Boruto's Time Adventure

.

Naruto © Masashi Kishimoto

~This story is Mine~

Warn: Gaje, Miss-Typo, Dll

.


~Don't like Don't read~

Happy Reading, Minna-san


.

.

Inilah desa Konohagakure. Desa ninja tersembunyi yang berada dalam naungan Negara Api. Desa yang dimana setiap golongan manusia dapat hidup berdampingan satu sama lain. Tak perduli kau adalah pedagang, Shinobi, ataupun orang biasa yang bermigrasi untuk sekedar mencari kehidupan yang lebih baik. Konohagakure adalah desa besar dengan berbagai macam klan yang tinggal didalamnya. Semuanya hidup berdampingan tanpa masalah. Setiap klan mampu berbaur dengan alami. Seolah tak ada batasan. Tentu saja karena semua klan dianggap sama dimata petinggi desa. Tak ada perlakuan khusus bagi klan tertentu.

Namun, Konohagakure bukan lagi desa-desa pada umumnya. Konoha secara perlahan mulai berubah menjadi perkotaan. Seiring berjalannya waktu, gedung-gedung tinggi dibangun disetiap sudut desa. Bahkan majunya teknologi kian membuat perubahan yang pesat di Konoha.

Kau bahkan bisa mendapatkan, Burger, Handphone, dan alat-alat modern lainnya.

.

Siapa sangka Konoha bisa berkembang sepesat ini? Well, Ini semua berkat kedamaian yang sudah susah payah diperjuangkan Uzumaki Naruto. Sang Hokage ketujuh. Terima kasih, Nanadaime-sama!

.

Hokage ketujuh. Anak dari Hokage keempat dan murid dari Hokage keenam, Hatake Kakashi. Pemuda gagah yang awalnya adalah bocah berisik yang selalu berkoar akan menjadi Hokage suatu saat nanti. Bocah yang dahulu disebut anak setan pembawa sial karena keberadaan Kyuubi didalam tubuhnya.

Kepedihan dan kesendiriannya dimasa lalu berhasil membuat dirinya semakin kuat. Tak hanya fisik, bahkan juga mentalnya.

Uzumaki Naruto kemudian berubah menjadi pahlawan ketika pemuda dengan iris bak Ocean itu berhadapan dengan ketua Akatsuki yang mengincar Kyuubi dalam dirinya, Pain.

.

Kemenangannya atas Pain tak lantas membuatnya bernafas lega. Ia masih diincar oleh anggota Akatsuki lainnya yang disinyalir memiliki kekuatan setara Uchiha Madara.

Dengan gagah berani, Uzumaki Naruto dan kedua rekan seperjuangannya di Tim 7, Serta para Aliansi shinobi- berdiri digaris depan tanpa rasa takut. Pertarungan panjang yang memakan waktu selama empat hari empat malam yang diakhiri dengan kemenangan Naruto dan Sasuke atas Kaguya Ootsutsuki sang Dewi iblis.

.

Pasca perang usai, Desa-desa kelima negara besar saling bahu-membahu membangun kerusakan yang terjadi akibat perang dunia shinobi keempat. Hubungan antar desa semakin terjalin dengan baik, Baik dari segi politik ataupun dalam urusan yang lebih pribadi.

.

Semua yang Uzumaki Naruto perjuangkan telah menjadikan dirinya pahlawan dunia shinobi. Popularitas dan pengakuan kini telah ia dapatkan. Gadis-gadis muda yang kini bertekuk lutut didepanya. Apa lagi yang kurang? Ah, benar. Ia melupakan satu hal-

-Cinta.

Naruto kembali dihadapkan dengan pertempuran terbesar yang pernah ia alami dalam hidupnya. Titisan Ootsutsuki Kaguya yang mengaku bernama Toneri berusaha menghancurkan bumi dengan membuat bulan jatuh dan menabrak bumi tempat ia tinggal. Namun tanpa Naruto sadari, ketika suasana peperangan semakin memanas, Toneri memboyong kekasihnya Hinata yang berasal dari klan Hyuuga dan mengumumkan bahwa pemuda Ootsutsuki itu akan menikahi kekasihnya.

Hal itu tak urung membuat sang pahlawan dunia amat terpukul. Terlebih kekasihnya tak menolak lamaran Toneri. Ia seolah kehilangan hidupnya, jiwanya. Kekosongan dihatinya bahkan lebih menyakitkan daripada kesendiriaannya yang dialaminya dulu. Saat itulah sahabatnya –Sakura mengulurkan bantuannya dan menyadarkan Naruto bahwa cinta Naruto dan Hinata adalah cinta yang berbalas. Karena gadis pink itu jelas mengetahui bahwa Hinata tak akan pernah menyerah jika itu soal Naruto. Sakura tahu itu, karena ia juga mengalami hal yang tak jauh berbeda.

.

Seorang pahlawan membutuhkan seseorang untuk dijadikan alasan untuk ia hidup. Seorang pahlawan membutuhkan seseorang untuk ia jadikan alasannya untuk mati. Seorang pahlawan membutuhkan cinta.

.

Pertempuran tingkat atas itupun dimenangkan oleh Naruto. Sekali lagi, Anak Hokage keempat itu telah berhasil menyelamatkan dunia –kali ini tentu saja berhasil merebut kembali kekasihnya.

Mulai dari sanalah, Semua hal terasa jauh lebih baik setelahnya. Musim berganti musim. Tahun berlalu. Kehidupan yang sempurna telah Naruto peroleh. Istri yang cantik, kelahiran anak pertama, Menjadi Shinobi terkuat yang diakui banyak orang, Kelahiran anak keduanya, dan tentu saja, Jabatan Hokage yang selalu Naruto inginkan.

.


.

"Nanadaime-sama!"

Hokage ketujuh menghela napasnya. Ia berhenti mengetik dan melempar pandang kearah pintu masuk. Pandangan Hokage pirang itu terlihat lelah.

"Kali ini ada apa, Udon?" Tanya Naruto seraya memijit pelipisnya. Udon mendekati meja sang Hokage dengan napas terengah. Ia masih belum bersuara, mengatur irama napasnnya yang berantakan.

"Boruto... Hah, Putramu.. Hah" Jawab Udon dengan napas yang masih belum stabil.

.

Naruto bangkit dari tempat duduknya. Ia mengacak surai pirannya, "Lagi-lagi anak itu. Padahal ia baru saja sehari menjadi Genin."

Uzumaki Boruto. Putra Naruto yang pertama. segala hal yang ada pada dirinya adalah hasil keajaiban genetika. Boruto adalah cetak biru dari ayahnya. Mirip –ah tidak. Sangat mirip ayahnya saat ia masih anak-anak. Rambut pirang, iris biru, kulit tan, dan goresan dipipinya yang mirip kucing. Sekali tatap saja, kalian pasti akan langsung bisa menebak bahwa Boruto adalah putra Uzumaki Naruto. Tak hanya rupanya, sifatnya pun mirip. Berisik, tidak bisa diam, mudah terbawa emosi dan sedikit ceroboh. Benar-benar mirip.

.


.

Drap! Drap! Drap!

Bocah pirang bermarga Uzumaki itu menoleh kesamping kanan dan kirinya cepat. Ia memegang seember cat berwarna pink dan kuas ditangan kanannya.

Raut wajah yang nakal khas anak kecil terlcetak diwajahnya dingan sangat jelas, "Hey! Dimana kau manis?"

"Untuk apa kita lakukan ini?"

Boruto menatap kawannya –Mitsuki bosan. Ia menyipikan sebelah matanya, "Tentu saja untuk menangkap kucing itu."

"Aku tahu. Tapi kenapa harus membawa cat dan kuas, Boruto?" Tanya Mitsuki lagi dengan pandangan heran.

Boruto menyeringai. Ia membenarkan letak Headband yang baru ia dapatkan kemarin. "Yah, kau lihat saja nanti."

.

"Demi Tuhan, Boruto! Apa yang kau lakukan?!"

"Daripada menatapku dengan pandangan tak bergunamu itu, lebih baik kau bantu aku memegang kucing in –Aw! Dia mencakarku! Sialan."

Bocah berambut biru itupun berjongkok dan memegangi kaki depan kucing yang sedari tadi dipeluk Boruto. "Kau gila, Boruto. Kau membuat cat yang kau bawa berceceran disepanjang jalan, bahkan ada juga yang mengenai penduduk, Dan kau berhasil mewarnai kucing ini?!"

Mitsuki meringis, "Jangan bawa aku kalau kau mendapatkan masalah."

Boruto berdecak senang. Ia tertawa keras ketika berhasil mewarnai keseluruhan tubuh kucing itu dengan warna kesukaannya. "Dengan begini aku yakin Tou-chan akan segera ke-"

nyut~

"Beraninya kau melakukan ini, Uzumaki Boruto"

Boruto mengaduh ketika lengan besar itu menjewer telingannya. Ia bergidik ngeri mendengar suara berat milik seseorang yang ia sangat kenali.

"To-Tou-chan."

Perempatan muncul dipelipis sang ayah. Boruto tersenyum canggung. "Ehehehe"

Naruto memicingkan matanya. Asap sudah mengepul dari kepalanya yang dipenuhi surai pirang. "Apanya yang 'Ehehehe'?"

Orang-orang yang berlalu lalang menatap pimpinannya dengan pandangan terganggu. Yang benar saja. Kenapa Hokage tidak bisa mendidik anaknya dengan benar?

"Boruto."

Boruto masih menyunggingkan senyum kikuknya. Ia menggaruk belakng kepalanya kaku.

"CEPAT BERESKAN SEMUA INI-TTEBAYO!"

Pletak! Naruto menjitak kepala anaknya dengan tak tanggung-tanggung. Ia sudah kesal. Ada baiknya kalau putra sulungnya ini diberi sedikit pelajaran. Namun-

Bofffhh~

"Bunshin?" Ujar Mitsuki tak percaya.

Naruto menggeram, "Anak itu. Beraninya dia mempermainkan ayahnya."

Dan dengan sekejap mata, sosok dengan jubah Hokage itupun lenyap dengan Shunshin no Jutsu miliknya.

.


.

Boruto melompat dari gedung ke gedung. Ia harus berhasil menghindari ayahnya. Sepertinya ayahnya marah sekali degan kelakuannya kali ini. Jadi mustahil orang tua itu mau main-main dengannya saat ini. Boruto memfokuskan cakra dikakinya, kemudian memanjat keatas bukit Hokage. Berdiri tepat dipatung kakeknya, Hokage keempat.

Terpaan angin diatas sini membuat jaket hitam Boruto berkibar dan rabutnya berantakan. Namun ia tak peduli, Boruto lebih memilih merendahkan dirinya dan berjaga-jaga siapa tahu ayahnya datang mendekat.

.

"Kau mencari seseorang, Boruto?"

Boruto terperanjat. Ia berbalik dengan iris melebar mendapati sosok ayahnya berada tepat dibelakangnya. Kekagetan yang membuat putra Hokage ketujuh itu reflek mundurkebelakang tanpa mengetahui tak ada pijakan yang mampu menopang tubuhnya lagi.

-Dan,

Set~

"Boruto!"

-Terjatuh tanpa sempat menggapai lengan ayahnya.

"GGYYYAAAAA! TOU-CHANNNN!"

.


.

Pening. Kepalanya seolah berputar, Dan tentu saja sakit seperti membentur sesuatu yang keras. Boruto mencoba membuka matanya. Yang pertama muncul dipandangannya dalah sesuatu berwarna putih. Apa itu? Apakah ia sudah mati dan kini ia berada di syurga?

"Ugh,"

Tepukan dipipinya membuat kesadarannya pulih. "Kau tidak apa-apa? Hoy!"

Uzumaki Boruto membuka matanya lebar. Lalu bergumam, "Aku belum mati?"

"Mati? Hey. Kau tak apa-apa?"

Boruto mendudukan tubuhnya. Ia mengusap kepalanya yang terasa nyeri. "Ya Tuhan, Apa yang terjadi?" Serunya tak jelas.

"Sensei. Kupikir dia hilang ingatan dan mulai gila."

Boruto memasang wajah tersinggungnya. Siapa yang gila, katanya? Bocah dengan kulit tan itu menegadah dan sedikit tersontak mendapati tiga orang asing didepannya. Siapa mereka? Sepertinya dirinya pernah melihat ketiga orang didepannya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya laki-laki dewasa bersurai putih. Boruto mengalihkan wajah kesekelilingnya. Tempat ini tidak pernah ia datangi. Bingung. Sepertinya dirinya berada di tempat asing. "Dimana ini?"

"Sensei. Dia benar-benar hilang ingatan!"

Boruto menoleh kearah gadis sembrono yang mengatainnya dengan tampang kesal, "Siapa yang kau sebut hilang ingatan? Dasar jidat lebar!"

"Hee?! Apa kau bilang!?" Gadis itu menggulung lengan bajunya. ia berjalan mendekati Boruto dengan langkah lebar. "Tenanglah, Sakura." Hadang temannya dingin.

Sakura? Boruto mengernyit heran. Rasanya tak asing dengan nama itu.

Pandangan Boruto kembali beralih kearah pemuda dewasa berambut putih.

"Kau tak ingat dengan desa dimana kau dilahirkan, anak muda? Tentu saja kita di Konoha."

"APA?!" Teriak Boruto tanpa sadar. Irisnya melebar tak percaya. Tak mungkin, Konoha bukanlah tempat seperti ini.

Kakak dari Uzumaki Himawari itupun berdiri dan menatap tiga orang didepannya curiga. Jangan-jangan, ia terjerat genjutsu?

"Tidak hanya pakaian yang kau kenakan, sikapmu juga aneh, Naruto."

.

Boruto hampir terjungkal kebelakang saking terkejutnya. "Apa?" Tanyanya meyakinkan.

Gadis bernama Sakura itu memutar bola matanya jengah, "Kau aneh, Naruto."

Alis Boruto bertaut kesal. Ia menunjuk gadis itu emosi, "Jangan seenaknya memanggilku begitu! Namaku Uzumaki Boruto-Dattebasa!"

Gadis itu beradu pandang dengan teman laki-lakinya, "Boruto?"

"Dattebasa?"

"OYYYY! MAAF AKU TELATTT-TTEBAYOO!"

.

Boruto menoleh cepat. Ttebayo? Satu-satunya yang menggunakan kata itu hanya...

"Hai Sakura-chan! Hallo Kakashi-sensei! Cih, Sasuke-Teme, Dan –eh! Siapa anak aneh ini?

Ekspresi tak percaya tidak hanya dipasang Boruto sendiri. Namun juga tiga orang yang sedari tadi bersama dengannya.

"Tidak mungkin.." Bisik Boruto tak jelas.

Bocah dengan pakaia yang serba orange itu begitu mirip dengannya. Jangan bilang anak itu adalah...

"Tou-chan?"

"Heh?"

Tidak sulit bagi Boruto untuk menyadari bahwa dirinya kini berada di masa lalu.


=To be Contineud=

A/N: Ini fic buat ngisi waktu bulan Ramadhan aja ( '-')/ Maaf kalau banyak cacat sana sini. Gak mood buat tapi pengen ngisi waktu buat nungguin magrib(?) fic ini bakal selesai kira-kira sampai chapter 5. Pokoknya setelah lebaran pasti beres. Terus lanjut fic My Silky Love XD

kalau ada kegajean harap maklum. Ini fic Canon pertama Bieber XD

Akhir kata,

Mind to Review