Chapter 5 : Lucky

Hinata menutup mulutnya tak kuasa menahan isakan yang terus keluar dari bibir tipisnya, badannya pun bergetar hebat dan matanya Nampak berkaca – kaca. Terlihat jelas kesedihan diwajahnya, dia seperti tidak percaya dengan pemandangan di depannya, sosok pria sedang memadu kasih dengan wanitanya. Hinata tidak peduli dengan adegan 'kiss' yang biasa sepasang kekasih lakukan, tapi…

"Na-Naruto – kun.." isakan lirih mengalun merdu dari bibir tipis Hinata. " .. jadi kamu lebih memilih Mei – senpai, dari pada aku ? aku tau, aku seharusnya nggak terlalu berharap terlalu jauh denganmu dan aku juga tau jika akhirnya akan seperti ini. Mungkin aku adalah orang yang paling beruntung karna mencintai sahabat sendiri, tapi disatu sisi kamu tak pernah membalas perasaanku dan hanya menganggap ikatan kita hanyalah ikatan persahabat aku. Dan kamu tau, aku sudah lelah mengejarmu dan ingin selalu berjajar di sampingmu. sekarang aku sadar aku sudah lelah untuk menggapaimu, dan mungkin ini waktunya untuk aku menyerah dan memendam semua perasaan ini dalam – dalam. terima kasih Naruto – kun sudah menjadi orang yang aku cintai selama ini" lanjut Hinata lirih, dia masih menatap nanar pemandangan di depannya. Air matanya masih mengalir tapi sekarang senyuman manis tercipta dibibirnya

"mungkin sekarang aku harus melupakanmu, yah aku harus melupakanmu"

~Manusia sedari kecil diajarkan umtuk mengingat

Bukan belajar untuk melupakan

Jadi jangan salahkan aku jika aku…

Sulit melupakanmu~

~o0o~

Sesekali Hinata menatap jam yang ada di sisi kirinya, tepatnya di atas meja samping kasurnya. Badannya sudah terasa lelah tapi matanya tidak bisa menutup dalam waktu yang lama. Dia melirik lagi kearah jam weker berbentuk jeruk dengan bulatan di tengahnya yang menunjukan jarum panjang kearah 3 dan jarum pendek kearah 1, yah sekarang jam 01.15. Hinata sudah mencoba berbagai posisi seperti telentang, tengkurap ataupun menyamping, itu semua sudah Hinata lakukan tapi nyatanya dia tidak kunjung menyusul kealam mimpi. ketika Hinata mulai menutup matanya seketika bayangan tentang kebersamaannya dengan Naruto pun bermunculan seperti saat Naruto menenangkannya ketika petir saling menyambar, saat Naruto memboncengnya di belakang sepedanya, dan saat dia bergandengan bersama di sebuah karnaval, tiba – tiba muncul dengan sendirinya, sekejap itu pula dia kembali membuka matanya. Entah sudah keberapa kalinya kejadian itu berulang, yang jelas bayangan tentang Naruto selalu menahannya untuk segera tertidur.

Matanya sudah terlihat sangat sembab dia sudah lelah untuk kembali mengeluarkan air mata hanya karna bayang - bayang Naruto menghantui tidurnya

"kamu tau, kamu itu mahkluk paling menyebalkan. Di dunia nyata kamu mengganggu aku, di dunia mimpi pun kamu masih mengganggu aku. Aku lelah mengurung diri dan terus menangis sedari siang hanya untuk melupakanmu, tapi akhirnya aku gak bisa. Hihihi.. mungkin benar aku memang gak bisa ngelupain kamu" ucap Hinata disela tangisan kosongnya, dan akhirnya Hinata sadar bahwa dia tidak akan bisa melupakan Naruto dari pikirannya.

"oyasumi nasai Naruto – kun kita akan bersama lagi, walaupun aku benci mengakuinya kalau itu hanya sebuah mimpi yang semu" perlahan Hinata menutup matanya, senyum tercipta dibibir manisnya, dan akhirnya Hinata mulai bisa tertidur lelap karna sudah mulai menerima Naruto di mimpinya.

~ aku memang mencintai kamu, bahkan lebih

dari yang kamu tau dan kamu bayangkan

tapi aku gak akan pernah maksa kamu

untuk mencintai aku, sebagai mana aku mencintai kamu

ingat… aku gak sejahat itu ~

~o0o~

Kala peristiwa dimana sisi teratas mentari muncul di atas horizon timur, itu menandakan bahwa pagi sudah mulai menyapa. Pagi adalah waktu yang paling Hinata sukai.

Kala mentari tengah menyapa para mahluk diurnal yang mulai beraktifitas, dan ketika cicitan burung dan kokokan ayam yang saling bersahut menentukan suara siapa yang paling merdu diantara mereka, itu adalah hal yang paling Hinata suka dari pagi hari.

Pagi adalah tanda saat mahluk hidup mulai terbangun dari tidur lelapnya, bersamaan dengan mimpi – mimpi yang kian menguar.

Pagi berarti saatnya untuk melanjutkan kegiatan yang kemarin tertunda. Ketika sejuta impian – impian yang mulai kembali terajut. Dan ketika senyum para petani dan nelayan bersama dengan jutaan harapan – harapan baru merekah bersama awan yang melayang di persawahan dan lautan luas.

Dan pagi juga adalah tandanya kita masih bisa mensyukuri hidup yang diberikan oleh tuhan kepada kita. dan mulailah menjalankan hari dengan senyuman.

Sinar mentari mulai memasuki kamar Hinata melalui celah celah kosong dari jendela dan fentilasi yang terletak di timur kamar Hinata.

Kamar Hinata cukup luas jika untuk satu orang yang menempati, dindingnya berwarna lavender polos disisi kanan pojok kamarnya terdapat lemari baju berwarna putih yang ukurannya cukup besar, pintu lemarinya ada 2 buah yang satu polos dan yang satunya lagi terdapat kaca ukurannya setengah dari panjang pintunya, disampingnya terdapat meja belajar yang penuh dengan tumpukan buku dan alat tulis serta terdapat 1 buah laptop dengan merk ternama. Dan 1 buah Kasur king size yang tengah di tiduri Hinata melengkapi kamar putri hyuuga ini.

Hinata mulai membuka matanya ketika sinar matahari menyinari wajahnya. Tangan sebelah kanan Hinata menutupi matanya untuk menghindari sinar mentari yang menyilaukan. Matanya melirik ke jam weker di atas meja belajar di samping tempat tidurnya, matanya menyipit untuk melihat lebih jelas ke arah jam wekernya "jam 7 lewat 10… hahaha mana mungkin.." mungkin penglihatannya salah, karna selama ini Hinata selalu bangun jam 5 atau 6 pagi, alasannya karna Hinata harus membantu ibunya menyiapkan sarapan untuk kaka, adik serta ayahnya. Hinata kembali mengucek kedua bola matanya, nampaknya Hinata belum percaya jika ia bangun sesiang ini. Tangan Hinata terulur kesamping, dia ingin mengambil jam weker berbentuk jeruk itu untuk memastikan apakah jamnya benar atau tidak. Tapi kenyataan itu memang selalu menyakitkan "... oh Damn aku kesiang"

~ hari ini adalah hari yang paling aku benci

Karna aku bingung bagaimana harus berhadapan dengan kamu

Dikelas nanti ~

~o0o~

Naruto kini terduduk dibangku kelasnya, letaknya dibaris ke 4 deret ke 3. Iris safirnya melirik kekanan dan kedepan secara bergantian mencari teman sebangkunya yang belum kunjung datang, sesekali Naruto melihat jam digital di tangannya yang menunjukan angka 7.28 AM. Raut kekhawatiran jelas terlihat di wajahnya. Naruto nampak mengkhawatirkan teman sebangkunya.

Parasnya menunjukan kegembiraan ketika melihat teman sebangkunya datang dan menghampirinya "Ohayou Hinata – chan, tumben kamu datang hampir telat. Biasanya jam 7 sudah datang" Naruto berseru riang menyapa Hinata yang duduk disebelahnya. "nggak usah sok peduli padaku deh, itu semua bukan urusanmu" sahut Hinata datar dan matanya menatap kosong jendela disampingnya

Naruto bingung dengan sifat Hinata yang tiba - tiba berubah 1800, dia takut dia gelisah dia ingin sekali bertanya kepada gadis di sebelahnya dia tidak ingin Hinatanya kenapa – kenapa.

"Hinata – chan ap .. "

"ohayou minna"

Ucapannya terhenti ketika mendengar guru yang akan mengajar di jam pertama sudah memasuki kelasnya

"ohayou sensei" jawab murid – murid serentak, kecuali 1 orang yang tidak menjawab sapaan gurunya, yaitu Hinata yang masih menatap jendela dengan pandangan kosong.

.

.

.

bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 10 menit yang lalu, tapi gadis disebelahnya tidak kunjung gerak 1 senti pun, pandangannya masih tetap sama memandang keluar jendela. Naruto khawatir dengan keadaan Hinata, Naruto tau Hinata belom makan sejak pagi karna dari istirahat pertama dan istirahat kedua Hinata hanya duduk diam memandang keluar jendela.

"Hinata – chan ini sudah jam 2 lewat 10 menit, jam setengah 3 kita harus latihan basket. Sekarang kamu harus makan, aku gak mau kamu sak-"

"SUDAH AKU BILANG NGGAK USAH SOK PEDULI PADAKU… " teriak Hinata, matanya tampak sembab dan terlihat jelas guratan kesedihan menghiasi wajahnya ".. minggir aku mau lewat" lanjut Hinata dengan datar, lantas dia berdiri dan berlari keluar kelas meninggalkan Naruto sendiri.

"Hinata .." gumam lirih keluar dari mulut Naruto, matanya memandang sayu pintu kelas tempat Hinata keluar ".. apa salahku ?"

.

.

.

Hinata menghentakan kakinya cepat di sepanjang koridor sekolah, tujuannya hanya satu yaitu taman belakang sekolah tempatnya untuk menyendiri dan menenangkan pikiran dari masalah – masalah yang menggangunya. Isakan lirih masih terdengar jelas dari mulutnya, Hinata sudah mencoba untuk menyembunyikan isakan tangisnya dengan tangan kanan, tapi sepertinya tangan kanan Hinata tidak dapat membantu banyak. Sesekali tangan kiri Hinata mengahapus air mata yang kian bermunculan. Hinata bingung apakah perlakuannya ini salah atau tidak, Hinata tidak tahu. Tapi dalam hati kecilnya Hinata tau bahwa tidak seharusnya ia memperlakukan Naruto seperti itu. Langah kakinya mulai terhenti, iris amethysnya memandang sayu pohon Sakura tempatnya biasa menyendiri dan menenangkan diri dari segala masalah yang menimpanya.

"pohon Sakura menurut kamu apakah perlakuanku terhadapnya ini salah ? oh iyah kamu kan hanya pohon mana mungkin bisa menjawab hihihi"

~ aku banyak tertawa karna kamu

Aku banyak menangis karna kamu

Aku percaya cinta karna kamu

Dan aku sakit hati pun karna kamu juga ~

~o0o~

Selama sesi latihan basket berlangsung Hinata hanya duduk di bangku yang bertuliskan official team sambil menatap kosong pemandangan di depannya, sekali dia menganggukan kepalanya dan tersenyum untuk membalas sapaan dari beberapa orang

"kamu kenapa ? dari tadi aku perhatikan kamu hanya diam saja, ini nggak kaya Hinata yang aku kenal deh" terdengar suara lembut khas perempuan yang sudah sangat Hinata kenal dari sisi kirinya.

Hinata menoleh memberikan senyuman kecil yang dapat Sakura baca 'aku baik – baik saja'

Sakura menggelengkan kepalanya pelan, seakan tak puas dengan jawaban yang Hinata berikan "oh yasudah deh aku ke lapangan dulu yah, sepertinya ada yang cidera. Kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan meminta tolong kepadaku yah" Sakura sadar dia tidak akan bisa memaksa Hinata untuk menjawab jujur pertanyaannya, dan Sakura yakin suatu saat nanti Hinata akan jujur sendiri kepadanya.

Lagi - lagi Hinata hanya membalasnya dengan senyuman kecil, seakan semuanya akan baik – baik saja.

Di lain sisi Naruto memantul mantulkan bola basket yang ada di tangan kanannya, dia sedang tidak mood untuk melakukan sesuatu. Dia masih memikirkan apa yang salah dengan dirinya, sehingga Hinata berbuat seperti itu.

"hey dobe kamu kenapa ? ini bukan seperti dobe yang aku kenal, biasanya dobe yang aku kenal selalu semangat dalam bermain basket. A -apakah kau itu siluman yang menyerupai Naruto ?" Sasuke menatap horor Naruto di depannya

" hentikan muka menjijikanmu itu teme.." Naruto sudah lelah memikirkan tentang Hinata, dan sekarang tingkah konyol Sasuke seakan ingin membuat Naruto mengalami struk mendadak. "terserah deh aku sedang malas berbicara denganmu, aku sudah dulu aku cape" lanjut Naruto

Naruto mekangkahkan kakinya ke bangku yang bertuliskan official team. Dia tidak memperdulikan panggilan Sasuke yang menyuruhnya untuk kembali berlatih, tujuannya hanya satu, yaitu Hinata.

Saat Naruto mulai mendekati bangku official team, tiba – tiba iris safir Naruto dan iris amethys Hinata bertemu satu sama lain. Saat Hinata tau bahwa Naruto ingin mendekatinya, seketika itu pula Hinata berlari menjauh dari Naruto. Hinata tidak mengerti mengapa dia tiba – tiba berlari, tapi Hinata tau bahwa dia sebenanya belum siap untuk bertemu dengan Naruto.

Sesekali Hinata menoleh ke belakang, melihat apakah Naruto masih mengikutinya atau tidak. Dan akhirnya Hinata menghela nafas lega, di bersyukur Naruto tidak mengikutinya sampai ke… eh taman belakang ? Hinata tidak sadar sudah sampai di taman belakang, dia tidak menyangka akan secepat ini bisa sampai di taman belakang yang jaraknya cukup jauh dari lapangan basket.

"hah.. hah.. hey pohon Sakura kamu tau sekarang aku hah..bisa berlari dengan sangat cepat, mungkin nanti aku akan mengikuti olimpiade lari.. "Hinata menundukan badannya dia sangat lelah, nafasnya pun belum teratur "hihihihi oh iyah kamu kan hanya poh-"

"mungkin kamu benar kamu harus mengikuti olimpiade, larimu sangat cepat layaknya maling yang tengah di kejar warga hahaha"

"eh.. pohon Sakura kamu dapat berb-"

"tidaklah bodoh, mana mungkin pohon dapat berbicara. Ini aku di belakangmu" lagi – lagi ucapan Hinata terpotong oleh suara di belakangnya, Hinata mulai menegakkan badannya dan menoleh kebelakang untuk melihat siapa orang yang memotong ucapannya sampai 2 kali

"eh Na –Naruto apa yang sedang kamu lakukan ?" Hinata kali ini benar - benar bingung, dia sangat yakin tadi Naruto tidak mengikutinya sampai kesini, tapi..

"yah aku mengikutimu lah, kamu kenapa sih ? hari ini kamu benar - benar beda, kamu tau aku sangat khawatir aku takut kamu kenapa – kenapa"

"khawatir katamu ? ahaha lucu sekali, sebaiknya kamu megkhawatirkan Mei – senpai saja dari pada aku"

Naruto bingung dengan perkataan Hinata, Naruto tidak mengerti apa hubungannya dirinya dengan Mei – senpai "maksud kamu gimana yah ? aku gak ngerti"

"yah kamu harus mengkhawatirkan Mei – senpai lah, karna dia itu kan pacar kamu sedangkan aku bukan siapa – siapa di hadapan kamu" Hinata memalingkan mukanya dia terlalu malu untuk berbicara seperti itu

"eh kamu tau dari mana kalo aku berpacaran dengannya ? perasaan yang tau hubungan aku dengan mei hanya aku dengan dia"

"Hahh ? kamu pasti bercandakan, aku jelas – jelas melihat kamu berpelukan dengan Mei – senpai di taman" Hinata tidak mau mengalah, dia jelas – jelas memandang pemandang kala itu dengan kedua bola matanya yang masih sangat normal.

"kamu stalkin aku yah" naruto menyipitkan matanaya, memandang hinata penasaran

"Bu-bukan gitu, A-aku–" Hinata panik mendengar pertanyaan naruto, dia seakan-akan seperti maling ayam yang tengah tertangkap basah oelh warga

"oh sekarang aku paham, jadi hanya gara – gara itu sifat kamu jadi berubah hari ini. Dan memang benar sih aku dan mei sudah jadian hehehe"

"tuh kan bener, kamu dan mei – senpai sudah jadian"

"tapi bukan berarti setelah aku jadian, cintaku ke kamu juga akan hilang"

"maksudnya ? aku gak ngerti"

"mana mungkin aku bisa ngelupain kamu yang jelas jelas cinta pertamaku"

"Ehhhhhhhhhh"

~Mana Mungkin Aku Ngelupain Kamu

Yang Jelas Jelas Cinta Pertamaku~

TBC

Lucky ~ Jason mraz

Do you hear me, I'm talking to you

Across the water across the deep blue ocean

Under the open sky, oh my, baby I'm trying

Boy I hear you in my dreams

I feel your whisper across the sea

I keep you with me in my heart

You make it easier when life gets hard
I'm lucky I'm in love with my best friend

Lucky to have been where I have been

Lucky to be coming home again

Ooohh ooooh oooh oooh ooh ooh ooh ooh
They don't know how long it takes

Waiting for a love like this

Every time we say goodbye

I wish we had one more kissI'll wait for you I promise you, I will
I'm lucky I'm in love with my best friend

Lucky to have been where I have been

Lucky to be coming home again

Lucky we're in love every way

Lucky to have stayed where we have stayed

Lucky to be coming home someday
And so I'm sailing through the sea

To an island where we'll meet

You'll hear the music fill the air

I'll put a flower in your hair

Though the breezes through trees

Move so pretty you're all I see

As the world keeps spinning round

You hold me right here right now
I'm lucky I'm in love with my best friend

Lucky to have been where I have been

Lucky to be coming home again

I'm lucky we're in love every way

Lucky to have stayed where we have stayed

Lucky to be coming home someday

Haduh udah berapa bulan gak update ? 1 bulan ? 2 bulan ? 3 bulan ?

who cares ? lagian ini Cuma fict abal abal dangan penulisan berantakan dan penuh typo, huft ~_~

Deoga Cuma bisa minta maaf untuk reader yang sering nge inbox dan ngereview minta update secepatnya, sekali deoga minta maaf karna baru bisa nge update sekarang.

Dan Deoga juga sangat berterima kasih untuk reader yang sudah follow, favorite, dan review fict ini. Kalian luar biasa ahahaha

Kalo ada kritikan dan saran, kalian bisa langsung PM biar bisa deoga bales

.

.

.

Sampai bertemu di chap selanjutnya