"Kemana si anak sialan itu?!"
"Halilintar, belok kanan!"
"Tch! Kalau sudah kutemukan, kuhajar dia sampai menangis!"
Taufan menggeram layaknya seekor singa betina yang anaknya diserang predator, "Kamu lakukan itu, maka perang saudara antara kita berdua resmi pecah."
"Kalian berdua diam! Ying, coba ke sebelah kiri!"
"Oke!"
Taufan mendengus, masih memperhatikan gerak-gerik Halilintar dari udara sementara Yaya di sebelahnya memperhatikan Ying yang keadannya tidak jauh berbeda dari Halilintar.
Fang yang masih sibuk berlari hanya bisa berwajah khawatir. Kemana Gempa? Dengan kondisinya yang sekarang, harusnya Gempa tidak boleh pergi ke manapun. Kenapa Ying bisa lalai hingga Gempa menghilang?!
"Sial." Fang mengacak-acak rambutnya, jelas frustrasi. Dia ingin sekali marah pada seseorang, tapi dia lebih ingin marah kepada dirinya sendiri. Semua ini salahnya. Kenapa dia bisa seceroboh itu mempercayai seseorang yang mencurigakan?
"Gempa!"
.
.
Sehari sebelumnya
.
.
Kalau ada yang bertanya apa hubungan Fang dengan BoBoiBoy, 3 dari 5 orang akan berkata "rival", 1 orang akan berkata "kawan baik", dan sisa 1 orang lagi akan berkata "love-hate relationship". Yang tentu saja akan dibantah habis-habisan oleh kedua orang yang bersangkutan. Fang dan BoBoiBoy adalah rival sekaligus kawan baik tanpa ada embel-embel romansa dalam hubungan mereka. Kecuali…
Yah, selalu ada kata "kecuali" dalam hidup.
Fang mencoba untuk memerangkap musuh mereka (kali ini adalah robot kelinci raksasa) dalam bayangan yang ia kontrol sementara kawan-kawannya yang lain mencoba menyerang robot itu.
Yaya, si kerudung merah muda, menghantamkan tinjunya ke arah punggung si robot, membuatnya menggeram dan mengalihkan perhatiannya ke arah Yaya. Yaya kalah cepat dan hampir terkena sundulan si kelinci besar itu jika saja Ying, si gadis beraksen kuning, tidak menariknya dengan cepat. Dan "cepat" di sini didefinisikan sebagai "cepat sehingga kamu bahkan tidak sadar di mana mereka sekarang".
Kelinci itu mengaum (mengaum? Fang sudah tidak paham lagi) sebelum menembakkan bola-bola kecil yang terbuat dari besi ke segala arah. Gopal, pemuda keturunan India, yang sedaritadi berwajah panik makin panik melihat salah satu bola meluncur ke arahnya. Menutup matanya, dia berteriak, "Berubah jadi makanan!" dan voila, bola-bola itu digantikan oleh buah melon yang matang dan manis.
"Fang!"
"Akhirnya!" Fang merespon ketika didengarnya suara itu. Sang pemilik suara, BoBoiBoy, baru tiba di arena pertarungan karena, dikutip dari perkataannya 30 menit yang lalu, dia "sibuk membantu Tok Aba di kedai".
BoBoiBoy langsung berlari ke depan, melewati perlindungan bayangan yang disediakan Fang untuk meminimalisir kerusakan yang disebabkan oleh pertarungan ini. Dia mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi sebelum berteriak, "BoBoiBoy Kuasa Tiga!"
"Telat!"
Ketiga elemental persona itu hanya bisa terdiam. Seorang tersenyum lirih, seorang cengengesan dengan rasa bersalah, dan seorang lagi hanya membuang muka.
Yaya tersenyum kecil, melihat bagaimana Ying berceloteh tentang keterlambatan si pemuda bertopi yang membuat mereka kewalahan. Yaya tidak ada perasaan kesal sedikit pun. Toh mereka menang, meski dengan beberapa luka dan memar di beberapa tempat.
"Sudahlah, Ying." Fang angkat bicara, kasihan melihat ketiga pemuda kembar itu diomeli Ying, namun juga khawatir kalau di pengendali petir kehilangan kesabaran dan berbalik menyerang mereka. Hari sudah sore dan tenaga mereka sudah terkuras. Hal terakhir yang mereka butuhkan adalah perang saudara. Secara harafiah.
Ying menarik napas sebelum geleng-geleng kepala. Dia mendengus sebelum berjalan ke arah Yaya, mengalihkan perhatiannya dengan cara membicarakan tugas sekolah. Ketika persona itu menghela napas lega. Taufan memberikan cengiran ke arah Fang dan Halilintar sekedar mengangguk ke arahnya, keduanya dibalas Fang dengan gelengan kepala.
Fang mengarahkan pandangannya ke arah Gempa yang tersenyum simpul ke arahnya. "Terima kasih." ujar Gempa.
Fang terperangah sebelum mengangguk, "Lain kali jangan telat. Salahmu sendiri." katanya ketus.
Fang tahu kalau dia tidak jujur terhadap dirinya sendiri. Dia senang bila seseorang berterima kasih padanya. Tapi rasa senang itu entah kenapa malah meledak-ledak diikuti rasa geli pada perutnya bila Gempa yang melakukannya. Jangankan itu, Gempa melirik ke arahnya saja sudah bisa membuat perilaku kalem dan tenangnya menjadi canggung dan serba salah. Sebenarnya ada apa dengan dirinya?
Mengutip dari 5 website, 3 buku, dan 2 obrolan dengan temannya, Fang sedang mengalami yang namanya "jatuh cinta".
Iya, jatuh cinta. Yang kata orang-orang bisa membuat seseorang jadi bahagia.
Konyol. Apanya yang bahagia, Fang justru menderita karena harus menahan rasa ingin berguling-guling di tanah dan meninju dinding karena senyum Gempa yang membuat dadanya terasa…. "Kyuuuuuuun!" seperti tadi. Menahan rasa ingin menonjok seseorang saja sudah susah, apalagi mencoba untuk mempertahankan wajah (sok) cool dan kalemnya. Fang lama-lama bisa dibuat gila karenanya.
Maka dari itu, sepulang dari arena pertarungan yang sekali lagi dimenangkan oleh mereka berempat, dengan sisa-sisa berupa pergelangan tangan yang pegal dan kaki yang terkilir, Fang mendapati dirinya menenteng sebuah kantung berisi sebotol cairan berwarna merah muda bening yang dibelinya dari seorang penjual berwajah hampir familiar di pinggir jalan.
Cairan itu berlabel "Cairan Ajaib Dadua Da" yang—konon seperti kata penjual berkumis tebal itu—"akan bisa membuat orang yang disukai menjadi seperti anak kecil yang sedang dimabuk cinta".
Fang, meskipun skeptis, mempertaruhkan segalanya pada cairan ini agar—entahlah—membuat Gempa setidaknya menyadari perasaannya?
Namun, seperti kebanyakan penutup awal cerita yang cenderung klise, Fang jelas tidak tahu apa khasiat sebenarnya dari sebotol masalah yang dibawanya.
.
.
.
End of Chapter One
a/n : ok how you doin' guys
kali ini Kirana Agi Qiao datang bersama sang senpai kak Jim untuk ikut merayakan keramaian fandom BBB yang, rata-rata, diisi oleh fic shou-ai. Not that it's wrong, since we're going to do the same, tapi ayolah, dari 100+ fanfic masa nggak ada yang bahas BoBoicest?
that's why we're here!
Okaaaay, penasaran akan apa yang bakal terjadi dan apa yang sebenarnya terjadi di awal cerita? Saksikan terus, Gempa Week Off! Chapter 2 akan ditangani oleh kak Jim. Kirana Agi Qiao, pamit!