Halo semuanya... Rhymos-Ethereal kembali dengan fanfic baru tapi ide mainstream -_-

Sebelumnya jikalau ada kesamaan, baik dari alur cerita, nama karakter, nama tempat atau apapun itu, saya mohon maaf sebesar-besarnya dan saya jamin saya bukanlah seorang plagiat.

Baiklah... mari kita mulai saja fic ancur ini...

Disclaimer: KnB adalah milik Fujimaki Tadatoshi seorang.

Pair: ? x OC (Hanako Sakamaki)

Summary: Di Teikou High, enam lelaki populer, atau biasa dinamakan Kisedai, dan satu lelaki lain bernama Kagami Taiga selalu menjadi incaran seluruh siswi di sana. Tapi mereka semua selalu menolak ajakan kencan dari semua siswi! Apa alasannya?


Kuroko Tetsuya

"K-Kuroko-senpai! Maukah kau berkencan denganku...?"

Kuroko Tetsuya, lelaki berambut baby blue itu memandang datar gadis yang baru saja 'menembak'nya. Sebenarnya ia ingin sekali menghela napas kesal, tapi berhasil ditahannya. Ini sudah yang ke DUA PULUH SATU kalinya seorang gadis menembaknya dalam seminggu ini!

Kuroko adalah salah satu lelaki populer di Teikou High ini. Dengan wajah baby-facenya, rambut biru langit yang lembut, dan sifat yang sangat sopan -kelewat sopan malah- siapa yang tidak mau berkencan dengan pemuda stoic ini?

Namun hatinya itu se-stoic wajahnya, dan sampai saat ini, tidak ada satupun gadis yang berhasil merebut hatinya.

Well, kecuali satu orang gadis. Dan dia tidak berniat untuk memberitahukannya pada siapapun.

Ia menarik napas, dan kembali mengatakan jawaban yang sudah membuat dua puluh gadis lain mengalami broken heart.

"Maafkan aku, Iorii-san, tetapi aku sudah punya gadis yang kusukai."


Kagami Taiga

"Kagami-kun! Aku sudah membuatkan bento untukmu! Sebagai gantinya, jadilah pacarku ya~?"

Lelaki berambut merah-hitam itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, pasrah dengan senpainya ini. Gadis itu sebenarnya sudah ia tolak sejak dua hari yang lalu, tapi entah gadis ini memiliki mental sekeras baja atau apalah, ia tetap mencoba mengajak Kagami untuk berkencan dengannya.

Ia juga termasuk salah satu lelaki populer di Teikou High, walaupun tidak sebeken Kuroko. Sebetulnya ia sendiri bingung apa yang bagus dari dirinya. Wajahnya garang (yah, walaupun tidak segarang wajah Aomine Daiki, sahabat, rival, DAN sepupunya), tubuhnya tinggi besar -efek dari bermain basket selama bertahun-tahun, dan tambahkan juga alisnya yang terbilang cukup... aneh (oke, bukan aneh, tapi aneh BANGET).

Bagaimana mungkin, ia dengan segala ciri itu, bisa mendapatkan salah satu posisi '10-besar-lelaki-paling-populer' di Teikou High?

Kagami pernah menguping pembicaraan salah satu grup gadis-gadis centil yang sedang bergosip tentangnya. Mereka bilang meskipun dari luar dirinya terlihat menakutkan, tetapi sifatnya yang baik bak malaikat itulah yang membuat Kagami menjadi incaran hampir sebagian besar populasi siswi-siswi di Teikou High. Kagami sweatdrop setelah mendengar komentar-komentar dari para gadis itu tentangnya, yang menurutnya terlalu... berlebihan.

Lamunannya terhenti ketika senpai genit di hadapannya ini melambai-lambaikan tangannya di depan wajahnya sambil terus menyerocos, "ne, Kagami-kun, bagaimana? Maukah kau berkencan denganku? Ne? Kenapa kau melamun?"

'For God's sake, senpai! TIDAK BISAKAH KAU DIAM DAN MENINGGALKANKU?!' ingin rasanya Kagami berteriak seperti itu, untungnya ia berhasil menahannya. Ia pun hanya menggeleng pelan dan berkata, "gomennasai, senpai. Tapi aku menyukai gadis yang lain."


Kise Ryota

Pemuda berambut pirang itu rasanya ingin menangis keras-keras saat ini.

Bagaimana tidak? Ia baru saja ingin ke kelas 10-C, kelas gadis pujaannya 'itu' berada, tetapi belum setengah jalan, dan sekelompok siswi telah membombardirnya dengan banyak permintaan (lebih tepatnya paksaan), seperti:

"Kise-senpai! Jadilah pacarku!"

"Kyaa! Senpai hari ini keren sekali!"

"Kise-san, kumohon terimalah surat cinta dariku!"

"Kise-san!"

"Kise-senpai!"

Nona-nona, tidakkah kalian sadar bahwa wajah Kise sudah menampakkan raut wajah horor?

Wajah tampan Kise pun makin memucat tatkala jumlah siswi-siswi yang berkumpul itu bukannya berkurang, malah justru semakin bertambah. Bahkan beberapa gadis sudah mulai berani untuk mengedipkan mata genit ke arah pemuda itu.

RUN, KISE RYOTA!

IF YOU STILL WANNA LIVE, THEN RUN!

Kise pun menuruti kata hatinya yang bijak, dan segera kabur dari tempat itu. Tentu saja para fangirlsnya mengejarnya. Mereka bahkan tidak berhenti meskipun pemuda malang itu terus meneriakkan kalimat yang sama berulang-ulang.

"HIEEE! TOLONG TINGGALKAN AKU SENDIRI, -SSU! AKU SUDAH PUNYA GADIS LAIN YANG KUSUKAI, -SSU!"


Midorima Shintarou

Gadis malang itu hanya menunduk, sedikit ketakutan dipandang dengan tajam oleh lelaki tsundere berkacamata itu.

"Ada apa kau memanggilku kesini, nanodayo?" tanya Midorima, sambil membetulkan letak kacamatanya. Suaranya masih sama seperti suaranya yang biasa, dingin. Tatapan matanya seolah ingin mengatakan, 'cepat-katakan-apa-yang-kau-mau'.

Gadis itu menguatkan hatinya dan berkata dengan suara pelan.

"Aku... menyukaimu, Midorima-san... apa boleh aku menjadi pacarmu?" tanya gadis itu.

Sejenak tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Midorima menatap gadis di hadapannya dengan pandangan menusuknya, sementara gadis itu tetap menundukkan kepalanya, menunggu jawaban dari Midorima.

"Sebelumnya aku minta maaf, Kisaki," kata Midorima akhirnya, membuat gadis itu mengangkat kepalanya. Dan gadis itu tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Midorima (iya, Midorima yang tsundere nan dingin ITU!) tersenyum lembut sambil memandang lucky itemnya hari itu, sebuah patung Buddha berukuran kecil.

Kalau saja Kisaki membawa kamera saat itu, gadis itu pasti akan memotret kejadian langka tadi dan memasukkannya ke dalam Guinness Book of Records.

"...ada gadis lain yang kusukai. Jadi maaf... aku tidak bisa menerima ajakanmu."


Aomine Daiki

Lelaki ganguro itu menghela napas frustasi ketika ia melihat bahwa lokernya lagi-lagi dipenuhi dengan surat-surat cinta dan cokelat. Sebenarnya ia tidak keberatan dengan seluruh hadiah-hadiah itu dari fangirlsnya, tapi...

Bagaimana caranya ia memasukkan buku-buku pelajaran dan tasnya kalau lokernya saja terlihat seperti mau meledak karena hadiah-hadiah itu?!

"Lagi?" tanya Imayoshi, teman sekelas Aomine di sebelahnya sambil menahan senyum.

"Shut up," gumam Aomine kesal, membuat Imayoshi ingin tertawa.

"Tidak bisakah kau mengatakan sesuatu yang akan membuat para fansmu berhenti mengirimkan itu semua?" Imayoshi mengintip ke dalam loker Aomine, "whoa, man, sebanyak INI? Bagaimana caramu menghabiskan semua cokelat itu?"

"Mungkin akan kuberikan semuanya untuk Murasakibara," gerutu Aomine, memasukkan semua surat-surat itu dengan paksa ke dalam tasnya.

"Aku bahkan tidak yakin Murasakibara tidak akan terkena diabetes setelah menghabiskan ini semua."

"Kalau begitu ambillah satu untukmu."

Imayoshi mencomot satu cokelat sambil menggumamkan 'thanks'.

"Para fangirlsmu itu terkadang bisa sedikit menjengkelkan ya," kata pemuda dengan wajah licik itu.

"Bite me! Siapa yang tidak akan jengkel dengan semua ini?! Padahal sudah berkali-kali aku mengatakan pada mereka semua kalau aku memiliki gadis yang kusuka!"


Murasakibara Atsushi

"Kau jahat sekali, Mura-kun!"

Gadis di depan pemuda setinggi 2 meter lebih itu menghentakkan kakinya kesal. Ia memandang Murasakibara dengan pandangan marah, sementara yang dipandang hanya asik memakan maibou.

"Ini sudah yang keTUJUH kalinya kau menolakku, Mura-kun! Sebenarnya apa sih alasanmu menolakku?!"

Murasakibara hanya menatap gadis yang jengkel itu dengan tatapan ngantuk(?)nya yang biasa.

"...nyam... alasannya...?" gumam pemuda berambut ungu itu.

Gadis di depannya mengangguk, masih dengan wajah yang memerah karena kesal.

"...hum... itu karena..." kalimat Murasakibara menggantung, membuat gadis di depannya menunggu jawabannya dengan antusias.

"...nyam... karena ada gadis lain... yang lebih manis darimu..."

Gadis itu melongo mendengar jawaban ambigu dari Murasakibara.

"Apa maksudmu 'lebih manis dariku'?! Kalau ngomong yang jelas!" bentak gadis berambut merah tua itu, kesal dengan jawaban raksasa penyuka manisan di hadapannya ini. Itu adalah jawaban yang SAMA PERSIS dengan jawaban yang diberikan untuknya setiap kali pemuda itu menolaknya!

Murasakibara menghela napas. Ia sebenarnya lelah dengan ini semua, yang ia inginkan saat itu hanyalah pergi ke kelas gadis 'itu' dan memintanya untuk menyuapinya kue blackforest buatan gadis 'itu'.

"...nyem... maksudku aku menyukai gadis lain..."


Akashi Seijuuro

"Akashi-kun~"

Akashi mengangkat kepalanya, sejenak menghentikan tugasnya memeriksa berkas-berkas kegiatan ekstrakurikuler para siswa Teikou High. Itulah tugasnya sebagai ketua OSIS, memeriksa segala tetek bengek berisi perincian tentang kegiatan ekskur Teikou High.

Apa yang dilihat Akashi sekarang hanya membuatnya ingin melempar gunting kesayangannya ke arah guci antik di seberang ruangan itu, tetapi berhasil ditahannya keinginan 'suci' itu (hei, guci antik itu seharga 200,000,000 yen tahu! Meskipun dia kaya, tetap saja dia tidak mau menghabiskan uangnya hanya untuk mengganti guci tersebut!)

Sekretaris OSISnya, mendekatinya dengan tatapan menggoda, bagian atas kancing kemejanya terbuka, dan pemuda psikopat berambut merah itu bersumpah, kalau gadis itu menunduk, ia pasti bisa melihat belahan dadanya. Perempuan murahan itu lalu bersender di meja Akashi, wajahnya dengan wajah tampan pemuda bermata heterokrom itu hanya berjarak beberapa senti.

"Karena di sini hanya kita berdua saja, bagaimana kalau kita melakukan hal-hal yang 'menyenangkan'~?" gadis itu mengucapkan kalimat itu dengan nada menggoda.

Betapa inginnya Akashi saat itu untuk menusuk bola matanya sendiri dengan guntingnya. Pokoknya ia akan melakukan apapun asalkan tidak melihat pemandangan di depannya ini!

Ini bukan berarti Akashi Seijuuro itu gay atau semacamnya. Ia hanya tidak suka melihat perempuan murahan berusaha menggodanya seperti ini.

"Hisako..." gadis itu tersenyum mendengar sang ketua OSIS memanggil namanya dengan nada manis.

Senyuman Hisako pun langsung luntur begitu sebuah gunting melayang, dan selanjutnya menancap di dinding seberang ruangan itu. Seandainya saja Hisako menelengkan kepalanya sedikit saja, gunting itu pasti akan melukai pipinya.

"Aku sudah bilang berkali-kali, Hisako," senyuman Akashi mendingin lima puluh derajat, sementara tubuh Hisako gemetar ketakutan, "aku tidak akan pernah bermain-main dengan perempuan murahan sepertimu. Karena aku memiliki seorang gadis yang kusukai, gadis yang sangat baik dan suci. Tidak seperti kau."


"A-aahh! Aku benar-benar frustasi dengan semua ini, Hana-chan!"

Gadis berambut cokelat tua itu -Hanako- hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sahabatnya, Fumie, sedang meratapi dirinya sendiri.

"Ada apa lagi, Fumie-chan?" Hanako bertanya dengan nada sabar, sudah terbiasa dengan sifat kekanak-kanakkan sahabatnya ini.

"Apa Tuhan benar-benar tidak menyayangiku~? Aku sudah berdoa dan berpuasa selama tiga hari berturut-turut, tapi kenapa masih saja Kuroko-senpai menolakku?!" Hanako sweatdrop sementara Fumie pundung di pojokan.

Hanako menghela napas. Sepupu-sepupunya itu memang sangat terkenal di antara para kaum Hawa Teikou High. Mereka semua bahkan bisa mendapatkan ajakan untuk kencan lebih dari sepuluh kali selama seminggu.

"Sabarlah Fumie-chan... memangnya apa lagi yang dikatakan Kuroko-senpai padamu?" tanya Hanako lembut.

"Dia bilang dia sudah memiliki seorang gadis yang dia sukai! Aku benar-benar iri dengan gadis itu~!" kata Fumie sambil memonyongkan bibirnya.

Hanako hanya tertawa kecil saja, walau tawa itu terdengar seperti dipaksakan.

"Apa... dia memberitahukan padamu siapa nama perempuan itu?" tanya Hanako, nada suaranya sedikit turun di kalimat ini.

"Tidak. Aku sudah memaksanya untuk memberitahukannya padaku, tapi ia bilang tidak bisa! Karena itu rahasia!" seru Fumie frustasi.

Hanako menghela napas lega. Kalau sampai sahabatnya atau siapapun di sini yang tahu siapa gadis yang disukai salah satu anggota Kisedai, maka habislah dirinya.

Sedikit penjelasan... di Teikou High ini, Hanako dan para anggota Kisedai termasuk Kagami sudah memiliki kesepakatan selama mereka masih bersekolah di sana.

Pertama. Mereka tidak boleh memberitahukan pada siapapun kalau mereka itu adalah sepupu. Kedua. Mereka juga tidak boleh membiarkan siapapun tahu, kalau mereka tinggal di rumah yang sama. Dan ketiga, peraturan yang paling penting...

...tidak boleh ada yang tahu kalau para pria tampan ini menyukai seorang gadis. Gadis yang sama ini juga merupakan sepupu perempuan mereka satu-satunya.

Dan namanya adalah Hanako Sakamaki. Iya, gadis yang menjadi karakter heroine di cerita ini, saudara-saudara.

Sebenarnya gadis bermata ruby itu tidak keberatan dengan segala afeksi yang diberikan para sepupunya itu. Hanya saja... terkadang afeksi mereka bisa terlalu berlebihan.

Seperti contohnya... ketika ada seorang siswa yang mengajaknya untuk berkencan. Begitu kabar itu sampai di telinga para sepupunya... yah, bisa dibilang, anak lelaki malang itu menghabiskan waktu sebulan di psikiater hanya untuk memulihkan traumanya.

Yang jelas Hanako tidak mau membayangkan jenis siksaan apa yang telah diberikan sepupu-sepupunya pada siswa itu. Dan sepupu-sepupunya sudah pasti tidak akan mau memberitahukannya.

"...na-chan! Hana-chan! Haloo~ apa ada orang~?"

Hanako tersentak ketika tangan sahabatnya melambai-lambai di depan wajahnya. Ia bahkan tidak sadar ia sedang melamun.

"Apa yang kau lamunkan, Hana-chan? Hati-hati loh, nanti tiba-tiba kau kesurupan," canda Fumie.

"Eh...ah... tidak, tidak apa-apa," kata Hanako gelagapan.

"Benarkah?" tanya Fumie sambil memicingkan matanya pada Hanako.

"Iya, benar."

Bel tanda masuk sekolah tiba-tiba berbunyi.

"Aku benci bunyi bel itu," gerutu Fumie sambil berjalan ke arah bangkunya di ujung kelas, "hei, Hana-chan, bagaimana kalau kita makan siang bersama nanti jam istirahat?"

"Ah.. maaf Fumie-chan, aku sudah ada janji dengan seseorang," tolak Hanako sopan, sambil menawarkan senyum permintaan maaf.

"Jangan bilang orang yang ada janji denganmu itu adalah pacarmu," dengus Fumie, membuat Hanako menatapnya tajam, "aku cuma bercanda. Aku tahu kau tidak berniat untuk punya pacar sampai kau menyelesaikan SMAmu. Dasar orang maniak belajar."

"Dasar shopaholic!" balas Hanako, tetapi tidak mengucapkan kalimat itu dengan nada serius.

Gadis berambut cokelat tua itu kemudian membuka buku matematikanya. Dengan malas ia membolak-balik halaman buku setebal 2 senti itu.

'Aku benci pelajaran matematika...'


Setelah tiga jam lebih mendengarkan gurunya menerangkan tentang semua rumus-rumus matematika menyebalkan itu, akhirnya bel tanda istirahat pun berbunyi.

"Akhirnya~~" desah Fumie sambil meregangkan tubuhnya. Hanako hanya cekikikan melihat sahabatnya itu.

"Baru tiga jam, dan kau sudah kelelahan, Fumie-chan?" tanya Hanako dengan nada meremehkan.

"Urusai! Aku tahu kalau kau sebenarnya juga tidak suka pelajaran matematika, kan?!"

"Suka atau tidak, aku tetap harus mendengarkan penjelasan dari sensei. Aku kan ingin dapat nilai bagus di ujian nanti."

"Apa yang ada di pikiranmu itu hanya belajar, belajar, dan belajar?!" gerutu Fumie.

"Tentu saja tidak! Memangnya kau pikir aku robot?" kata Hanako.

"Terkadang dengan gaya hidupmu yang monoton itu, aku berpikir bahwa kau ini adalah android."

"Fu-chan!"

"Just kidding, tee-hee~"

Hanako memutar bola matanya, "sudahlah, aku mau makan siang dulu."

"Dengan pacarmu- ehem, maksudku dengan kenalanmu?" Fumie cepat-cepat mengoreksi kalimatnya ketika sahabatnya memberikan tatapan 'sudah-kubilang-jangan-membahas-itu-lagi'.

Hanako mengangguk cepat sambil mengeluarkan tujuh kotak bento.

"Ne, Hana-chan, kulihat-lihat kau itu selalu membawa banyak sekali kotak bento. Sebenarnya itu untuk siapa saja sih?"

"Eh... rahasia?" kata Hanako gugup, membuat Fumie mengerucutkan bibirnya sambil menggumamkan kata 'pelit!'.

"Sudah ah, aku duluan!" pamit Hanako sebelum ia berlari keluar dari kelasnya.


Atap sekolah Teikou High sebenarnya adalah salah satu tempat yang cocok untuk dijadikan tempat istirahat. Udara yang sejuk, suasana yang tenang, tambahkan lagi pemandangan indah yang bisa kau lihat dari atas sana, siapa yang tidak mau untuk menyantap makan siangnya di sini?

Sayangnya, salah satu dari sedikit tempat di Teikou High yang disukai para siswa itu memiliki akses yang tertutup untuk para siswa. Hanya siswa-siswa yang mendapatkan izin dari guru atau sang ketua OSIS lah yang boleh datang ke sini.

Dan disinilah sang ketua OSIS beserta para budak-budaknya- uhh... maksudku sepupu-sepupunya menunggu seseorang yang 'spesial'.

"Kenapa dia tidak muncul-muncul, -ssu!" keluh Kise seperti anak kecil.

"Sudah lima menit sejak bel istirahat berbunyi, tetapi kenapa ia tidak datang-datang?" gumam Aomine, sejenak mengangkat kepalanya dari majalah Mai-channya.

"Apa jangan-jangan... dia..." perkataan Kagami langsung terputus dikarenakan Kuroko menyodok perutnya dengan penuh 'kasih sayang'.

"ITTE! Apa yang kau lakukan, Kuroko?!" pekik Kagami sambil menggosok-gosok perutnya yang terkena sodokan Kuroko.

"Tolong jangan berpikir yang tidak-tidak, Kagami-kun. Hana-chan pasti tidak akan kenapa-napa," kata Kuroko datar, walaupun di wajahnya terdapat sedikit raut khawatir.

"Siapapun yang berani menyakiti Hanako, tidak akan kubiarkan ia bisa melihat matahari terbit lagi seumur hidupnya," kata Akashi dingin, sambil memain-mainkan guntingnya.

"Akan kuhajar orang yang berani mengganggu Hana," kata Aomine dingin.

"Aku bersumpah demi apapun bahwa orang yang berani melukai Hanacchi akan menderita, -ssu," kata Kise dengan raut wajah serius, sangat kontras dengan aura ceria yang biasa ditampakkannya.

"... akan kuremukkan tulang-tulang orang yang membuat Hana-chin sedih..." gumam Murasakibara, kaleng minumannya sudah remuk dalam genggamannya.

"Same here. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Hana," kata Kagami.

Kuroko dan Midorima pun mengangguk dengan wajah serius.

"Ini sudah terlalu lama. Daiki. Atsushi. Cari Hanako sekarang juga," titah Akashi yang langsung dipatuhi Aomine dan Murasakibara.

"Hai."

Baru saja mereka akan membuka pintu yang menghubungkan atap dan lantai 6 Teikou High ketika tiba-tiba...

CKLEK

...pintu itu terbuka.

"Gomennasai aku terlambat, minna-san..." kata Hanako terengah-engah. Semuanya terdiam memandang gadis itu. Aura gelap yang sedari tadi dikeluarkan oleh para Kisedai itu segera menghilang.

Dan seketika, Hanako diserang oleh banyak pertanyaan.

"HIEEE! HANACCHI! KAU KEMANA SAJA, -SSU?!"

"Kau tidak kenapa-napa kan, Hana?!"

"Apa ada yang menyakitimu, Hanako?"

"...Hana-chin... kau membuatku khawatir..."

"Kenapa kau lama sekali Hana?"

"Apa ada sesuatu yang terjadi, Hana-chan?"

"Syukurlah kau tidak apa-apa, nanodayo."

"Ano... minna-san..." Hanako kewalahan menghadapi semua pertanyaan-pertanyaan itu. Ia berusaha menjawab mereka, tetapi mereka terus menyerangnya dengan banyak pertanyaan.

Merasa tidak tahan lagi, Hanako pun akhirnya mengeluarkan 'jurus' rahasianya untuk membungkam mulut para sepupunya.

"Minna-san. Jikalau kalian terus bertanya dan tidak membiarkanku untuk menjawabnya satu-persatu, aku tidak akan memasakkan makan malam hari ini."

Ultimatum tersebut begitu ampuh, dan semuanya langsung diam. Sebenarnya mereka tidak masalah kalau Hanako tidak memasak makan malam, toh, ada Kagami yang jago memasak juga.

Tapi mereka semua mengakui bahwa mereka lebih menyukai masakan Hanako.

Hanako menarik napas dalam-dalam, dan memulai penjelasannya.

"Aku terlambat karena aku mengobrol terlebih dahulu dengan Fumie-chan, dan tambahkan lagi aku harus naik dari lantai 3 ke lantai 6 dengan semua..." ia mengangkat tujuh kotak bento di pelukannya, "...bento ini. Jadi itulah alasan kenapa aku terlambat."

Semuanya mengangguk-angguk, seperti anak-anak kecil yang mendengarkan sang ibu bercerita.

"Tapi aku menghargai kalian semua yang sudah mengkhawatirkanku," ia tersenyum lebar, "arigato gozaimasu, minna-san."

Senyuman Hanako bagaikan bunga yang bermekaran di hati semua lelaki di depannya. Sejenak mereka hampir tidak bisa berkata-kata, melihat pemandangan imut di hadapan mereka semua. Senyuman sepupu perempuan mereka, satu-satunya gadis di dunia ini yang mereka cintai.

CRITICAL HIT! RIGHT IN THE KOKORO!

"Hanacchi...!"

"Hana~!"

"Hanako..."

"...Hana-chin kawaii..."

"Hana-chan..."

Hanako menatap horor ketujuh sepupunya yang mendekatinya dengan tangan terentang lebar, bersiap-siap untuk memeluknya. Ia sih, tidak keberatan dipeluk sepupu-sepupunya.

Tapi ia tidak yakin dirinya tidak akan mati kehabisan napas dipeluk tujuh orang sekaligus.

"Minna-san, lebih baik kita makan siang sekarang." Kalimat dari Hanako itu menyadarkan semua lelaki di sana dari feromon keimutan yang dikeluarkan Hanako.

"A-ah... oke..." kata mereka semua, tersenyum pada gadis itu ketika Hanako mulai membagi-bagikan kotak bento itu.

TBC

Fic gaje nan aneh bikinan Rhymos udah jadi...

Gimana? Apa fic ini harus saya lanjutkan?

Kritik dan saran sangat saya apresiasi jikalau diungkapkan dengan sopan.

Terima kasih sudah mau membaca fic ini... Sampai jumpa minna-san...

Rhymos-Ethereal (13/03/2015)