OoOoO
RIGHT THERE
Author : Feemort
Cast : (Boboiboy – Yaya) Fang & Ying & Gopal
You should know I'm never gonna change, I'm always gonna stay when you call for me, I'm right there
- Ariana Grande, Right There
Title: Right There
Genre: Romance, Friendship
Ratings: T
Disclaimer : Tokoh Boboiboy dkk ©Animonsta | Karakter dan Alur cerita ini based dari cerita "Fall in Love?" ©Chocolate Bubbletea. (Saya sudah minta ijin empunya buat pinjam karakter sama alur ceritanya hoho)
AN : Cerita ini aku bikin berdasarkan cerita "Fall in Love?" karya Chocolate Bubbletea. Jadi karakter sama alurnya memang mengikuti jalan ceritanya dia, tapi alur cerita yang ini murni aku yang bikin, jadi bisa dikatakan sequelnya, walaupun cerita ini sebenarnya tidak sebagus tulisan dia.
Settingnya itu aku buat ketika Yaya sudah 2 tahun berada di Inggris dan flashback dia sebelum dia berangkat ke Inggris, and it's time for her to return!
Psstt, saya sudah lama tidak menulis fanfic lagi, jadi mohon maaf kalau ceritanya terbilang membosankan, saya sudah kehilangan minat nulis saya sudah beberapa tahun silam, oke! Author mulai curcol macem - macem, kita langsung aja ke ceritanya, enjoy!^^
chapter01 : Right There
OoOoO
Gadis itu duduk diatas atap yang berwarna merah dengan posisi memeluk kedua lututnya. Dia mengenakan sepasang piyama merah muda dengan motif polkadot putih, cardigan putih turut membalut badannya untuk melawan angin malam yang cukup membuatnya menggigil walaupun musim panas masih berlangsung. Kerudung merah muda yang sudah menjadi ciri khasnya juga sudah membalut kepalanya dan rambutnya.
Asramanya memiliki tangga yang berada didalam gudang atas dengan akses langsung menuju atap yang langsung menghadap ke langit. Sebenarnya tidak ada yang tahu dengan jalur ini, gadis itu hanya tidak sengaja menemukannya ditahun pertama dia berada disini, saat itu dia tengah mencari kursi bekas layak pakai yang ditaruh digudang atas, lalu tangannya tidak sengaja menarik tali tangga yang membuatnya mengetahui jalan rahasia yang kini menjadi tempatnya untuk menenangkan diri.
Dia menatap hamburan bintang putih yang berpendar - pendar dalam balutan langit yang didominasi warna hitam. Matanya mengerjap ketika dia tidak sengaja melihat ekor garis putih dengan kerlap kerlip lampu yang terbang perlahan membelah langit hitam. Tak lama lagi aku akan menaikinya, batinnya.
Mulutnya mendesah pelan, mengeluarkan oksigen yang telah diproses dalam tubuhnya menjadi karbondioksida. Bayang - bayang yang dia rindukan kini membentuk menjadi ukiran rasi bintang. Keluarganya, teman - temannya, dan seseorang dengan topi dinosaurus jingga yang selalu menjadi ciri khasnya.
Kini bibirnya pecah menjadi senyuman kecil, dia menenggelamkan sebagian wajahnya sampai ujung hidung dalam pelukan lututnya. Pikirannya mulai berdimensi pada kejadian kurang lebih 2 tahun yang lalu sebelum dia berangkat menuju Inggris dalam program pertukaran pelajar.
-Flashback-
Yaya melangkah masuk ke halaman Bandara Internasional Kuala Lumpur. Matanya bergerak menganalisis bangunan besar yang ada didepannya. Dia meraih koper hitam beroda miliknya lalu menyeretnya masuk kedalam bangunan yang ramai orang berlalu lalang dengan koper mereka.
"Kami akan mengurus check-in keberangkatanmu, kau disini saja bersama teman - temanmu." Kata ayah Yaya seraya membawa mama dan adik Yaya bersamanya. Yaya mengangguk seraya melihat keluarganya hilang kedalam bangunan itu.
Dia melihat jam tangannya untuk menghitung mundur waktu keberangkatannya ke London, masih sekitar 50 menit. Wajahnya menyunggingkan senyum tipis, cukup untuk memuaskan rindu.
Yaya berbalik dan melihat orang - orang tercinta yang akan dia tinggalkan selama kurang lebih 2 tahun kedepan. Matanya tertuju pada gadis cina oriental dengan kacamata bulat dan rambut hitam yang diikat dua. Dia melihat titik air mulai terkumpul dikedua matanya, dalam sekejap Yaya merasakan dirinya sudah diremuk dalam pelukan gadis itu.
"Yaya!" Isaknya. "Aku akan merindukanmu!"
Yaya tersenyum, berusaha keras untuk tidak terbawa suasana sedih oleh sahabat kecilnya ini. "Aku juga akan merindukanmu, Ying." Ucap Yaya lembut seraya membalas pelukannya. Mereka berpelukan selama beberapa detik sampai kemudian Ying melepaskan pelukannya. "Jangan lupa untuk selalu mengirimkan email kepadaku seminggu sekali..tidak! Sehari sekali! Kau harus selalu mengirimkan email kepadaku sehari sekali, kalau perlu setiap 1jam sekali! Dan aku ingin mendapatkan postcard inggris darimu sebulan sekali...tidak! Tapi-"
"Ying!"
Fang memanggilnya, mencoba untuk menyadarkan gadis cina itu. Ying hanya menatap galak pada Fang yang sudah memotong pembicaraannya. "Terserah aku woo.." Balasnya seraya menjulurkan lidah. Fang hanya membelalakkan matanya lalu mulai menyilangkan tangan dan membuang wajahnya dari Ying. Yaya hanya terkekeh halus melihat kedua sahabatnya. Ying kembali memeluk Yaya lalu kemudian menatap sahabatnya. "Aku ingin kau tidak melupakan aku ketika disana, carilah sahabat, tapi jangan lupakan aku woo."
"Ya lah, bagaimana mungkin aku bisa melupakan gadis cerewet sepertimu."
Ying mengusap air matanya seraya bergabung dengan teman - temannya. "Kau jaga diri baik - baik disana ya, Yaya." Kata Fang seraya tersenyum pada gadis berhijab merah muda itu. Yaya mengangguk, ternyata masih ada sahabatnya yang bisa mengontrol emosinya. Walau dia tahu, kalau dia dan Fang memang tidak terlalu akrab, tapi dia menghargai ucapan itu. "Terima kasih." Balas Yaya.
"Yaya!"
Yaya menoleh kearah pemuda besar berwajah india yang ada disamping Ying. "Aku ingin oleh - oleh coklat inggris yang katanya terkenal enak itu!"
"Kau ni, Gopal! Makanan terus yang ada dipikiran! Yaya baru saja mau berangkat lah, macam mana pula kau sudah mau minta oleh - oleh?" Kata Ying gusar kepada sahabatnya.
"Biarlah! Aku sudah searching di internet kalau disana coklatnya terkenal kelezatannya." Kata Gopal seraya mengedipkan sebelah matanya kepada Yaya yang membuat Ying dan Fang sweatdrop. "Masalah makanan kau cepat pula tanggapnya." Kata Fang sarkastik.
"Hehe..." Gopal menggaruk pipi kanannya.
Mata coklatnya kini berputar pada pemuda bertopi dinosaurus jingga yang sedari awal terus membungkam mulut dan menundukkan pandangannya.
"Boboiboy?" Tanpa sadar Yaya memanggil nama pemuda itu lirih. Kini aroma keheningan mulai tercium pada detik itu. Fang yang sudah mencium aroma kecanggungan itu memilih untuk mencairkan suasana.
"Hmm, Ying, Gopal, ayo kita belikan makanan untuk Yaya." Kata Fang tiba - tiba.
"Eh?"
Belum sempat Ying dan Gopal membalas, Fang sudah menarik tangan mereka berdua.
Yaya hanya menunduk dan diam - diam berterima kasih kepada pemuda populer itu. Perlahan Boboiboy mengangkat wajahnya. Pemuda itu menatap gadis yang memiliki mata coklat yang indah. Lalu tangannya perlahan merogoh saku celana coklatnya. Dia menggenggam kotak kecil berwarna putih dengan pita merah muda dan mengulurkannya kepada Yaya. Yaya menatap kotak kecil itu dan wajah Boboiboy secara bergantian lalu memiringkan kepalanya bingung.
Boboiboy tertawa renyah. Mungkin itu tawa yang pertama kali Yaya dengar seharian ini, dalam perjalanan mereka menuju Bandara Kuala Lumpur, Boboiboy sudah menyiksanya dengan kebungkamannya yang dialiri dengan aura dingin.
"Itu.." Boboiboy memecah pikiran Yaya. "Supaya kau bisa selalu ingat denganku." Lalu dia menaruh kotak itu ditangan Yaya. Yaya sudah mau membuka tutup kotak itu tapi kemudian dengan cepat Boboiboy menahan tangannya. "Jangan!" Yaya sedikit terperanjat. Wajah Boboiboy sudah ada sedikit warna memerah. "Aku tidak ingin kau membukanya disini, buka dipesawat tidak apa - apa, asal jangan disini."
Yaya terdiam sebentar untuk menganalisis wajah memohon yang terlukis pada pemuda yang ada didepannya sampai kemudian dia tidak bisa menahan tawa halusnya yang malah membuat Boboiboy bingung. "Kenapa kau tertawa?"
"Wajahmu..." Yaya menyeka titik air matanya. "Wajahmu sangat merah."
Boboiboy secara otomatis meraba wajahnya sendiri lalu kemudian tawa lepas dari mulutnya.
"Aku mau menanyakannya sekali lagi." Kata Yaya setelah tawanya mereda. "Apa kau masih mau menungguku?"
Boboiboy seketika melenyapkan tawanya. "Kupikir kita sudah sepakat tidak akan membahas masalah ini lagi."
"Bukan kita, tapi aku masih terus memikirkan hal ini Boboiboy, 2 tahun bukanlah waktu yang-"
"Sebentar."
"Hah?"
"2 tahun itu tidak lama."
"Aku serius, Boboiboy."
"Apa kau melihat aku sedang bercanda, Yaya?"
Yaya membeku, matanya bergerak memandangi pemuda keras kepala yang ada dihadapannya ini.
"Carilah pacar, Boboiboy." Yaya mulai tertawa pahit.
"Tentu." Jawab Boboiboy santai. "Setelah aku bertemu lagi dengan gadis yang terus menyuruhku mencari pacar beberapa bulan ini."
-Flashback end-
Yaya refleks mengangkat wajahnya, nafasnya sedikit menderu, kini dia masih berada diatas atap, dia masih tidak sadar apakah tadi dia sedang bermimpi atau itu hanya sekadar lamunannya. Dia mengadah ke langit yang semakin pekat dengan hitamnya namun gambar awan masih bergambar transparan dalam lapisannya dan bintang semakin berhamburan. Dia mengecek jam, 11.12 PM. Oke, mungkin memang sudah saatnya dia untuk turun ke tempat tidurnya, dia harus menjaga dirinya untuk tidak sakit, karena beberapa hari lagi dia akan meninggalkan negara ini, dengan memberikan jejak kerinduan baru yang sudah dia gambar dinegeri ini.
OoOoO
Yaya menarik kopernya dan masuk kedalam Bandara Internasional London Heathrow. Dia melihat jadwal keberangkatannya yang hanya tinggal 30 menit lagi. Kemudian dia menoleh kepada dua sahabat yang sudah menemaninya di negeri Britain ini.
"You're not allowed to forget about us." Salah satu sahabatnya yang memiliki tubuh tinggi dan berambut pirang, Liz, memeluknya terlebih dahulu.
"Don't forget to send email every month, no! Every week! You have to send your pictures with him." Kata Ana seraya memberikan kedipan mata yang membuat Yaya sedikit merona. "Gawd." Yaya mencoba menetralkan warna wajahnya dengan memutar mata. Kemudian suara panggilan keberangkatan menuju Malaysia sudah berbunyi. Ketiga sahabat itu saling bertatapan. Seketika kedua gadis british itu kembali memeluk Yaya dengan erat.
"Okay, I assume that you both gonna miss me already." Kata Yaya disela kesesakan nafasnya akibat pelukan ekstrim kedua gadis itu.
"No." Kata Liz cepat seraya melepaskan pelukannya. "But, you're the one who gonna miss us."
Ana tertawa yang kemudian disusul oleh Yaya lalu Liz. Sampai kemudian pemberitahuan yang kedua kembali menggema diruang bandara itu.
"Go! Your flight are waiting." Ana mendorong Yaya halus walaupun dengan hati masih berat untuk berpisah kepada sahabatnya ini. Yaya melambai kepada mereka berdua kemudian berjalan masuk kebandara dengan perasaan ringan. Dengan menggariskan senyuman tidak sabar yang sudah terlukis diwajahnya.
OoOoO
Yaya duduk dikursinya seraya menunggu pesawatnya berangkat, terbang meninggalkan negara yang sudah mendidiknya selama 2 tahun belakangan. Tangannya dia sejajarkan seraya memanjatkan doa agar dia bisa selamat sampai tujuannya. Selesai berdoa, dia kembali teringat dengan benda yang dia tinggalkan dan dia dapatkan sebelum dia berangkat ke London.
-Flashback-
"Fang, bisa aku menitipkan sesuatu padamu?" Tanya Yaya ketika mereka sedang dalam berjalan menuju ruang tunggu, Yaya sengaja menarik Fang agak jauh dari yang lain untuk mendapatkan privasi.
"Hmm?"
Yaya melepaskan jam kuasanya kemudian mengulurkannya kepada Fang.
"Ini-" Fang menatap jam itu, masih ragu untuk mengambilnya. Kemudian matanya bertemu dengan mata coklat Yaya "Kenapa?"
"Aku ingin menjadi gadis normal selama 2 tahun kedepan, aku khawatir aku tidak bisa berkonsentrasi belajar disana ketika aku melihat jam ini." Yaya tersenyum tipis. "Terutama ketika aku mengingatnya."
"Tapi-"
"Fang, tolonglah.." Yaya menatapnya dengan sedih.
Fang menghela nafas berat. "Merepotkan, tapi apa boleh buat." Fang mengambil jam itu. "Bagaimana kalau dia menanyakannya?"
"Katakan saja aku ingin berkonsentrasi." Kata Yaya lirih seraya menundukkan wajahnya. "Tapi aku berharap sebaiknya dia tidak perlu tahu mengenai ini."
"Alasanmu tidak kuat." Fang memutar matanya. "Aku yakin dia akan lebih mencurigaiku, dia akan mengira kalau kau dan aku sudah mengkhianatinya."
Yaya tertawa. "Kau dan aku memang tahu bagaimana sifatnya." Kemudian dia mengangkat wajahnya. "Tapi dia pasti terlalu bodoh kalau sampai berpikir seperti itu."
"Boleh aku bertanya satu hal?"
"Hmm?"
"Kenapa kau memberikannya kepadaku? Kenapa tidak kepada Ying, Gopal atau mungkin langsung pada Boboiboy?" Fang menatapnya heran lalu sedetik kemudian matanya melebar. "Apa kau-"
"Tidak!" Yaya dengan cepat mengibaskan kedua tangannya. "Jangan berpikiran yang aneh – aneh, Fang!"
"Oh, syukurlah." Fang mengelus dadanya pelan.
"Aku hanya...hanya ingin kita bisa lebih dekat dari sebelumnya, Fang. Kau tahu, kita lebih mirip seperti orang asing yang terpaksa harus berteman daripada teman yang sebenarnya."
Fang mengerjapkan matanya beberapa kali. "Eee, kukira hanya aku yang menyadarinya." Lalu pemuda itu membetulkan letak kacamata nilanya. "Baiklah, nanti akan aku usahakan untuk menjaga benda ini sampai kau kembali."
Yaya tersenyum. "Terima kasih, Fang."
-Flashback end-
Yaya tersenyum mengingat moment kecil itu. Dia meraba pergelangan tangan, kini dia merindukan jam tangan kuasanya. Dia merindukan dirinya yang selalu menolong orang kesusahan. Tak lama pengumuman keberangkatan pesawatnya sudah menggema, Yaya dengan segera memakai sabuk keselamatan dan perlahan menyandarkan diri dikursi duduknya. Matanya sudah ingin terpejam tapi kemudian dia teringat pada satu benda kecil yang selalu dia bawa kemana pun. Dia merogoh kantong jaketnya dan mengeluarkan benda kotak kecil yang memiliki tombol – tombol dengan symbol yang biasa ada dipemutar musik.
Ipod jingga. Ipod itu merupakan benda yang dia dapatkan dari pemuda bertopi jingga yang telah dia berikan beberapa saat mereka berada di bandara sebelum keberangkatannya. Benda kecil yang berada dalam kotak kecil berwarna putih dengan pita merah mudah. Benda itulah yang selalu gadis berkerudung merah muda itu bawa selama dia berada di Inggris. Dia memasang kedua earphone putih dikedua telinga dan mulai menutup matanya, lagu dari Ariana Grande, Right There kini mengalun lembut dan kian mengelus syaraf ketenangannya. Lagu yang pemuda itu berikan kepadanya.
You know what I need
I know what you like
Put it all together baby
We could be alright
How can this be wrong
When it feels so right?
I really love you
And I'll never let you go
You should know
I'm never gonna change
I'm always gonna stay
When you call for me
I'm right there
Right there
Yaya tersenyum seraya terus menutup matanya, tanpa repot – repot ingin membukanya, matanya memang butuh perlakuan manja dari dirinya karena persiapannya untuk kembali ke Malaysia membuatnya kurang punya waktu istirahat. Perjalanan menuju negara asalnya masih sekitar 15 jam lagi, tapi kini pikirannya sudah berdimensi jauh menembus lapisan langit tertinggi kemudian menyelam ke laut terdalam.
OoOoO
tbc
OoOoO
AN : Nah, Kecepatan? Memang, Flat? Sangat, Terlalu OOC? Absolutely!
Oke, sebenarnya aku gak nyangka bakal nulis sepanjang ini, walaupun setelah aku baca sepertinya masih kurang panjang dan cukup menggantungkan reader, disini memang banyak fokus disudut pandang Yaya, jujur disini aku masih bingung mau melanjutkan cerita ini atau cukup sampai disini saja, karena sebenarnya aku sudah cukup berterima kasih sama Chocolate Bubbletea yang mengijinkan aku untuk memakai karakter dan alur ceritanya jadi aku bisa memunculkan lagi minat tulis aku setelah terkubur terlalu lama *mulai lebay* dan buat reader yang sudah mau meluangkan waktunya membaca cerita ini, aku juga benar benar berterima kasih sekali, karena dengan dibacanya cerita ini, aku udah sangat bersyukur banget, kalau ada yang mau mengkritik, kasih saran, mencaci, memuji atau komen cerita ini mau dilanjutkan atau gak pun akan saya terima dengan senang hati, bisa kasih review atau PM aku lah^^
-Feemort
