"karena di rumus ini blablablblablablabla—"

Anak kelas E mendengarkan dengan serius kemudian mencatatnya. Ah, lupakan si Karma itu. dia dari tadi hanya menyandarkan tubuhnya di bangkunya, dan hanya mendengar. Tidak mencatat apapun. Sementara itu, kisedai... Akashi yg duduk di tenang-tenang saja, Kuroko sweatdrop, Midorima bingung, Kise pusing, Aomine meledak, Murasakibara gambar maiubo di bukunya. Wajar, soalnya yang diajarkan itu materi anak SMA, jadi anak Kisedai pada pusing.

(Oh, ngomong-ngomong Akashi duduk di tempat duduknya Kimura, Kise di tempat duduk Mimura, Aomine di tempat duduk Takebayashi, Murasakibara di tempat Terasaka, dan Kuroko di tempat duduk Okajima. Bingung dimana tempat mereka? Akashi di ujung kanan paling depan (samping Kurahashi), Kise di barisan ke-empat dari kiri dan 2 dari depan (belakang isogai), Aomine di baris ke-6 dari kiri dan 2 dari depan (belakang Akashi), Murasakibara di ujung kiri paling belakang (samping Itona),Kuroko di baris ke-4 dari kanan dan 3 dari depan/belakang (di depan Chiba) masih bingung? Cari tempat duduk kelas 3-E, terus dicocokin)

"Yak, Kise-kun, silahkan kerjakan soal yang ini," ucap makhluk berwarna kuning itu setelah selesi menulis soal di papan tulis. Mampus gue batin Kise yang kemudian maju ke depan kelas. Menerima kapur dari sang guru, ia menatap soal itu kembali. "Ano... Koro-sensei... kan? Etto... ini gimana cara ngerjainnya, ya-ssu?"

"Pakai rumus."

"Maksudku, rumus yang mana, ya...?"

"Yang kutulis dipapan tulis 30 menit yang lalu."

"Yang mana-ssu?"

"Yang itu."

"'itu' tuh yang mana-ssu?"

"Yang tadi."

"Enggak ngerti-ssu.."

"Baiklah, Kise-kun, silahkan pindah ke samping Karma-kun," suruh koro-sensei dengan muka '-' yng biasa. Kise-pun memberi koro-sensei kapur yang ia pegang, dan kemudian pergi ke meja samping kiri Karma. Ia duduk, dan mendapat sapaan dari Karma.

"Hei, Kise-kun... kalau kau memang bego, seharusnya kau tidak menunjukkannya di depan kelas~" ucap Karma tersenyum membuat 4 siku-siku muncul di dahi Kise. "Aku sependapat denganmu," ucap Itona di samping Karma, membuat perempatan di wajah Kise makin bertambah.

"Bukankah kau sendiri tidak menulis apa-apa di bukumu?" ucap Kise menahan amarah.

"Hahaha~ maaf saja, aku tak sebodoh yang kau kira~"

Sialan lu

"Ok, Karma-kun, silahkan kerjakan soal yang tadi~"

"Lagi? bukannya kau bisa mengerjakannya dengan otakmu, sensei? Jangan bilang kau kehilangan otakmu saking nistanya~" ucap Karma. Sepertinya ia melampiaskan niat membunuhnya dengan ejekan dikarenakan ada orang asing. (karena info soal misi pembunuhan gak boleh bocor, jadi gak boleh melakukan misi pembunuhan sekarang)

"Itu tak mungkin, Karma-kun! Sekrang cepat kemari, dan kerjakan!"

"Ha', Ha'i~"

Rasain lu!

Batin Kise puas. Namun kepuasannya itu hancur setelah melihat Karma telah selesai mengerjakan soal dengan sempurna. Kise melongo ga percaya.

Teeeng teeeeng

"Yak, minna-san, silahkan ganti baju kalian dan pergi ke lapangan sekarang~" ucap Koro-sensei.

Murid-murid berhamburan ke ruang ganti dengn membawa baju olahraga, membuat GoM bingung.

"Ano... ini mau kemana, ya-ssu?"

"Tentu saja ganti baju."

"Gati baju...?"

.

.

.

Skip

Duash!

Itona menendang bola sepak ke gawangnya dengan memakai baju olahraga (dikarenakan pembunuhan ga boleh ketahuan oleh orang luar, maka olahraganya diganti untuk sementara)

"Oooh... Ternyata lagi pelajaran olahraga, ya..."

"Terus kita ngapain?"

"Terserah. Jam olahraga bebas soalnya karasuma-sensei ada tamu," ucap Karma yang berada di samping mereka.

" souka? Kalau begitu, boleh kami pinjam lapanganya?" Akashi tersenyum.

"Heh? Bagaimana kalau aku berkata 'tidak boleh'~?"

"..." Akashi merogoh sakunya seraya mendekati Karma.

Syat!

Sebuah gunting merah melesat ke arah Karma, namun sang target menghindar dan menyerang Akashi dengan cutter, namun berhasil ditahan oleh Akashi dengan guntingnya dengan cepat.

Hal ini membuat seluruh (min Akashi & Karma) tersontak kaget sekaget-kagetnya. Demi kolor spongebob- mereka nggak tahu kalau ada orang yang setara dengan Akashi / Karma!

"ne~ bisakah kau menyingkirkan gutingmu itu, Akashi-kun~?"

"Aku tak sudi diperintah olehmu."

"Sudah cukup, kalian berdua," ucap Koro-sensei tiba-tiba di samping Karma dan Akashi sambil memegang gunting milik Akashi dan cutter milik Karma. Membuat Akashi heran, sejak kapan koro-sensei ada disitu?

"Mou, Koro-sensei~ jangan berwajah serius begitu, dong~" ujar Karma dengan setados (?) alias senyum tanpa dosa (karena watados sudah mainstream)

"Berhentilah bercanda, dan kembali bermain bersama teman-temanmu yang lain!" ucap Koro-sensei seraya menunjuk ke kelas 3-E yang masih saja tercengang ke arah mereka karena tidak percaya akan yang terjadi barusan (maksudnya pertikaian Akashi dan Karma)

"Ha'i~ Ha'i~" kemudian Karma beranjak pergi ke lapangan.

.

.

.

Skip-

Akashi POV

Jam pelajaran ke-4, bahasa inggris

Tuk tuk

Aku mengetuk alat tulisku ke meja beberapa kali karena bosan dengan penjelasan seorang guru coretgakmutucoret ini. Apa-apaan guru cewek pamer dada ini? Guru ini benar-benar mau membuat Daiki jadi mesum tingkat akut, ya? Oh, lupakan. Daiki memang sudah mesum tingkat akut. Haaah... Aku sudah berkali-kali mempelajari ini di rumah saat aku mencoba membantu ayahku dalam pekerjaannya, dan karena itulah aku merasa bosan saat ini. Aku menghela napasku pelan, memejamkan mataku dan mencoba berpikir tentang kejadian beberapa menit yang lalu.

Orang itu, Karma, dia dapat menepis seranganku dengan cepat, lalu guru yang tadi, oh, kalian sendiri sudah tahu. Dia tidak normal. Yeah, dia memang tidak normal. Aku sangat mempertanyakan fisiknya itu, dan lalu di saat aku, dan Karma sedang berdebat, dia datang tiba-tiba. Apa dia juga memiliki kemampuan misdirection seperti Tetsuya? Tidak, tidak mungkin. Kalau dia memang memiliki misdirection, seharusnya aku dapat menyadari kalau guntingku diambil, namun tadi aku tak merasakan apapun. Ngomong-ngomong soal keanehan, aku juga bingung kenapa guru laki-laki berambut hitam itu, kalau tidak salah namanya Karasuma... ya, Karasuma berkata dengan terkejut 'kenapa kau ada disini?!' tadi malam saat Korosenai (btw, karena akashi gak punya tata karma #digeplak jadi, dia manggil guru-gurunya dengan nama, gak pake sensei) datang meminta tanda tangan kami. Oh, dan lagi. kenapa namanya Korosenai (tidak bisa dibunuh)? Ditambah dengan kondisi tempat kumuh ini...

Beberapa detik kemudian aku terdiam, dan kembali membuka kedua mataku.

Oh! Aku mengerti! Jangan-jangan korosenai itu dikirim kemari karena keadaan terdesak untuk dibunuh oleh murid-murid disini? Hei, coba lihat kemampuan si Karma. Tidak mungkin dia mempunyai kemampuan untuk menghindari serangan tiba-tibaku kalau belum dilatih. Dan lagi, bukankah aneh kalau pelajaran olahraga tadi dibatalkan? Seharusnya mereka belajar senam, bola, lari, atau yang lainnya seperti biasa. Oh, jangan-jangan Karasuma itu yang melatih mereka untuk membunuh Korosenai itu? makanya plajaran olahraga tadi dibatalkan karena tidak mau ketahuan.

"Baiklah, Akashi. coba kau ucapkan kata-kata di depan ini!" ucap gadis itu, oh, iya. Dia dipanggil oleh murid-murid 'bitch-sensei', jadi sebaiknya aku memanggilkan dengan panggilan bitch juga. Ia menunjukku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menunjuk ke arah papan tulis seraya menyuruhku untuk membacanya. Aku menghela napas malas, dan melihat kata-kata bahasa inggris yang tertulis di papan tulis.

You are my sexy girl.

Ini guru bener-bener bitch. Ah, nggak. bitch yang jones aliasnya. "Kau ini mau minta dipuji, ya?" ucapku mengalihkan pandanganku.

"Kau tak bisa membacanya? Baiklah, kalau begitu aku akan menciummu..." ucapnya menghampiriku.

"SERIUS?!" oh, maaf. Yang ini bukan aku yang ngomong, tapi Daiki di belakangku. Haaah... dasar maniak. Batinku sembari memutar mataku.

"Oh, sorry, aku sedang bertanya pada Akashi, bukan kau, Daiki-darling," ucapnya mengedipkan salah satu matanya sehingga membuat Daiki- well, udah pada tau, kan? Kebalikannya, justru aku malah merasa jijik.

"Maaf, aku ogah berkata hal seperti itu padamu."

"Jangan begitu- uwaaaah-" ia menghampiriku, mendekatkan wajahku dengannya, dan kemudian ku todongkan gutningku tepat didepan wajahnya. Tadinya aku enggan memperlakukan seorang cewek seperti ini, namun dari auranya, ia terlihat seperti seorng pembunuh, jadi kali ini pengecualian.

"O-oy, Akashi-" Daiki berdiri dari tempat duduknya, namun setelah kuberikan tatapan sinisku, ia berhenti bergerak, dan kembali duduk.

"..." sementara seluruh murid memandangku heran, aku menghela napas dan kembli menyimpan guntingku.

"Maafkan ketidak sopanan orang ini," ucap Karasuma menyingkirkan si bitch dari pandanganku.

"Ya."

.

.

.

Teeng teeeng

Bel berbunyi, tanda kelas telah usai. Seluruh penghuni kelas berhamburan keluar kelas. Namun aku berserta coretbudakcoret teman-temanku masih ada di kelas ini. "Tidak pulang?" ujar Tomohito (Sugino). Kemudian aku menjawabnya dengan senyuman seraya berkata "Tidak."

Memang,sih katanya sekitar gunung sudah tidak terlalu berbahaya, jadi seluruh murid diperbolehkan untuk pulang. Namun kami (GoM) masih memiliki tujuan, yaitu : tur (bisa dibilang retreat gak jadi lantaran diganggu anak kelas E) ke gunung ini selama seminggu. Ya, intinya kami akan menginap di sini lagi sampai minggu depan. Aku juga sudah meminta izin ke Karasuma untuk memakai tempat ini selama seminggu.

Aku membuka jendela kelas, dan duduk di sana. hening. Ya, di kelas ini hanya ada aku. karena coretbudakbudakcoret teman-temanku kuminta (baca : kusuruh) untuk berbelanja di supermarket dekat gunung. Hitung-hitung untuk latihan mereka.

Kudongakkan kepalaku, dan kulihat langit yang luas. Aku suka ini. Maksudku, aku suka keheningan tanpa ada yang menggangguku ini. Kupejamkan mata, dan kulantunkan sebuah lagu yang dulu sering kunyanyikan bersama dengan keluargaku.

Greeek

Nyanyianku terputus karena pintu kelas terbuka. Kupandang pintu yang terbuka itu, dan yang muncul dari sela-sela pintu adalah Shiota (nagisa). "Eh...? Akashi-kun? Kenapa masih ada disini?" ujarnya memiringkan kepalanya seraya kebingungan.

"Aku dan teman-temanku akan menginap di sini selama seminggu, dan gurumu itu telah mengizinkannya. Kau sendiri? Kenpa masih ada disini?" ucapku.

"Sou..? buku catatanku ketinggalan, jadi aku kembali untuk mengambilnya," ucapnya sembari tersenyum dan mendekati mejanya, kemudian ia mengambil sebuah catatan di dalam laci mejanya, dan sebuah pisau-huh? Diatas buku tersebut. "Ah, ano. Pisau ini Cuma mainan, kok! Sungguh!" ucapnya berusaha untuk meyakinkanku. Tapi maaf, aku tak akan terpenngaruh kata-katamu, meipun wajahmu mirip tetsuya. "..."

"Teman-temanmu pada kemana?"

"Lagi belanja."

"Oooh... jadi kau disini untuk jaga barang?"

"Seperti itulah..." ucapku 'bohong'. Ya, siapa sudi menjaga barang mereka? Ogah. Aku disini hanya untuk memeriksa kelas ini, namun entah kenapa aku melupakannya begitu saja tadi...

"Ah, yang tadi menyanyi itu Akashi-kun, ya? Suaramu bagus sekali, lho!"

"Oooh... begitu?"

"Un! Yang tadi itu judulnya 'every time you kiss me', kan? Aku suka lagu itu!"

"Oh..."

"..."

"..."

Dan lalu tak ada pembicaraan, kemudian sebuah benda yang tadi ada dalam dekapan Shiota Jatuh ke lantai, lalu ia mengambil benda tersebut –sebuah pistol. "Ah, anu... pistol ini mainan, kok! Sungguh! Pelurunya peluru BB, kok!" ucapnya. Mungkin hal tersebut dapat kuterima mentah-mentah, namun prediksi yang kupikirkan sebelumnya tepat, dan mutlak. Well, siapa tahu peluru BB dapat ampuh untuk membunuh makhluk kuning itu? ya, siapa tahu?

"Hei..."

"Ya?"

"Sebenarnya apa hubungan kalian dengan Korosenai?" ucapku dingin. Ia tersontak kaget, dan bergumam kecil, "Eh...?"

.

.

.

~TBC desu~

Etto... sebelumnya Kiseka minta maaf kalau ada OOC ssama typo dkk (dan kawanan kawanannya /?)

Terus maaf juga kalau chapter ini lebih mengarah ke Akashi soalnya Akashi sayang kamu #HAH?

RnR pliese?