Terkutuklah TUC dan UTS yang datangnya keroyokan
Tapi mereka berdua sudah lewat, jadi aku punya waktu untuk melajutkan fanfic ini
Ini benar-benar chapter terakhir lho. . .
Selamat membaca!
"HMPH! NAGA BAYANG!"
*Good Bye Ochobot*
#Fang POV#
Hah, baru saja aku mendapatkan kuasaku kembali, malah langsung disuruh membuat Naga Bayang. Dasar si Boboiboy Gempa, kau pikir mudah apa? Yah, mungkin bagi ia mudah, mengingat dia bisa membuat Golem Naga Tanah hanya dengan memukulkan kepalan tangannya ke tanah dan voila! Naga Tanah pun keluar. Hah, sudahlah. Aku harus memusatkan diri. Kasihan teman-temanku yang sedang bertempur untuk memberikanku waktu memusatkan energi. Lagipula jam kuasaku mulai berdenyut, mungkin tak sabar ingin mengeluarkan kuasa penuhnya.
Perisai ungu pun mulai menyelubungiku. Aku mulai melepaskan energi yang tersimpan di jam kuasa. WUSH! Bayang-bayang menyelubungi tubuhku dan memenuhi perisai unguku. Astaga, dengan bayangan sebanyak ini aku bisa membuat Naga Bayang sekuat milik Ejo Jo dulu, tidak, bahkan lebih kuat! Kenapa bisa begini ya? Rasanya kekuatan jam kuasaku meningkat dibanding dahulu. Sudahlah, itu tak penting. Aku harus menggunakan energi yang ada sebaik-baiknya. Siapa tahu ini memang keberuntunganku, tidak boleh ku sia-siakan.
SYUUT! Bayang-bayang itu mulai masuk ke dalam tubuhku, siap kutempa menjadi Naga yang keren. Semakin banyak yang masuk dan semakin menipis bayang-bayang yang tadinya memenuhi perisai unguku. DEG! Duh, jangan sekarang mulainya! Aku bahkan belum menyedot setengahnya oi! Namun tampaknya tubuhku tak menerima komplainku, rasa sakit ini mulai meluas. Seakan-akan sesuatu mendesak keluar melalui tiap pori-pori tubuhku. Oke, kalau tubuhku tak mau menerima keberatanku, maka aku akan mengabaikan komplainnya. Aku tahu ini nekat, tapi ini demi Ochobot.
Bayangan yang mengelilingiku hampir semuanya sudah kuhisap. Begitu pula rasa menusuk-nusuk yang menyebar di setiap inci tubuhku. Ayolah, sedikit lagi! Kupaksakan menghisap sedikit bayangan lagi. ARGH! Tubuhku serasa akan meledak! Semua bayangan di tubuhku mendesak ingin keluar. Sedikit lagi... sedikit lagi... Akhirnya!
"HMPH! NAGA BAYANG!"
Senang kau bisa keluar? Nah sekarang lakukanlah tugasmu, Naga Bayangku.
#Author POV#
Semua yang ada di bawah menatap takjub ke arah naga super besar yang bertengger di langit.
"Besarnya..." kata Yaya dengan takjub.
"Yalo, ini lagi besar dari yang pernah dia keluarkan wo.."
"Tapi lama betul keluarnya. Nyaris aku jadi dendeng." Ujar Gopal setengah mengeluh setengah bergurau.
Ejo Jo yang mendengar celetukan iseng Gopal menyadari sesuatu. Dengan marah ia berpaling ke arah anak-anak dan berseru gusar.
"KURANG AJAR! JANGAN-JANGAN SELAMA INI KALIAN MELUANGKAN WAKTU UNUTK DIA MENGHIMPUN ENERGI?!"
"Heh, secara kebetulan otakmu bekerja cepat hah?" ujar Boboiboy dengan mengejek. *sebagai catatan, Gempa, Halilintar, dan Taufan sudah bersatu.*
"Kau mau mati cepat anak sialan? Baiklah, akan aku suruh robot-robot ini memenyekkan tubuhmu!" ujar Ejo Jo dengan penuh kemarahan. Sesuai perintahnya, para robot tempur bergerak menuju 4 anak yang masih terbaring lemah di tanah, siap menginjak mereka sampai hancur. Tiba-tiba Naga Bayang meraung.
"GRAAHH!"
"Sudahlah Ejo Jo, lebih baik kita urus dulu naga itu. Nah, bagaimana kita harus menghadapinya?" tanya Jenderal.
"Begini Jenderal, menurut pe-" Ejo Jo berusaha menjelaskan, namun salah satu prajurit Jenderal berteriak.
"Jenderal! Naga itu mulai menghisap semua robot tempur kita!"
Memang benar. Bagaikan vacuum cleaner naga bayang mulai mengangkat 5 robot tempur itu ke arah mulutnya.
"Tembak naga itu!"
Robot-robot tempur itu menembakkan laser dan peluru, namun tidak terjadi apapun.
"Heh, percuma saja.." ujar Fang mengejek.
"Sial! Satukan perisai kalian!" Jenderal memberi instruksi dengan panik. Robot-robot itu mematuhinya dan menyatukan aura perisai mereka, sehingga perisai tersebut menjadi 5 kali lebih kuat. Sedangkan naga bayang mulai mengatupkan mulutnya, siap untuk mengunyah.
DRAK! Suara gigi-gigi naga bayang bergemeletak beradu dengan aura perisai. Dari atas menara tampak Fang dengan susah payah mengetupkan kedua belah tangannya.
"hgnh! Kerasnya!"
Suara berderak itu tetap berlanjut. Fang terus berusaha. Tiba-tiba timbul retakan besar di bagian atas perisai itu.
"Pulihkan perisai!"
Namun terlambat. Fang yang mengetahui usahanya mulai berhasil kemudian meningkatkan kekuatannya. Sekejap kemudian aura perisai itu pecah.
"Game over."
Para robot mencoba kabur, namun dengan cepat naga bayang mengatupkan mulutnya. Kemudian ledakanpun terjadi, tanda habis sudah riwayat robot-robot tempur itu.
"Jenderal! Para robot kita dah kalah!" teriak salah satu prajurit dengan panik.
Ejo Jo hanya tersenyum. Jenderal yang melihat senyumnya pun bertanya.
"Kenapa kau senyum-senyum ni?"
"Kita akan menang Jenderal.."
"Apa maksud kau hah? Naga Bayang tu akan makan kita, dan kau kata kita akan menang?"
"Naga tu tak akan makan kita, karena naga tu akan segera menghilang."
"Hah?"
"Menurut pengalaman saya dahulu, setelah budak tu mengeluarkan Naga Bayang, ia akan kehabisan tenaga. Nah, sekarang bukan hanya si pengendali bayang tu, teman-temannya juga sudah kehabisan tenaga. Kita hanya perlu menembaki mereka dengan peluru di pesawat, Jenderal." Ejo Jo menjelaskan panjang lebar.
Jenderal tampak menimbang-nimbang. "Hm, betul juga. Komputer, scanning tubuh mereka."
Sebuah komputer tampak mengeluarkan hologram dari matanya, hologram itu menyinari tubuh 4 anak yang masih terbering lelah di tanah. Sekejap kemudian, scanning dihentikan dan komputer memperlihatkan hasil scanning :
Energi : rendah. Status : kehabisan tenaga. Akan pingsan 30 menit kemudian.
"Heh, akan kubuat proses pingsan kalian lebih cepat." Ejo Jo berkata sombong seraya mengarahkan pistolnya. Boboiboy, Yaya, Ying, dan Gopal tak bisa melawan, karena lemahnya tubuh mereka. Mereka sudah pasrah menghadapi maut ketika..
"GRAUNG!"
Raungan itu menggema, berasal dari langit. Secara reflek semuanya mendongak, dan sekali lagi melongo takjub.
"Ini...tak mungkin.." ujar Ejo Jo dengan pucat.
"Dia.. menyelamatkan... kita lagi.." ujar Boboiboy terbata-bata.
Sedangkan sang pemilik suara, siapa lagi selain Naga Bayang, memandang ke bawah dengan mata berkilat-kilat marah. Sedangkan sang majikan tampak kepayahan, namun matanya menyiratkan semangat pantang menyerah.
"Aku... belum...KALAH!"teriaknya disambung raungan super keras dari sang Naga Bayang.
"Kenapa bisa begini? Bukankah seharusnya dia langsung pingsan?" Jenderal berteriak kepada Ejo Jo.
"Saya... tak tahu... Hei kau! Lakukan scanning pada tubuh anak itu! Cari tahu berapa banyak energi yang dipunyanya!" Ejo Jo berteriak seraya menunjuk salah satu prajurit.
"Baik! Tolong tunggu beberapa menit. Status anak itu lemah. Ia seharusnya kehabisan tenaga!" prajurit tersebut membecakan hasil scanning.
"Sial! Kalau dia kehabisan tenaga mana mungkin naga bayangnya masih ada! Kau yakin hasil scanning itu benar?"
"Sepertinya benar Jenderal. Lihatlah!" Ejo Jo berkata seraya tersenyum kecil. Jenderal pun menoleh ke atas. Tampak Naga Bayang mulai merosot ke bawah, seolah-olah ia akan rubuh ke tanah.
"SIAL!" Fang mengangkat tangannya ke atas, sehingga tampak seperti ia memanggul Sang Naga. Tubuhnya penuh keringat, tanda beratnya beban yang ia tanggung.
"Sekarang saatnya! Tembak anak itu!" Ejo Jo mengeluarkan perintah. Awak kapal pun mematuhinya dan menembakkan laser, peluru, dan rudal secara bersamaan. Fang yang masih harus memanggul naganya tidak dapat menghindar. Namun...
"GOLEM NAGA TANAH!"
Muncul naga besar yang terbuat dari tanah di hadapan mereka. Naga itu menangkis semua tembakan dengan ekornya. Kemudian ia ke atas dan memanggul Naga Bayang dengan tubuhnya.
"Aku... tak... butuh... bantuanmu.." Fang berucap lirih seraya menurunkan tangannya. Tentu saja ia bohong, di dalam hatinya ia lega tak perlu lagi memanggul naga bayang yang mungkin telah bertambah berat badannya akibat memakan semua robot tempur. Namun bukan berarti ia bisa bersantai. Ia harus tetap fokus mempertahankan bentuk Naga Bayangnya dan memberi perintah menyerang saat diperlukan.
"Ugh..." Yaya, Ying, Gopal, dan Boboiboy yang sekarang dalam mode Gempa satu persatu bangkit.
"Maaf menunggu lama."
"Kami belum kalah lagi ma.."
"Kau kira kami sangat lemah kah?"
"Astaga, beratnya naga bayang Fang."
Para makhluk Planet Ata Ta Tiga terperangah melihat mereka yang seharusnya sudah pingsan malah bangkit kembali. Baik para prajurit maupun Boboiboy dkk segera bersiaga, mengantisipasi adanya serangan pertama dari musuh. Ejo Jo, selaku tangan kanan Jenderal segera mengeluarkan perintah.
"TEMBAK MEREKA!"
Peluru-peluru pun beterbangan, namun dengan cepat...
"Tukaran makanan!"
Mereka berubah menjadi makanan ringan.
"Sial! Kalian benar-benar akan, loh kenapa ini? Aku tak bisa bergerak!"
Kali ini Yaya mengunci gravitasi Ejo Jo, sehingga ia tidak bisa bergerak.
"Berhenti."
EHH?! Otomatis para prajurit Jenderal terkejut mendapatkan perintah yang sama sekali tak disangka. Bahkan Boboiboy dkk terperangah, tak percaya atas apa yang baru diucapkan oleh Jenderal. "Apa maksudmu? Kau meremehkan kami ya?" ujar Boboiboy.
"Bukan, hanya aku merasa kalian tidak akan menyerah bahkan saat kalian menjelang mati. Aku ingin cepat kembali ke Planet Ata Ta Tiga, jadi kami menyerah saja." Jenderal menjawab dengan nada malas.
"Singkatnya?"
"Kami biarkan Ochobot bersama kalian. Jujur saja kalian adalah makhluk paling keras kepala yang pernah aku hadapi."
"Aku anggap itu sebagai pujian."
"Tapi, kalian tidak boleh menggunakan kuasa dari Bola Kuasa untuk menguasai alam semesta atau sebagainya."
"Tak usah khawatir. Kami tidak berminat."
"Baiklah, kami akan pulang ke planet kami. Sampai jumpa."
"Kami tidak ingin berjumpa lagi denganmu."
"Aku juga. Selamat tinggal."
Pesawat-pesawat angkasa menghilang dalam sekejap. Mungkin mereka melakukan teleportasi, mengingan keadaan langit yang saat ini masih ditutupi oleh Naga Bayang dan Naga Tanah. Boboiboy menghilangkan Naga Tanahnya. Naga Bayangpun ikut menghilang, dan tampak tubuh seseorang yang jatuh dari atas menara.
"ALAMAK! DIA AKAN JATUH!" teriak Ochobot panik.
"Larian laju!" dengan cepat Ying pergi ke bawah menara untuk menangkap tubuh Fang. Namun..
"Elang Bayang!"
Tampak burung elang hitam yang menangkap tubuh Fang.
"Dasar, susah-susah aku kesini.." Ying ngedumel sendiri seraya melipat tangannya di dada.
Dengan pelan elang tersebut mendarat dan menurunkan majikannya, kemudian menghilang. Fang yang sedang berbaring telentang di tanah hanya bertanya dengan terbata-bata.
"Kita... menang?"
"Tentu saja. Kerja bagus."
"Hah... untunglah.." kemudian Fang mencoba bangkit dan berjalan, namun sedetik kemudian ia ambruk. Untunglah sebelum wajahnya menyentuh tanah, Ying menangkap tubuhnya.
"Terima... kasih..."
"Sama-sama. Mari kita ke kawan-kawan. Biar kupapah kau."
"Tidak... usah... aku... bisa... berjalan... sendiri.." untuk kedua kalinya Fang mencoba berjalan, namun sepertinya tubuhnya sudah terlalu lemah. Kembali Ying menangkap tubuhnya.
"Jangan jadi anak bandel dan menurut saja."
"Uhm.."
Fang akhirnya menyerah dan bersedia dipapah oleh Ying.
"Ini... memalukan..."
"Apa?"
"Seorang... pria... dipapah... wanita... itu... memalukan..."
Ying hanya tertawa kecil mendengar perkataan Fang. Fang hanya bisa menggerutu dalam hati. Namun ia melihat tangan Ying gemetar.
"Apakah... aku... berat?"
"Hah?"
"Tanganmu... gemetar..."
"Oh ini. Aku hanya kecapekan saja."
"Maaf... merepotkan..."
"Tidak apa. Kau bahkan sangat ringan. Terlalu ringan. Apa benar kau ini pria?"
"Be... ri...SIK!"
Tanpa mereka sadari, mereka telah berada di depan kawan-kawan mereka.
"Kau rupanya punya cukup banyak tenaga untuk berteriak sekeras itu.." ujar Boboiboy.
"Setidaknya... aku lebih baik... daripada kau... Kau... tampak... seperti zombie..."
"BERISIK! INI GARA-GARA NAGA BAYANGMU YANG GENDUT ITU TAHU!"
"Diamlah, sempat-sempatnya kalian bertengkar saat ini. Kalian tidak lelah kah?"
Ochobot yang melihat semua itu tak kuasa membendung tangisnya.
"Terima kasih semuanya. Berkat kalian aku bisa tetap tinggal di Bumi."
"Tidak apa-apa. Yang penting..." Boboiboy sengaja membuat kalimatnya terpotong seraya tersenyum kepada teman-temannya. Satu tangannya terangkat ke atas. Yaya, Ying, Fang dan Gopal balas tersenyum sambil mengangkat sebelah tangannya.
"GENG SUPERHERO TELAH KEMBALI!"
Tangan-tangan mungil tersebut turun serentak, disambung menutupnya mata mereka semua.
"BOBOIBOY!"
Ochobot berteriak, namun tidak ada respon. Ochobot semakin ketakutan.
"BOBOIBOY! YAYA! YING! GOPAL! FANG!"
Tetap tidak ada respon. Ochobot yang panik sudah akan memanggil bantuan ketika..
"Hmm..."
"Fyuuh..."
"Zzzz..."
"Grrookk..."
"Huahm... zzzz..."
Ochobot pun menghela nafas lega.
"Huh, bikin khawatir saja."
Kemudian Ochobot tersenyum seraya mengusap kepala mereka semua.
"Tidur yang nyenyak, para pahlawanku.."
*Good Bye, Ochobot!*
Di rumah Tok Aba
"HOAHM!"
Secara serempak, 5 anak tersebut bangun dari tidurnya.
"Aduh, sakit semua badanku. Eh apa ini!" teriak Gopal ketika ia mendapati beberapa kamera sedang memotret mereka.
"Mereka sudah bangun!"
"Izinkan saya mengajukan pertanyaan. Apa yang terjadi tadi?"
"Siapa para alien itu?"
"Apa kalian mempunyai kuasa super?"
"Bagaimana kalian bisa membuat naga-naga yang besar tadi?"
Serombongan pertanyaan menyerang mereka.
"Aduh, bagaimana ini?" ujar Boboiboy kebingungan.
"Yalo, masa kita harus menjelaskan semuanya dari awal.."
"Serahkan padaku. Aku akan memberikan penjelasan sesingkat mungkin." Ujar Fang dengan yakin.
"Baiklah, kami serahkan masalah ini kepadamu." Kata Yaya.
Sekarang, semua pandangan mata dan kamera tertuju pada Fang. Para reporter berita mendekatkan mikrofon mereka ke mulut Fang.
"Ehm.."
Para reporter itu menunggu dengan penuh minat.
"Kalian semua hanya mimpi, pulanglah."
.
.
Krik krik
.
.
"Tapi... saya sudah merekam... videonya..." ujar Ramli J Jambul.
.
.
Krik krik
.
.
Sontak Boboiboy, Yaya, Ying dan Gopal menjitaki Fang habis-habisan.
"APANYA YANG PENJELASAN SESINGKAT MUNGKIN HAH!"
"Aduh, trus bagaimana?"
Reporter masih menunggu dengan penuh minat. Sedetik kemudian terdengar teriakan frustasi dari mulut 5 anak manis itu.
"SIALAN JENDERAL! KEMBALI! KAU HARUS MEMULIHKAN KEMBALI INGATAN MEREKA!"
Sementara itu di suatu kapal angkasa.
"HATSYIH!"
"Ada ada Jenderal?" Ejo Jo bertanya.
"Tidak apa-apa. Kurasa aku flu." Jawab Jenderal santai. Sedangkan Ejo Jo hanya bergumam dalam hati.
Hah? Bukannya Jenderal tak punya hidung? Ah sudahlah...
FIN
Satu lagi fanfic ku yang selesai! *tiup terompet*
Nah bagi yang merasa alur cerita ini kecepetan, harap dimaklumi, habis aku pengen menyelesaikan semua fanficku agar aku bisa menghadapi ujian dengan tenang.
REVIEW PLEASE!
