.


SWEET ATTEMPTS


.

Semua orang tahu siapa Do Kyungsoo.

Lelaki itu terkenal karena tatapan sadis yang ia lemparkan kepada setiap mata yang melihatnya. Kyungsoo tidak pernah bermasalah dengan julukan 'Satansoo' yang seluruh murid berikan padanya. Ia justru senang tidak ada orang yang berani mengganggu atau mendekatinya.

Namun, hal itu mulai berubah sejak satu murid pindahan masuk ke kelasnya.

Kim Jongin.

Beberapa minggu terakhir, Kyungsoo menjadi pelanggan tetap Ruang Kepala Sekolah tiap Rabu siang. Karena Kim Jongin adalah seseorang yang—dengan berbagai cara selalu memancing emosinya naik pada jam pelajaran olahraga.

Misalnya, seperti hari ni.

Kyungsoo duduk di Ruangan Mr. Park dengan luka di sudut kiri bibir, lebam di kedua pipinya, dan pergelangan tangannya yang terkilir. Sedangkan Lelaki berkulit tan di sebelahnya tidak berhenti berdesis saat menyentuh memar di bawah dagunya sendiri.

Mr. Park mendesah bosan mendapati kedua murid ini ada di ruangannya lagi. "Sebenarnya apa masalah kalian?"

Kyungsoo membuka mulutnya terlebih dahulu, "Dia sengaja menyandungku dengan kakinya."

Pandangan Mr. Park beralih ke Jongin yang menyeringai tipis. "Ah, benarkah? Aku rasa itu karena kaki pendekmu yang kikuk mulai lupa cara berjalan."

Kyungsoo segera menoleh ke arah Jongin, ia menahan keinginannya kuat untuk tidak menendang muka lelaki itu.

"Airhead." Gumam Kyungsoo cukup keras agar Jongin bisa mendengarnya.

Jongin mengangkat sudut bibirnya lalu membalas, "Prick."

"Arsehole."

"Cockhead."

"Dickbag."

"Lameass."

Mr. Park menggebrak meja hingga kedua murid itu hampir melompat dari kursinya karena terkejut.

"Aku tidak mengumpulkan kalian di sini hanya untuk mengeluarkan kata kotor di kantorku. Dan Do Kyungsoo," Mr. Park mengacungkan jarinya ke arah lelaki bermata besar di hadapannya, "aku bukan bertanya apa masalah kalian sekarang. Tapi sebab awal kalian mulai selalu berkelahi. Aku tidak segan mengeluarkan hukuman skors kali ini."

Kyungsoo menarik nafas panjang lalu melirik ke Jongin yang sedang melihatnya sambil bersandar dengan santai.

"Kalian punya waktu satu menit untuk menjawab pertanyaanku." Tandas Mr. Park yang mulai gusar.

Kyungsoo memperhatikan lelaki di sampingnya. Jongin melipat kedua tangan di dada, masih belum menghilangkan seringai sombong di wajahnya.

Karena dia satu-satunya orang yang berani menatap mataku tanpa ketakutan setelahnya. Pikir Kyungsoo dalam hati.

Karena dia punya mata yang indah dan dia terlalu bodoh untuk menyadarinya. Batin Jongin.

Karena aku mulai benci melihat bagaimana tampannya dia saat mencetak gol ketika sedang bermain bola.

Karena bibir penuhnya yang sensual makin mengacaukan kosentrasiku saat sedang berada di kelas.

Karena aku tidak tahu bagaimana cara mengagguminya dengan benar.

Karena menggodanya adalah salah satu cara agar dia tahu bahwa aku ada.

Mr. Park yang menangkap keheningan di sekitarnya segera bertanya, "Adakah dari kalian yang sudah menemukan alasannya?"

Jongin mengacungkan tangannya ke udara walaupun hal itu tidak dibutuhkan karena mereka hanya bertiga di ruangan ini.

"Because he's a selfish pig." Jawab Jongin ringan.

"And he's just a cocky bastard, that's why Mr. Park." Sahut Kyungsoo yang tidak mau kalah.

Mereka berakhir dengan amukan dari Mr. Park selama dua jam penuh dan hukuman skors selama tiga hari.

Saat keluar dari kantor Mr. Park, Kyungsoo segera menarik Jongin ke ruang Infirmary dan mendorong lelaki itu sampai bertemu dinding di belakangnya.
Ia menekankan salah satu lengannya ke leher Jongin dengan susah payah karena lelaki itu lebih tinggi darinya. Jongin hanya menyeringai.

"Kamu lebih baik memperbaiki ini semua. Aku tidak mau orang tuaku tahu aku mendapat skors akibat perkelahian bodoh karena tingkah konyolmu."

Jongin menelengkan kepalanya ke samping, "Bukankah kamu yang memukulku duluan?"

"Tapi kamu yang secara sengaja menyulut amarahku."

"Lalu kamu menyalahkaku karena kamu tidak bisa menahan emosimu?"

Kyungsoo menguatkan tekanan lengannya di leher lelaki itu, "Aku tidak tahu apa masalahmu denganku, tapi aku tahu jelas sekarang kenapa aku membencimu."

Karena kamu membuatku ingin menghilangkan seringai di bibirmu menggunakan bibirku. Aku membayangkan, rasa apa yang akan kukecap ketika aku menciummu?

"Oh, tenanglah. Sekarang aku punya satu tambahan alasan yang mendorongku untuk terus mempermainkan amarahmu." Sahut Jongin.

Karena kamu membuatku berpikir untuk menukar posisi kita saat ini agar aku bisa memulai mencari bagian-bagian sensitif di tubuhmu dengan lidahku.

Mereka tidak melepaskan pandangan mereka satu sama lain. Tidak ada satupun yang menyadari wajah mereka berada di jarak yang terlalu berbahaya. Kyungsoo bahkan bisa merasakan nafas Jongin meniup bulu matanya.

Entah siapa yang memulai duluan, jarak di antara mereka makin menipis.

"Kamu tahu apa yang akan membuatmu lebih marah?" tanya Jongin. Tanpa menunggu jawaban dari lelaki itu, Jongin membungkuk mendekat lalu berbisik di telinga Kyungsoo, "Jika aku menciummu sekarang."

Mata Kyungsoo membelalak, namun sebuah senyum licik tergambar di wajahnya. "Do it, dan aku bersumpah aku akan mematahkan hidungmu."

"Ah," Jongin meraih lengan Kyungsoo lalu dengan cepat menukar tempat mereka "kamu menantangku?"

Ia menyeringai sebelum akhirnya mendaratkan bibirnya ke bibir Kyungsoo. Jongin menahan pergelangan tangan Kyungsoo di atas kepalanya hingga lelaki itu tidak bisa bergerak.

Ia melumat bibir Kyungsoo layaknya singa lapar dan Kyungsoo membalasnya lebih liar lagi. Jongin menggigit bibir bawah Kyungsoo lalu menjilatinya seperti permen. Lidah lelaki di depannya mulai menjelahi bagian dalam mulutnya. Ia menangkap lidah Kyungsoo lalu menghisapnya kuat. Kepalan tangan Kyungsoo mengeras merasakan getaran yang menguasai tubuhnya. Lalu ciuman mereka melambat. Seakan sedang menikmati bibir masing-masing. Jongin mengalihkan bibirnya ke garis rahang Kyungsoo, lalu ke lehernya. Ia melepaskan pegangan di pergelangan tangan Kyungsoo dan beralih meraih pinggang lelaki itu agar mereka lebih dekat.

Kyungsoo mencakar punggung Jongin saat lelaki itu menghisap lehernya. Ia menggigit bibir merasakan nafas Jongin kini menggelitik telinganya. Dan desahan akhirnya terdengar ketika Jongin menjilat bagian belakang telinga Kyungsoo.

Kyungsoo merasakan kakinya lumpuh untuk sesaat.

Lelaki di depannya menyeringai lalu kembali berbisik, "Jackpot."

Kyungsoo mencengkram lengan Jongin lalu menarik lelaki itu kembali dalam ciuman. Lidah dan bibir mereka terus beradu hingga akhirnya mereka terengah.

Saat bibir mereka berhenti bertautan, Kyungsoo segera meninju Jongin kuat tepat di hidungnya yang menghasilkan teriakan kesakitan dari lelaki itu.

"Horndog." Desisnya marah.

Jongin tidak membalas. Ia mengambil tisu untuk menyeka hidungnya yang berdarah, "Aku bertaruh tidak ada orang lain yang pernah mendengarmu mendesah seperti tadi."

Kyungsoo ingin melayangkan tinju keduanya, namun Jongin menangkap tangannya lebih cepat. Ia kembali menjilat bagian belakang telinga Kyungsoo hingga lelaki itu mendesah lebih keras dari sebelumnya. Jongin tertawa puas. Ia berjalan keluar dari ruangan itu diikuti dengan Kyungsoo di belakangnya.

"See you again in three days, shorty." Ucap Jongin sambil mengacak rambut Kyungsoo. "Don't miss me."

"Oh, like hell i will, you bastard."

Mereka bertatapan tajam sebelum akhirnya berbalik ke arah yang berlawanan. Sebuah senyum melekat di masing-masing wajah kedua lelaki itu.

Coffee and mint. Bibirnya terasa seperti kopi dan mint. Gumam Kyungsoo dalam hati.

Belakang telinga. Jongin mengulang dalam kepalanya. Ia paling sensitif di bagian belakang telinga.

Saat Kyungsoo menoleh untuk melihat Jongin sekali lagi, ia mendapati lelaki itu juga sedang menatapnya.

"What?" tanya Kyungsoo dengan nada tinggi.

Jongin menyeringai kecil, "Hanya ingin memastikan kaki pendekmu berfungsi dengan baik saat ini."

"Mind your own fucking business, jerk." Tutup Kyungsoo sebelum berjalan cepat meninggalkan lorong itu.

Jongin tersenyum melihat darah di tisu yang ia genggam. Kyungsoo boleh saja menghajarnya sampai babak belur.

Itu tidak akan menjadi masalah.

Selama mata indah dan bibir penuh itu hanya bisa ia nikmati sendiri, itu tidak akan pernah menjadi masalah.

Setelah menarik tasnya ke bahu, Jongin bersiul di sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya.


THE END


-Author's Note-

Ini adalah pertama kalinya aku nyoba bikin drabble.

Berharap banget semoga di percobaan pertama ini nggak gagal, karena ini dibuat dalam waktu yang super singkat hehehe.

Sangat ditunggu sekali kritik, saran serta review-nya XD

KAISOO FTW!

-RedSherr88-