Reply Review Area:
AllanLee: sini aku aja yang peluk kamu gimana? (eaa). Aduh makasih udah dibilang bagus haha. Ah, ga masalah kok yang reviewnya dikit. Ada yang baca aja udah syukur hehe. Makasih udah review.
tingdaelin: ya ampun makasih. Udah sini kencan sama aku aja di planetarium (mulai kan). Nah baca dong epilognya makanya, biar tau siapa yang menang hehe. Makasih udah review.
aiko chiharu: eng maksudnya bioskop bukan bioskop gimana ya kok aku ga mudeng (bingung dianya). Makasih udah review.
aries queenzha: jangan diabetes, kasian orang tuamu hiks. Btw nama kita rada sama ya, Sha sama Zha haha. Makasih udah review.
lo-aruka: oh iya ini fluffy ya? Wah seneng deh fic aku jadi obat hehe. Makasih udah review.
KazuneInoue: hmm kalau bikin fic itu, susah deh idenya. Apa coba idenya? Aku lagi buntu ide nih hiks. Makasih udah review.
Canny Lie: aduh maaf ga bisa cepet. Aku kalau mau update harus dijarak beberapa hari hehe. Makasih udah review.
Terima kasih banyak untuk semua yang telah membaca, berkomentar, memfavoritkan, dan mengikuti cerita ini. Sangat diapresiasi oleh saya.
Nah, ini bonus epilog yang saya janjikan sebelumnya. Selamat menikmati.
H-1
Disclaimer: Boboiboy adalah hasil karya Animonsta Studio. Tidak ada keuntungan materi yang saya terima. Fanfic ini hanya untuk kesenangan semata
Warning: AT, OOC, typo(s)
Summary: AT/Sekuel These Years/Kencan 24 jam penuh sebagai kenang-kenangan terakhir untuk Ying sebelum akhirnya gadis itu pergi ke Beijing untuk melanjutkan studinya./"Aku akan lulus lebih cepat darimu. Terlepas sistem pembelajaran di sana dan di sini berbeda. Pokoknya aku akan lulus lebih cepat darimu, Ying."/FangYing
X.x.X
Gedung tiga lantai itu sudah ramai sejak pagi. Banyak orang lalu lalang dengan menggunakan setelan formal berjalan bersama dengan orang tua mereka. Para gadis menggunakan setelan gaun sopan sedangkan bagi para pria menggunakan jas, kemeja, dan celana bahan panjang. Meskipun begitu, pakaian-pakaian bagus yang mereka pakai tidak terlihat karena tertutup oleh toga panjang berwarna hitam itu.
Pemuda itu pun sama. Dia memegang bukti hasil kelulusannya sembari berbincang ceria dengan ketiga temannya. Orang tuanya sendiri sibuk mengobrol dengan orang tua dari mahasiswa lain.
Nama pemuda itu Fang. Dia baru saja lulus hari ini, lebih cepat setahun dari mahasiswa lain, dan berhasil mendapatkan cum laude—dia juga masuk tiga besar mahasiswa kedokteran terbaik yang lulus tahun ini.
Kedua netra yang awalnya sibuk memerhatikan ketiga temannya, kini beralih menatap seorang gadis dengan setelah gaun berwarna putih gading yang berlari tergopoh-gopoh menghampirinya. Pemuda itu pun menghampiri sang gadis dan tersenyum melihat penampilan gadis itu yang tampak acak-acakan.
"Kau terlambat. Benar-benar terlambat. Acaranya sudah selesai dua puluh menit yang lalu," sindirnya walau sebenarnya itu hanya sebuah candaan.
Gadis itu menggembungkan pipinya sebelum akhirnya sejurus kemudian ekspresi di wajahnya berubah bahagia. Dia berlari menghampiri sang pemuda dan memeluknya erat. "Kau hebat! Kau lulus setahun lebih cepat! Aku senang!" serunya bahagia.
"Nah, jadi taruhan itu aku yang menang ya. Kau harus menuruti apapun yang kumau, Ying," balas Fang sembari memeluk gadis itu tak kalah eratnya.
Ying melepaskan pelukannya. Dia mengambil topi toga yang dipakai kekasihnya dan memakainya di kepalanya sendiri. "Kapan aku akan memakai topi ini hiks?" dia berpura-pura sedih.
"Tahun depan," balas pemuda itu sembari tersenyum geli, "cup cup jangan nangis."
Kekasih dari pemuda itu pun tertawa. Dia menatap Fang dengan senyuman lebar di wajahnya. "Apa yang kau mau? Tapi jangan yang aneh-aneh ya."
"Kau berapa lama di sini? Memangnya boleh izin KOAS, ya?" bukannya menjawab pertanyaan Ying, Fang malah balik bertanya.
"Eng ... sampai empat hari ke depan sih. Sekalian, kan bulan lalu nenekku meninggal dan aku belum sempat ke rumah abu, jadi sekalian izin melayat. Dokter pengawas kelompokku itu baik, jadi dia memperbolehkanku izin agak lama," jelas gadis itu sebelum akhirnya dia kembali menanyakan ulang pertanyaannya, "jadi apa? Aku harus apa?"
Pemuda itu memasang pose berpikir, walaupun tampak pura-pura. "Kau harus ... lulus cepat."
"Eyy, apa-apaan itu. Jelas lah aku lulus cepat. KOAS-ku hanya setahun, itu hanya tinggal beberapa bulan lagi," Ying menatap pemuda di hadapannya datar.
"Aku belum selesai bicara," Fang menatap gadis di hadapannya gemas, "setelah lulus cepat, langsung pulang ke sini."
"Oke."
"Setelah itu kau harus tinggal bersamaku."
"Hah? Apa? Mana boleh seperti—"
"Kalau kita sudah menikah, memangnya hal seperti itu dilarang ya?"
Gadis itu bergeming. Netra yang bersembunyi di balik lensa tipis itu mengerjap beberapa kali. Seketika itu juga wajahnya memerah bak kepiting rebus. "K-kau ... apa kau baru saja mela—"
"Iya, aku melamarmu. Lagipula, aku sudah diterima bekerja di rumah sakit tempat aku KOAS—ditambah aku mendapat beasiswa penuh melanjutkan S2. Kau yakin ingin menyia-nyiakan orang seperti ini?"—abaikan fakta bahwa dia sedang menyombongkan dirinya sendiri saat ini.
Ying masih bergeming. Bahkan mungkin apa yang baru saja kekasihnya itu katakan hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
Fang tertawa kecil melihat sang kekasih yang masih tampak dalam mode syok. Dia kemudian maju satu langkah dan merendahkan kepalanya.
Cup.
"Karena kau diam, aku anggap 'iya', ya."
"EEH?! Menyebalkan!"
"Jadi kau tidak mau?"
"Mau!"
Pemuda itu pun menarik sang gadis ke dalam pelukannya. Diam-diam dia tersenyum, sama seperti orang yang dipeluknya yang juga diam-diam tersenyum bahagia.