Warning : Psycho!Chara—AU!—Maybe there's some typo(s) here—Death chara—Kuroko no Basuke is belong to Fujimaki Tadatoshi—update suka suka hati hehe.
.
.
.
.
.
Welcome back, minna~
Get ready to read the newest chapter of ...
.
.
.
.
.
We are Psycho, so What?
.
.
.
.
.
[9] [Kiyoshi Teppei]
Kiyoshi Teppei dan Hyuuga Junpei adalah teman dekat sejak kecil, begitu Teppei menyebutnya kepada setiap orang yang bertanya karena Hyuuga menolak dengan wajah memerah jika dikatakan hubungan mereka adalah sahabat.
Keduanya memiliki sifat yang berbeda dan tidak terlalu bertolak belakang juga sebenarnya, tetapi akrab. Terlalu akrab sampai Teppei memaklumi benar seiring pertumbuhkembangan mereka, Hyuuga menolak dipanggil dengan nama kecilnya lagi. Ia paham teman dekatnya itu sedikit tidak jujur mengekspresikan perasaannya. Hyuuga sendiri juga sampai bosan memarahi teman kecilnya itu ketika Teppei mulai memaksakan diri di luar batas kemampuannya atau terlalu protektif terhadap dirinya, saking akrabnya. Mereka selalu bersama dari taman kanak-kanak sampai kini beranjak menuju bangku sekolah menengah pertama.
Lalu, suatu hari di musim panas kelas 6, ada seorang anak nakal yang mengusik hubungan mereka.
Namanya Hanamiya Makoto. Murid pindahan dari SD di prefektur sebelah. Reputasinya langsung buruk di mata para siswa karena kenakalannya, namun di kalangan para guru terkenal dengan senyum innocent-nya. Ia senang sekali mengganggu orang lain, terutama teman sekelasnya. Dan setelah ia berhasil membentuk grup sendiri dengan ia sebagai ketuanya, ia mulai mengganggu Teppei dan Hyuuga.
Gangguannya sederhana sebenarnya. Awalnya ia cuma heran melihat kedua anak laki-laki itu sering makan berdua saja, mengobrol berdua saja, bahkan pulang berdua juga. Ia mulai sering masuk ke dalam zona antara pertemanan Teppei dan Hyuuga dan menyelidiki hubungan mereka. Teppei yang ramah tentu dengan mudah menerima Hanamiya, tapi tidak dengan Hyuuga. Hanya Hyuuga yang menganggap Hanamiya sebagai pengganggu.
Hyuuga sangat membenci Hanamiya. Ia nakal dan merebut teman dekatnya. Teppei yang ramah pun juga sama saja, mau menerima Hanamiya dengan mudah. Kesal karena kenyamanannya dengan Teppei diganggu, Hyuuga mulai mengatakannya kepada Hanamiya. Tentu saja ia tidak mengatakan dengan langsung bahwa ia ingin Hanamiya menjauhi Teppei. Ia hanya bilang kepada Hanamiya agar anak itu pergi dari kehidupannya—dan Teppei, maunya sih bilang begitu juga.
Akan tetapi, Hanamiya yang licik malah merangkul Hyuuga dan mengatakan bahwa ia justru jauh lebih ingin berteman dengan Hyuuga. Ia tahu, sebelum dirinya, Hyuuga adalah anak paling nakal di sekolah itu, dan hanya Teppei yang bisa menenangkannya. Ia juga ingin bisa tobat seperti Hyuuga. Karena itu ia mulai mendekati keduanya, begitu dalihnya. Hyuuga mendadak seperti melihat dirinya yang nakal di masa lalu dan mulai menerima Hanamiya dalam pertemanan mereka.
Sementara itu, Teppei yang awalnya merasa tidak enak karena merasa lebih dekat dengan Hanamiya dari pada Hyuuga teman kecilnya, sekarang yang lebih merasa dijauhi karena Hyuuga mulai menerima Hanamiya. Mereka bahkan kini mulai lebih sering bersama membahas banyak hal. Lama kelamaan, sifat protektif Teppei pun menguat dan mulai mengekang Hyuuga dari Hanamiya.
Kesempatan ini digunakan oleh anak licik itu untuk berbuat kenakalan lagi. Ia berniat memanas-manasi Teppei dan membuat sifat protektifnya berlebihan sampai Hyuuga pergi darinya.
Hari itu, Mereka pulang bertiga. Jalan raya sedang sepi dan mereka menunggu dengan tenang di ujung zebra cross. Teppei meremas tasnya dengan kesal sementara Hyuuga dan Hanamiya membahas beberapa kenakalan di masa lalu dan menertawakan kekonyolannya. Lalu, Hanamiya menghentikan obrolannya dan melihat sekeliling. Tidak ada kendaraan yang lewat, tetapi lampu penyeberangannya masih merah.
"Hei Hyuuga, kita terobos saja yuk! Lama banget, nih! Nggak ada kendaraan juga, kan." Ajaknya hanya kepada Hyuuga.
Hyuuga pun melihat sekeliling dan membenarkan perkataan Hanamiya, namun tatapannya ragu ke arah Teppei, seperti meminta suatu persetujuan darinya.
Teppei yang mengerti isyarat Hyuuga sedikit senang karena teman kecilnya itu masih mengingatnya pun melarang. "Jangan! Biarpun tidak ada apa-apa, tapi kita harus tetap mematuhi peraturan!"
Hanamiya melempar ekspresi kesal ke arah teman dekat Hyuuga itu. "Hei, kau ini, sedikit-sedikit peraturan, sedikit-sedikit peraturan. Ada situasi dan kondisi dimana kita harus melanggar kan?"
"Yah, itu kan jika keadaan sangat terdesak. Kalau ini kan kita bisa menunggu." Bantah Teppei.
"Halah, jangan dengarkan dia, Hyuuga. Dia itu saking protektifnya sampai apa yang kukatakan langsung dibantah. Sudah, ayo menyeberang saja!" Hasut Hanamiya lagi.
Hyuuga yang bingung pun hanya diam di tempat dengan gelisah. Berniat memancing Hyuuga mengikutinya, Hanamiya pun mulai lari menyeberang zebra cross dan meninggalkan Hyuuga bersama Teppei. Melihat teman barunya nekat menyeberang, biarpun tidak jujur, tetapi Hyuuga cemas dan berteriak agar Hanamiya berhenti. Ia ingin menyusul Hanamiya untuk menghentikannya, tetapi merasa tidak enak dengan Teppei.
Dan hal itu pun terjadi.
Nyaris sebelum Hanamiya sampai di seberang jalan, ia tak sengaja terjatuh bedebum di dekat trotoar. Hyuuga yang pada dasarnya berjiwa penolong pun refleks berlari melanggar aturan lampu pejalan kaki dan berniat menolong Hanamiya. Namun sebelum niatnya sempat terlaksana, anak itu dihantam sebuah mobil boks yang gagal mengerem mendadak karena tiba-tiba melihat Hyuuga melintas di depannya.
Hyuuga Junpei, meninggal seketika di jalan, di depan mata Teppei dan Hanamiya.
Karena merasa takut akan dijadikan pelaku atau semacamnya, Hanamiya langsung kabur dari tempat kejadian perkara. Pengemudi mobil yang baik itu bertanggung jawab dan membantu Teppei yang panik membawa Hyuuga ke rumah sakit terdekat.
Esoknya di sekolah, semua berduka—atau hanya terlihatnya seperti itu—karena telah kehilangan Hyuuga. Teppei tidak merasa aneh jika sekarang Hanamiya dikucilkan, tapi yang terjadi malah semua orang mengasihani Hanamiya. Entah apa yang sudah diberitahukan Hanamiya kepada seisi sekolah dengan air mata malaikatnya, sampai semua bersimpati padanya. Teppei tidak peduli. Ia hanya ingin sahabatnya kembali.
Sahabatnya memang tidak bisa kembali, tapi setidaknya ia meninggalkan satu nasihat tersirat yang terus terukir dalam prinsip hidup Teppei. Peraturan adalah mutlak. Tidak boleh dilanggar.
.
.
.
.
.
Lama setelah Kiyoshi Teppei dikenal tanpa Hyuuga Junpei di sampingnya, anak ramah itu pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah. Secara sifat ia sama sekali tak berubah, hanya sedikit lebih dewasa dalam menyikapi masalah. Ia tumbuh menjadi anak yang dibanggakan keluarga dan lingkungan. Pekerjaannya sekarang adalah detektif polisi. Sebagai seseorang yang selalu menerapkan peraturan dengan sempurna, ia mendapatkan posisi yang bagus dalam pekerjaannya. Dan reputasi baik tentunya.
Terlebih, ia juga selalu berhasil menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran berat yang tidak bisa ditangani oleh orang lain.
Contohnya, suatu saat ada oknum yang menggelapkan pajak selama bertahun-tahun tanpa ketahuan, beberapa waktu kemudian Teppei sudah dapat membuatnya bertekuk lutut dan membayar pajak sesuai apa yang selama ini digelapkannya. Sayang, oknum tersebut kemudian diketemukan bunuh diri di dalam apartemennya.
Lalu, ada juga saat dimana Teppei hendak menangkap oknum yang menyusupkan barang-barang ilegal. Ia terbukti bersalah dan kepolisian siap menangkap dan menghukumnya. Namun, semua oknum mendadak meninggal karena dibunuh. Diduga bos mereka yang melakukan hal tersebut agar aksinya tak dapat diendus, begitu kata Teppei. Sampai sekarang bos itu masih menjadi buronan.
Pokoknya, sebagai spesialis pemegang teguh peraturan, Teppei selalu berhasil menyelesaikan segala macam penyelewengan hukum. Meskipun semua yang ditangkapnya selalu berakhir meninggal, entah sebelum terkena hukuman, atau memang dihukum mati melalui tangkapannya sendirian.
Kelihatannya mengerikan, tetapi Teppei selalu menenangkan semua dengan senyum ramahnya. "Itu karena mereka melanggar peraturan." Katanya.
"Peraturan adalah mutlak benar."
"Peraturan dibuat untuk ditaati."
Lalu kalimat-kalimat manis yang diucapkan kepada publik itu berubah ketika detektif polisi bermarga Kiyoshi itu dihadapkan kepada kasus kelicikan yang dilakukan seorang oknum bernama Hanamiya Makoto.
"Pelanggar peraturan akan mendapatkan celaka."
"Mereka mati karena mereka melanggar peraturan—"
Direktur utama sebuah bank negeri bernama Hanamiya Makoto itu seketika berwajah pucat untuk kedua kalinya dalam hidupnya setelah pertama kali ia melakukannya saat melihat Hyuuga Junpei mati di hadapannya.
"Oi, Teppei. Borgol aku. Serahkan saja aku ke persidangan atau penjara busuk itu." Katanya angkuh begitu Teppei membongkar kejahatannya di ruangan pribadi dalam kantornya. Ia takut. Detektif polisi itu tersenyum begitu ramah ketika mengucapkan pasal-pasal prinsip hidupnya.
Lalu, pria itu mengulangnya.
"Jangan merasa spesial, Hanamiya Makoto. Pelanggar peraturan akan mendapatkan celaka. Mereka mati karena melanggar peraturan—"
Hanamiya bersiap menekan tombol emergency.
"—entah waktu itu, atau sekarang." Lanjut Teppei sambil menghancurkan tombol tersebut dengan sebuah pistol legal di tangannya.
Tawa panik Hanamiya mulai menggema. "Hahahaha! Seperti yang bisa diharapkan dari si protektif Kiyoshi Teppei! Anak kecil yang sangaaaat patuh peraturan. Kaku. Sekaligus pencemburu. Heran Hyuuga—tidak, Junpei, bisa tahan berteman denganmu."
Teppei tersenyum. "Sayang sekali, padahal aku tidak suka penghukuman instan." Komentarnya.
"Hah? Mau apa kau? Mau membunuhku seperti yang kau lakukan kepada semua 'korban hukum'mu?" Tanya Hanamiya menantang. Perlahan ia berusaha meraba hal lain yang bisa digunakannya untuk mengirim sinyal bahaya ke luar. "Jangan kau kira aku tidak tahu kebusukanmu."
Langkah Teppei semakin mendekati Hanamiya yang berusaha menjauh dari meja kerjanya. "Ah, tapi pistol ini hanya akan mengganggu." Teppei membuang pistolnya sembarangan ke lantai dan meraih pisau lipat pajangan di meja kerja Hanamiya. Tak lupa memakai sarung tangan tentunya. "Kau merawatnya dengan baik sekali di sini. Untuk apa? Meregang nyawamu sendiri karena malu ketika seorang detektif polisi memergokimu melakukan korupsi?"
"Kau ... Psikopat." Geram Hanamiya seiring mendekatnya Teppei.
Jari tangan kanan Teppei terangkat menunjukkan angka dua sembari memegang pisau lipat Hanamiya. "Hanamiya Makoto, kau dihukum karena melakukan dua pelanggaran besar. Yang pertama, pelanggaran atas korupsi besar-besaran kepada bank sentral."
Hanamiya yang masih dalam keadaan duduk di kursi kerjanya yang beroda telah berpindah ke meja lainnya dan siap menelepon sekretarisnya dengan speed dial. Sayang, Teppei dengan cepat meraih tangan kanan Hanamiya dan membuat tangannya menggenggam pisau tersebut lalu menghujamkannya ke jantung pemiliknya hingga tewas.
"Yang kedua, pelanggaran karena telah melanggar lampu merah untuk pejalan kaki lima belas tahun yang lalu." Lanjut Teppei. "Seharusnya kau menerima hukuman dariku selama lima belas tahun kutunda hukuman itu. Tapi aku tidak punya pilihan lain."
Sebuah kamera polaroid dikeluarkan Tappei dari dalam tas pinggang kerjanya dan dipotretnya mayat Hanamiya seperti seorang polisi yang tengah menemukan mayat untuk dianalisis. Sambil memotret, ia kembali menggumamkan beberapa kata.
"Pelanggar peraturan akan mendapatkan celaka."
"Mereka mati karena mereka melanggar peraturan—"
"—entah waktu itu atau sekarang—"
"—entah dengan cepat atau dengan perlahan—"
"—sesuai apa yang telah dilanggarnya."
Selesai membuat tempat kejadian perkara kematian Hanamiya Makoto, Teppei membisikkan sesuatu ke telinga mayat teman sekelasnya dulu itu.
"Begitu juga dengan Hyuuga, dia mati seketika karena dia juga melanggar peraturan, bukan?"
.
.
.
.
.
A/N : Hisashiburi, minna! Schnee balik dengan chapter baru psiko series ini. Btw di sini hints KiyoshiHyuuga kurang jelas apa coba fufufu~ Tapi sejujurnya Schnee shipper PapaKiyoMamaHana kok ;w; percayalah~ Karena itu, selain karena Schnee ngerasa adegan psikonya kurang disebabkan terbatasnya rating, Schnee akan buat lanjutannya versi rate M~ Doakan agar rampung ya!
Ohya, yang tidak kuat sebaiknya puas sampai di sini dulu ya? Hehe.
.
.
.
.
.
Saa, see you soon with (maybe) another psycho~!
.
.
..
.
