
"Dan kenapa kau selalu meminta maaf? Itu bukanlah kesalahan fatal, kau tau" Kata Sehun yang masih tak mengerti dengan kepribadian Luhan. Lelaki cantik itu selalu meminta maaf tentang kesalahan kecilnya.
"Ah, maaf Sehun aku hanya-"
"Kau mengatakannya lagi Lu" tukas Sehun menjeda perkataan Luhan. Pria rusa itupun menundukkan wajahnya merona, oh bagaimana mungkin ia bisa bersemu seperti ini ketika Sehun bahkan tidak memujinya.
"Ehm" Yifan berdehem cukup kencang. Sungguh ia seperti obat nyamuk dari tadi diacuhkan, seolah-olah kehadirannya tak terlihat. "Dia siapa Lu?" Tanya Yifan, terselip rasa penasaran dibenaknya.
"Oh, Yifan perkenalkan dia adalah Oh Sehun, teman baruku. Dia mulai mengajar dikelas yang sama denganku hari ini dan Sehun, perkenalkan dia adalah Wu Yifan. Kekasihku"
"Oh" Sehun menyahut singkat sambil menatap lekat-lekat pria tinggi didepannya, kemudian tersenyum simpul "Tidak terlalu buruk juga seleranya. Hanya bagian mulutnya saja yang sedikit maju-Ups" Sehun tertawa dalam hati.
Tak lama kemudian sebuah mobil berwarna hitam berhenti didepan mereka. Sehun meliriknya sekilas, lalu berdecih pelan ketika melihat sosok hitam yang melambai-lambaikan tangannya dari kursi penumpang. "Luhan-ah, mobil jemputanku sudah datang. Aku permisi dulu ya" Pamit Sehun kepada Luhan yang tersenyum didepanya.
"Hati-hati dijalan Sehun"
Sehun tersenyum tipis kemudian masuk kedalam mobil.
"Hei, Albino. Ku dengar dari Appa, kau membantu mengajar di kelas yang sama dengan calon masa depanku ya?"
Kening Sehun mengernyit bingung mendengar pertanyaan yang di lemparkan lelaki tan yang duduk disampingnya sekarang "Calon masa depanmu? Siapa yang kau maksud?"
Kai mendecih pelan kemudian merangkul bahu Sehun - sok akrab sekali "Ah, jangan pura-pura tidak tau lah, kau kan baru saja bersamanya tadi di depan gerbang sekolah, aku melihat kalian kok" katanya dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.
"Imajinasimu terlalu tinggi" Sehun berujar datar.
"Imajinasi tinggi bisa membawamu kedalam suatu kenyataan yang indah, asal kau tau" Jongin menimpali dengan senyum kebanggaannya "Kau kelihatan tidak suka sekali jika aku bersama dengan dirinya. Jangan-jangan kau juga menyukainya ya?" Tudingnya.
Sehun mendelik tak trima mendengar tuduhan yang lelaki berkulit hitam itu lontarkan "Jangan asal bicara kau. Fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan, asal kau tau juga"
"Ya ya ya. Tapi jika difitnah dengan malaikat semanis Luhan, aku tidak yakin jika pepatah yang kau ucapkan itu masih berlaku."
"Bicaramu mulai tak waras Jong"
"Hanya Luhanlah yang bisa membuatku mulai tak waras" Ujar Jongin sambil membayangkan senyuman indah sosok malaikat pujaannya.
Sehun memutar bola matanya malas kemudian mengambil buku bacaannya. Lebih baik Sehun membaca buku kucel miliknya berulang kali dari pada menanggapi celotehan si hitam yang tak bermutu itu.
***BELIEVE***
CHAPTER
4
Tidak seperti kebiasaannya sehari-hari, hari ini Sehun sudah bangun sejak matahari belum menampakkan sinarnya. Itu juga karena suara bising yang di hasilkan oleh sepupunya yang super hitam dekil nya. Sampai saat ini Sehun baru sadar jika lelaki yang katanya memiliki gelar sebagai casanova di kampusnya itu mendengkur ketika tidur, huh mana ada air liur yang menetes dari sudut bibirnya lagi. Astaga itu sangat menjijikkan, kau tau.
Pagi ini sangat cerah, ditemani oleh sinar matahari pagi yang begitu indah. Dia memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu setelah menyibak gorden kamar tidurnya ralat kamar tidur yang akan ditumpanginya selama beberapa bulan ini, meskipun sang pemilik rumah-bibi Kim sudah menyerahkan kamar ini sepenuhnya untuk Sehun, tetapi tetap saja dia tidak bisa mengakuinya sebagai kamar nya sendiri.
Ngomong-ngomong hari ini adalah hari pertamanya untuk membantu mengajar di asrama, yah meskipun pada dasarnya Sehun bukanlah mahasiswa pendidikan melainkan mahasiswa bisnis yang seharusnya berada dikantoran bersama tumpukan berkas, namun setidaknya ia masih mengerti bagaimana cara untuk mengajar.
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.12 ketika Jongin masih terlelap dalam mimpinya dan Sehun yang kini sudah rapi dengan kemejanya. Tumben sekali anak itu belum bangun, padahal jam segini biasanya dia akan membuka lebar jendela kamarnya dan memasang teropong jadulnya untuk mengamati sang malaikat pujaannya ralat Luhan.
Dia menyunggingkan senyum kecil ketika mengingat nama itu. Jongin sangat tepat jika dia menempatkan Luhan sebagai malaikat pujaannya. Memang lelaki itu sangat lucu, sungguh. Terlihat sangat polos dan tulus.
Luhan. Namanya pun begitu indah. Yang tanpa sadar terucap lembut dibibir Sehun.
'Astaga, apa yang telah kupikirkan' Sehun merutuki dirinya yang sempat mengagumi Luhan. Dengan sedikit penasaran dibenaknya, dia berjalan mendekati jendela.
Itu bukanlah suatu hal yang Sehun harapkan untuk melihat sosok yang membuatnya penasaran itu tengah bersama lelaki yang kemarin diperkenalkan sebagai kekasih pada dirinya. Mood Sehun menurun tiba-tiba kala lelaki itu seenak jidatnya mencium kening Luhan. Tanpa sadar tangan Sehun sudah terkepal, jujur saja dia sangat tidak menyukai lelaki itu. Sejak pertama kali bertemu dia sudah bisa menebak bahwa muka-muka lelaki sepertinya itu adalah tipe lelaki yang tidak dapat dipercaya.
Sehun mendecih setelah menutup gorden kamar tiba-tiba. Sambil menggerutu tak jelas dia berjalan mendekati ranjang tempat Jongin melentangkan tubuhnya. Rasanya dia ingin menendang tubuh kekar Jongin dari kasur sekarang ini juga untuk meluapkan kekesalannya yang tidak jelas itu.
"Maafkan aku Luhan. Aku memang harus pergi ke Seoul selama beberapa hari untuk mengurusi bisnisku disana. Aku tidak bisa mengabaikannya karena Appa sudah mempercayakan perusahaan itu sepenuhnya padaku, kuharap kau bisa mengerti"
Luhan duduk dikursi roda sambil memperhatikan Yifan yang menjelaskan alasannya dengan wajah tenang. Sejujurnya Luhan tidak ingin Yifan pergi hari ini karena hari ini juga Chanyeol dan Baekhyun akan pergi ke Seoul untuk menyelesaikan proyek lagu Chanyeol yang entah kapan mereka akan pulang pun Luhan tidak tau. Luhan hanya tidak ingin dirumah sendirian. Pamannya akan pulang setiap larut malam karena bisnisnya yang berada dimana-mana bahkan juga dia sering tidak pulang kerumah jika ia sangat kelelahan.
"Apa kau tidak bisa menunda keberangkatanmu sampai besok, Kris?" Tanya Luhan sedikit berharap.
Yifan menggelengkan kepalanya pelan memasang wajah menyesalnya "Maafkan aku sayang, ini begitu mendadak dan aku tidak bisa menundanya" sesalnya sambil membelai surai halus Luhan.
Ya, memang bisnis itu lebih penting dari pada kekasih cacat macam dirinyakan?
Luhan menampilkan senyum tipisnya untuk menutupi kekecewaan yang ia rasakan "Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk tinggal. Semoga semuanya berjalan dengan lancar. Aku mencintaimu" ujarnya tulus.
"Gomawo sayang" Kris berkata setelah memberikan ciuman singkat dikeningnya "Aku akan pergi sekarang"
Luhan mengangguk singkat. Tersenyum kecut ketika menatap punggung Yifan yang menjauh dari pandangannya "Bahkan dia tidak membalas pernyataanku" lirihnya.
Sebenarnya apa yang sedang kau sembunyikan dariku Kris?
***BELIEVE***
"Chan, serius kau ingin mengajakku?" Tanya Baekhyun yang kini sedang duduk diatas ranjangnya resah.
Chanyeol menghentikan kegiatannya memasukkan barang-barang yang diperlukannya ke dalam koper kemudian menatap Baekhyun dengan satu alis yang terangkat. "Kenapa kau bertanya seperti itu? Tentu saja aku serius, kau pikir aku main-main apa. Aku sudah memesankan dua tiket kereta untuk kita" terangnya membuat Baekhyun menggigit bibir bawahnya tiba-tiba "Tapi aku khawatir dengan Luhan hyung"
Chanyeol menghela nafasnya sebelum menghampiri kekasih mungilnya "Luhan hyung akan baik-baik saja Baek."
"Tapi Chan-"
Chanyeol menggenggam tangannya "Aku janji kita tidak akan meninggalkannya terlalu lama. Bagaimanapun juga aku telah meminta ijin pada kepala asrama tempatmu mengajar dan paman Kim sudah memberimu ijin. Selain itu aku juga meminta paman Kim untuk menjaga Luhan hyung selama kita berada di Seoul, tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi, kay?" Baekhyun menganggguk pasrah menerima keputusan kekasihnya. Meskipun hatinya sedikit tidak rela untuk meninggalkan hyung kesayangannya. Baekhyun hanya tidak mau bertengkar dengan Chanyeol lagi, setelah semalam suntuk mereka menghabiskan waktu untuk perdebatan yang memperoleh kesepakatan setelah berakhir diatas ranjang.
Luhan yang rupanya sedari tadi tengah mendengarkan perbincangan mereka pun mendesah kecil. 'Lagi-lagi aku yang menjadi beban mereka' - sebelum mendorong kursi rodanya ke ruang tamu.
Asrama itu sebenarnya untuk menampung anak yatim piatu dan anak-anak kurang mampu yang tidak memiliki biaya untuk sekolah. Juga, guru-guru yang mengajar disana pun kebanyakan adalah sukarelawan yang berbaik hati untuk menyumbangkan ilmunya disana. Mereka belajar selama empat hari dalam satu minggu, tidak sama dengan sekolah regular pada umumnya memang, tetapi jangan salah meskipun mereka hanya belajar selama itu ketrampilan mereka tidaklah mudah untuk diabaikan. Mereka sangat rajin dan berbakat, hingga para guru-guru yang mengajar disana pun merasa bangga.
Untuk bagian Luhan, dia mengajar dikelas satu dan taman kanak-kanak. Sebagai guru pembimbing sekaligus guru kesenian. Melukis adalah salah satu kelebihannya selain memainkan piano. Maka jangan heran jika ia sangat dikagumi oleh anak-anak didiknya.
Tak ayal Sehunpun juga di buat terperangah olehnya. Pagi ini dia datang ke sekolah bersama pamannya, bahkan dia tidak mengharapkan untuk mendapat sambutan dari calon anak didiknya di kelas baru. Anak-anak itu berjejer di depan kelas dengan buku gambar mereka masing-masing dengan tulisan 'Welcome to our class, Sehun saem' yang di cat dengan Crayon warna-warni.
Tanpa sadar Sehun pun menarik sudut bibirnya. Hatinya menghangat kala melihat anak-anak polos yang sedang menatapnya dengan senyuman diwajah mereka. Sehun merundukkan tubuhnya agar sejajar dengan mereka yang hanya setinggi pinggangnya. "Gomawo" ujarnya sambil mengelus surai anak lelaki yang berdiri didepannya.
"Cehun caem, halus beltelimakacih pada Luhan caem. Dia yang menguculkan ide ini kemalin, hihi" celoteh bocah itu. Sehun terkekeh kecil saat bocah itu tertawa dan memperlihatkan gigi-gigi ompongnya.
Hingga sosok yang diperbincangkan tiba. Sehun menegakkan tubuhnya kembali sambil berdehem kecil memasang wajah sok kerennya "ehem. Thanks" ujarnya kemudian.
Luhan yang baru saja tiba mengernyitkan keningnya "err, untuk apa?" Tanyanya tak mengerti.
Sehun menunjuk anak-anak yang masih berbaris didepannya nya itu menggunakan sudut matanya. Luhan yang mulai mengerti pun membulatkan mulutnya membentuk huruf 'o' sebelum tersenyum kecil dan menyuruh anak-anak kembali duduk dibangkunya masing-masing.
"Baiklah, karena Sehun saem sudah datang sebaiknya kita mulai pelajaran kita hari ini. Bagaimana?"
"Cetujuuuuuuu"
"Kau sudah lama mengajar disini?" Sehun bertanya ketika mereka tiba di kantin para guru.
Setelah pelajaran berakhir beberapa menit yang lalu, Sehun dengan keras kepalanya berkata bahwa dia akan mentraktir Luhan di kantin sekolah sebagai wujud dari salam perkenalan dan rasa terimakasihnya. Sebenarnya Luhan sudah berkata bahwa Sehun tidaklah perlu untuk repot-repot melakukan itu padanya, tetapi anak itu memiliki kepala batu yang sangat susah sekali untuk dipecahkan maka itu mereka berakhir disini sekarang.
"Lumayan" Luhan menjawab sambil memakan kue keju kesukaannya.
"Kenapa kau mau mengajar ditempat yang seperti ini?" Sehun segera meralat pertanyaannya ketika Luhan memicingkan mata kearahnya "Ah, maksudku tempat ini sangat kecil dan kau juga tidak mendapat gaji-" Luhan kembali menatap Sehun dengan kernyitan di kening. Sehun mengibaskan tangannya cepat-cepat takut jika Luhan tersinggung ia segera meralat ucapannya "-tidak tidak. Maksudku adalah kenapa kau tidak mecari sekolah yang bisa menggajimu lebih tinggi, ku pikir kau sangat berbakat dan layak- ah, lupakan pertanyaaanku" Sehun menjatuhkan kedua tangannya di atas meja setelah mendapati raut wajah Luhan yang terlihat tak setuju.
"Pftthh-Hahaha..kau sangat lucu Sehun" kata Luhan yang meledak dalam tawanya.
"What?!" Sehun memelototkan matanya terkejut bahwa dirinya sedang ditertawakan oleh Luhan. Jujur, ini adalah pertama kalinya ada orang yang mengatainya lucu. Sumpah demi jenggot Sehun yang mulai tumbuh, Sehun adalah lelaki manly dengan image brengsek dan playboy cap kapas yang kapanpun bisa terhempas ketika tertiup angin, jika kau ingin tau. Dan kata lucu sangatlah anti untuknya, mungkin jika ada orang lain yang mengatainya lucu sekali lagi ia tidak akan segan-segan untuk menyumpal mulut mereka dengan lakban bekas milik tetangganya.
Namun karena itu adalah Luhan, Sehun tidak akan melakukannya. Ia tidak akan terganggu untuk menjadi lucu hanya demi melihat senyum Luhan yang indah. Saat mata rusanya yang bersinar itu melengkung seperti bulan sabit dan bibir ranumnya yang merah merekah seolah meminta untuk dicicipi itu membuat gairah Sehun menjadi tergugah. Ugh, ditambah lagi dengan lehernya yang putih mulus bak manekin itu memaksa Sehun untuk meninggalkan tanda kepimilikan disana. Entah mengapa dengan membayangkannya saja membuat birahi Sehun meningkat seratus delapan puluh lima derajat.
Ugh, God! Apa yang kau pikirkan Oh Sehun?! Kau memang brengsek!
"Ya, kau memang lucu Sehun. Wajahmu begitu menggemaskan"
Tidakkah itu terbalik?
Sehun mencebikkan bibirnya "Terserah" ujarnya acuh untuk menutupi pikiran gilanya.
Luhan terdiam dari tawanya "Kau marah?" Tanyanya sedikit tak enak hati "Maafkan aku Sehun" ujarnya kemudian.
Dia merundukkan wajahnya dan memilin ujung pakaiannya dengan gelisah "Kau tau sendirikan kalau aku memiliki kekurangan" Sehun mengernyit menatapnya "Tidak mungkin ada sekolah umum yang mau menerima guru cacat sepertiku sedangkan yang sempurna dan berpendidikan lebih tinggi pun banyak" Saat itu juga Sehun menyesali pertanyaannya yang telah membuat malaikat indah itu bersedih "Tetapi bukan karena itu aku mengajar disini" Dia tersenyum kecil sambil memberanikan diri untuk menatap Sehun "Anak-anak disinilah yang telah menyentuh hatiku untuk mengajar disini, kau tau? Aku merasa kalau nasibku dan mereka tidaklah jauh berbeda"
Sehun terbungkam ditempat. Jujur ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan sosok lelaki sebaik Luhan. Meski baru beberapa hari mereka berjumpa tetapi secepat itu pula Sehun bisa merasakan kebaikannya.
"Aku sudah menganggap mereka semua sebagai keluargaku, jadi aku tidak pernah mengharapkan imbalan apapun dari mereka, karena yang aku bantu adalah keluargaku sendiri." Dia mengakhiri perkataannya dengan senyum cerah terpatri dibibir.
"Kau..." Luhan menatap Sehun yang tengah menggantungkan kalimatnya dengan mata rusa yang membola lucu.
..sempurna Luhan - kata yang hendak Sehun ucapkan namun hanya berakhir di tenggorokan.
"Kenapa Sehun?" Luhan bertanya bingung ketika Sehun yang tiba-tiba diam.
"Ah, tidak. Kau sangat baik" ujarnya yang kemudian membuat Luhan tersenyum.
***BELIEVE***
"Luhan hyung! Astaga! Akhirnya aku menemukanmu! Kau tau, aku dan Chanyeol sudah mencarimu kemana-mana. Di kantin, koridor, ruang guru, kelas-kelas bahkan taman sekolah. Aku mencarimu disetiap sudut sekolah tetapi kau tidak ada. Chanyeol bahkan hampir menghubungi polisi karena takut kau-"
"Pantas cerewet. Dia memiliki tahi lalat diatas bibir sih,"
Baekhyun menghentikan celotehannya ketika seseorang mencelanya. Matanya mendelik tajam pada lelaki berkulit pucat yang tengah berdiri dibelakang kursi roda Luhan. "Yak! Kau pikir kau siapa bisa menghinaku seperti itu?!" Pekiknya tak terima.
Sehun memutar bola matanya malas "Tentu saja aku manusia. Kau pikir aku apa, makhluk asral begitu?!"
Luhan yang duduk dikursi rodanya terkekeh kecil melihat interaksi keduanya. Sepertinya akan ada satu lagi orang yang masuk kedalam daftar rival Baekhyun.
Baekhyun memasang wajah datarnya "Aku menyesal telah memujimu tampan kemarin"
"Lagi pula siapa juga yang mengharapkan pujianmu" Sehun menimpali acuh.
"Sudah-sudah, kalian ini." Lerai Luhan "Maafkan aku Baek, tadi aku dari kantin bersama Sehun setelah itu kami pergi ke halaman belakang untuk melihat anak-anak bermain. Maaf membuatmu mencariku kemana-mana. Em, ngomong-ngomong ada apa kau mencariku? Ah, bukannya hari ini kalian harus berangkat kan?"
Baekhyun mencebikkan bibirnya, hendak mengejek Sehun tetapi ia urungkan "Ya, kami akan berangkat. Makanya aku mencarimu hyuuuung" ujarnya, raut wajahnya seketika berubah penuh kekhawatiran ketika menatap Luhan "Kau sungguh baik-baik sajakan nanti hyung?" Tanyanya.
Luhan mengangguk sambil tersenyum kecil memegang tangan Baekhyun "Hyung janji akan menjaga diri hyung dengan baik. Kau jangan khawatir Baek, cepat selesaikan urusan kalian disana dan segeralah pulang" ujarnya yang membuat Baekhyun berkaca-kaca.
"Aku pasti akan sangat merindukanmu hyuuuung" gumam Baekhyun sambil merundukkan tubuhnya untuk memeluk Luhan.
Sehun menatap keduanya dengan wajah tenang, berbeda sekali dengan pikirannya yang entah tengah melayang kemana. Yang jelas, ada satu pertanyaan yang mengganjal di benaknya.
'Kemana kira-kira teman serumah Luhan itu akan pergi?'
"Apa?! Kau akan menyuruh Sehun menemani malaikat manis nan indah mempesona milikku? Kau bercanda kan Appa?!" Pekik Jongin yang tak terima karena Appanya memutuskan untuk menyuruh Sehun agar menemani Luhan selama Tuan Park dan anaknya pergi. Sial, seharusnya tanggungjawab seperti itu harus diberikan pada Jongin! Kenapa harus Sehun, sih?!
"Tapi kenapa harus Sehun Appa?! Aku juga bisa menemaninya! Bahkan aku rela untuk mengorbankan jantung dan seluruh bagian tubuhku untuk dirinya jika perlu" Ujar Jongin mendramatisir.
Tuan Kim memutar bola matanya malas sambil menyesap teh nya yang masih panas. Dia menyilangkan kakinya dan membaca lembaran koran menghiraukan Jongin yang memasang wajah frustasi didepannya.
"Setauku Luhan tidak memiliki riwayat penyakit apapun selain kakinya yang lumpuh, jadi kau tidak perlu repot-repot untuk mendonorkan organmu padanya" dia menambahkan " Dan lagi, jika kau memang benar-benar ingin mengorbankan seluruh tubuhmu untuknya, mengapa tidak kau potong saja kakimu dengan begitu kau bisa menemaninya seharian tanpa harus pergi keluar untuk menghabiskan uang kan?" sindirnya.
"APPA KAU SANGAAAT KEJAM!" Teriak Jongin sambil menghentakkan kakinya meninggalkan ruang tamu, persis seperti balita yang belum digantikan popok oleh ibunya.
"Maafkan aku Yifan, sungguh aku tidak bermaksud untuk membuatmu kecewa" Ujar sang wanita yang kini tengah memohon pada sosok lelaki tampan dengan wajah datarnya di seberang meja.
Yifan melipat tangannya didepan dada sambil menatap perempuan yang terisak di depannya tanpa minat "Ini sudah kesekian kalinya kau mengulangi kesalahmu. Aku harap ini adalah yang terakhir." Perempuan itu menundukkan wajahnya yang berurai air mata karena takut.
"I-iya Yifan aku mengerti" Lirihnya.
Yifan menggeser kursinya dan siap melenggang dari hotel itu sebelum berbalik dan mengatakan-"Ingat, ini yang terakhir. Aku tidak segan-segan untuk melenyapkanmu jika hal seperti ini terjadi lagi"-sebuah ancaman.
Perempuan itu mengkerut ditempatnya sambil menyaksikan punggung lelaki yang sudah dianggapnya sebagai saudaranya selama ini dengan raut wajah sedih.
'Kau telah berubah Yifan'
-TUBIKONTINYU-
Finnaly, epep taunan apdet xD
Oke! Aku rasa ini cukup membingungkan untuk dicerna/? haha. Maaf kalau terlalu lama updatenya... itu karena Sehun kw lagi servis diluar area. Sedangkan file2ku semua ada disana. Sorry banget kalau feelnya kurang dapet,atau bahkan sama sekali engga dapet wkwk soalnya ini ngetiknya gak pake perasaan dan ngeburu waktu ... maklum gaes selama ini laptopnya kan minjem milik kantor hkhkhkh
Maaf kalau banyak typo yang berseliweran ya^^
Monggo, buat yang masih ingat boleh repiu~
btw, thanks buat readers, follower, favoriters dan reviewers yang selama ini selalu nungguin epep absurd gue, buat kalian-kalian yang suka nagih juga makasih udah mengingatkan kalau gue masih banyak tanggungan wkwkwkw... LOP YU GAES~
