Haii... semua...
Sisi sadistic saya lagi kumat jadi bikin fanfic rate M (buat jaga-jaga)
Ini saya kepikiran saat saya merenungi nasib(?) saya yang lagi insomnia.
Aneh yaa...
Tenang aja saya bukan orang jahat kok..
Tapi saya suka baca yang bunuh-bunuhan/ nonton anime bunuh-bunuhan gitu. (all: nggak ada yang nanya)
Pengennya tadi saya nerusin bikin misterius boy kalo nggak sequel brother's smile (lho kok saya promosi?)
Tapi beneran saya pengen bikin fanfic yang kayak gini.
Udah ah.. dari pada panjang-panjang langsung aja.
^_^ Selamat membaca ^_^
Maaf alur kecepatan dan kata kata yang berbelit-belit
DEATH GAME
Malam menunjukkan pukul 12.00. Gelapnya malam yang hanya disinari oleh sang purnama menambah suasana mencekam tengah malam. Suara lolongan anjing dan kicauan menyeramkan dari burung pembawa kabar kematian menambah pula kengerian malam hari. Namun hal itu tak menyurutkan kesenangan gadis yang berjalan dengan kaki telanjang diatas pagar lorong yang sepi dengan tangan membentang menyeimbangkan tubuhnya yang mungil. Dengan memakai rok pendek seatas lutut ber jubah panjang berwarna hitam biru dengan rambut biru panjang sepinggang diikat twintail lucu diatas menggunakan pita hitam besar. Serta senyum menawan dan menyenangkan yang terpatri indah diwajah manis si gadis bermata biru gelap.
"La.. la..la..la.. . " senandungnya senang.
Langit menggelap ketika sang purnama tertutup oleh awan-awan mendung dilangit sana. Si gadis berhenti dan tersenyum semakin lebar ketika melihat dua orang lelaki berusia sekitar 20 tahunan sedang minum-minuman keras dan sambil meracau tak jelas di pojok lorong yang tak memiliki jalan lagi. Dilangkahkan kakinya menuju kedua orang itu tanpa rasa takut bahkan merasa senang.
"La..la..la..la." senandung ceria masih keluar dari mulut mungilnya. Kedua lelaki itu menatapnya dan menyeringai senang.
"Hai.. Manis. Mau kemana malam-malam seperti ini? Mau main sama kita ?" kata salah satu lelaki menggoda si gadis.
"Benarkah? Ayo kita main." Ucapnya bersemangat dan turun dengan licah. Senyumannya semakin melebar dan berjalan senang kearah kedua lelaki itu.
Salah satu lelaki itu mendekatinya dan memegang tangan kanannya. Si gadis menatap tangannya dan mengabil sesuatu di saku jubahnya. Dengan gerakan cepat si gadis menusukkan pisaunya kejantung lelaki itu. Lelaki yang memengangnya terjatuh meregang nyawa. Si gadis tersenyum senang sambil menarik pisaunya. Senyumannya semakin melebar ketika melihat lelaki yang satu menatapnya tak percaya.
"Game over." Ucap gadis itu dan berjalan kearah lelaki yang semakin mundur. "kau selanjutnya. Kita kan sedang bermain?"
"Ja-Jangan mendekat." Lelaki itu terpojok tak ada lagi jalan untuk kabur hanya satu cara yang bisa dilakukannya. Menerjang gadis itu. Tanpa pikir panjang lelaki itu menerjang gadis di depannya. Melihat hal itu sang gadis menghindar dan berputar dengan lincah dan menusukkan pisaunya tepat di leher lelaki itu.
"Hihihi. Game over" tawa ringan sekaligus mengerikan meluncur mulus dari mulut gadis itu.
Ditarikkanya kembali pisau yang menancap dileher lelaki itu. Dan tangannya kembali mengambil pisau yang lebih runcing dan kecil namun terlihat sangat tajam.
"Saatnya melukis" ucapnya senang dan menggoreskan pisaunya di tubuh dua lelaki tak bernyawa tersebut membentuk ukiran secantik ukiran kayu di kursi mewah.
DEATH GAME
Seperti biasa kedai tok aba ramai dikunjungi pelanggan di pagi hari apalagi hari libur seperti ini. Boboiboy yang sedang membantu kakeknya berlari kesana kemari mengantarkan pesanan pelanggan. Matahari semakin meninggi pelanggan sudah agak sepi. Boboiboy duduk di depan kedai kakeknya dengan tubuh bercucur keringat dan nafas yang ter engah-engah kelelahan.
"Hai Boboiboy?" ucap Yaya ceria kepada salah satu sahabat masa kecilnya itu.
"Oh.. hai Yaya"
"Tok aba ice cocholate satu." Ucap Yaya memesan kepada tok aba dan mengambil tempat duduk disamping Boboiboy.
"Baik." Ucap tok aba sambil membuatkan pesanan Yaya.
"Boboiboy. Kau sudah dengar ada pembunuhan di lorong sepi pojok pulau rintis tak?"
"Ha'ah. Sudah dengan banyak sekali orang yang membicarakannya tadi. Katanya tubuhnya terpotong-potong dan diukir dengan pisau ya?"
"Aku tak tahu tapi katanya begitu. Aku tak diperbolehkan melihat photonya tadi. Tapi kurasa aku akan ketakutan setengah mati saat melihatnya" Ucap Yaya sambil mengangguk.
"Kalian harus berhati-hati terutama kau Yaya! Kalian memang memiliki jam kuasa tapi ini bukan tanggung jawab kalian serahkan saja pada kepolisian" ucap tok aba mewanti-wanti sambil menyerahan pesanan Yaya.
"Terimakasih tok aba"
"Katanya kepala korban tidak ditemukan dan ada tulisan di tembok sebelah korban yang ditulis dengan darah. Kalau tak salah tulisannya?" kata Boboiboy sambil mengingat-ingat tulisan itu.
"DEATH GAME" ucap Yaya singkat sambil meruntuki sikap pelupa sahabatnya yang satu ini. Mereka sudah SMP tapi sifatnya sama sekali tidak berubah.
Tanpa mereka sadari seorang gadis telah duduk disamping Yaya. gadis dengan rambut biru di ikat twintail dan memakai baju lengan pendek dan rok diatas lutut.
"Tuan aku pesan ice chocolate satu minum sini" kata gadis itu ringan dan sopan.
Yaya dan Boboiboy menatap gadis itu. Ia tak pernah melihatnya apa ia orang baru? Merasa ada yang memperhatikannya gadis itu menatap Boboiboy dan Yaya. sebuah senyum ceria terbentuk diwajah manis gadis itu.
"Hai.. namaku Touko Rin. Kalian bisa memanggilku Rin. Salam kenal" ucap gadis itu sambil menyalami Boboiboy dan Yaya.
"Hai.. aku Boboiboy dan ini Yaya" sahut Boboiboy sambil memperkenalkan Yaya.
"Boboiboy dan Yaya kah? Kapan-kapan mau main denganku? Ke rumahku?" ajak gadis itu ceria.
"Tentu"ucap Boboiboy tersenyum dan mengiyakan ajakan Rin.
"Benarkah? Yeeeyyyy... " ucap Rin sambil melompat-lompat kegirangan.
"Hei.. Sudah lah. Kau baru disini?" ucap Yaya menenangkan Rin.
"Iya. Aku baru pindah kemarin aku tinggal sendirian jadi aku ingin kalian main ke rumahku mau?" ucap Rin dengan ceria.
"Tentu. Ah.. itu pesananmu sudah siap." Ucap Boboiboy sambil menunjuk ice chocolate pesanan Rin.
Rin melihat ice chocolatenya dan duduk untuk meminum ice chocolatenya.
Mereka berbincang-bincang mengenai Rin dan kehidupannya yang dia jawab ceria namun penuh kebohongan. Rin melihat jam tangannya dan berbicara dengan kecewa.
"Yahh.. sudah sore. Aku harus pulang. Besok kalian mau kerumahku tidak?"
"Tentu" ucap Boboiboy dan Yaya dengan senang hati. Wajah Rin yang semula kecewa berganti dengan wajah ceria kembali.
"Ini uangnya tuan. Aku pulang dulu. Aku akan mempersiakan semuanya" kata Rin dan berlari menuju rumahnya.
DEATH GAME
Disebuah masion besar yang gelap dan mengerikan terlihatlah gadis yang sedang menata rumahnya.
"Eh... ini disini.. yang ini disini." Ucapnya sambil memindahkan barang-barangnya.
"Oke.. Eh iya. Kata mereka tadi mereka memiliki kekuatan dari jam tangan. Kalau begitu..." gumam Gadis itu mengambil dua buah brangkas kecil dari lemarinya. Disana terdapat dua pasang jari manis lengkap dengan cicin pernikahan.
"Disini saja. Pasti muat" gumamnya sambil berlari menaruh kedua brankas kecil itu kedalah dua kamar yang berbeda.
"Persiapan selesai besok DEATH GAME dimulai"
DEATH GAME
Boboiboy hanya berguling-guling dikamarnya. Ia merasa hatinya tak enak dan besok akan menjadi hari yang menakutkan baginya. Ia juga memikirkan gadis yang ditemuinya dan Yaya siang tadi dikedai. Ia merasa Rin memiliki rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun.
'Saat bercerita tadi sepertinya Rin menyembunyikan sesuatu'
Hari semakin gelap dan matanya semakin memberat. Tak berapa lama kemudian kantuk telah membawanya ke alam mimpi.
DEATH GAME
Pagi menjelang Boboiboy yang tidur larut kembali meringkuk kedalam selimutnya. Namun keinginannya kandas ketika mendengar suara Yaya menggedor gedor pintu kamarnya. Boboiboy melangkah bosan menuju pintu dan membuka pintunya.
"Ada apa Yaya. Bisa tidak nggak usah teriak-teriak gitu" ucap Boboiboy malas.
Yaya yang ada didepannya hanya mendelik pada Boboiboy.
"Meski sedang liburan kayak gini bukan berarti kamu bisa malas-malasan Boboiboy. Kau tahu kemarin ada pembunuhan lagi?" omel Yaya sembari mengatakan tujuannya datang kemari.
Boboiboy yang mendengar ucapan Yaya langsung membuka matanya dan menatap Yaya tak percaya.
"Hah? Dimana?" tanya Boboiboy.
"Huh.. Sudah kuduga kau belum mendengarnya. Ada dua pembunuhan semuannya dilakukan di gang sepi pada malam hari. Semua mayatnya hampir memiliki luka yang sama. Kata polisi ada 1 mayat di gang dekat sekolah. Mayatnya seperti kemarin lusa kepalanya hilang. Tubuh terpotong-potong dan diukir namun tidak semua hanya tangan dan kedua kakinya saja yang diukir. Satu lagi jantungnya hilang. Mayat perempuan. Dan rambutnya berserakan dimana-mana"
"Mengerikan" gumam Boboiboy pelan.
"Kau tak membiarkan aku duduk?"
"Ah.. Iya duduklah. Maaf kamarku berantakan"
"Tak apa"
Yaya beranjak duduk di tepi ranjang Boboiboy dan diikuti Boboiboy yang duduk disebelahnya.
"Lalu?" tanya Boboiboy lagi.
"Pembunuhan kedua. Dua orang, satu laki-laki dan satu perempuan. Masing-masing kepala nya ada Cuma tinggal setengah dan terpisah dari tubuhnya. saat ditemukan kepalanya di satukan menjadi satu bagian. Diukir membentuk gambar yang simetris di kedua belahan kepala. Tubuhnya juga terpotong-potong. Semua juga diukir dan dibentuk seperti orang yang berpelukan. Rambut yang perempuan disebarkan seperti backgroud lukisan."
"Huh... Siapa yang melakukan hal keji seperti itu?"
"Entahlah Boboiboy. Aku juga takut untuk keluar. Huhh... ah iya kata polisi ada tulisan DEATH GAME. Dikedua tempat yang ditulis dengan darah. Aku juga tak bisa melihat mayatnya hanya saat aku tanya polisi mereka menjelaskannya." Kata Yaya menjelaskan pada Boboiboy panjang lebar.
Boboiboy semakin bingung. Melawan Adudu memang tidak mudah bahkan kami semua hampir terbunuh tapi sekarang. Ia berhadapan dengan pembunuh keji yang tak berperasaan. Ia memijat kepalanya pelan.
"Kau tak apa Boboiboy?" tanya Yaya khawatir melihat Boboiboy memijat kepalanya.
"Tak apa. Hanya pusing saja memikirkan ini semua. Ugh.. mana Ying, Gopal dan Fang sedang pergi berlibur lagi. Huh.. ngomong-ngomong mana tok aba?"
"Tok aba pergi ke kedai. Apa kita perlu menyelidikinya Boboiboy?" tanya Yaya ia juga terlihat bingung.
"Ohh... aku tak tau Yaya. ini sepertinya sangat mengerikan. Aku tak tau apa aku berani."
"Yahh... aku juga berpikir begitu. Tapi menurutku kita biarkan penyidikannya ditangani polisi. Tapi kita akan berpatroli dengan kekuatan kita. Bagaimana?"
"Eng... Aku tak tau.. Aku tanya tok aba saja. Ya?" kata Boboiboy bingung dengan kasus yang terjadi di pulau rintis sekarang ini.
"Kurasa kau takkan diperbolehkan" gumam Yaya pelan.
"Tak ada salahnya mencoba. Itu lebih baik daripada aku mengendap-endap keluar. Sudahlah kau tunggu di bawah atau dikedai tok aba. Aku mau mandi dulu." Ucap Boboiboy dan beranjak untuk mandi.
"Aku tunggu di kedai"
Yaya yang melihat Boboiboy beranjak. Pergi keluar dan menunggu di kedai tok aba. Sepanjang waktu Yaya juga memikirkan kasus ini. Siapa pelakunya? Bagaimana ia bisa melakukan hal sekeji ini? Semua korban meninggal dengan keadaan termutilasi. Dan apa itu death game. Ini terlalu sulit untuk Yaya yang masih kelas 8 SMP. Ia juga ragu untuk meminta izin orang tuanya berpatroli. Ia juga takut bahkan ia hampir menangis saat memberi tahu Boboiboy tadi. Ini terlalu sadis. Ini terlalu kejam. Apa itu death game? Dia dan Boboiboy harus memecahkannya atau korban akan bertambah banyak.
TBC
Wahhh... Selesai.
Nah seperti yang sudah saya tuliskan diatas tadi.
Aku pengen bikin yang sadis-sadis.
Maaf kalo kurang sadis.
Dan yang saya bingungin kenapa saya malah bikin multi chap. Padahal saya pengen bikin one shoot kalo nggak 2 chap ada.
Dan yahh... maaf Ying, Fang dan Gopal sedang berlibur.
Dan ada satu kendala nama Ocnya itu siapaaa?
Saya beneran nggak bisa milih nama
Tapi terimakasih Hanna-chan karena memberikan nama untuk OC saya yang ini.
Nah yang ini pendek dulu ya.. moga saja bisa dilanjutin. Kalo stok kesadisan saya(?) masih ada.
Hehehehe
Nah.. saya mau bertanya pada minna-san yang membaca fic GaJe saya ini.
Enaknya sad ending atau Happy ending.
Mohon bantuannya minna-san ^_^
Review please