Danna

Disclamer: Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi, cerita ini milik saya~

Pair: AoAka slight AoKi, slight KagaKuro, slight NijixAka

Genre: romance, hurt comfort(maybe), drama

Warning: MPREG, HEMAPRODTE, sho ai, menye-menye, OOC, OCs, typo, aneh dll

N/B: saya sama sekali tidak ada niat untuk bashing chara, chara yang saya masukin disini murni karena charany fav saya, saya tidak ada niat untuk menjelek-jelekkan chara, menghina atau apalah itu. Sekian terima kasih.

Tertarik? Silahkan review :D

Tidak Tertarik? Silahkan klik tombol 'Back'

Tertarik, tapi gak mau review? Silahkan 'Fav' XD

Tidak tertarik tapi mau review ? Ampun jangan Flame DX

Reader and Silent Reader, welcome :D

Enjoy Reading Minna :D

.

.

.

-.-.-.-

.

.

.

"Kau...siapa?" lirih lemah sosok yang tengah berbaring di ranjang putih itu dengan ekspresi linglung.

Sosok biru disamping ranjang membeku, wajahnya terlihat sangat terkejut."...dokter..." lirihnya bergetar."...DOKTER!" suaranya naik satu oktaf, nadanya masih bergetar. Teriakannya yang menggema sukses membuat beberapa perawat mendatanginya. Dan berapa saat kemudian derap langkah sepatu pantofel memasuki kamar tersebut. Seorang dokter muda memandang heran.

"Kenapa berteriak?" tanyanya kesal, tak ada kondisi kritis yang dia lihat.

"Sensei...pasien sudah sadar." Manik kelabu sang dokter melirik seorang perawat yang berkata padanya.

"Aomine-san, anda bisa keluar, biarkan kami yang mengurus ini."

"...dia tidak mengingatku...Apa yang terjadi padanya!" bukannya menurut untuk keluar, dia malah berteriak marah pada sang dokter.

"Suster, bawa Aomine-san keluar."

"Baik. Aomine-san mohon kerjasama anda, percayakan pada kami." Ujar perawat itu lembut, dan mendorong pelan sosok pria muda itu.

"Geez, dia baru menyesal eh?" gumam si dokter raven pelan."Bagaimana perasaan anda, Seijuurou-san?" dengan senyum profesional dia mulai mengecek kondisi pasiennya.

.

.

.

"...Seijuurou amnesia? Bagaimana bisa!" lagi-lagi suara keras menggelegar itu terdengar.

"Bisakah anda mengontrol emosi Aomine-san? Dan biarkan saya menjelaskan kondisi pasien."

Aomine Daiki kembali duduk di kursinya, menunggu dengan tak sabar penjelasan yang akan dia dengar selanjutnya.

"Seijuurou-san mengalami amnesia ringan, itu tak berbahaya, hanya perlu waktu singkat untuk membuatnya mengingat apa yang dia lupa." Helaan nafas masal terdengar."Namun ada yang janggal."

"Apa itu sensei?" suara anggun khas wanita paruh baya menyeruak.

"Sepertinya Seijuurou-san hanya lupa kehidupan pernikahannya. Ini bukan hal baru, saya sering menangani hal semacam ini."

"Ba-bagaimana bisa?!"

"Mungkin ini kurang masuk akal, tapi dapat saya simpulkan bahwa Seijuurou-san menolak mengingat kehidupan pasca pernikahannya_"

"Takao! Kau tak bisa menyimpulkannya semudah itu." Dokter muda putra dari dokter kepercayaan keluarga Akashi bersuara lantang, menolak argumentasi sang rekan sejawat.

"Aku tak asal dalam menyimpulkan masalah ini Midorima-sensei. Baiklah jika anda sekalian kurang yakin, saya bisa menghubungi rekan yang lebih ahli dalam masalah ini..." Takao, dokter raven itu mengangkat gagang telpon duduk miliknya, menekan beberapa nomor dan menunggu nada sambungnya.

"...moshi-moshi Moriyama-sensei, kau sedang ada pasien?"

"Bisa kami mengganggu waktumu sebentar?"

"...baiklah setelah makan siang."

Berpasang-pasang mata menatap Takao dengan bermacam ekspresi."Kita akan menemui Moriyama-sensei setelah makan siang. Di ruangannya." Pembicaraan ditutup dengan alasan sang dokter raven masih memiliki janji dengan pasiennya yang lain.

.

.

.

.

.

.

"Kenapa hanya kau saja yang tak diingat oleh Seijuurou?" Kagami memulai saat mereka berada di area terbuka rumah sakit itu.

"Aku tak tahu." Si navy blue meremat surai biru tuanya, dia duduk di lantai bersandar pada tembok, terlihat sangat frustasi.

"Kurasa ini ada hubungannya dengan kehidupan rumah tangga kalian." Sosok raven yang Daiki temui saat Seijuurou berada di rumah sakit yang ia ketahui adalah mantan kekasih Seijuurou, tiba-tiba datang menghampiri mereka semua.

"Tau apa kau dengan kehidupan rumah tanggaku." Dengus Daiki.

"Jika aku pasangannya, tak akan kutinggalkan dia menunggu sendirian di malam hari penghujung musim panas."

Kise yang berada di antara mereka melirik takut dan khawatir. Kehadiran orang tua dari Seijuurou dan Daiki membuat suasana menjadi semakin berat.

"Apa maksudnya membiarkan Seijuurou menunggu sendirian di malam hari?" suara khas paruh baya datang dari Akashi Masaomi.

Kagami mengernyitkan alisnya, begitupula dengan Kuroko. Sepertinya Seijuurou lupa bercerita dengan mereka.

Daiki mengerang."Ya, aku berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan, tapi aku terlalu sibuk jadi aku tak bisa menemuinya."

Kise menggigit bibirnya, itu bohong. Dia tahu betul kronologi sebenarnya.

"Setidaknya katakan kalau kau sibuk lewat pesan singkat!" suara Nijimura meninggi. Yang benar saja, alasan macam itu sama sekali tak dapat ia terima."Kau tahu, jika aku tak menolongnya entahlah apa yang akan terjadi."

"Me-memangnya ada apa Nijimura-san?" Kise bertanya lirih.

"Dia digoda para pria jalanan br*ngs*k."

Mereka semua yang berada disana membelalakkan matanya. Tak terkecuali seorang Akashi Masaomi. Nyonya Aomine menutup mulutnya tak percaya.

Daiki semakin merasa tertekan dan sangat sangat merasa bersalah.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan selama menikah dengan putraku!" Masaomi mulai berang dengan spekulasi yang ada di otaknya. Pasti ada sesuatu sebab yang membuat putranya menjadi seperti ini.

"Aku tak mencintainya, lagipula karena pernikahan ini aku harus mengakhiri hubunganku dengan kekasihku." Gumam Daiki datar. Kedua orangtuanya saling berpandangan, seolah mereka juga ikut menyesal dengan semua yang telah terjadi.

"Aku mengakui telah banyak berbuat salah. Aku tak mencoba untuk menjalaninya, aku selalu membuat Seijuurou menderita, jika ini aku yang dulu mungkin aku masa bodoh dengan ingatan Sei dan memilih meninggalkannya, tapi..."

Semua orang terdiam, meunggu kelanjutan kalimat Daiki."Aku sekarang menyesal dengan apa yang telah aku perbuat. Bukannya mendapat kebahagiaan aku malah membuat banyak orang menderita."

"Aku akan mencobanya dari nol, aku akan berusaha." Ucap Daiki mantap.

'Dia pikir hanya dengan tekad seperti itu bisa.' Tentu tak akan semudah mengatakannya belaka. Semua akan perlu proses yang berat.

.

.

.

.

.

.

"Sebenarnya apa yang telah dikatakan Takao-sensei, tak sepenuhnya salah. Hanya spekulasinya saja yang kurang masuk akal. Dalam kasus ini Seijuurou-kun mengalami amnesia sebagian, memori yang tak dia ingat bisa masa lalunya, atau bahkan masa sekarang. Dalam hal ini Seijuurou-kun kehilangan ah...kata kehilangan sepertinya kurang tepat, bisa dikatakan tidak mengingat kejadian satu tahun belakangan mungkin."

Semua orang disana tak ada yang menyela, diam dan mendengarkan.

"...menurut data yang Takao-sensei ambil, itu adalah kesimpulanku."

"..ta..api kenapa dia bisa lupa kehidupannya satu tahun belakangan ini?" Daiki tak sabar mengungkapkan apa yang berkecambuk dalam benaknya.

"Bisa saja ini karena keinginannya sendiri." Takao menyela, dia tak memperdulikan tatapan tajam Midorima."Saya rasa penjelasan dari Moriyama-sensei sudah sedikit mewakili rasa penasaran anda sekalian." Si raven berusaha mengusir halus para kerabat pasiennya.

"Jika ada keluhan segera hubungi kami." Tambah Midorima.

.

.

.

.

.

.

"Apa maksudmu dengan siapa? Dia suamiku."

"Ce, orang seperti itu tak pantas untukmu."

"Aku tahu."

"Kalau begitu diam dan ikuti permainanku. Akan ku buat kau lebih bahagia. Mungkin lebih baik kalian berpisah."

"!"

"Aku akan mengambil alih tubuh dan pikiranmu."

"Tidak! Bagaimana dengan putraku?!"

"Kau menyayanginya?"

"Kenapa kau bertanya? Tentu saja."

"...meski hasil dari pemaksaan orang mabuk? Aku tetap akan mengambil alih ragamu"

"..."

"Aku anggap kau setuju."

.

.

.

.

.

"Seijuurou-san waktunya makan siang dan meminum obat." Seorang perawat mendorong trolinya masuk. Seijuurou mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Letakkan disana."

"Biarkan aku yang mengurusnya suster." Seijuurou mendelik tak suka pada siapa yang seenaknya masuk ke kamar rawatnya.

"Baiklah, saya tinggal kalau begitu." Sang perawat undur diri dan hanya menyisakan Seijuurou dan Daiki disana.

"Mau kusuapi?"

"..."

Daiki mengambil semangkuk bubur dan mendudukkan diri di pinggir ranjang.

"Kuharap kau cepat sehat dan kita bisa cepat pulang."

"..."

"Kenapa diam saja Sei?"

"Aku tidak berbicara dengan orang asing." Jawabnya setelah sekian detik terdiam, rautnya terlihat sangat dingin dan tak bersahabat."Sebaiknya kau keluar." Perkataannya mutlak, seakan tak ada celah untuk sebuah bantahan.

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

Etto hallo minna-san, adakah yang masih mengingat saya. Terlebih apakah ada yg masih mengikuti cerita ini. Sepertinya saya menelantarkanny terlalu lama. Saya merasa kembali ke nol ahahah, gomen membuat ff ini menjadi berdebu :"

Terima kasih bagi yg sudah membaca bahkan mereview dichapter sebelumny maaf belum bisa membalasnya satu persatu, btw kemarin adalah semester tersibuk saya jdi nggk bisa menyisikan sedikit ide untuk ff ini. Lagipula ff ini pnya 8 versi karena saya sempat kehilangan mood buat nglanjutinny. Tapi saya kembali termotivasi sma seorang author "mending diupdate dengan word sedikit daripada ditelantarkan" begitu deh, dan taaraa ini hasilny maaf gaje, semoga masih ada yg mau baca x"D

Salam rindu,

Narin