The terror
By
Chocolate Bubbletea
Boboiboy © Animonsta
Warning: OOC, Typo, AU, Grown up Boboiboy, Gore -dan mungkin bakal lebih gore lagi, and more
oOo
Don't Like Don't Read
oOo
Malam yang gelap. Lorong yang begitu sepi. Tak ada suara apapun selain angin yang berhembus melewati setiap sudut ruangan. Kali ini gilirannya untuk berkeliling gedung besar nan megah ini. memeriksa apakah ada orang lain yang menerobos masuk atau tidak.
KRIEET
Suara pintu yang terbuka tiba-tiba membuatnya menengok ke arah sumber suara tersebut. Pintu salah satu ruangan terbuka. Segera ia ketatkan pengawasannya dan berjalan mendekat.
Ruangan itu bertuliskan 'ruang musik'. Seingatnya tidak ada yang berharga di dalam sana selain alat-alat musik berat yang ditinggal tanpa pengunci. Ia menelan ludahnya keras. Walaupun ia adalah seorang ahli karate dan kendo, tetap saja ada rasa takut saat menghadapi keadaan seperti ini.
Bagaimana jika ada penyusup? Bagaimana jika penyusup itu bersenjata?
Dengan ragu ia mengarahkan senternya ke dalam ruangan tersebut. Memeriksa tanda-tanda kehidupan seseorang tapi hasilnya nihil. Tak ada siapapun di dalam sana.
Mungkin hanya angin. Pikirnya.
Ia pun menutup kembali ruangan tersebut dan berniat untuk melanjutkan tugasnya. Namun tiba tiba suara itu kembali terdengar. Kali ini bukan hanya bunyi kerat pintu tapi diiringi oleh bunyi gesekan. Seperti gesekan pisau pada kaca. Tepat dari arah belakangnya.
Kikikan tawa seorang perempuan mengikuti suara deritan benda tajam tersebut.
Ia takut. Ia ngeri. Ia ingin berlari menjauh tapi tugasnya membuat dirinya berbalik.
Terkejut. Itulah yang ia rasakan. Tak ada siapapun di belakang sana. Ia menghela nafasnya lega, berniat melanjutkan patrolinya sampai ia melihat sesuatu yang janggal di kaca ruang musik. Sebuah goresan yang sebelumnya tidak ada disana.
Merah.
Bukan merah cat, tapi merah dengan bau amis menyelimuti tubuhnya. Ada seseorang yang menjatuhkan cairan itu tepat di atas kepalanya.
Kikikan itu kembali terdengar. Kali ini ia berbicara. "Aku menemukanmu."
Dan semuanya menjadi gelap.
oOo
Berita menyebar dengan luas saat ada salah seorang murid menemukan tubuh manusia tergeletak dingin dilantai ruang musik. Tubuhnya dipenuhi oleh cairan merah anyir yang diyakini sebagai darah. Sebelah matanya entah menghilang kemana. Dan sebelah matanya lagi seolah telah dicongkel dengan paksa oleh seseorang namun tidak hingga putus dari tempatnya. Mulutnya terbuka lebar dengan buih yang keluar dari dalamnya. Tanganya di ikat ke belakang dan bajunya compang-camping.
Ia adalah satpam sekolah.
Ia baru bekerja di sini tiga bulan yang lalu. Rumor mengatakan kalau dia dulu pernah menjadi berandalan tapi kemudian kepala sekolah dengan baik hati mau menerimanya saat ia melamar ke sekolah ini.
"Mungkin ini ulah si Grim Reaperitu lagi."
Itulah yang diucapakan seorang kakak kelas pada Boboiboy dan kawan-kawannya ketika mereka membicarakan kejadian pagi itu di kantin. Boboiboy dan Gopal saling memandang satu sama lain. Mereka tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.
"Rumor mengatakan kalau dia tidak suka ada orang baru disini. Karena itulah tidak ada satu pun anak kelas satu yang diizinkan untuk tinggal di sekolah hingga larut."
Kalimat itu terngiang-ngiang di kepala Boboiboy. Ini terdengar tidak masuk akal baginya tapi tentu saja Gopal dengan mudah mempercayai hal tersebut. Ia bahkan meminta untuk segera pulang ketika bel berbunyi.
"Menurutmu cerita itu sungguhan?" tanya Fang yang kebetulan mendengarkan kisah dari seniornya itu.
Boboiboy menggelengkan kepalanya. Kisah dari senior itu terdengar sangat tidak masuk akal. Sama seperti kisah-kisah hantu yang diceritakan oleh Gopal. Tapi... kejadian tadi pagi tidak bisa dikatakan sebagai sebuah kecelakaan belaka. Jelas sekali ada seseorang yang membunuh pria malang itu.
"Kalau kau berniat untuk menyelediki kasus ini, aku tidak mengizinkanmu!" suara Yaya mengeluarkan Boboiboy dari pikirannya. Rautnya khawatir. Jelas sekali ia takut terjadi sesuatu terjadi padanya.
Boboiboy memang harus mengakui kalau ia juga ketakutan. Lagipula siapa yang tidak takut saat ada pembunuh sadis berkeliaran di sekitarmu? Tapi kasus ini terlanjur membuatnya penasaran. Jika kasus ini dibiarkan bisa-bisa hal serupa bisa terjadi.
oOo
Boboiboy mencoba menghubungi pihak polisi untuk membantunya menyelidiki kasus ini namun yang ia dapatkan justru penolakan. Mereka menyuruhnya untuk menyingkir dari kasus ini, dan membiarkan pihak berwajib yang mengatasinya. Awalnya Boboiboy menyanggupinya tapi ia memang tidak bisa tinggal diam. Dua minggu berlalu, tapi tak ada kemajuan dalam penyelidikan polisi.
Hingga kejadian kedua terjadi.
Pagi itu Yaya dan Ying datang lebih awal ke sekolah untuk melaksanakan tugas piket mereka. Semua yang ada di sekeliling mereka terlihat biasa saja hingga mereka melihat bercak merah di sekeliling tembok. Bercak itu bagai sebuah jalur yang menuntun mereka ke suatu tempat.
Ruang musik.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Teriakan mereka membuat salah seorang guru yang kebetulan datang awal segera berlari. Ying tergelatak pingsan di lantai sedangkan Yaya terduduk disampinya. Mulutnya ia tutup dengan kedua tangannya dan ia menangis dengan mata yang terfokus pada apa yang ada di depannya.
Seorang gadis.
Pakaiannya habis dilucuti, menyisakan dalaman yang memerah seperti dicat oleh darah. Kedua tangannya di paku di tembok dan di sekujur tubuhnya terdapat banyak goresan seperti ukiran. Ukiran itu terlihat rapi dan indah jika tidak di ukir dengan benda tajam.
Sang guru segera memanggil pihak polisi dan membawa Ying dan Yaya ke ruang kesehatan. Semenjak hari itu mereka berdua akan selalu menjerit ketakutan begitu mendekati ruang musik.
Rumor kembali beredar. Gadis itu adalah murid kelas satu yang terkenal paling nekat dari yang lainnya. Begitu mendengar rumor soal Grim Reaper ia dengan percaya dirinya berkata akan menemukan si Grim Reaper itu dan menangkapnya. Namun yang terjadi justru sebaliknya.
Boboiboy tidak dapat tinggal diam. Begitupun dengan pemuda dengan kacamata bergagang nila itu.
oOo
Kejadian ketiga membuat hampir seluruh orang tua siswa mengajukan surat pengunduran diri.
Kali ini seorang guru.
Ia adalah seorang kimia yang baru di terima setengah tahun yang lalu. Hari itu seperti kebanyakan guru lainnya, ia disibukkan dengan tugas menilai hasil karya siswanya. Ia lupa waktu hingga ia tetap tinggal di sekolah hingga malam.
Tak banyak yang tahu apa yang membuat sang Grim Reaper ini melakukan hal keji pada sang guru karena seingat mereka, sang Grim Reaper tidak pernah menyerang seorang guru. Ini adalah kasus pertama.
Guru pria itu diperlakukan lebih kejam dari korban lainnya. Banyak bekas sulutan rokok di sekujur tubuhnya. Kedua matanya di tengelamkan di sebuah tabung reaksi yang diisi alkohol. Kuku-kuku jarinya tersimpan rapi di setiap microskop, pipinya dicoreti dengan bekas sayatan. Rambutnya bertebaran di mana-mana seolah dijambaki hingga rontok. Walaupun celananya masih terpakai rapi tapi bagian atasnya sudah compan-camping. Pada bagian dada terdapat goresan yang membentuk sebuah tulisan.
Aku menemukanmu.
oOo
"Menurutmu apa mungkin jika yang membunuh semua orang itu adalah Grim Reaper dalam rumor?" Pertanyaan Fang membuat Boboiboy kembali berpikir.
Dalam rumor yang beredar, Grim Reaper itu tidak menyukai seorang murid baru. Ia juga tidak menyukai pegaiwai baru, tapi ia selalu menyangi guru guru yang ada. Entah itu guru baru atau sudah lama. Selain itu ia tidak pernah bergerak dari tempatnya. Hanya ruang musik lah yang menjadi tempat ia beraksi.
Tapi kali ini ia seolah bergerak menuju ke suatu tempat. Ruang musik berada dua blok dari laboratorium, tempat dimana guru baru itu selalu menghabiskan waktu senggangnya. Jika memang ia akan bergerak kembali kemungkinan besar yang akan menjadi sasarannya adalah...
Ruang kelasnya.
"Aku harus menyelidiki kasus ini."
"Aku ikut denganmu."
Boboiboy menatap Fang sekilas. Dari balik kaca biru bening itu ia melihat sebuah tekad dan rasa penasaran yang sama dengannya. "Baiklah. Tapi aku tidak bisa menjamin keselamatanmu."
"Heh! Jangan berlagak. Aku ini tidak lemah."
Malam itu kedua pemuda yang baru menginjak sekolah menengah atas itu dengan nekatnya masuk ke sekolah melalui pagar belakang. Tempat yang akan langsung menuntun mereka pada ruang musik tersebut.
Bunyi langkah kedua pemuda itu bergema di seluruh koridor. Hanya dengan berbekal senter, tongkat baseball, pisau lipat dan armor mainan yang mereka pinjam dari seorang cosplayer kelas sebelah, mereka menelusuri koridor dengan kewaspadaan penuh.
Dari penyelidikan yang mereka lakukan, sang Grim Reaper akan muncul saat ada suara derit pintu atau goresan benda tajam di kaca. Mereka berdua memperhatikan setiap kaca dan pintu yang mereka lewati. Berharap dapat melihat sosok Grim Reaper yang dirumorkan sebagai mahluk halus.
"Aaaah~~~ akhirnya kau datang juga."
Suara halus namun terdengar dingin itu mengagetkan Boboiboy dan Fang. Suara itu seperti berasal dari manapun. Seperti orang itu menggunakan sistem sound sekolah.
"Siapa disana?" tanya kedua pemuda itu panik. Pisau lipat dan tongkat baseball mereka pegang erat-erat.
"Aku menemukanmu." Suara tawa menggema di seluruh koridor. Membuat bulu kuduk kedua pemuda itu berdiri.
Suara keran air pun ikut menggema, tak lama mereka merasakan basah di sepatu. Air mengalir dari arah toilet. Bening tapi perlahan mereka berubah menjadi kemerahan dan kembali berubah menjadi hitam pekat.
Derit pintu terdengar dari arah belakang diiringi dengan goresan benda tajam seperti apa yang dikatakan rumor. Boboiboy dan Fang saling bertukar pandang dan mengangguk mengerti. Boboiboy akan berbalik sementara Fang akan tetap diam, berjaga-jaga jika sang Grim Reaper tak seorang diri.
"K-kau..." ketika berbalik Boboiboy membulatkan matanya.
Fang ikut berbalik dan ia tak kalah terkejut dari Boboiboy. "Ti-tidak mungkin..."
oOo
TBC?
oOo
Me and my sadistic side. Cerita ini saya buat karena rasa kesal saya sama orang yang dengan seenaknya meniru karya saya. Awalnya saya niat cuma pengen bikin fanfic crime aja tapi gak nyangka bakal jadi horror. Apalagi suasana pas ngetik ini mendukung lagi, adrenalin saya terpacu.
Saya stop sampai disini karena saya sendiri bingung kira-kira siapa yang bakal jadi Grim Reapernya. Saya sendiri gagal paham kenapa ini jadi multi-chap padahal awalnya saya cuma pengen bikin one-shot. Mungkin gara-gara ide tiba-tiba mentok. Tapi sepertinya cerita ini masih akan berlanjut. Entah bakal sampe berapa chapter
Ok! Sekian dari saya. Terima kasih karena telah mau membaca cerita dari sisi sadis saya ini.
For last
If you don't mind
Review please?