Heeeellloooooo, minna!

Ini fict pertamaku untuk Kuroko no Basuke. Dan fict ShoAi yang pertama juga, sih.

Ehehehe, mungkin agak mencurigakan. Tapi sejak awal, idenya juga datang dengan mencurigakan. (?)

Oke, hmmm, jelasin apa ya? Uhm, fict ini fokus pada KiseDai. Drabbles of Friendship, Family, Humour, dan sentuhan Romance *ahem*Shonen-Ai*ahem*. Ufufufufu~ Slight AkaKuro, Hint GoMKuro. Dan beberapa pairings lain yang tersirat.

Sip, silakan menikmati fict ini!

P.S : Kuroko no Basuke dan seisinya adalah milik Tadatoshi-sensei. Tapi pairings adalah milik fans. ; )


Of Generation of Miracles and Restaurants


Kiseki no Sedai adalah sebuah tim basket yang sangat absurd.

Itu adalah rahasia- oh, persetan dengan rahasia. Itu adalah fakta umum yang diketahui semua tim high school basketball seantero Jepang.

"Kuroko-cchi! Katakan pada Aomine-cchi untuk berhenti menggangguku ssu!"

KISE, RYOUTA. 16 tahun. 18 Juni, Gemini. Golongan darah: A. 77 kg. 189 cm. Tim basket: Kaijo/7. Posisi: Small Forward. Perfect Copy; Copycat. || Ex-Teiko/8; Small Forward.

"Ap- Jangan dengarkan si bodoh ini, Tetsu! Sialan kau, Kise! Jangan menangis dalam perang kalau kau yang memulai, pirang!"

AOMINE, DAIKI. 16 tahun. 31 Agustus, Virgo. Golongan darah: B. 85 kg. 192 cm. Tim basket: Touou/5. Posisi: Power Forward. Speed and Agilty; Formless Shoot. || Ex-Teiko/6; Power Forward.

"Apa maksudmu aku yang memu-" PLAK "BWAH! Hidoi-ssu! Itu sakit, Midorima-cchi!"

"Berisik. Kalian menyita perhatian semua orang, nanodayo."

MIDORIMA, SHINTAROU. 16 tahun. 7 Juli, Cancer. Golongan darah: B. 79 kg. 195 cm. Tim basket: Shuutoku/6. Posisi: Shooting Guard. Perfect Accuracy; High Projectile Threes. || Ex-Teiko/7; Shooting Guard.

"Ne, Kise-chin~ Telingaku sakit mendengarkan suaramu. Aku tidak bisa makan dengan tenang."

"Kau! Tak bisakah kau berhenti makan untuk sesaat, Murasakibara! Suara mengunyahmu itu sama menjengkelkannya dengan suara Kise, nanodayo!"

"Eeeeeh? Mido-chin jahat~ Aku sudah dapat ijin untuk ngemil dari Aka-chin tadi. Ya, kan, Aka-chin?"

MURASAKIBARA, ATSUSHI. 16 tahun. Golongan darah: O. 9 Oktober, Libra. 99 kg. 208 cm. Tim basket: Yosen/9. Posisi: Center. Defense and power; Thor's Hammer. || Ex-Teiko/5; Center.

"Tidak berarti terus menerus, Atsushi. Berhentilah sejenak. Sebentar lagi kita makan malam."

"Baiklah... Nanti boleh kulanjutkan lagi, kan?"

"Tentu saja boleh. Ryouta, Daiki- jaga sikap kalian. Memalukan. Shintarou- jangan memperkeruh suasana."

"Hai, hai." "Ah, maaf, Akashi-cchi." "Hn."

"Tetsuya, jangan meminum terlalu banyak Milkshake. Itu akan menghancurkan selera makan malammu. Porsi makanmu sudah terlalu kecil tanpa ada Milkshake sebagai pembuka."

AKASHI, SEIJUUROU. 16 tahun. Golongan darah: AB. 20 Desember, Sagittarius. 64 kg. 173 cm. Tim basket: Rakuzan/4. Posisi: Point Guard, Captain. Perfect-Rhythmed Plays; Emperor Eye. || Ex-Teiko/4; Point Guard, Captain.

"Hai."

"Kau ini... Gunakan ini, bersihkan mulutmu."

"Ah, jangan. Aku akan mengotori sapu tangan Akashi-kun."

"Jangan membantahku, Tetsuya."

"Hai. Terimakasih, Akashi-kun."

"Apapun untuk Tetsuya."

"...Bahannya lembut sekali."

"Kau suka? Ambil lah. Aku masih punya banyak dirumah- dan jangan membantahku lagi, Tetsuya."

"...Kalau begitu, terimakasih banyak."

KUROKO, TETSUYA. 16 tahun. Golongan darah: A. 31 Januari, Aquarius. 57 kg. 168 cm. Tim basket: Seirin/11. Posisi: -. Misdirection; Phantom. || Ex-Teiko/15; Phantom Sixth-Man.

"Tentu."

"Tapi bagaimana kalau nanti Akashi-kun membutuhkannya?"

"Tidak akan."

"Ta-"

"Aku selalu benar. Jika aku mengatakan tidak akan membutuhkannya, maka aku tidak akan membutuhkannya."

"Ah, baiklah."

Hening.

Mata heterokrom Akashi melirik tajam keempat penghuni meja yang kini terdiam memperhatikan interaksinya dengan Kuroko. Pantas saja tiba-tiba meja itu sepi.

"Ada apa? Ada sesuatu yang ingin kalian katakan padaku?" suara datar Akashi memecah suasana.

Midorima mengalihkan pandanganya. Berpura-pura sibuk memperbaiki rambut boneka Barbie Mariposa ("I-Ini pemberian sepupuku yang menginap, nanodayo! Dia me-meminjamkannya karena aku tidak sempat mencari lucky item pagi ini- Berhenti tertawa, Takao!") digenggamannya. Bibir delima tersenyum tanpa dosa kearah wajah tengang Midorima.

Murasakibara meneruskan kegiatannya mengikat kemasan potato chipsnya untuk dimakan nanti.

Kise cemberut tak terima, terlihat ingin memprotes. Tapi apa daya, instingnya untuk tetap hidup hingga esok mencegahnya membuka mulut.

Pasalnya, Aomine punya cerita lain. "Akashi, barusan kau seperti- HMPH." Tangan kekar Aomine melambai mencari keseimbangan saat tubuhnya oleng kebelakang, efek dari tarikan kedua tangan Kise yang sigap menutup mulutnya.

"Hi-Hiraukan saja, Akashi-cchi! Kita hanya lapar. Eheheh, sa-sangaaaat lapar. Ngomong-ngomong, kenapa pesanan kita lama sekali, ya?" Kise berseru gugup. Berusaha menggati topik, dan gagal. Getaran yang jelas pada suaranya dan senyum palsunya yang kelewat kaku- bahkan untuk standar Kise- mengundang pandangan memicing dari mata merah-emas sang Kapten.

"Hm, memang sudah terlalu lama ya." Celetuk Kuroko tenang. Sang pahlawan kembali menyelamatkan hari. Tanpa sadar telah menghindarkan empat nyawa dari maut, yang tiga diantaranya kini mendesah lega. ("Kau mau mati, hah, Aomine-cchi? Jangan memancing Akashi-cchi! Kau tahu, Hayama-cchi bilang dia bad mood sejak pagi ini." "Haaah?! Aku hanya-" "SHHH!" "Kalian ini-HMPH! HMMPHPHMMHMPH!")

Paras tampan Akashi melembut. Seulas senyum tersinggung di bibirnya, mendapati Kuroko tengah sibuk melipat ulang sapu tangan pemberian Akashi seusai ia gunakan. Ah, benar-benar anak yang rapi. "Apakah Tetsuya sudah lapar?"

"Unn," Kuroko menjawab sekenanya, "Tapi, restorannya memang sedang ramai, jadi tidak apa."

Akashi bergumam sembari meletakkan sikunya diatas meja, memangku dagunya ditangan. "Aku bisa memanggil pelayan untuk mempercepat pesanan kita." Atau mengancamnya. Sama saja. Ia mendesah. "Kenapa kau memilih restoran seperti ini, aku tidak mengerti. Jika kita pergi ke restoran yang lebih berkelas- atau restoran keluargaku, mereka tentu akan mengenalku sebagai anggota keluarga Akashi dan menjadikan kita prioritas."

Kuroko hanya tersenyum kecil mendengar sentuhan nada sombong dalam nada malasnya.

Akashi membalas senyum kecilnya.

Jelas saja pemuda yang satu ini adalah manusia favoritnya. Akashi bermain favorit? Hmph, kenapa tidak? Lagi pula, Tetsuya adalah yang paling manis dan yang tidak pernah merepotkan Akashi. Meski lebih sering membantah dibanding Atsushi, tapi nama Tetsuya meninggalkan tabel putih bersih dalam catatan Akashi. Sopan, tenang, penurut (kalau Akashi memberi alasan yang jelas atas perintahnya), nilai yang cukp baik, tidak pernah membolos latihan, dan yang terpenting-

"Akashi-kun tidak perlu khawatir. Aku belum terlalu lapar, aku masih bisa menunggu."

-pemuda bersurai baby blue ini selalu bisa membaca arti tersirat setiap perkataan dan tindakan Akashi. Jika orang lain akan segera fokus pada betapa sombong dan licik pemuda heterokromatik ini, Kuroko tidak menghakimi. Dia bisa mengerti Akashi yang bersembunyi di sisi pintu yang lain. Resmi sudah rasa favorit Akashi.

"Lagi pula," Kuroko mengangguk tegas, "Akashi-kun sudah bersikeras untuk membayarkan makan malamku."

Sebuah kepala pirang menengok tajam. "EEEEHHH?! Akashi-cchi mentraktir Kuroko-cchi?! Curang curang curang!"

Mata Kuroko membelalak kaget. "Ah, Akashi-kun tidak bermaksud untuk pilih-"

"Aku juga mau mentraktir Kuroko-ccih ssu!"

"..."

"Makanya kubilang, sejak tadi Akashi menempel terus pada Tetsu!" Aomine, yang telah lepas dari jeratan ketiga ex-teamatesnya mendecih kesal.

Midorima mematung dengan tangan terjulur kearah Kise dan Aomine seolah hendak menghentikan (membungkam?) mereka- namun terlambat. Ia melirik Akashi sekilas sebelum memutuskan untuk kembali ketempatnya. Lebih baik Ia sibuk mengusap rambut Barbienya. Ia tidak mau ikut campur. Cukup duduk aman disini, jauh dari zona Akashi.

Murasakibara memajukan bibirnya, melipat kedua tangannya didepan dada. "Aka-chin tidak adil. Aku-" kata-kata Murasakibara tertahan paksa.

Rahang Akashi tegang. Mata heterokromnya berkilat dengan kedua alisnya bertaut jengkel. Aura gelap bak mendung yang menyeret badai menyelimuti seluruh meja.

Keempat perotestan menciut, berusaha tenggelam dalam bantalan kursi masing-masing. Makhluk-makhluk ini... dasar astral. Akashi tidak habis pikir bagaimana dulu mereka bisa bersama dalam satu tim, bertahun-tahun tanpa ada skandal saling bunuh. Untung saja masih ada Tetsuya- yang berbakat menjadi Pepsi ditengah padang pasir. Tak bisakah mereka lihat mood Akashi baru saja membaik dari kondisi awal?

Kuroko masih tak bergeming. Tentu saja tidak. Tak satu molekulpun 'mendung' Akashi yang tega menyentuh awan putih dan pelangi di teritori Tetsuya-nya.

"Kalian-"

"Akashi-kun," geraman Akashi tersapu panggilan kalem Kuroko.

Pra-topan lenyap seketika.

Keempat jiwa yang terpojok lagi-lagi mendesah lega. Berurusan dengan Akashi memang tidak sehat untuk jantung. Mereka menganut kepercayaan telak bahwa keberadaan Kuroko diantara keberadaan Akashi dan dunia merupakan sebuah berkah tak ternilai.

"Sepertinya itu pesanan kita." Telunjuk Kuroko mengarah pada seorang waitress muda, melenggang membawa nampan dikedua tangannya.

Keenam penghuni meja memperhatikan sang pelayan meletakkan pesanan mereka sambil menyebutkan nama masing-masing masakan. Dua orang semangat dan siap menerjang, seorang tersenyum menggoda -mengundang semburat merah sang waitress- yang kemudian menerima tepakan di kepala dari tangan berbalut perban seorang lainnya, seorang dengan cool memecah sumpitnya, seorang lagi bergumam datar "Terimakasih," pada sang waitress.

Setelah 'itadakimasu' dikumandangkan, Kuroko hendak bersiap mengambil makanan, namun mendadak berhenti. "Ah, Akashi-kun," panggilnya. Sang pemilik nama menengok dengan tangan yang tetap pro meletakkan lauk dalam mangkuknya. "sebagai ganti makan malam ini, aku akan membagi sebagian Milkshakeku dengan Akashi-kun nanti."

Pause.

Kise dan Aomine- yang sudah lebih dulu melahap makanan- tersedak dahsyat. Murasakibara berkedip kaget. Tofu Midorima melesat dari sumpitnya, sukses melesat masuk kedalam vas bunga kecil dimeja. Reaksi Akashi cukup dengan menghentikan kegiatan tangannya.

Membagi? Milkshake? Pertanda Kuroko sudah move on dari obsesi Vanilla Milkshakenya kah?

...Mustahil.

Akashi, seperti biasa, lebih dulu pulih dan terkekeh pelan. Bukan hal yang besar, tetapi datang dari Tetsuya, 'sebagian Vanilla Milkshake' setara mahalnya dengan bongkahan emas penuh dalam brangkas ukuran minimal 10x10 meter. "Tidak perlu sungkan, Tetsuya. Tapi terima kasih. Mungkin sesekali boleh kucoba minuman kesukaanmu itu."

Kuroko mengangguk sebelum kembali bersiap makan.

Ada hening yang agak canggung.


Sebuah meja gabungan panjang disisi lain ruangan restoran menampung cukup banyak siswa dengan seragam bervariasi. Ah, pemain inti enam tim basket high school Jepang tengah duduk manis dihadapan hamparan hidangan lezat.

Para penghuni meja memandang tanpa kedip kearah sekelompok siswa dengan seragam putih hitam. Pandangan heran, datar, bertanya, terhibur, menahan tawa dan kombinasi emosi lainya menjadi satu. Kelompok objek pandangan hanya bisa berjengit. Salah satunya, Hyuuga Junpei, terbagi antara ingin nyengir bangga atau memijat kepalanya yang mendadak nyeri.

"Aku tidak tahu kalau ternyata enam pemain tim basket remaja legendaris Jepang akan begini seru saat digabung bersama." Riko berbisik geli bercampur kagum.

Izuki sweatdropped.

"Tapi bukankah ini melegakan? Akhirnya Kuroko bisa bersama teman-temannya seperti dulu lagi." Suara tawa ringan Kiyoshi membawa desahan lelah Hyuuga.

"Sayang sekali si manajer manis itu tidak bisa bergabung karena urusan keluarganya. Mungkin kalau mereka semua lengkap akan lebih menarik dari ini?" celoteh Nebuya sambil melahap ayam fillet dari piring Hayama, yang reflek memprotes lantang.

"Tapi" Imayoshi berkata dari sisi seberang, "Aku baru pertama kali melihat Aomine yang santai seperti ini. Hmm," cengiran mencurigakan mulai merekah.

Himuro tersenyum dalam diam dipojok meja. Tidak perlu mengatakan apapun, Ia bisa melihat betapa bayi raksasa Yosen terhibur dengan duduk bersama Kiseki no Sedai.

"Yang lain terlihat takut pada Akashi. Yah, selain Kuroko." Kagami berkomentar dengan mulut penuh, dihadiahi pandangan datar dari sebagian besar penghuni meja.

Tawa garing Takao menyusul, "Itu observasi yang tidak perlu disebutkan, Ace-san."

"Akashi tertawa. Kalian sadar itu? Menurutku, suara itu sudah cukup untuk menggema penuh horor ditelingaku." Miyaji terkekeh tegang.

Kagami bergidik ngeri, "Ya, aku juga mendengarnya tadi."

"Mou, Kapten tidak seseram itu, kok." Pembelaan Reo tak dianggap.

"Meh. Dibanding Akashi, Phantom kalian itu-"

"Namanya Kuroko." Seiring memotong dengan dahi berkedut.

Kasamatsu tersenyum meminta maaf, "Ah, ya, Kuroko. Dia itu... seperti conqueror? Entah lah- logikanya, daripada menjaga jarak dengan sang monster, bukankah lebih bijak untuk mewaspadai sang penjinak?"

"..."

"...Jangan memandangku seperti itu."

"Kau- ...Eh, itu ada benarnya." Riko mengelus dagunya, berpikir keras.

"Apa itu berarti kita mendapat yang paling berbahaya dari lingkaran bahaya yang berbahaya?"

"Apa yang barusan itu permainan kata, Izuki?"

"Heh? B-Bukan, Kapten. Aku seirus!"

"Ahahah- Uh, Kantoku? Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Kiyoshi berkeringat dingin. Ia sempat melempar pandangan curiga pada gadis disampingnya sebelum menggeser tubuh agak menjauh.

"Riko, jangan buat ide yang aneh-aneh!" Hyuuga meremas kepalanya, frustasi.

"Ahahahahahah! Seirin lucu, ya!"

"Caramu berbicara sangat tidak menghibur, Hawk-Eye..." Sang Kapten Seirin mendesah seraya mengusap pertemuan alisnya yang mengrenyit ketat.

Okamura menyeringai girang, "Oh, ayolah-"

"AKU JUGA MAU VANILLA MILKSHAKE KUROKO-CCHI! AKASHI-CCHI TIDAK ADIL! HUWEEEEEEE!"

"BERISIK, KISE! KAU-" Pause. "KAAAAAAU! KAU MENUMPAHKAN KUAH MISO PADA LUCKY ITEMKU, NANODAYO!"

"AGH! MENYINGKIR DARIKU, MURASAKIBARA! BERAAAT!"

"Salahkan Kise-chin, Mine-chin~ Dia terus mendorongku!"

SYUUT CTAK

Oh, ada gunting yang melayang. Menancap sempurna pada leher sang gadis poster promosi.

Darimanakah datangnya gerangan?

"Tutup mulut-mulut kotor itu sebelum kucabik wajah kalian hingga bermandikan potongan organ berselimut merah."

"..."

"..."

"..."

"..."

"Akashi -kun, apakah Mikshakenya enak?"

"Ah, tidak buruk untuk sebuah hidangan manis Tetsuya. Aku munkin akan menyukainya apabila kadar gulanya dikurangi."

"Hmm, tenang saja. Mereka melayani pesanan takaran gula sesuai persentase yang kita inginkan."

"Begitu kah? Lain kali kita beli bersama, bagaimana?"

Kepala baby blue mengangguk.

"HEY! Itu seperti kenc- HMPH!" BRAK BRUK BRAK "-can!"

"SHHHH!"

"Diam kau, Ahomine!"


Hyuuga memijat kepalanya yang berkedut menyakitkan."Aku sudah tidak mau tahu lagi."

"Ada yang salah pada situasi ini..." gumaman enggan Kasamatsu menimpali.

"Ano... Hyuuga-san," Himuro terlihat gugup, "Bukankah itu berarti Akashi-san uhm... indirect kissing Kuroko-san?"

"..."

"Ciuman... tidak langsung?" Riko hampir ambruk kepanasan. Wao, jiwa fujoshinya bergelora.

Ada hening yang agak canggung.

Lagi.


Chapter 1 : END


Gimana? Panjang yah? *sweatdrop* Aku juga kaget. Nulis, tau-tau udah panjang banget. Yah, beginilah. Humour gagal? Membosankan? Aneh? Gimana? Gimana?

Aku usahakan update secepatnya, yah. Karena sekarang sedang klimaks high school. Alhasil; ujian non-stop sana-sini.

Rencananya, ini fict drabble. Per-chapter mau dibuat seperti one-shot. Jadi kalaupun aku lama (amit-amit) updatenya, minna gak digantung(?) penasaran.

Eheheheh, semoga minna suka hasil karya absurd ini. Btw, semua data diambil dari Wikia, jadi bisa dijamin kebenarannya. = = d

Uhm, boleh minta review-nya? Pleaaaassee?

Makasih banyak, minna~! I love you so so soooo much!

-27aquarrow72-