"Akashi-kun, kau lupa han—" tak sanggup menyelesaikan apa ucapannya, Kuroko Tetsuya hanya bisa terpaku tercengang dengan mata bulat di depan pintu. Berikutnya… tak terelakkan dia mimisan… dan tumbang; pingsan. Melupakan sehelai handuk yang ingin dia sampaikan pada sesosok kapten yang tengah berkegiatan di dalam sana.

Sementara pelaku yang membuat manusia sedatar papan irisan itu kehilangan kesadaran, hanya menolehkan kepalanya ke arah pintu. Kedua alisnya bersatu, mengernyit. Sinar matanya tunjukkan keheranan.

"Perasaan tadi aku sudah menutup pintunya…" gumamnya mengingat kegiatan menutup-pintu-kayu-ruang-shower sebelum melepas baju dan mulai melaksanakan aktifitas gosok-gosok di tengah gelembung buih busa. "Hm… Biarlah." Putusnya setelah berpikir beberapa saat untuk cuek kendati pintu kamar mandi terbuka. Toh, pemuda bersurai merah itu berpikir, yang ada dalam penginapan khusus untuk vorpal sword hanya lelaki—Riko dan Momoi di gedung terpisah. Sehingga tak mungkin ada laki-laki entah itu mantan timnya atau tim vorpal swordnya sekarang, akan terpikat oleh kemolekan tubuhnya.

.

.

Tapi terkadang, pemikiran seorang Akashi Seijuurou tidak selalu benar.

.

.

.

.

Handuk © deelaNErth 2015

Kurobas + cover © pemiliknya yang luar biasa

Warning : standard warning applied

Sum: Kuroko pingsan! Kagami mencari tahu kenapa.

Rate : K+ (?)

Dedicated : mine-chin. (rempah-rempah rengginang (?) Atau apalah pen name nya sekarang. Give applause for her. Dialah yang melemparkan prompt handuk padaku hingga muncullah cerita amburegeul ini~)

.

.

.

.

Kagami Taiga yang baru saja mandi keringat dari adu kebolehan bersama Aomine Daiki, berjalan ke arah ruang shower bersemanyam dengan langkah blam-blam-nya yang berisik mengusik telinga. Keringat membanjiri tubuhnya. Ah, beberapa keringat nakal yang ingin membuat tubuhnya berkilau, sengaja berjalan pelan di garis rahangnya dan melambai-lambai manja pada kilau cahaya agar dia bersinar dan menimbulkan efek sexy pada sang empunya keringat.

"Aomine sialan. Jelas-jelas aku lebih hebat tapi dia ngotot aja nggak mau kalah." Gerutu lelaki dengan alis persimpangan jalan itu sembari meng-kretek-kretek-kan lehernya. Dia capek. Yah, nggak ada yang nggak capek selepas dari latihan—mana itu menu latihan kolaborasi setan merah, coach, papa-coach, dan Momoi—neraka yang asoy banget itu.

Jalan ala monster Kagami langsung berhenti begitu matanya melihat sesuatu tergeletak di ujung sana… di depan pintu ruang shower. Sesuatu berwarna biru-biru lonjong. Hm… Kagami berusaha mencerna apa gerangan 'sesuatu' ambigu itu. Matanya tak dapat melihat dengan jelas. Ok, mungkin suatu saat nanti dia akan beli kacamata jika memang kemampuan melihatnya yang berkurang sekarang karena suatu penyakit 'minus'. Well… abaikan kacamata dan penyakit 'minus'. Dia mengernyitkan dahi. Berusaha menatap 'sesuatu' itu penuh keseriusan dengan matanya yang melaser. Namun otaknya yang masih pentium 3 mungkin, tak bisa menemukan pemecahan dari pertanyaan 'apa-gerangan-biru-biru-itu' kecuali telur asin.

"Sepertinya aku lapar hingga melihat telur asin tergolek di depan pintu kamar mandi. Ah. Sial. Kenapa aku berpikir itu telur asin coba? Kenapa coba aku nggak berpikir kalau lonjong-lonjong mirip telur asin itu kepala Kurok—KUROKO!" setelah berceloteh ria sendiri, Kagami akhirnya mencapai kemampuan brilliantnya menemukan jawaban kuis mendadaknya dalam otw ke ruang shower kali ini. Dan begitu menyadari biru-biru yang semula dia kira sebagai telor asin adalah partnernya, kontan dia berlari cepat ke lokasi kepingsanan Kuroko.

"Kuroko? Bertahanlah!" khawatir dan perhatian berlebih, Kagami mengguncang tubuh Kuroko yang pingsan. Namun tak ada sedikit pun tanda-tanda sang bayangan kan sadar dalam waktu dekat. Oh tidak! Dia harus membawa Kuroko ke ruang kesehatan segera! Sebelum rentang waktu pingsannya menjadi selamanya!

Baru hendak menggendong Kuroko ala princess-princess, Kagami mendengar gemricik air mengucur dari ruang shower. Riciknya terdengar merdu, apalagi berpadu dengan kecipak-kecipak halus lembut bak melodi yang harmonis.

Bulu roma Kagami langsung berdiri macam kucing kesetrum.

Siapa yang mandi?

Siapa?

Dan kenapa siapa pun yang mandi itu tak menolong Kuroko ketika dia pingsan?

Berusaha sok detective, Kagami memutar otaknya. Siapa pun yang mandi, tak mungkin akan membiarkan phantom player vorpal sword mengalami kepingsanan seperti ini tanpa menolong sedikit pun. Apalagi mengingat GoM dapat dikata cukuplah protective pada si biru telur asin ini. Lalu… kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?

Misi detective-detective-an Kagami mulai ketika dia melihat sesuatu yang aneh pada Kuroko. Si manusia papan triplek itu… hidungnya… merah. Berdarah kah? Apakah Kuroko kepentok sesuatu hingga dia berdarah?

Kontan Kagami langsung meneliti inchi demi inchi tembok menyudut atau apa pun yang ada di depan kamar mandi untuk mendukung teori 'Kuroko-kepentok-sesuatu' adalah benar. Namun sayang, teori itu hanya teori tak berguna kala dia temui harapan palsu tentang noda darah Kuroko yang melekat di suatu benda jika dia memang kepentok. Suatu yang normal kala darah menempel di benda yang menumbuk kita dengan keras meski benda itu lenting sempurna, lenting sebagian atau tak lenting sama sekali kan ya? Tapi sayang… hal itu sama sekali tidak ada. So, kesimpulannya. Darah di hidung Kuroko bukan darah kepentok. Ok. Lalu apa?

Di saat memutar otak, Kagami mendengar siulan renyah tersenandungkan dari dalam sana. Seolah siulan itu diiringi gemrecik air dan kecipyak yang serasi tuk suati titi nada melodi, siulan itu memberdirikan bulu kuduk Kagami. Entah kenapa, meski lelaki berambut spike itu tahu siulan dengan suara so-familiar itu sungguh merdu, dia memiliki firasat buruk.

Tunggu!

Tumben-tumbenan suatu ide mau berbaik hati lewat di kepala Kagami. Tanpa permisi ide muncul begitu saja dan membuat Kagami merasa dirinya sehebat Albert Einstein. Ide itu berkata… merah di hidung Kuroko adalah darah mimisan. Apa pun itu yang membuat Kuroko mimisan, adalah seseorang yang ada di dalam kamar mandi sana! Dialah sang tersangka dan pelaku utama!

Bergaya sok inspektur Megure, Kagami membuka pintu yang sudah terbuka kecil itu selebar-lebarnya dan berteriak "HEI KAU—" dengan lantang. Tapi semua ide dan kebrilliantan Kagami yang sempat mampir, serta merta menguap begitu sosok sang Tersangka perlahan menggoyangkan pinggang rampingnya yang tak terbungkus apa pun dan masih dialiri air-air berkilau. Punggungnya yang kecil, kulitnya yang putih namun sedikit coklat nan sexy, lengannya yang ramping, pahanya yang mulus, dadanya yang mungil dan bersinar, rambut merahnya yang tengah basah indah, mata rubynya yang sedikit berair karena mungkin kemasukan samphoo, bibir merahnya yang sedikit terbuka entah mengapa… semua tentang sosok di hadapannya yang seharusnya menjadi tersangka… menghantam pita suara Kagami dan memaksanya untuk diam.

Berikutnya…

Yang Kagami tahu hidungnya menyemburkan suatu cairan dan dia pingsan.

"Eh?" celetuk sosok Merah menggoda di dalam sana sembari mengusap matanya yang pedih kemasukan air dengan polosnya.

—d-e-e-l-a—n-e-r-t-h—

Esoknya, Kagami dan Kuroko saling menyilangkan tangan di depan dada selesai latihan. Kedua sahabat itu adu pelotot seolah murka.

"Kagami-kun. Aku yang pertama kali menemukannya." Meski nadanya datar, Kuroko jelas menunjukkan keproktektifannya. Dia mengeluarkan hawa-hawa mengancam dan meminta Kagami mundur dari apa yang akan menjadi miliknya.

"Hee… aku rasa tidak, Kuroko." Desis Kagami dengan perempatan mulai muncul di pelipis kepalanya mendengar apa yang dikatakan Kuroko dan seperti apa Kuroko berusaha memonopoli si merah selama latihan hari ini. Dia tak suka!

"Jangan menggangguku, Kagami-kun. Aku tak suka." Warning dari Kuroko menumbuhkan banyak perempatan di dahi Kagami. Oh. Hell! Kuroko punya nyali juga!

Baru Kagami ingin buka mulut dan bersuara, suara pintu gym terbuka berdendang. Serta merta dua pasang mata itu menatap ke sumber suara.

Di sana… di ambang pintu… berdiri Akashi Seijuurou dengan rambut basahnya sedang menyeka guliran air yang berada di dagunya dengan mesra. Tatapannya lembut, bibirnya yang merah menggoda terbuka, dan kepalanya sedikit miring.

Seketika, dua orang partner Seirin itu mimisan dan pingsan.

"Eh?" celetuk Akashi yang tak mengerti kenapa duo Seirin itu hobi sekali memingsankan diri.]]

.

.

.

a/n.

wahahah. Deela dunno kenapa buat begini XD

sekian chapter pertama dari kumpulan one-shoot or drabble deela bertema Akashi.

Deela demen lihat Akashi sexy dan jadi uke sih ya. Maaf keun yah….

So, how? Mind to RnR?