Hate

.

Time Set : 11 years ago, from chapter 14: The End

.

Yukari. Yan He. Slight WilYukari.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Banyak sekali yang akan mati minggu ini." Yukari melihat daftar jadwal kematian yang disodorkan oleh Yan He padanya.

"Kami kekurangan shinigami akibat jarangnya malaikat yang terkena sanksi berat atau bekerja atas keinginan malaikat sendiri. Jadi, bisakah kami meminta bantuan anda, Yuzuki-san? Malaikat lain begitu sibuk." Pinta Yan He sembari membungkuk sopan.

"Aku harus dapat ijin dari Oliver-sama." Yukari mengembalikan daftar shinigami itu pada Yan He.

"Naruhodo..." Yan He kemudian menghilang dari hadapannya.

Yukari hanya membalik kembali buku yang ia baca hari ini. Sebuah buku pengetahuan tentang dunia fana. Tugasnya sebagai penjaga perpustakaan mewajibkannya mengetahui semua bacaan yang ada di sini. Namun, ia menutup kembali kumpulan kertas itu ketika mendengar suara langkah kaki. Ia sedikit menoleh.

"Yuzuki.."

"Oliver-sama?" Yukari tampak terkejut melihat Oliver bersua ke perpustakaan. Meski pemimpin langit itu sering kemari untuk menulis dokumen rahasia, tetap saja Yukari selalu dibuat kaget karenanya.

"Kau membaca buku dunia fana lagi?" Oliver melihat buku yang berada di bawah telapak tangan Yukari. Yukari hanya mengiyakan dengan anggukan pelan. Sebelum Oliver melangkah lebih jauh, Oliver mengatakan sesuatu.

"Yuzuki..bantulah shinigami. Tadi aku melihat Yan He kemari."

Setiap ucapan pemimpin langit adalah perintah yang tak bisa ia tolak. Yukari hanya bergumam kecil sambil membuka kembali buku bacaannya.

.

.

.

.

"Benarkah? Kau akan membantu kami, para shinigami?!"

Yukari menyesal sudah datang ke dunia shinigami.

Yan He tampak gembira. Tentu saja, saat ini dia yang memegang jabatan tertinggi para shinigami. Bukan hanya Jepang, namun seluruh dunia. Yan He sendiri adalah malaikat dari China yang terkena sanksi menjadi shinigami karena membunuh salah satu malaikat temannya, Luo Tianyi. Namun, karena kinerjanya sangat bagus dalam bidang pencabutan nyawa, ia diberi pangkat tertinggi disini.

"Ingat, aku hanya sementara disini." Jelas Yukari.

"Tak apa!" Yan He tersenyum. Ia kemudian menerangkan secara singkat, jelas, dan padat mengenai tatacara pencabutan nyawa manusia. Yukari mengangguk mengerti. Tidak begitu sulit sepertinya.

"Jadwal pertamamu adalah sore ini! Di kediaman Hibiki. Yang mati adalah Hibiki Aoi. Kau harus tahu apakah dia masih punya beban atau tidak, apakah ia menuju pintu reinkarnasi, harus dikirim ke dunia hantu, masuk daftar tunggu surga atau neraka hingga hari akhir..dan yang lebih hebat..dikirim ke ruang hampa dalam batas waktu tak ditentukan." Yan He berujar panjang lebar. Yukari akan berusaha mengingatnya sebaik mungkin.

"Mohon bantuannya, Yuzuki-san!" Yan He bersiap pergi dengan scythe-nya. Ia juga memberi Yukari sebuah scythe.

"Semoga berhasil!" Dan Yan He menghilang bagai debu. Yukari pun segera menjalankan tugas pertamanya.

.

.

.

.

.

Setelah selesai mencabut nyawa, Yukari berjalan sebentar di dunia fana. Helai ungunya tertiup oleh angin senja. Pemandangan horizon terpatri di matanya. Yukari terus melangkah menyusuri jalan kota. Melihat fatamorgana dunia fana membuatnya sedikit terhibur. Sehari-hari ia hanya berada di dalam perpustakaan. Dan terkadang sedikit berbincang dengan Oliver atau Miku yang keluar masuk. Meski banyak juga malaikat lain yang berkunjung. Namun, tidak pernah menyamai rekor sering datang selain para petinggi langit. Miku bahkan sering datang membawakan buah-buahan untuknya. Yukari acapkali menolak pemberian Miku, namun Miku yang selalu memaksa. Mengingatnya saja membuat Yukari menghela nafas ―entah dalam artian apa.

Yukari melihat seseorang berjalan dari arah depan. Untuk sesaat, kedua matanya terpaku pada satu sosok yang baru saja melewatinya. Saat Yukari berbalik, sosok itu menghilang begitu cepat di antara keramaian.

"Siapa dia?"

.

.

.

..

.

.

Sekembalinya ia ke surga, ia masih memikirkan tentang sosok yang ditemuinya tadi. Matanya, bentuk wajahnya..semua terekam dengan jelas dalam benak Yukari. Perasaan ingin tahu apa ini? Ia sama sekali tidak mengerti. Pipinya terasa memanas membayangkan sosok itu. Yukari kemudian mencari-cari buku yang mungkin bisa menjelaskan apa yang ia rasakan ini. Ia mencari di deret buku pengetahuan dunia fana sejak tadi. Tapi, tidak ada. Yukari hampir putus asa. Ia seorang penjaga perpustakaan, harusnya ia tahu hal-hal kecil seperti ini.

"Yuzuki..mengapa bukunya berantakan?"

Yukari menoleh. Dan ia terkejut mendapati kebodohannya sendiri; menurunkan semua buku dan menumpuknya hingga menyerupai bukit. Sebagian yang lain berserakan begitu saja. Dan yang lebih penting, Oliver tengah menatapnya dari sela-sela tumpukan buku.

"Oliver-sama!" Yukari sedikit terlambat merespon kehadiran pemimpin langit itu.

"Yuzuki, aku harap kau menjelaskannya. Kukira tidak ada orang karena pintunya terkunci." Oliver berjalan ke arahnya. Jadi, Oliver menembus pintu untuk masuk?

"Tidak, aku lubangi saja bagian kenopnya."

Ingatkan Yukari tentang kemampuan Oliver yang satu itu.

"Maaf, Oliver-sama..aku sedang bingung.." Yukari tahu percuma menyembunyikan segala sesuatu dari Oliver yang berada di hadapannya sekarang.

"Bingung kenapa, Yuzuki?"

Yukari agak ragu―dan malu― saat mengatakannya "Begini, rasanya aku selalu terbayang wajah seseorang, dan itu membuatku ..senang?"

Oliver berkedip dua kali sebelum tersenyum.

"Itu namanya cinta, Yuzuki."

"Ci..cinta?" Yukari garuk belakang kepala. Ini kali pertama ia mendengar istilah itu.

"Ya..aku sempat mendengarnya dari Ann.."

Mendapat penjelasan, Yukari mengangguk.

"Jadi..cinta itu apa, Oliver-sama?"

Oliver tidak menyangka, penjaga perpustakaan surga yang kabarnya telah membaca puluhan ribu buku, tidak tahu definisi cinta. Yukari tidak biasanya lemot begini karena ia sering membaca. Oliver menebak, pastilah Yukari mengacaukan perpustakaan karena alasan begitu. Hahh. Yukari, Yukari..

"Cinta itu..mungkin..seperti kau menyukainya karena ada sesuatu yang menarik darinya. " Jujur saja, Oliver juga tidak begitu paham dengan istilah manusia di dunia fana. Ia hanya diberitahu oleh Ann yang sering patroli ke dunia fana. Manusia menyebut perasaannya untuk Miku adalah sesuatu yang disebut cinta.

"Sesuatu yang menarik..?" Yukari berfikir sebentar. Ia tersenyum kemudian.

"Begitu! Apa aku juga cinta dengan anda?"

Oliver terbatuk.

"H-hei!"

"Anda menarik karena punya kekuatan hebat. Apa seperti itu arti cinta?" Yukari memandang Oliver, mengharapkan jawaban 'ya'. Oliver ingin sekali melempar Yukari ke dasar neraka karena ketidaktahuannya. Tapi, sebagai pemimpin yang baik, ia berdehem (?)

"Bukan begitu. Itu namanya kagum. Cinta itu..lebih kepada personal. Kau ingin selalu bersamanya." Oliver berbalik. Ia tahu, Yukari sudah paham maksudnya.

"Hm..aku mengerti kok."

.

.

.

..

.

.

.

Yukari mulai menikmati hari-hari sebagai penjaga perpustakaan merangkap shinigami. Mencabut nyawa manusia setiap hari. Ia selalu bersenandung senang. Yan He turut bersuka melihat Yukari semangat kerja.

"Yuzuki-san! Kau sangat hebat!"

Yukari tidak membalas pujian itu. Ia hanya berfikir, semakin banyak ia mencabut jiwa, mungkin saja ia akan bertemu dengan orang itu lagi-entah kapan.

Hingga setahun kemudian, ia mendapatkan tugas mencabut nyawa di sebuah wilayah di Shinagawa.

Yukari menatap tidak percaya pada korbannya kali ini. Baru saja ia berharap bertemu dengan orang itu, kini ia harus mencabut nyawanya.

Orang itu terbaring lemah di atas kasur. Yukari melihat jadwal kematiannya.

28 Desember, tujuh malam. Wil, pekerja paruh waktu, 25 tahun. Mati karena sakit.

Jadi..namanya Wil?

Ah, Yukari kasihan melihat keadaan orang itu. Yukari meletakkan scythe miliknya pada dinding dan berjalan mendekati Wil. Ia mengeratkan kepalan tangannya.

Selisih satu jiwa mungkin tidak apa, kan?

.

.

.

.

.

.

.

Yan He melihat Yukari semakin semangat bekerja mencabut nyawa di dunia fana. Bukannya Yan He tidak senang, tapi aneh rasanya. Bukankah awalnya Yukari menolaknya? Ia datang kemari pun atas titah Oliver.

"Hm, aku ingin tahu bagaimana ia bekerja." Ia memutuskan mengikuti kegiatan Yukari seharian ini. Ingin tahu cara Yukari bekerja. Tentu saja tanpa sepengetahuan Yukari.

Ia melihat laporan jiwa bulanan yang dibawa Ritsu semalam. Hm, benar-benar ba―

―tunggu.

Ada yang kurang.

Selisih satu jiwa.

"Dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa."

.

.

.

.

..

.

.

.

Yukari membawakan buah yang ia bawa dari surga untuk Wil. Wil hanya mengucapkan terima kasih secara singkat. Yukari membawa apel penyembuh dari taman surga. Ia harap Wil cepat sembuh. Wil bercerita ia harus bekerja di banyak tempat untuk menyekolahkan adik-adiknya. Juga mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lelahnya bertumpuk dan akhirnya jatuh sakit. Wil pun memilih menumpang di bangunan tak berpenghuni ini karena tak mau membuat keluarganya cemas. Wil tidak tahu jadinya bila Yukari tak menolongnya.

"Kalau boleh tahu, darimana asalmu?" Wil bertanya.

Yukari hanya tersenyum "...sebuah tempat yang indah."

"Yuzuki Yukari.."

Yukari mengenali suara ini. Di bingkai jendela, Yan He bersiap diri dengan scythe miliknya.

"Yan..He?" Yukari membulatkan mata.

"Aku dengar popcorn rasanya enak. Tapi, jagung yang dipakai untuk popcorn berbeda, bukan?" Shinigami bersurai putih itu turun dari bingkai dan mengayunkan scythe miliknya asal.

Yukari bingung sekarang. Ia harus apa?

"Bunuh pria itu atau aku yang akan membunuhnya, Yuzuki."

Yukari menggeleng dan merentangkan tangan untuk melindungi Wil. Wil tidak mengerti mengapa ada dua wanita membawa sabit besar ke ruangannya. Eh, dua?

Yukari turut mengacungkan sabit kepada Yan He.

"Aku salah menilaimu, Yuzuki Yukari!" Yan He maju menyerang dengan cepat. Iris birunya terlihat bernafsu. Yukari menahan Yan He semampunya, sebelum membelokkan arah tebasan Yan He.

Scythe Yan He terputar, dan Yukari lengah saat Yan He sendiri yang datang ke arahnya dan menendang kepalanya. Raga Yukari melesat menuju dinding dan tertabrak keras.

"Kau tidak boleh mengubah takdir, Yukari." Yan He beralih, mencekik Wil dan diangkatnya tinggi-tinggi. Wil tergagap sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Yan He lalu membuang jasad Wil begitu saja dan memindahkan jiwanya sementara pada senjatanya.

"Yan He!"

Yukari muncul dari belakangnya dan berniat menebasnya. Tetapi Yan He berpindah dalam sekejap mata.

"Kenapa, Yan He? Kau tidak lihat bagaimana ia berjuang untuk hidup?!" Yukari berusaha menahan air matanya. Wil bekerja demi keluarganya dan menyekolahkan adik-adiknya. Sebisa mungkin Yukari ingin membantu pemuda itu hidup walau sedikit lebih lama.

"Jika membenciku membuatmu puas, maka lakukan."

Dan Yan He pergi, meninggalkan Yukari yang terisak seorang diri.

.

.

.

Karena dianggap lalai, Yukari akhirnya mendapat hukuman dari para petinggi langit ―sebenarnya hanya Gumi dan Gakupo berhubung mereka adalah hakim. Oliver sedang sibuk dengan Hatsune Miku jadi tidak dapat hadir.

Ia dijatuhi hukuman menjadi shinigami untuk selamanya. Yukari tidak menyesal atas tindakannya, tetapi ia tidak mau bekerja bersama Yan He. Apa salahnya membiarkan manusia hidup lebih lama? Toh mereka akan mati. Yukari tidak menerima metode Yan He, tidak sama sekali.

Di hari ketika ia melangkah keluar dari surga dan tidak yakin kapan akan kembali ke kampung halamannya ini, ia berpapasan dengan Yuezheng Ling di gerbang utama.

"Ling-sama?" Yukari menyapa. Ling yang sedang menatap sesuatu di tepi awan hanya tersenyum padanya.

"Ah, Yukari. Kudengar Gakupo dan Gumi menjatuhimu hukuman menjadi shinigami. Maaf."

"Anda tak perlu minta maaf. Ini murni kesalahan saya karena lalai menjalankan tugas."

Secara tak terduga, Ling memeluknya erat. Yukari tidak tahu, tapi ia biarkan saja.

"Kumohon, jangan benci Yan He. Ia temanku dulu."

Mata Yukari berkilat tak suka ketika Ling merenggangkan pelukannya.

"Kenapa aku harus?" Tanya Yukari balik. Ia mendidih bahkan sekedar mendengar nama pimpinan shinigami itu.

"Kau tahu kan, mengapa ia dibuang ke dunia shinigami?"

"Ia membunuh malaikat lain." Jawab Yukari sepengetahuannya.

"Ya, tapi tak jauh beda sepertimu, Yukari." Ling menunduk, menaikkan lengan hanfu sebatas mulut.

"Ia juga mencintai seorang manusia dari dunia fana. Namanya Matsuzaki Yuu."

"A-apa maksud anda, Ling-sama?" Yukari memandang tak percaya. Benar, ia memang tak tahu apa-apa tentang Yan He.

"Ini cerita lama beratus tahun lalu. Yan He sering mengunjunginya sejak kecil, bahkan hingga pemuda itu menikah dengan perempuan lain. Yan He selalu menangis sendiri tiap malam di kamarnya. Aku belum menjadi petinggi di sini dan aku tak bisa melakukan apa-apa. Tianyi, sahabat kami yang mengetahuinya lalu mencabut nyawa pemuda bernama Yuu itu dengan paksa. Mungkin ia berpikir tiadanya pemuda itu akan membuat Yan He kembali ceria. Namun..." Ling tak mampu lagi melanjutkan dan mulai menitikkan air mata. Yukari tercengang dengan kenyataan yang baru ia ketahui. Ling tidak sedang berbohong.

"Kumohon, Yukari...jangan benci dia..."

Tanpa sadar, Yukari ikut menangis. Membayangkan sendiri kelanjutan cerita Ling tadi.

.

.

.

.

.

Yukari dan Yan He tak pernah saling berbicara. Yukari bingung, dan Yan He tidak merasa apa-apa. Ia tetap menjalankan tugasnya. Serapi dan secepat mungkin. Yukari bahkan mengalihkan pandangan tiap berpapasan dengan shinigami tertinggi itu.

Hingga suatu hari, Yukari mendapati Miku masuk ke dunia shinigami. Yukari yang bertemu dengannya di pintu depan hanya melongo tak percaya.

"Miku-sama, apa yang anda lakukan di sini?" Yukari mencoba berpikir positif, mungkin Oliver yang menyuruhnya ke mari.

"Mulai hari ini aku menjadi shinigami, Yukari-san."

Mengapa banyak sekali hal yang mengejutkan terjadi?

"Miku-sama, senang dapat melayani anda. Selamat datang di dunia kami, para shinigami." Yan He yang baru tiba membungkuk hormat meski ia pimpinan di sini. Yukari pun melakukan hal serupa.

Yan He menegapkan badannya kembali.

"Ini Yuzuki Yukari, ketua Shinigami Asosiasi Jepang menggantikan Nana." Ia mengenalkan Yukari.

"Itu kau, Yukari-san? Syukurlah."

Hari itu semuanya berubah.

.

Nama Hatsune Miku menghilang dari daftar shinigami yang tertulis pada dinding batu raksasa. Yan He dibuat pusing karenanya. Ia berusaha mencari malaikat setengah iblis itu sembari menjalankan tugasnya mencabut nyawa. Yukari yang bingung lalu memutuskan ikut mencarinya. Lagipula sudah tanggung jawabnya, terlebih Miku berada di bawah kepemimpinannya.

Pencarian bertahun itu nihil. Yan He tidak tahu lagi tapi masih tetap mencari. Yukari pun turut membantunya, menyisiri area yang tidak dilewati Yan He.

Lalu berhembus kabar bahwa Hatsune Miku telah ditemukan dan akan diadili oleh petinggi langit. Yan He bernafas lega sekaligus mendesah kecewa. Harusnya ia bisa menemukan dan menyelamatkan Miku sebelum mereka. Mendadak ia teringat Ling, tapi ia kemudian menggeleng.

"Yan He?" Yukari berjalan menuju arahnya dan berhenti di hadapannya. Yan He menaikkan satu alisnya, heran.

"Aku tidak mungkin membencimu. Ling-sama menceritakan semuanya."

Yan He menyipit kesal, "Huh, Ling, ya? Kau percaya pada dongeng buatannya?" Yan He malah tertawa keras. Yukari tidak tahu mengapa Yan He malah tertawa sinting. Apakah ada yang salah pada pertanyaannya?

"Aku minta maaf atas tindakanku dulu. Mulai hari ini aku menghormatimu sebagai atasanku."

"Jadi, selama ini kau tidak menghormatiku? Hahaha, terima kasih. Permisi, aku sibuk." Yan He hendak berlalu melewatinya karena jadwal pencabutan nyawa yang padat hari ini, tetapi Yukari menghadangnya.

"Kau belum menjawabku, Yan He."

Yan He menyunggingkan senyum, "Perlukah itu?"

"Harus." Desis Yukari.

Yan He terdiam sesaat, sebelum menjawab,

"Tidak. Itu cuma dusta, tipuan Ling untukmu." Yan He melepas pergelangan tangannya, dan benar-benar berlalu dari Yukari. Tidak mau lagi diingatkan pada kenangan buruknya di masa lampau. Lagipula itu sudah sangat lama sekali.

Yukari terdiam menatap lurus pada punggung shinigami berhelai pucat itu. Ia kemudian membungkuk hormat padanya walau tahu Yan He takkan melihatnya. Ia yakin Ling benar dan memilih percaya walau Yan He enggan berbagi.

Yukari tidak akan memaksanya bercerita. Ia telah mendapat pelajaran berharga dari Yan He. Benar atau salah, sekarang itu tidak penting. Inilah tempatnya, di sinilah ia hidup bersama dengan para shinigami lain saat ini. Yukari hanya perlu menikmati dan menjalani kehidupannya.

Yukari bersyukur ia dipertemukan dengan Yan He. Ia akan berterimakasih pada Oliver yang telah mengirimnya ke mari bila suatu saat berjumpa lagi.

Meski kedengarannya agak mustahil, sih.