Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Warning:

OC, OOC?, Typo(s), Straight, Fluff?, etc.

Kise x OC

.

.

.

Aya baru saja akan keluar dari ruang klub ketika ia menyadari bahwa jam yang tergantung di dinding menunjukan bahwa hari sudah semakin gelap. Semua anggota klub sudah pulang sejak Aya mencuci handuk-handuk kotor mereka dan lelaki beriris emas yang mengganggu pekerjaannya tadi juga sepertinya sudah pulang duluan karena dia menghilang tepat saat Aya selesai mencuci.

Aya berjalan dengan agak cepat ke arah pintu keluar. Dia tidak mau pulang larut malam, tentu saja.

Aya tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika akan membuka pintu. Kepalanya mulai dipenuhi oleh hal-hal menyeramkan yang akan menunggunya di balik pintu itu. Lampu yang menyala memang membuat ruangan ini terang, sih, tapi tetap saja, ini sudah malam! Ugh, ini semua karena dirinya yang terlalu sibuk membereskan ruang klub dan lupa waktu.

Suara detikan jam yang terdengar jelas membuat Aya yakin bahwa tidak ada orang lain di sekitar sini. Ini membuatnya semakin merasa takut. Sendirian dan—

Psh!

—gelap!

"—!" Kedua tangan Aya refleks membekap mulutnya sendiri guna mencegah teriakan yang akan keluar.

Aya menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan bayangan-bayangan menyeramkan di kepalanya.

Yosh! Hanya tinggal buka pintu, lalu cepat keluar dari sini!

Aya mengangguk mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Tangannya bergerak untuk membuka pintu.

Kriet—

Brak!

Pintu di depannya tiba-tiba terbuka dengan keras. Aya yang berdiri tepat di depannya terdorong ke belakang dan jatuh terduduk.

"I-itai!" –Sakit! Aya menyentuh dahinya yang barusan terantuk pintu. Saat akan mendongak ingin melihat siapa yang sembarangan membuka pintu tadi, bayangan menyeramkan kembali muncul. Jangan-jangan…

Aya perlahan mengangkat kepalanya, lalu…

"Kyaaaaaaaa!" Tidak sampai sedetik, Aya langsung memejamkan kedua matanya dengan erat.

Gadis pirang yang masih terduduk ini memang tidak melihat sosok itu dengan jelas karena gelap, tapi yang penting sekarang ini sesosok makhluk berbadan tinggi tengah berdiri di depannya.

.

.

.

"Kau belum pulang?"

Eh?

Aya membuka matanya perlahan. Suara ini, sepertinya dia kenal.

"Kobori…-senpai?"

Pesh!—

—Muka Aya memerah.

Memalukan sekali. Barusan dia mengira Kobori adalah hantu atau semacamnya. Bagaimana kalau senpai-nya itu tahu?

"Ada apa-ssu?!" Seorang lelaki berambut pirang tiba-tiba muncul di belakang Kobori.

Apa? Makhluk pirang itu, kenapa ada di sini juga?!

"Ah, kau sudah bangun?" Kobori menengokkan kepalanya ke arah Kise di belakangnya.

Aya tidak begitu mendengar ucapan senpai-nya itu. Ia sibuk memikirkan jawaban yang bisa menutupi kenyataan kalau barusan dia mengira Kobori adalah hantu.

"…Tikus. Barusan ada tikus lewat," jawab Aya asal. Rasanya jawaban ini akan lebih baik daripada berkata yang sesungguhnya.

.

.

.

"Pft! Jadi Ayacchi takut tikus—"

—Dhuk!

"Berisik," desis Aya setelah melayangkan tasnya ke punggung Kise yang berjalan beberapa langkah didepannya.

"Itte yo!" protes Kise. Lelaki berambut pirang itu kini mengelus-elus punggungnya dengan ekspresi kesakitan yang dibuat-buat.

Aya menghela napas kesal. Ia berjalan cepat mendahului Kise setelah mengambil tasnya yang terjatuh di tanah akibat tindakannya barusan.

Mukanya kembali memerah mengingat kejadian tadi. Aya tentu saja tidak tahu kalau Kobori akan kembali ke ruang klub untuk mengambil barangnya yang ketinggalan. Dan lampunya, kenapa tiba-tiba mati, sih? Aya kan jadi tidak bisa melihat dengan jelas!

Baiklah, jika Aya tidak ketakutan tanpa alasan, hal memalukan seperti tadi pasti tidak akan terjadi.

"Ayacchi! Tunggu-ssu!"

"…" Aya mempercepat langkahnya dengan kepala yang menunduk.

Kise tersenyum geli ketika menangkap guratan merah di muka gadis bersurai pirang itu.

"Tidak perlu malu-ssu. Seorang gadis takut tikus itu bukan hal yang aneh," ujarnya sembari menahan geli. Iya, bukan hal yang aneh, tapi seorang gadis galak seperti Aya berteriak histeris karena melihat tikus itu merupakan hal menggelikan bagi Kise.

Aya memperlambat langkah kakinya.

Sama saja.

Dia tetap diledek.

Kalau begini—

"Bukan tikus," gumam Aya pelan.

—lebih baik terus terang.

"Eh? Apa?"

"Barusan tidak ada tikus. Aku… Aku kira Kobori-senpai itu hantu atau semacamnya, jadi—"

"Pft!" Kise menggigit bibirnya untuk menahan tawa yang akan meledak tapi—

—Bhuak!

Kali ini muka Kise yang jadi sasaran tas Aya. Dengan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya, tentu saja.

"Berisik! Lagipula kenapa kau mengikutiku, sih?!" teriak Aya kesal. Perempatan kecil terlihat di dahinya dan gadis itu masih dalam posisinya saat melempar tas tadi.

Benar, sejak keluar dari ruang klub lelaki beriris emas ini terus mengikutinya. Apa dia sengaja mengikuti Aya hanya untuk menertawakannya?

"Hidoi-ssu! Padahal tadi aku sudah menunggu Ayacchi sampai ketiduran—" ucapan Kise terhenti saat ia menyadari sesuatu.

"Hah?" Kini Aya hanya bisa mengedipkan matanya mendengar ucapan Kise barusan.

"E-eh, itu, maksudku—" Kise akhirnya menghela napas pasrah. Keceplosan. Sebenarnya, saat anggota yang lain pulang Kise memutuskan untuk menunggu Aya selesai di luar ruang klub sampai akhirnya ketiduran dan baru terbangun saat mendengar teriakan Aya."—seorang gadis tidak baik berjalan malam-malam begini sendirian-ssu. Jadi…" Kise mengedikkan bahunya.

"Mau pulang bersamaku?"

.

.

.

TBC

.

.

.

Arigatou untuk senpai-tachi~ readers-tachi~ yang sudah bersedia baca fic aneh ini QwQ

Apalagi yang sudah review :'D Terima kasih sekaliiiiii~ /

Boleh minta review lagi? :'3