"Terjebak dalam masa lalu adalah suatu mimpi buruk yang kadang tak dapat kita musnahkan dalam hidup kita. Seorang wanita di masa lalu membuatnya menjadi merasa bahwa dirinya sudah tidak normal lagi. Namun, tak dapat disangkanya bahwa wanita itu ada kembali di kehidupan nyatanya... setelah 10 tahun lamanya."
Turnover The Past
[By: Natsume Rokunami]
Rated: T
Romance / Hurt, Comfort / Drama
{Sabaku no Gaara x Ryuuno Megumi}
.
Sabaku no Gaara: 25 years old
.
Disclaimer: Kishimoto Masashi (Naruto Shippuden)
.
This is my second fict GaaMegu. :) Don't Like It? Just don't read it. I don't wanna see uncouth flame in my review box, because you all have been warned. Okay? And tolerating me about my grammar and syhntax, because I'm was a newbie in . :D Got that, senpai? :D
.
Warning: OC and Full of Warning (in my opinion)
.
Suggestion: Kusarankan untuk mendengarkan lagu The Script – Nothing, The Script – Breakeven, atau The Script – Who Man Can't Be Moved. Pokoknya lagu semacam itu, lah. Agar 'rasa' FanFic ini semakin berasa. :D
.
Happy Reading! ^^
.
I. Inception
Sunagakure City...
"Uh!"
"Aku akan berjuang agar bisa terus bersamamu!"
"Ukh!"
"Kalau kutinggal sebentar, tak apa-apa, kan?"
"Tidak...!"
"Dia dirawat di rumah sakit karena kecelakaan."
"Tidak!"
"Hentikan! Sudah tak ada lagi yang bisa kau lakukan untuknya!"
"Aku...!"
"Dia sudah pergi untuk selama-lamanya! Apa kau tak mengerti itu?"
"Tidak!"
"Entah apa yang harus kulakukan setelah ditinggal mati oleh adikku... aku tak ingin memikirkan apa-apa lagi selain hidup demi diriku saja."
"Uhm!"
"Kau harus menerima kenyataan ini, yang mati takkan kembali. Ini sudah hukum alam dan kau tak bisa apa-apa untuk mengubahnya."
"Dia belum..."
"Apakah ini semua adalah salahmu? Apa dia mati karena bersamamu? Mungkin kau pembawa kematian?"
.
.
"Apa aku akan baik-baik saja?"
.
.
BATS!
Dia menyibakkan kain selimut yang sedari tadi menyelimutinya dalam tidurnya sampai terlempar ke lantai bawah tempat tidur. Ia bangun, terduduk di atas kasur dengan wajah yang pucat pasi dan berkeringat dingin. Nafasnya tersengal-sengal seperti seakan baru dikejar oleh sesuatu yang menakutkan.
Sabaku no Gaara, itulah nama lelaki berambut merah berantakan dengan mata jade yang dalam. Ia berdegup kencang. Ia terbangun dari tidurnya berkat mimpi yang akhir-akhir ini selalu menghantuinya. Mimpi itu selalu datang seperti menyalahkannya tentang kematian kekasihnya 4 tahun yang lalu.
Matanya menyipit nanar, ia meremas surai merahnya. Frustasi karena dikejar-kejar oleh mimpi yang sama dan berulang-ulang. Ia merasa bersalah, tetapi ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Semua sudah terjadi. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya untuk mengembalikan kekasih yang sedari dulu ia sayangi kembali ke dunia nyata.
Kekasihnya telah meninggal setelah mengalami kecelakaan sewaktu menyebrang di jalan. Ia tertabrak mobil sewaktu menyebrang untuk menghampirinya di seberang jalan. Pada waktu itu, wajahnya yang cantik sederhana itu terlihat begitu ceria dan bersemangat. Dengan senyuman lebarnya yang hangat, ia menghampiri dirinya dengan dress biru lembut mencapai dengkul yang dimain-mainkan oleh angin yang berhembus. Namun sewaktu menyebrang, tiba-tiba ada suara klakson mobil yang begitu nyaring dan mengagetkan dirinya yang menunggu di seberang. Mobil itu dalam sekejap menabrak kekasihnya yang tak menyadari kehadiran mobil di sampingnya. Tubuh ramping itu terlempar sampai beberapa meter ke depan dengan bunyi tabrakan yang cukup keras.
Aku tak mau mengingatnya lagi, batinnya. Ia menutup matanya rapat-rapat sampai dahinya berkerut, jari-jemarinya meremas helaian surai merahnya dan menarik-nariknya.
Sampai sekarang ia masih terus merasa bersalah meskipun orang-orang di sekitar kekasihnya sudah menerima kepergiannya dan memulai hidup baru yang damai tanpanya, tetapi hanya ia seorang yang masih terikat oleh masa lalu.
"Seharusnya aku dipenjara." Gumamnya. Ia merasa bertanggung jawab atas kematian kekasihnya, Ryuuno Megumi. Namun apa mau dikata? Ia tidak bersalah. Megumi menyebrang tanpa melihat-lihat jalan. Kematiannya disebabkan oleh ketidakhati-hatian dalam menyeberang. Ini bukan salahnya, ini bukan dosanya, bukan tanggung jawabnya.
Namun ia merasa bertanggung jawab.
Berkali-kali ia menyerahkan diri kepada polisi, namun polisi terus menolak dan menyakinkan bahwa kecelakaan itu bukan salahnya. Berkali-kali ia mencoba membujuk polisi, namun polisi tetap tidak mau.
Ia berkali-kali punya niat untuk bunuh diri. Namun setiap ingin mengakhiri hidupnya, kata-kata Megumi yang pernah diucapkan kepadanya semasa hidupnya terbayang-bayang.
"Kata kakekku, bunuh diri itu adalah tindakan pengecut. Walaupun karena alasan-alasan lain, tetap saja orang yang bunuh diri itu adalah orang yang pengecut, lari dari kenyataan hidup, lari dari masalah, lari dari semua hal yang diterimanya. Aku takkan melakukan bunuh diri meskipun banyak hal-hal berat yang kuhadapi. Kakekku selalu benci kepada para samurai dan prajurit-prajurit masa perang yang melakukan harakiri demi lari dari kenyataan. Gaara jangan mencoba bunuh diri, ya. Itu tidak baik! Kalau masih dilakukan saja, Megumi akan terus membenci Gaara meskipun Gaara bunuh diri karena merasa bersalah kepadaku!"
Kata-kata itu diucapkannya jauh dari hari kematiannya. Itu seperti sebuah peringatan kepadanya dari awal. Kata-kata panjang itu cukup efektif untuk membuatnya mengurungkan niat bunuh dirinya.
"Maafkan aku." Gaara merundukkan tubuhnya dengan jari-jemari masih menarik-narik rambutnya. "Aku adalah manusia berdosa."
Selama Megumi masih hidup, mereka selalu bersama, namun sikapnya kepada Megumi selalu saja cuek dan seakan tidak peduli kepada Megumi. Bahkan ia tidak pernah menyatakan bahwa dirinya memang cinta kepada Megumi, hanya Megumi yang tidak bosan-bosannya mengatakan 'Watashi wa suki suki suki suki suki daisukiiii, Gaara-kun!' kepadanya.
Sebetulnya, bagaimana mereka bisa menjadi sepasang kekasih adalah semua berkat usaha keras dan kegigihan Megumi dalam mendapatkan Gaara. Sejak kelas 1 SMP, Megumi terus mengejarnya dan entah bila dihitung dari saat itu sampai sekarang, sudah berapa kali Megumi mengatakan 'Daisuki' kepada Gaara. Namun Gaara selalu menanggapinya dengan dingin dan tak peduli.
Gaara teringat kembali sewaktu mereka pertama kali masuk SMU negeri yang sama.
.
"Aku lolos! Aku lolos! Aku lolos! Aku berhasiiiill!" gadis berambut raven panjang sepinggang yang dikuncir dua bawah berjingkrak-jingkrak gembira melihat papan pengumuman lolos tidak lolosnya para calon siswa-siswi baru Suna Gakuen.
"Namamu ada disana, Megumi!" teman perempuan sebayanya yang berambut merah muda pendek seleher, Haruno Sakura, memberinya selamat.
Ryuuno Megumi, itulah nama si gadis raven, mengangguk sambil tersenyum kepadanya. "Namamu juga ada, Sakura!"
"Kita berhasiiiil!" mereka saling berpelukan ria. Tak lama, datang Tenten, Hyuuga Hinata, Yamanaka Ino, Matsuri, dan beberapa teman sebaya lainnya.
Mata Megumi melihat ada seorang pemuda berambut merah berantakan, mata jade dengan lingkar hitam alami di sekeliling matanya, dan tato kanji merah 'Ai' di dahinya, sedang berdiri sambil membaca papan pengumuman di antara kerumunan para siswa-siswi yang ikut membaca papan pengumuman. Wajahnya langsung cerah dan berbinar-binar.
"Aku kesana dulu, ya!" tanpa pikir panjang, Megumi langsung menghampirinya.
"Hei! Tunggu dulu!" mereka menoleh kepada Megumi yang sudah angkat kaki dari sana. Saat melihat siapa orang yang hendak dihampiri Megumi, mereka langsung cemas dan panik. "Oh, astaga, si 'Mr. Scary Monster' ternyata masuk sekolah ini. Eh, jangan-jangan... astaga, Megumi, kau gigih sekali!" mereka sadar, mengapa laki-laki itu bisa ada di sekolah baru mereka. Mereka masuk sekolah itu atas ajakan Megumi, mereka mau saja, karena sekolah ini memang sekolah yang berkualitas. Tetapi... saat melihat ini, mereka paham sudah.
Megumi sampai di sebelah pemuda itu. Laki-laki yang mempunyai nama Sabaku no Gaara itu menoleh pelan kepadanya dengan tatapan datar seperti biasanya.
Megumi tersenyum ceria dengan nafas yang terengah-engah karena sehabis mendesak masuk ke kerumunan.
"Ternyata kita sama-sama di sekolah ini! Aku memang diberkati kami-sama!" katanya.
Gaara memandangnya datar tanpa ekspresi sedikitpun, "Kenapa kau masuk ke sekolah ini?"
"Memangnya tidak boleh, ya?"
"Ya."
"Kenapa?"
"Kau mengganggu." Gaara mengatakannya dengan nada menusuk, nada yang benar-benar mengutarakan rasa tidak sukanya atas kehadiran gadis di hadapannya.
Megumi berkedip dua kali, kemudian tersenyum. "Tenang saja, aku takkan mengganggumu, kok! Aku hanya ingin menemanimu sepanjang kita bersekolah disini!"
Gaara hanya diam, memberi pandangan yang semua orang juga takut melihatnya. Namun gadis berambut raven itu tidak merasa gentar atau apapun.
"Kuharap kita melewati masa-masa SMU dengan menyenangkan, ya!" Megumi tersenyum cerah, semburat merah terlihat di pipinya.
"Kenapa kau ada disini?" tanya Gaara tanpa ekspresi.
"Megumi sengaja belajar mati-matian untuk ujian masuk sekolah ini karena tahu kalau kamu berniat masuk ke SMU ini! Syukurlah karena Megumi lolos masuk!"
Gaara memandangnya dengan datar, tersirat rasa tidak suka kepada gadis yang sudah sejak lama mengejar-ngejarnya tanpa letih ini.
"Mati saja sana." Gaara mengalihkan wajah dari Megumi.
"Kau kurang ajar sekali!" Sakura bersama teman-temannya datang menghampiri mereka berdua, mereka ikut mendengarkan percakapan mereka berdua.
"Kan tidak usah ngomong seperti itu!" timpal Tenten.
Megumi berkedip dua kali, kemudian berkata kembali. "Tentu saja semua manusia akan mati, kan? Tak ada yang takkan mati, karena tak ada yang abadi di dunia ini."
Sakura dan yang lain ternganga kaget melihat betapa polos –atau mungkin bodoh- Megumi sampai tidak menyadari apa maksud Gaara.
Gaara terdiam kembali.
"Mana ada disini yang abadi, kan?" Megumi tersenyum. "Karena ada jangka waktu manusia untuk hidup, Megumi bermaksud untuk menghabiskan masa hidupku bersama orang-orang yang kusayangi dan melakukan hal-hal yang menyenangkan! Megumi ingin menghabiskan masa hidupku bersama keluarga, teman-teman, juga kamu."
Pandangan Sakura dan yang lainnya kepada Megumi berubah. Betapa gigihnya Megumi mengejar Gaara yang sudah jelas terlihat tak tertarik kepadanya.
Gaara menyipitkan sedikit kedua matanya, kemudian berkata sambil lalu. "Terserahmu saja." Gaara pergi meninggalkannya begitu saja.
.
"Maafkan aku." Gaara benar-benar merasa menyesal dan bersalah. Ia ingin meminta maaf kepada Megumi dan mengutarakan seluruh perasaannya dengan jujur, namun semuanya sudah terlambat. Ia benar-benar menyesal.
Gaara terdiam untuk beberapa saat sebelum ia bangun dan turun dari tempat tidur. Ia berjalan menuju meja tulisnya. Ia membuka salah satu laci disana, mengambil sebuah album berwarna biru gelap dengan tulisan berwarna perak, tulisan Ryuuno Megumi.
Ia berjalan menuju tepi tempat tidur dan duduk disana. Ia memangku album foto itu di kedua pahanya, otaknya kembali memutar memori masa lalu.
.
"Ne, Gaara, ini kuberikan sesuatu." Megumi menyodorkan sebuah album berwarna biru gelap dengan tulisan perak 'Ryuuno Megumi' disana.
Gaara meliriknya dari sudut mata, kemudian menoleh. Mereka berada dalam kamar pribadi Gaara. Hari ini adalah hari peringatan dua tahun mereka menjalin hubungan. Mereka berdua duduk di tepi tempat tidur. Disebelahnya pun sudah tersedia sebuah album berwarna merah dengan tulisan hitam 'Sabaku no Gaara' disana.
"Ini adalah hari peringatan dua tahun kita berpacaran." Megumi berkata dengan kedua pipi yang bersemu merah. "Ng, ini kuberikan album berisi fotoku dari bayi sampai sekarang. Kita saling tukar album pribadi."
"Aku tahu, sudah kau rencanakan beberapa hari yang lalu, maka dari itu kita menyiapkannya." Balas Gaara, datar.
Megumi tersenyum canggung, "Eh... ehehehehe, iya, sih. Sepihak, ya?"
"Mungkin."
Megumi menghela napas hampa. "Maaf, ya. Kurasa ini bagus untuk lebih mendekatkan diri kita satu sama lain."
Gaara menatapnya sejenak, kemudian kembali berkata. "Tak apa-apa, aku pun menginginkannya."
Megumi terperangah, ia tersenyum cerah. "Eh? Menginginkan pengintiman hubungan kita?" mata Megumi berbinar-binar harapan.
"Aku menginginkan albummu, bukan itu." sahut Gaara, datar.
Megumi lunglai.
"Mana albummu?" tanyanya. Megumi mengangkat wajahnya, memandangnya. Ia memberikan albumnya kepada Gaara, Gaara pun memberikan albumnya kepada Megumi.
Secara bersamaan, mereka membuka album hadiah dari mereka berdua satu sama lain.
Mata Megumi berbinar-binar, wajahnya cerah, senyuman mengembang di bibirnya. "Uwaaa... ini akan kujadikan harta berhargaku untuk selama-lamanya!" Megumi melihat, disana banyak foto-foto Gaara, dimulai dari masih bayi sampai sekarang.
Gaara pun melihat foto-foto Megumi dimulai dari masih bayi sampai sekarang. Tanpa ekspresi, ia terus melihatnya sambil membalikkan halamannya.
Megumi melirik Gaara yang sedang melihat albumnya, senyumannya berubah seketika menjadi senyuman pahit. Ia sedih karena Gaara tak ada reaksi atau semacamnya saat melihat albumnya.
.
"Aku benar-benar tidak jujur selama ini kepadamu, Megumi." Gaara membuka albumnya. Ia melihat foto-foto dalam album itu dan terus membalikkan halamannya. Kemudian saat sampai pada halaman dimana Megumi berumur 18 tahun, dimana saat mereka sudah lulus dan saat awal pertama mereka menjalin hubungan. Ia terus memandangi foto-foto itu sebelum ia membalikkan halamannya. Terus menerus seperti itu dan akhirnya sampai dimana Megumi berumur 20 tahun.
Tanpa ia sadari, air matanya menetes, membasahi album itu. Air mata itu terus menerus menetes dan lebih banyak menetes. Ia pandangi satu persatu foto Megumi sewaktu masih berumur 20 tahun.
"Selama ini..." lirihnya. "aku sama sekali belum pernah memujimu. Aku tidak pernah jujur kepadamu. Bila kau bisa mendengarnya, dengarkan kata-kataku dengan baik." Gaara sadar bahwa ia ternyata menangis, tapi ia tidak memedulikan air matanya yang terus menetes deras.
"Kamu adalah gadis tercantik dan terbaik yang pernah kutemui. Kamu adalah gadis yang sangat tulus dan pantang menyerah, sampai nyawamu terenggut dari raga. Kamu terus memercayaiku, selalu mengatakan suka kepadaku. Tetapi aku belum pernah mengatakannya kepadamu. Sekarang, dengarkan dengan baik-baik bila kamu bisa mendengarnya." Gaara menggigit bibir bawahnya. Tenggorokannya terasa perih, hatinya terasa remuk. Penyesalan dan rasa bersalah memenuhi dadanya sampai membuat ia sesak.
"Ukh..." ia mencoba mengambil napas sebanyak-banyaknya agar bebas dari rasa sesak di dadanya. Kemudian, barulah ia mengucapkannya dengan suara yang serak.
"Aku mencintaimu, Ryuuno Megumi."
Hatinya begitu hancur dan rasa yang bercampur aduk berdesak-desakan keluar dari dadanya, namun tertahan. Ia melihat sebuah potret terakhir... potret yang menceritakan kisah akhir seorang Ryuuno Megumi.
Disana, Ryuuno Megumi, terbaring tenang di dalam peti mati kayu dengan tutup kaca bening. Kedua tangannya terlipat rapi di bawah dadanya, matanya tertutup tenang, rambut raven panjangnya diurai bebas yang menambah cantik tubuh tak bernyawa itu, Megumi mengenakan dress terusan berwarna putih mencapai pertengahan pahanya dan celana renda putih mencapai pergelangan kakinya. Di dalam peti itu ditambah kain-kain putih cantik dan bunga-bunga berwarna putih. Di lehernya, terdapat liontin berbentuk bintang.
Gaara menggigit bibir bawahnya sampai mengalirkan darah akibat luka yang ia buat sendiri di bibirnya. Ia mengenggam liontin di lehernya dan mendekap album itu di dadanya.
Liontinnya berbentuk bulan.
Bintang dan bulan, saling mengisi kekosongan satu sama lain. Namun, tanpa bintang, bulan bukanlah apa-apa.
Sesuatu yang berdesakan memaksa keluar dari tenggorokannya membuat Gaara mengatupkan bibirnya rapat-rapat sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Ia tahu bahwa dirinya hendak akan menjerit. Ia tidak ingin kedua kakaknya, Temari dan Kankurou, terbangun dari lelapnya di kamar masing-masing.
Setelah menyadari bahwa keinginannya untuk menjerit telah hilang, Gaara menurunkan tangannya dari mulutnya. Ia mengalihkan pandangan kembali ke potret Megumi menjelang petinya akan dikembalikan ke dalam tanah.
Liontin Megumi telah diambil kembali waktu itu olehnya karena benar-benar tak ingin meninggalkan sebuah kalung penghubung dirinya dengan Megumi. Sebuah kenangan dari Megumi. Ia tak mau meninggalkannya. Maka menjelang petinya akan dikubur setelah Temari memotret Megumi yang berada dalam peti, Gaara membuka petinya kembali dan mengambil liontin bintang dari leher Megumi. Ia simpan liontin itu dalam sebuah kotak berisi barang-barang peninggalan milik Megumi. Kotak itu berisikan sebuah album merah pemberian darinya, liontin bintang, dan segala barang-barang yang merupakan kenangan darinya untuk Megumi. Ia simpan dalam lemari.
"Betapa cantiknya dirimu, Megumi." Gaara tersenyum. Matanya yang sudah membengkak akibat menangis terlalu banyak, kembali mengeluarkan air mata. "Maaf selama ini aku menjadi lelaki munafik dan pengecut kepadamu."
Ia masih belum bisa lepas dari ikatan masa lalu. Penyesalan dan rasa bersalah itu seperti lem yang terus mengikatnya dengan masa lalu bersama Megumi. Ia sudah kenal Megumi sedari kecil, sejak kelas 2 SD. Tetapi ia selalu mengabaikan Megumi dan selalu bersikap dingin kepada Megumi.
Ia menutup album itu dan menyimpannya kembali dalam laci. Ia berjalan menuju lemari dan membuka lemari itu. Ia mengambil sebuah kotak berwarna merah polos. Ia duduk di tepi tempat tidur dengan kotak merah dalam pangkuannya. Ia membukanya. Di dalamnya, terdapat sebuah album merah dengan tulisan hitam 'Sabaku no Gaara', liontin bintang, boneka berbentuk dirinya sendiri, dan bermacam-macam barang peninggalan Megumi yang ia berikan kepada Megumi. Kecuali untuk boneka, itu buatan Megumi sendiri. Mereka sering saling bertukar barang.
Ia teringat kepada kata-kata Megumi mengenai boneka berbentuk dirinya versi chibi itu.
"Ini adalah boneka buatanku sendiri. Aku membuat bonekamu! Aku selalu memeluknya selama terlelap dan kujadikan jimat untuk ujian! Aku selalu berhasil mengikuti ujian dengan nilai yang baik berkat boneka ini. Kamu adalah penyelamat hidupku!"
"Penyelamat?" Gaara tertawa hambar sambil tersenyum pahit. "Kamu sebut aku 'penyelamat hidupmu'? Aku yang tidak bisa menyelamatkan dirimu sewaktu kamu tertabrak mobil dan merenggut jiwamu ini kamu sebut penyelamat?"
Gaara mengambil album merah dari dalam kotak itu lalu membukanya. Ia terus membalik halamannya sampai ke potret terakhir, potret yang ditaruh oleh Megumi sendiri. Potret mereka berdua. Di bawah potret, ada tulisan.
"Aku takkan pernah meninggalkanmu. Aku akan terus bersamamu, apapun yang terjadi. Jika dimana hari terakhir dalam hidupku telah tiba, maka aku akan kembali datang dari alam sana dan berubah, bukan menjadi Ryuuno Megumi. Aku terus percaya, kekuatan yang tiba dan membuatku bisa datang kembali ke dunia adalah berkat dirimu, Gaara. Kamu adalah penyelamat hidupku, sampai kapanpun!"
Seketika Gaara mengernyit. Ia baru sadar ada tulisan dan potret terakhir itu. Ya, karena setelah Megumi meninggal, ia hanya menyimpan barang-barang itu dan tak pernah membukanya, kecuali untuk saat ini.
"Kapan Megumi menulis ini?" gumamnya. Ia melihat potret disana, potret itu pastilah potret yang diambil Megumi dari koleksi foto dalam folder ponselnya. Megumi mencetak foto itu dan menaruhnya disana disertai menuliskan tulisan di bawah potret itu.
Dilihat dari ketebalan tulisan, Megumi memakai pena bertinta tebal untuk menulisnya, tetapi ia tidak tahu kapan tulisan itu ditulis oleh Megumi.
Ia membaca kembali tulisan itu dan mencoba memahaminya.
"Apa kamu berkata bahwa kamu akan hidup kembali?" Gaara tertegun saat sudah berhasil memahaminya. Namun, apakah memang benar begitu? Tetapi memangnya logis bila Megumi hidup kembali? Tentu tidak, kan?
Tulisan itu seakan-akan bahwa Megumi sudah menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Gaara terdiam seribu bahasa.
"Apa sebenarnya maksudmu, Megumi?"
.
.
TBC
.
.
