DESTINY IN MY HAND

By: Vin'DieseL D'.Newgates


Disclaimer:

Naruto ©Masashi Kishimoto™.

Highschool DxD ©Ichiei Ishibumi™.

Crossover: Naruto and Highschool DxD

Rating: M

Warning:Sebuah Fanfict Dari Imajinasi asli dari Otak Saya. Kosa Kata dan Aturan Menulis masih datar dan banyak kesalahan, Jadi saya mohon nilailah dengan bijak.


Summary: "Kekuatanmu, kekuatanmu dari buah iblis ini sangatlah mungkin bisa meratakan dunia ini. ./. .Aku tidak keberatan atas tindakanmu itu. Setiap tindakan pasti akan ada akibatnya/. .Takdir, manusia bisa mengubah takdir, tetapi Aku-lah yang menentukan takdir". . .DFU!Naru Godlike!Naru.


.

.

.

.

Berlatih, dengan latihan yang bisa membuat manusia berfisik biasa langsung drop itulah yang Naruto lakukan saat ini, dengan stamina yang semakin menipis membuat nafasnya memburu dengan cepat, keringat terus merambas keluar dari pori-pori kulit secara berlebihan. Dia terus berlatih dengan metode yang diberikan oleh seseorang yang saat ini sedang berdiri tak jauh darinya dan memandang dirinya dengan ekspresi kalem.

"Istirahat," Ucap Dewa Poseidon saat melihat keadaan Naruto yang hampir mencapai batas ketahanan tubuhnya.

Mendengar dari senseinya tak lantas membuatnya berhenti dari kegiatannya yang menghajar tubuh mudanya tersebut. " hhah hah aku masih kuat sensei."

Menghela nafas, sudah berapa kali orang yang memakai pakaian terusan berwarna biru ini mendesah karena mendengar ucapan muridnya ini yang sangat keras kepala. "Aku bilang istirahat!" Ucapnya lagi dengan nada tegas dan kali ini pun Naruto menyerah dan langsung ambruk dengan nafasnya yang seperti banteng jantan bertemu betinanya.

"Hhah hhah hahaha, gomen sensei." Ucap Naruto sambil tertawa walaupun dia terlihat kacau, Dewa Poseidon itupun hanya tersenyum melihat satu muridnya yang tergeletak tak jauh didepannya. Dengan tongkat 'trident' yang selalu tergenggam ditangannya ia berjalan mendekati muridnya dan setelah berada tepat disampingnya ia pun duduk lalu menatap pantai sunset yang sangat bersih didepannya dan menikmati hembusan angin laut sejuk yang menerpa seluruh tubuhnya.

"Naruto," Panggilnya dan hanya direspon deheman oleh Naruto.

"Naruto," Panggilnya lagi namun tetap dijawab dengan deheman saja oleh Naruto.

"Apa aku harus mengajarimu sopan santun lagi?, Naruto!." Ucapnya yang telak membuat Naruto langsung duduk tegap dari tidur terlentangnya. "Hai' Sensei, gomenne Sensei hehe," Jawab Naruto dengan senyum gugup, Dirinya sudah diajari tentang rasa sopan santun dimanapun dan kepada siapapun oleh sang Dewa, tapi mungkin ajaran itu belum menancap pas di otaknya. Dewa Poseidon yang sudah mengetahui hal itu kembali dibuat mendengus.

"Aku mau bicara serius denganmu. Ini tentang tujuan hidupmu yang akan kamu pilih nanti, jadi dengarkanlah!." Menatap Naruto sejenak untuk menunggu respon tetapi Naruto tetap diam dan Dewa Poseidon pun kembali membuka suara...

"Kekuatanmu, dengan kekuatanmu dari buah iblis yang sangatlah mungkin bisa meratakan dunia ini, aku berinisiatif untuk melatih dan membawamu pergi ke sebuah dimensi dunia lainnya."

Naruto termenung mendengar perkataan dari Senseinya, memang ia juga mengakui kekuatannya dari buah iblis ini sangat menakutkan, terlebih lagi jika dirinya mengkolaborasi kekuatan gempa dengan cahaya, dengan kekuatan itu ia dengan mudah bisa melakukan balas dendam dengan keluarga yang ia benci, memikirkan itu membuat senyumannya tersungging, tapi senyuman itu kembali luntur tatkala dia membayangkan kerusakan dan jatuhnya korban lain yang tak bersalah hanya karena keegoisannya.

Ia tak mau di cap egois, ia tidak mau ada korban lain. Tetapi dirinya sangat ingin membalas perbuatan keluarganya, tapi hei tunggu dulu, Senseinya tadi bilang dimensi dunia lain?. Wah itu adalah hal baru lagi yang masuk ke memori otaknya, apa memang ada dimensi lain? ada berapa dimensi sebenarnya? jika ikut bagaimana keadaan dimensi yang akan ditinggali?. memikirkan itu semua membuatnya bingung seketika.

Melihat muridnya yang kebingungan, Dewa Poseidon hanya maklum. "Aku tak menyuruhmu untuk memutuskannya sekarang Naruto, pikirkanlah itu besok. Tidurlah! kau harus mengumpulkan staminamu." perintahnya seraya berdiri dan menjauh dari Naruto yang masih termangu menatap pantai.

.

esok harinya.

.

"Hiahh!" . *buum*

Menjelang fajar kembali mengintip dari ufuk timur, Naruto sudah melakukan pelatihannya kembali, dengan stamina baru tentunya membuat Naruto bersemangat dan kali ini dia berlatih menguasai 'baju besi' yang dikatakan sang guru masih baru 65% ia bisa mengontrolnya. Kekuatan yang berasal dari kemurnian batin ini sangatlah berguna untuk tubuh.

*Duakh Duakh*

*Blumm*

Dewa Poseidon kembali tersenyum saat melihat muridnya bisa merobohkan pohon yang cukup besar hanya dengan dua pukulan, walaupun lambat dalam menguasai salah satu haki tapi muridnya yang satu ini terus berkembang cukup baik setiap harinya. setidaknya Dewa Poseidon bisa melihat suatu tekad yang entah itu apa yang membuat Naruto terus berusaha memperkuat kekuatan miliknya itu.

.

.

.

Merasa kulitnya panas, Naruto pun berhenti sejenak dari latihannya dan tak terasa baginya bahwa bayangan tubuhnya sudah tegak lurus yang bertanda kalau matahari sudah tepat berada diatasnya. Saat melihat Senseinya sedang rebahan dibawah pohon Naruto pun berinisiatif untuk ikut beristirahat disampingnya.

Berjalan dengan tenang setelah itu Naruto duduk bersila disebelah Dewa Poseidon.

melirik sebentar kemudian Naruto ikut tiduran.

"Sensei," Panggilnya

"Kau sudah selesai Naruto?," Respon Dewa Poseidon yang hanya membuka satu matanya.

Naruto pun menggelengkan kepalanya. "Belum Sensei, aku hanya ingin istirahat sebentar karena aku merasa seperti enak melihat Sensei yang berteduh dibawah pohon dengan lambaian angin segar."

Dewa Poseidon pun tertawa renyah mendengar ucapan muridnnya ini.

"Sensei, aku memutuskan untuk ikut dengan mu." Pernyataan yang terlontar mulus dari mulut Naruto membuat Dewa Penguasa laut itu langsung membuka kedua matanya.

"Aku menyuruhmu untuk berpikir dahulu." Ucapnya tanpa menatap Naruto yang saat ini terlihat cuek dan santai.

"Aku sudah memikirkannya Sensei, saat Sensei mengatakannya kemarin aku berpikir, dalam latihan di setiap pukulanku aku berpikir, di setiap lariku aku berpikir, di setiap kelelahanku aku juga berpikir dan menimbang-nimbang apa yang Sensei ucapkan kemarin." Jawab Naruto yang saat ini merebahkan tubuhnya sambil menggerakkan kedua kakinya.

"Baiklah kalau begitu." Ucap Dewa Poseidon, kemudian dia duduk bersila dan kedua matanya menerawang kedepan. Naruto juga ikut bangun dari tidurnya dan bersila sama dengan Senseinya. "Kapan kita akan pergi Sensei? oh iya Sensei akan membawaku ke dimensi mana?." Tanya Naruto menatap Dewa Poseidon yang kini berada disampingnya.

Dewa Poseidon pun langsung menatap Naruto dengan ekspresi serius diwajahnya. "Besok, besok kita akan pergi ke dimensi tempatku seharusnya." dan Naruto pun hanya mengangguk lalu melihat Senseinya kembali menatap kedepan, namun Naruto bisa melihat raut wajah Dewa Poseidon yang tadinya serius perlahan berubah seperti terlihat menahan tawa.

"Dan, dan kalau soal Dimensi, sebenarnya Sensei tidak bisa membawamu pindah dimensi bersamaku khahahaha."

"Are?." setetes keringat sebesar biji muncul di belakang kepala Naruto saat dia baru pertama kali tahu Senseinya tertawa lepas seperti ini, terus kenapa Senseinya menawarinya untuk pergi pindah dimensi padahal dia tidak bisa membawanya pergi.

" Ghahahaha, fyuhh hehe aku tahu kau pasti berpikir kenapa kau kuajak pindah dimensi padahal aku tak bisa membawamu, 'kan?." Naruto kembali mengangguk.

"Yah karena aku punya sesuatu yang akan menjadi milikmu dan bisa membimbingmu menuju dimensi itu."

Dewa Poseidon berdiri kemudian diikuti Naruto dan mereka saling berhadapan. Saat Naruto melihat tangan Senseinya menengadah seperti meminta sesuatu darinya, dan hal tersebut membuat Naruto bingung, dengan clingak-clinguk ke kanan kiri Naruto mencari sesuatu dan dia mendapati sebuah ranting kecil tepat dibawah kakinya kemudian Naruto mengambil ranting tersebut dan diletakkannya ke tangan Senseinya.

"Hee?," Dewa Poseidon juga ikutan bingung dengan ulah Naruto.

*Duaakh*

"Ittai~"

Dewa Poseidon melempar ranting itu tepat mengenai dahi Naruto dan membuatnya meringis kesakitan. "Untuk apa ranting itu?," Tanyanya.

"Hehe, aduh kukira Sensei meminta sesuatu padaku tadi." Jawab Naruto sekenanya sambil mengelus dahinya yang terlihat sisa lemparan ranting tadi membekas tanda garis miring merah.

"Oh, pfft tidak Naruto, aku ingin memberimu sesuatu jadi lihatlah!." Tangan Dewa Poseidon kembali menengadah dan dari ketiadaan muncul sebuah pusaran, dan pusaran itu menjatuhkan dua benda berbentuk buah dengan ukiran-ukiran aneh.

"B-buah iblis? i-tu buah iblis, kan? Sensei?," Dengan tergagap Naruto berbicara dan matanya tak pernah lepas dari dua obyek yang tergenggam ditangan Dewa Poseidon.

"Benar, ini buah iblis yang aku kumpulkan. kau harus memakannya tapi—" Ucapan itu terputus saat Naruto langsung hendak mengambil kedua buah tersebut.

Dengan sigap, Dewa Poseidon menahan gerak Naruto dengan memegang pucuk kepalanya dengan tangan kiri. "Tunggu dulu, dengarkan aku Naruto."

Setelah Naruto berhenti bergerak Dewa Poseidon kembali melanjutkan ucapannya yang tadi terputus. "Kemungkinan ada resiko, berbeda dengan kemarin, aku merasa ragu apakah tubuhmu masih kuat menampung kekuatan dua buah iblis ini, kau tahu sendiri, tubuh hancur lebur tak bersisa adalah resikonya."

Perkataan itu membuat Naruto menegang, kepalanya tertunduk sampai wajahnya tertutupi oleh poni rambutnya.

Sesaat kemudian Naruto mendongakkan kepalanya dan menatap Dewa Poseidon yang kini juga menatapnya dengan ekspresi tanda tanya.

"Aku tidak peduli Sensei, jika aku mati pun tak ada yang menangisi atau peduli denganku, tak akan ada yang mencariku karena aku manusia yang tidak berharga. Maka dari itu aku akan memakannya..."

"Jika aku mati itu sudah nasibku dan jika aku baik-baik saja maka itu adalah keberuntunganku, berharap agar kekuatan ini bisa bermanfaat untukku."

Hati Dewa Poseidon mencelos mendengar Pernyataan tanpa beban muridnya. Keheningan tercipta setelah Naruto mengucapkan kata tersebut, karena semua dalam kondisi merenung dalam hati.

'Salah, kau sudah ku anggap seperti putraku sendiri, kau termasuk orang yang berharga bagiku dan tak akan kubiarkan kau mati konyol. Aku harus mengantisipasinya' batin Dewa Poseidon.

"Baiklah, tiap buah ini gigitlah satu gigitan!." Perintah Dewa Poseidon memecah keheningan, lalu ia menyerahkan dua buah iblis itu ke tangan Naruto.

"Akan aku gigit sekarang Sensei." Naruto langsung menggigit kedua buah itu sekaligus seperti memakan buah terdahulu. Begitu pula rasanya yang tidak enak membuat Naruto menahan rasa muntah yang amat sangat.

Tak lama setelah memakannya, Naruto merasakan tubuhnya tubuhnya seperti sedang terbakar, keringatpun akhirnya kembali bercucuran. " Pa-panas sekali Sensei," Dengan tubuh gemetar Naruto menyampaikan keluhannya ke Dewa Poseidon yang ternyata sudah berada tepat dibelakangnya dengan mata memancarkan sinar redup kebiruan.

'Syaraf disemua tubuhnya tidak singkron dengan perintah otak, aku harus membantu menetrasinya.' Pikir Dewa Poseidon.

"Ugh."

"Tahan Naruto, tetap atur pernafasanmu. jangan sampai telat bernafas beberapa detik." Kata dewa Poseidon yang tangan kanannya kini memegang pundak Naruto. Tangan tersebut memancarkan cahaya lembut kebiruan dan menjalar kesemua tubuh Naruto.

Saat beberapa menit berlalu kini Naruto menghela nafasnya secara teratur dan sepertinya gangguan itu sudah tak dirasakannya lagi.

'Tak kusangka tubuhnya begitu kuat menampung lebih dari tiga buah iblis dan itu pun hanya terkendala gangguan tak berarti, aku berani bertaruh kalau anak ini masih bisa membendung satu buah iblis lagi.' batin Dewa Poseidon sambil mengamati Naruto yang kini terlihat kelelahan.

"Istirahatlah!." Perintahnya.

Naruto menganggukkan kepalanya. Entah kenapa tubuhnya terasa berat setelah mengkonsumsi buah iblis tadi.

Satu hari penuh Naruto tidur dan itulah yang membuat Dewa Poseidon geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak?, setelah terbangun Naruto langsung berlari kearah pantai dan mencoba kekuatan baru miliknya sampai tergeletak lemas dan satu lagi,

'apa dia tidak lapar?.'

Ya Dewa Poseidon, dia tahu bahwa Naruto adalah anak yang hiperaktif dan itu tidak masalah selagi itu masih tahap normal dan tidak menyakiti tubuhnya secara berlebihan.

*2 hari kemudian*

"Baiklah, walaupun waktu kita molor tapi tidak apa-apalah, kemarin sudah kuberitahu tapi akan ku ulangi lagi, setelah masuk kantung dimensimu, carilah jalan menuju inti dimensi, cepat-cepatlah cari sorotan dimensi berwarna biru kecil lalu masuklah secepatnya, jika kau lama-lama di pusat dimensi tubuhmu secara perlahan akan lenyap jadi artinya sama dengan mati mengerti, Naruto?."

Naruto mengangguk. "Baiklah aku pergi dulu," Setelahnya tubuh Dewa Poseidon menghilang meninggalkan Naruto yang kemudian dirinya melompat dan melayang di atmosfer.

Bergumam sesuatu, secara perlahan didepan Naruto tercipta sebuah pintu aneh dan Naruto membukanya, sebelum masuk kedalamnya Naruto menoleh kebelakang, sebuah pemandangan terakhir dunia yang sekarang akan ia tinggalkan.

"Sayounara."

Satu ucapan yang disuarakan Naruto dan dia memasuki pintu tersebut yang langsung tertutup.

.

.

.

.

Sebuah tempat yang sangat megah, lampu berhiaskan kristal yang bersinar terang namun terkesan menyejukkan, lantai yang sangat bening sebening kristal dan anehnya tempat tersebut seperti di kedalaman dasar laut yang dibuktikan oleh pembatas dinding transparan yang membatasi area kering dengan area ikan-ikan berbagai jenis berenang bebas. Di satu tempat yang ada disitu terlihat Dewa Poseidon yang duduk di singgasana dengan salah satu tangan menopang dagu dan ia menunggu, menunggu muridnya.

Sekian waktu berlalu terciptalah sebuah pintu aneh didepannya, lalu keluar dari pintu itu sesosok manusia berumur belasan tahun berambut kuning dengan mata berwarna biru cerah yang langsung membungkuk dihadapannya.

"Selamat datang di Istanaku Naruto, kenapa lama sekali?," Berdiri dari tempat duduknya Dewa Poseidon berjalan menghampiri Naruto.

"Maaf Sensei tadi di inti celah dimensi aku terkejut dan takjub saat melihat makhluk besar bersayap berwarna merah sedang berenang dengan bebas tanpa gangguan. aku merasa senang melihatnya jadi pasti Sensei tahu lanjutannya," Jawab Naruto dengan wajah tanpa dosanya.

Dewa Poseidon sedikit terkejut mendengar pernyataaan Naruto barusan lalu. . .

"Kau mendekatinya secara diam-diam dengan memanipulasi buah iblis ketubuhmu dan ikut melayang dibelakangnya?." tebaknya dan Naruto mengangguk polos.

'Astaga, bocah koplak.' Pikir Dewa Poseidon.

"Kau harus berhati-hati Naruto, yah yang terpenting kau selamat. Istirahatlah! kuantar kau ke kamarmu," Dengan tampang lelah Dewa Poseidon pun memberi isyarat ke Naruto supaya dia mengikutinya.

Sesaat dalam perjalanan mata Naruto tak henti-hentinya memandang takjub istana tersebut, begitu besar dan indah. Relief-relief yang tercetak di dinding menambah nilai plus, tapi masih ada yang kurang yaitu. .

"Tempatnya Luas dan besar, tapi kenapa sepi sekali, Sensei?." tanya Naruto. Ya, tempat tinggal bak istana dengan berbagai hiasan dan seluk beluk yang banyak seperti ini siapa yang mengurusnya? dan Naruto berpikir kenapa Seorang Dewa seperti Senseinya ini tidak memiliki pembantu atau Istri.

"Para pengurus pada mudik," Jawab Dewa Poseidon sekenanya.

"Oh, aku mengerti." Tanggap Naruto yang langsung percaya.

'Mudah sekali dibohongi,' Pikir Dewa Poseidon langsung down.

Tak lama kemudian mereka berhenti didepan sebuah pintu besar kemudian Dewa Poseidon membukanya.

"Ini kamarmu, masuklah dan jangan sungkan, anggaplah ini rumahmu sendiri."

"Arigatou Sensei." jawab Naruto senang.

"hm, besok kau akan kulatih kembali sampai kau bisa menguasai ketiganya dan saat latihan besok jangan harap aku memberikan kasih padamu jadi siapkan dirimu." ucap tegas Dewa Poseidon.

"Aku mengerti dan aku menerimanya karena sesuai kodratnya seorang murid patuh kepada gurunya." Sebuah tanggapan dari Naruto yang membuat Dewa Laut itu tersenyum puas.

"yah, Sensei rasa itu saja, istirahatlah!." ucap Dewa Poseidon sambil berlalu.

"hai', terima kasih." Naruto pun menutup pintu kamar tersebut dan kemudian berbalik menuju tempat tidur yang sudah tersedia lalu menghempaskan tubuhnya, menutup mata secara perlahan sampai dirinya benar-benar memasuki alam mimpinya.

.

.

Naruto POV

Kubuka kedua mataku dan apa yang kulihat bukan lagi kamar yang tadi kutempati untuk tidur, melainkan didepanku adalah sebuah panorama bernuansa Alam, pepohonan dan rumput yang tumbuh rapi serta sebuah danau ditengahnya, menurutku pemandangan ini sangatlah indah, pemandangan yang membuatku merasakan ketenangan jiwa yang sangat susah di ucapkan, tetapi ini dimana? tempat apa ini?.

Aku berjalan mendekati danau tersebut, kulihat airnya begitu jernih. Ah rasanya ingin sekali membasuh mukaku saat melihatnya dan tanpa ragu aku meraup air dengan kedua tanganku lalu membasuhnya ke mukaku.

"Ah segar sekali airnya," ucapku sendiri.

"Kau memilih pilihan kedua, Naruto?."

hee? suara siapa itu?, pandangan mataku kuarahkan ke semua sudut yang ada disitu tapi aku tidak menemukan apapun, lalu siapa yang berbicara tadi.

"hallo, siapa yang bicara tadi?." Teriakku.

"Aku tidak keberatan atas tindakanmu itu. Setiap tindakan pasti akan ada akibatnya, tetapi walaupun begitu kau akan tetap bertemu salah satu dari 'mereka'."

Kudengar lagi suara misterius itu. Kucoba berlari mengelilingi daerah itu dan dengan bodohnya mataku tetap saja mengobservasi area tersebut dan hasilnya nihil, hanya akulah yang ada disitu.

"Aku, aku tidak mengerti apa yang anda ucapkan. Tapi tolong tunjukkan diri anda!," Teriakku kembali mencoba mencari tahu sumber suara yang menurutku sangatlah merdu itu.

"Ada saatnya kau akan melihat-Ku dan berada disisi-Ku."

'Nani? apa maksudnya?,' Batinku masih bingung.

" Takdir, manusia bisa mengubah takdir, tetapi Aku-lah yang menentukan takdir. Ingatlah ini, Aku tetaplah menyayangimu dan mencintaimu Karena aku menyayangi dan mencintai semuanya."

Saat itulah tubuhku langsung membeku, kedua mataku memanas dan dengan cepat airmata mengalir dengan deras di pipiku. Entah kenapa ucapan tersebut membuat perasaanku begitu senang. Apakah suara itu berasal dari—.

"Hahh hahh hah."

Dalam sekejab aku terbangun dari tidurku dengan nafas tak beraturan dan keringat mengucur deras di sekujur tubuhku.

'Mimpi?,' Batinku.

Kulihat disampingku telah tersaji segelas air dan tanpa ragu langsung kuteguk habis air tersebut, aku melamun beberapa menit karena kurasakan tubuhku agak lemas, setelahnya aku merasa mengantuk kembali menyerang lalu kuposisikan kembali tubuhku yang nyaman untuk kembali tidur, tetapi aku masih bingung siapa dan apa maksud dari suara misterius dalam mimpiku barusan. Itu seperti sangat nyata dan Ahh gak tahulah mending aku tidur lagi.

Naruto POV end.

Esok harinya Naruto terbangun dari tidurnya, tetapi ia dikejutkan oleh sosok perempuan cantik berpakaian maid dengan elegant telah berdiri disamping tempat tidurnya, Naruto menatap orang tersebut dengan tatapan bingung sekaligus 'takut'.

"Maaf, anda siapa?," Tanya Naruto selagi matanya terus menatap gerak-gerik maid tersebut.

"Maaf kalau saya lancang telah masuk kamar tuan tanpa izin, saya adalah maid istana dan saya diutus Poseidon-sama untuk menunggu tuan—"

"Aku bukan tuanmu. Panggil saja Naruto!," Potong Naruto cepat, entah kenapa ia merasa risih dengan kata itu.

"Ma-maaf, tetapi saya tak boleh lancang. Dan anda ditunggu Poseidon-sama di meja makan. Mo-mohon ikuti saya!," Ucap Maid tersebut sembari membalikkan badannya.

Naruto merasa bingung dengan tingkah maid yang ada disampingnya ini, Naruto tahu kalau maid tersebut terlihat gugup, tapi gugup dengan siapa?

"Ano, aku belum mandi," Tanggap Naruto yang membuat tubuh maid tersebut menegang seketika.

"Sa-saya bisa memandikan tuan kalau mau." Ucap maid perempuan itu kembali menghadap Naruto sambil menundukkan kepalanya.

"Hee? aku sudah dewasa kok jadi aku bisa mandi sendiri," Jawab Naruto sambil tersenyum polos, "Tunggulah diluar!."

Maid tersebut langsung mengangguk lalu berjalan keluar kamar. Dirinya sangat malu dengan ucapannya tadi, tetapi itu juga bukan salahnya karena kebanyakan tamu tuannya selalu meminta pelayanan penuh dan ternyata tamu yang satu ini sangatlah berbeda.

Setelah membersihkan badannya dengan air, Naruto bergegas memakai pakaiannya, sebuah kaos warna merah dengan celana panjang warna hitam sudah melekat di tubuh dan ia pun segera menemui maid yang sudah menunggunya lalu maid tersebut memimpin jalan.

Setelah tiba di meja makan Naruto pun duduk dan maid tersebut izin untuk pergi karena pekerjaannya telah selesai, dan kini Naruto telah melihat Dewa Poseidon di depannya dengan wajah tersenyum.

"Hehe bagaimana pelayanan maid tadi, Naruto?" Dewa Poseidon membuka suaranya dengan pertanyaan yang membuat Naruto linglung.

"Pelayanannya baik kok Sensei." Jawab Naruto jujur.

"Wah, kau apakan dia? apa sampai menjerit?," tanya Dewa Poseidon sambil tersenyum misterius dan menatap Naruto yang terlihat menatap berbagai hidangan enak yang sudah tersaji di meja tersebut.

Mendengar pertanyaan itu, Naruto mengernyit bingung lalu mengalihkan pandangan ke Senseinya. "Menjerit?, kurasa tidak tadi. Aku menyuruhnya untuk menungguku diluar saat aku mandi dan kurasa itu tidak membuatnya menjerit Sensei,"

'Plakk'

Dewa Poseidon menampar dahinya sendiri saat mendengar jawaban jujur Naruto barusan. Ia lupa bahwa Naruto adalah anak yang masih polos dan kebangetan. Tapi dihatinya ia sangat senang karena otak Naruto belum terkontaminasi dengan hal-hal yang erotis dan masihlah suci. Namun Dewa Poseidon berharap hal tersebut tidak akan menjadi hambatan Naruto kedepannya dan dalam benaknya walaupun dirinya ahli dan mempunyai banyak sekali wanita disekitarnya namun, ia berjanji tidak akan menyalurkan pelajaran tentang wanita, biarlah secara alami Naruto tahu sendiri.

"Yah, sekarang kita makan lalu memulai latihanmu lagi!," Dengan lemas Dewa Poseidon mengambil makanan yang sudah disiapkan.

"Baik." Jawab Naruto.

.

.

.

Setelah selesai makan, Naruto diajak Dewa Poseidon berteleport ke sebuah tempat dimana Naruto dan Dewa Poseidon berdiri di sebuah jembatan kecil dan dibawahnya terdapat sungai dengan aliran air yang sangat deras dan juga banyak batuan besar. Naruto melihat semua yang berada disitu, matanya dengan liar mencoba mengobservasi daerah itu.

"Sensei?." tanya ambigu Naruto.

"Kau tahu, tubuhmu masih lembek dan aku akan memulai latihan lagi dengan mengedepankan ketahanan fisikmu lagi atau bisa kubilang memasterisasi 'aura pertahanan'," Ucap Dewa Poseidon yang kedua tangannya memencet beberapa bagian tubuh Naruto. Naruto yang diberlakukan begitu cuma bingung.

"Dengan cara?,"

"Lihatlah sungai yang berada dibawah kita!," Naruto pun mengikuti perintah Dewa Poseidon dan menatap sungai tersebut.

"Sensei, jangan bilang —,"

*Bukk*

"Uwaaaa~,"

Sebelum menuntaskan perkataannya, Naruto sudah terlebih dahulu terjun ke sungai ganas yang ada dibawahnya karena sebuah dorangan tangan yang tak lain adalah tangan milik Dewa Poseidon.

"Gahahahaha, Gunakan Pertahananmu untuk menahan benturan tubuhmu dengan bebatuan… cobalah bertahan dan aku akan mengawasimu," Teriak Dewa Poseidon sambil tertawa melihat Naruto yang gelagapan menerima hantaman air sekaligus bebatuan tersebut.

"Sensei gilaaaa," Teriak Naruto.

"Gahahahaha, latihan berat dimulai," Tawa Dewa Penguasa lautan tersebut.

.

.

.

TBC


A/N: Bisa dibilang fict ini Masih Prolog. Saya mengambil alur Fanfict Retaliation dimana saat Naruto Masih dilatih Dewa Poseidon Di Pulau dan dengan imajinasi saya, saya membuat Naruto memilih Pilihan kedua yang diajukan Dewa Laut tersebut.

Disini 'Tuhan tidak mati'. dan Soal mimpi Naruto, dia sama sekali tak mengetahui bahwa yang berbicara dengannya itu adalah Tuhan, Rasanya gimana gitu kalau bertemu Tuhan secara Instan... oh satu lagi soal latihan dengan terjun ke sungai ganas itu tidaklah hoax, saya ambil itu dari kisah Ayah saya yang dulu adalah seorang Sensei Aliran 'Kalimasada' untuk Melatih ketahanan tubuhnya.

Untuk Kekuatan DF pastinya ada perubahan dan penambahan karena fict ini berhubungan dengan fict Retaliation. Jika jeli membaca kalian akan tahu maksud saya. Dan maaf jika menurut kalian ini Mainsetrum atau mainstream. zz

.

Sekian.

Review boleh, gak Review juga boleh..

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA KARANGANKU. :) :)