General warnings: AU. Violence. Canon Diverged. Ooc. Etc.

Disclaimer: Not own anything

XXXXXXX

Perang Ninja yang dikobarkan oleh sesosok Madara bertopeng telah berakhir. Mereka yang memperoleh kemenangan serta mereka yang mengalami kekalahan, itulah akhir dari peristiwa itu. Perang yang membawa berbagai penderitaan akan akibat yang telah ditimbulkannya. Seperti yang telah diramalkan oleh sang Katak Agung Gamamaru. Akan datang suatu masa, dimana salah satu muridnya akan menghentikan kekacauan didunia ini.

Waktu berlalu, tiap detik, jam, hingga berganti hari. Dan tak akan pernah bisa terulang maupun menrubahnya...karena itulah, maka setiap hembusan nafas adalah saat yang berharga.

Hari itupun tiba, membutuhkan waktu yang tidaklah sedikit untuk mewujudkannya. Karena ia adalah 'Kegagalan' pemuda itu tidak mempunyai apapun sebagai bakatnya. Kehidupan pahit yang dialaminya. Mereka yang menghina... Mereka yang mencerca. Serkiranya mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kala itu, tentulah mereka akan membungkuk serta bersujud memohon ampun atas kesalahannya kepada pemuda itu. Namun karena itulah, mungkin jika tidak ada peristiwa malam itu, dirinya tidak akan menjadi seperti sekarang ini.

Haruskan dirinya bersyukur menjadi wadah makhluk itu?

Entahlah...

Dia tidak tahu, atau memang dirinya tidak mau tahu.

Karena setelah kejadian itu. Ia menjadi seperti sekarang. Dia yang mengakhiri. Satu dari sekian banyaknya shinobi.. . Tekat baja yang selalu dirinya kumandangkan. Secercah harapan untuk mengapai impiannya, yang bahkan dirinya tidak tahu, apakah takdir benar-benar mempermainkannya? Menyerah...tidak ada istilah itu dalam kamus ninjanya, kata terjelek yang selalu dirinya jauhi, harga dirinya terlalu rendah jika mengikuti setiap keburukannya, mimpi buruk akan masa lalu yang membayangi setiap kehidupan pahit yang dialaminya.

Berusaha untuk melangkah kedepan, menyongsong harapan dan menggapai impian.

Ketakutan, dirinya takut...takut jika harus melihat kisah pilu kehidupannya...masa lalu...

Demi sebuah pengakuan. Rasa diinginkan oleh orang lain. Perasaan dimana ia merasa hidup sebagaimana mestinya. Rasa saling memahami dengan orang lain. Ikatan persaudaraan...

Hanya karna itu.

Mungkin terdengar konyol, namun tidak bagi dirinya. Baginya mereka adalah sosok berlian bagi hidupnya. Sosok permata yang berusaha membawanya dari kegelapan terdalam. Dan cahaya itu meneranginya. Meski hanya satu, namun itulah awal baginya.

Dirinya tahu untuk apa ia hidup. Ia takut mengingat masa lalu...dan sekarang. Dirinya memperoleh 'Jalan Ninjanya.'

Untuk apa ia berjuang. Apa yang dirinya perjuangkan...

Teman...satu untaian kata yang asing untuknya. Meskipun merangkak, dirinya mencoba melawan takdir yang mempermainkannya. Semua hanya untuk satu kata dari berjuta kalimat. Dan hanyalah...

...sebuah 'pengakuan' sebuah rasa dimana ia merasa dihargai dan diinginkan dari suatu kaum. Sejak saat itu, ia merasa bahagia diterima diantara sesamanya. Dia tersenyum... Dan selalu tersenyum.

Kemudian dirinya bertemu pria itu. Sosok pria mesum yang mengajarkan tentang arti nilai sebuah kehidupan. Menuju tingkat akhir...

'sebuah kedamaian', ya...kedamaian, meski tidak benar-benar memahami apa maksud ucapan sang guru. Namun dirinya benar-benar mendengarkanya... melihatnya. Guru yang paling ia hormati atas kehidupan ninjanya. Sekarang dirinya tahu. Bagaimana menjadi ninja sejati. Bukan mereka yang mampu menguasai seribu jutsu, bukan mereka yang mempunyai seribu bakat, namun... mereka yang tidak pantang menyerah dan bertekat baja... Ero Sannin.

Mengingat semua petuah guru mesumnya, yang telah dirinya anggap sesosok 'ayah' baginya.

Sebelum benar-benar menutup, sesosok ninja itu mengingatnya, harapan dan impian dari sang guru, akhirnya terwujud. Dia berharap... sungguh. Bisa menikmati rasa bahagia ini... walau hanya...

...sesaat.

Shinigami...oh.. Kegelapan. Kedua permata saffir itu kemudian mulai menutup, sekarang dirinya hanya bisa berharap... bertemu dengan kedua orang tuanya yang telah pergi meninggalkanya, begitu pula... Guru mesumnya. 'Tou-chan, Kaa-chan, Ero-sannin. Kedamaian itu...yang engkau impikan, aku telah meraihnya. Meskipun tidak sesuai harapan. Namun, diri ini bangga, terlahir sebagai putra kalian... Ero-sannin, aku menyusulmu.

XXXXXXX

''Uugh." terlihat seorang pemuda mulai membangunkan diri dari tempat tidurnya, ia kemudian mengedarkan kelopak matanya kekiri maupun kanan. Terlihatlah dengan sedikit buram, ruangan kecil dengan sebuah futon yang menjadi tempat berbaringnya, disebuah kamar, itulah kesan pertama yang dirinya lihat. Pemuda itu kemudian melihat seorang pria, seorang pria berbadan kekar dengan mengenakan pakaian hitam pendek tengah tertidur di kursi dekatnya.

Mencoba untuk duduk.

terjatuh.

Berulang dan terus berulang. Hingga akhirnya ia mampu menggerakkan anggota tubuhnya meskipun perlu usaha keras untuk melakukannya, rasa sakit yang mendera seluruh bagaian tubuhnya masih terasa hingga kini. Ninja itu kemudian melihat tubuhnya... atau lebih tepatnya tangan kanannya. Ya, ia tidak mempunyai tangan kanannya. Serangan terakhirnya, ia kemudian berucap lirih, "Sasuke."

"Kau sudah bangun, bagaimana kondisimu?" pria didekatnya yang baru terbangun dari tidurnya menatap pemuda itu. Raut wajah khawatir terlihat jelas dari sosok paruh baya tersebut. Sosok pirang itu kemudian menatap pria itu, yang bahkan tidak dirinya ketahui siapa orang tersebut.

Bukankah harusnya ia bertemu Shinigami?...namun.

Asing, itulah definisi orang tersebut, melihat orang tersebut tanpa hitai ate maupun pakaian standar ninja membuat pemuda itu bingung. Kenangan memory kecil kembali menghampirinya, terakhir kali yang dirinya ingat adalah pertarungan terakhirnya melawan Uchiha terakhir 'Sasuke' kemudian dirinya berhasil menghentikan genjutsu Mugen Tsukiyomi. Setelah kejadian itu...

Kegelapan menghampirinya...bukankah seharusnya dirinya mati, kemudian bertemu...

Kemudian, ia membawa tangan kirinya, rasa sakit tak terperi kembali menghampirinya. Mengigit bibir bawahnya, berusaha menahan sakit disekujur tubuhnya.

"Masih sakit." suara itu kembali membawanya tersadar akan kejadian lalu, menatap dimata pada violet hitam itu, sang ninja kemudian berucap dengan nada datar. "Tidak."

Jawaban singkat yang tidak menyenangkan untuk ia dengar, meskipun pria itu tahu pemuda didepannya berbohong, ia hanya menganggukan kepalanya. Rasa penasaran masih menghinggapi dirinya.

Pemuda misterius didepannya. Baju dalaman berwarna hitam serta terdapat berbagai sobekan sana maupun sini, bekas darah yang telah mengering dihampir setiap anggota tubuhnya, serta yang paling membuat dirinya tercengang adalah, tangannya.

Ya, tangan kanan dari pemuda didepannya yang terlihat buntung sampai sikunya.

Sungguh... apa gerangan kejadian yang telah pemuda itu alami, hingga disekujur tubuhnya terdapat bekas luka tersebut, yang bahkan jika ia perkirakan, pemuda didepannya tidak lebih tua dari putri semata wayangnya.

Jujur, dirinya kasihan dengan pemuda itu, seperti. Sesuatu hal yang besar telah terjadi, apa itu?

Dirinya tidak tahu. Apakah sebuah perang? Namun, itu tidaklah mungkin. Siapa dia? bahkan ia tidak merasakan aura apapun dari diri pemuda didepannya kecuali... aura dari mahluk itu,

Manusia. Ya, hanya aura manusia yang dirinya lihat dari pemuda rambut pirang emas itu, yang bahkan tidak dirinya ketahui siapa namanya.

Pria itu kemudian berdehem sejenak kemudian memulai pembicaraan. "Ini pertama kali kita bertemu, ketika aku kembali ke rumah ini, tanpa sengaja aku melihat sesosok pemuda tengah pingsan, kemudian aku membawanya ke tempat ini. Kamu tidak perlu khawatir, aku bukanlah orang jahat, jika memang aku seperti itu. Tentulah aku akan langsung membunuhmu, yang hanya seorang manusia." pria itu menjelaskan dengan panjang lebar kepada sosok pemuda didepannya.

Kemudian Menunggu...menunggu reaksi apa yang akan dikeluarkan oleh sosok pemuda didepannya itu.

Namun dirinya dibuat kecewa, hanya wajah datar yang terlihat dari pemuda itu. Mencoba melakukan yang lebih baik, ia melanjutkan."aku belum tahu siapa namamu, kau bisa memanggilku Barakiel. Siapa namamu anak muda?" pemuda yang tengah duduk diranjang dengan tangan memegang lututnya itu kemudian menatap pria yang mengaku bernama Barakiel itu.

Ekspresinya jujur... tidak ada ekspresi wajah kebohongan yang terlontar dari ucapan pria itu. Tapi meskipun begitu ninja itu tetap diam, tidak merespon perkataan itu.

Diam, atau memang terasa kelu dimulutnya, hingga ia tidak mampu mengucapkan rasa 'terima kasih. Barakiel kemudian berdiri, sudah tiga hari dirinya menjaga pemuda didepannya itu, rasa penasaran masih menghinggapi dirinya akan pemuda itu.

Tapi. Kembali... dirinya harus segera kembali ke underworld atau lebih tepatnya Grigori, tempat para malaikat jatuh termasuk dirinya berada. Meskipun ada sedikit rasa tidak tega meninggalkan pemuda itu, namun apa dikata, jenderalnya yang bernama Azazel memanggil dirinya. "Aku ada keperluan sekarang, mungkin aku akan kembali esok hari." pria itu kemudian meraih handle pintu dan membukannya. Namun sesuatu hal membuatnya berhenti.

"Uzumaki Naruto."

Barakiel tersenyum tipis kemudian ia menoleh kepada pemuda itu dan berujar. "Beristirahatlah, Naruto kun."

Ninja itu kemudian mengangguk. Sudah cukup, itulah pikirnya. Pria itu kemudian meninggalkan kamar, tidak lupa untuk menutup pintunya.

XXXXXXX

An; setelah ini, saja janji akan update chapter minimal 2700 word...maaf klau masih banyak typo maupun bahasanya gado-gado...

Oh ya.! fic ini adalah pengganti new live of the ninja, sebenarnya mau rewrite aja, tapi nggak bisa, karena pake ponsel...

Dan soal keterlambatan update fic dragon slayer. hem saya akan memetik kata favorit dari Banri-san. Misteri...misteri...

Terima kasih telah datang, jika ada typo dan kesalahan kata, saya benar-benar minta maaf.

Tinggalkan jejak kalau sungkan. Review?

Here||

VVVV

V

VV

V