Genre: Family, Friendship, Hurt, Angist.
Warning: OOC (mudah-mudahan gak), Gaje, Alur kecepatan/kelambatan maju-mundur, abal, Bahasa gak nentu, humor gagal (kalo juga ada), author sinting, banyak warning gak jelas.

Disclaimer: I don't own Boboiboy, it's Animonsta's. Kalo ya, ceritanya bakalan garing, basi, gak menarik dan gak bakalan ngetop kayak sekarang. Di jamin.

Summary: Ada sesuatu yang menggangu Fang. Dan Boboiboy tidak bisa diam saja. /"... Cih, dia akan datang..."/ "Apa mungkin dia tinggal sendiri?"/ "Itu gunanya teman, kan?"/ "HUWANTU!"/ "Haiya! Jangan-jangan si Kepala Kotak itu mengubahnya jadi wanita?"/ "Hai! Namaku May, tapi bacanya 'Mei', paham?"/ Warning: There's a lot of warnings inside.

Alkisahnya, tersebutlah seorang pemuda setengah gadis (atau gadis setengah pemuda... Entahlah, jangan tanya saya) yang punya hobi menulis. Tapi suatu ketika dia terkena wabah yang dia belum ketahui obatnya yaitu 'Author's Block' dan akhirnya berhenti menulis hingga 2 tahun lamanya. Kemudian—Eh? Ceritanya dah mulai apa belum? Belum mulai, kok. Ini author Cuma lagi curhat aja =3= *digebukin massa pake linggis*

*hidup kembali*Euhm... Hehe, perkenalkan saya author baru disini. Inshi-kun desu~ Yah, seperti yang telah disebutkan diatas, saya dah lama gak nulis. Jadi harap maklum jika cerita saya ini garing, njilimet, ancur, banyak typo, de-el-el.

Oke, tanpa banyak bacot lagi... Happy reading!

Deep Inside Chapter 1: The Purplelette—s?

Bocah bersurai ungu itu membuka matanya perlahan, terganggu oleh sesuatu yang berbulu dan lembut mengelus pipinya. Gumpalan bulu berwarna putih berada tepat di depan wajahnya. Masih setengah tidur dia meraba-raba meja di dekat tempat tidurnya dulu untuk mengambil kacamata berwarna ungunya lalu bangun dari tempat tidur. Barulah dia tau apa gumpalan putih itu.

"Urgh, Sasha, kan sudah kubilang jangan tidur di tempat tidurku..." Dengan suara serak habis bangun tidur, dia meletakkan gumpalan yang ternyata adalah seekor kucing kecil itu dengan perlahan di lantai. Kucing itu terbangun. Setelah menguap sebentar, dia mengeluskan tubuh lembutnya di kaki bocah itu dengan manja dengan tatapan memelas sambil mendengkur.

"Yelah, terserah kau saja," Memutar bola matanya, Fang, nama bocah itu, menyerah. Sasha tampak puas dan kembali naik ke atas tempat tidur Fang lalu melanjutkan lagi tidurnya. Fang mengelusnya sekali lagi dengan senyum kecil lalu bangkit dari tempat tidurnya.

Hari ini hari Sabtu, agak malas sebenarnya untuk bangun. Tapi dia harus, atau dia tidak bisa menikmati jalan santainya menuju sekolah. Apalagi ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukannya sebelum berangkat. Dia tidak bisa mengharapkan seorang pun untuk pekerjaan bersih-bersih yang ia tinggali sendiri itu nampak sangat besar, tapi dia tidak terganggu oleh itu. Dia sudah terbiasa.

20 menit kemudian, dia telah siap lengkap dengan seragamnya.

"Ok, semua sudah beres." Ucap bocah lelaki itu dengan sigap, setelah memastikan semua lampu rumah mati, semua perlengkapan sekolahnya siap, dan tentu saja rumahnya sudah bersih. Fang dengan mantap keluar dari rumahnya, tak lupa juga menguncinya.

Semua berjalan seperti biasa, tak ada yang spesial. Sampai ia menyadari ada sesuatu di kotak posnya.

"Surat?" Fang mengambil sepucuk surat itu dan menatapnya sebentar. Tak lama kemudian dia menghela napas. "Oh, dari dia. Dasar kurang kerjaan," cibir Fang sambil membuka amplop surat dengan malas.

"Hai, Fang! Apa kabar? Blablabla... blahblahblah... Dan pada tanggal sekian akan datang mengunjung..." Fang tidak melanjutkan kalimatnya. Matanya menatap surat itu tidak percaya. "Heh, pasti aku salah baca. Coba kuulang lagi..." Fang baca kembali surat itu. Berulang-ulang. Berkali-kali. Lagi dan lagi. Tapi isi surat itu tidak berubah. Terdiam agak lama, dia mendesah kemudian.

"... Cih, dia akan datang..."

-('~')-

Kelas 5 Jujur, Sekolah Rendah Pulau Rintis.

Suasana kelas sedang riuh rendah. Hampir semua murid sudah datang, termasuk 4 dari 5 pahlawan pulau rintis, siapa lagi kalau bukan Boboiboy, Gopal, Yaya dan Ying. Mereka sedang asyik mengobrol hal-hal random. Dari soal hutang sampai keluarga (jangan tanya Author kenapa obrolan tentang hutang bisa nyampe ke masalah keluarga)

"Bagaimana kabar nenekmu, Ying? Apa sudah baikan?" tanya Yaya pada Ying yang neneknya mendadak ambruk beberapa hari lalu.

"Oh, Nenekku sudah baikan. Ternyata nenek cuma kambuh sakit giginya (lho?)," jawab Ying dengan sumringah.

"Hmm, padahal aku mau menjenguknya dan membawakannya kue buatanku supaya jadi bugar lagi. Tapi baguslah kalau beliau sudah baikan," ucap Yaya dengan tulus. Ying membalas dengan senyum yang tak kalah tulus; senyum bahagia karena neneknya selamat dari maut.

"Hmph, bukan jadi bugar nanti malah tepar," bisik Gopal pelan.

"Apa kau bilang, GOPAL?" seru Yaya siap dengan pen dan (death)note-nya, memelototi bocah gembul keturunan india itu.

"Ti-tidak! Aku hanya bilang orang sakit tak boleh makan kue. Apa lagi nenek Ying sudah tua, nanti malah terjadi hal yang gak diinginkan!" ucap Gopal ngeles. Untung saja Yaya langsung percaya.

"Oh iya, Tok Aba kelihatan sehat selalu ya. Padahal sudah tua juga," kata Ying berusaha mengalihkan pembicaraan, menyelamatkan sahabatnya.

"Tok Aba tu selalu jaga kebugaran. Seperti mengerjakan pekerjaan di kedai. Makanya tetap sehat dan aktif," jawab Boboiboy mantap.

"Yelah, sampai bisa melakukan bicycle kick pas kita tanding lawan Fang. Greget sekali," Gopal mengingat-ingat moment tendangan bicycle tua Tok Aba beberapa bulan lalu, meski langsung encok setelahnya.

"Ngomong-ngomong soal Fang, kita gak pernah liat keluarganya ya?" tanya Boboiboy.

"Yalo~! Dia murid pindahan, tapi aku gak pernah dengar ada keluarga yang pindah kemari," dukung Ying cepat.

"Apa mungkin dia tinggal sendiri?" ucap Yaya mengira-ngira.

"Dey, dia kan anak SD. Mana mungkin dia tinggal sendiri," sanggah Gopal sambil mencibir.

"Iya juga sih..." Boboiboy mengiyakan, tapi dia masih agak ragu. Fang memang misterius. Bahkan di Boboiboy Wiki, Fang disebutkan tidak memiliki latar belakang keluarga yang jelas (... Author no comment sama yang ini). Lamunan Boboiboy buyar saat ia sadar orang yang sedang mereka bicarakan akhirnya datang. Seperti biasa, wajahnya datar dan sikapnya cool, membuat beberapa murid cewek terpana sesaat dan kepincut di tempat. "Selamat pagi, Fang," sapa Boboiboy saat Fang lewat di depannya.

"Hmm..." Hanya itu balasan dari bocah beriris hitam itu, melirik pun tidak. Tanpa banyak bicara, dia meletakkan tas di kaki mejanya dan kemudian bertopang dagu seperti biasanya sambil menatap entahlah apa yang ditatapnya di luar jendela sana. Wajahnya tampak sangat serius, membuat para penggemarnya ber-fangirl ria (termasuk author juga, "Kyaaa! Fang~~" -abaikan-).

Boboiboy dkk Cuma saling pandang melihat itu. Bukan hal yang aneh, memang. Tapi rasanya ada yang salah. Sejak mereka berbaikan setelah ingatan Ochobot kembali, mereka jadi akrab satu sama lain. Mereka sering pulang dan mengerjakan PR bersama. Bahkan Fang bersedia membantu di kedai Tok Aba beberapa kali. Dan sekarang, Fang kembali jadi loner seperti dulu.

Kecuali... ada sesuatu yang dipikirkannya.

"Eh, ada apa dengan Fang tu?" tanya Boboiboy heran.

"Iya lah.. Dulu dia memang sering begitu, tapi sekarang kan sudah tak pernah lagi. Ada apa ya?" Yaya tampak bingung.

"Mungkin dia sedang ada masalah," kata Ying prihatin.

"Halah, biarkan saja dia. Dia kan memang pada dasarnya sombong," ujar Gopal acuh tak acuh. Agaknya dia gak terima sikap Fang tadi.

"Ish kau ni. Mana boleh seperti itu. Dia kan sudah jadi teman kita. Kita harus bersikap peduli pada teman," omel Yaya dengan bijaknya.

"Yelah... Tapi kalian saja yang tanya padanya," ucap Gopal mendadak lesu.

"Kenapa?" tanya Boboiboy.

" Aku masih ada hutang sama dia. Nanti kalau aku dekati, dia tagih pula. Aku lagi bokek sekarang," jelas Gopal dengan ngenesnya.

"..." Boboiboy, Yaya dan Ying Cuma bisa menatap Gopal dengan tatapan nista sementara si bocah gembul membalas dengan cengiran tanpa dosa.

"Kalo gitu, Yaya, coba kamu bicara sama dia. Kan kamu ketua kelas," kata Boboiboy beralih pada Yaya.

"Hmm... Kurasa dia gak akan bicara apa-apa padaku. Aku kan wanita. Cowok biasanya lebih terbuka pada sesama jenisnya," jelas Yaya bijak.

"Betul ma, lalu cowok seperti Fang biasanya lebih suka menyimpan masalah sendiri. Jadi, tanya dia saat kalian sedang berduaan saja. Mungkin dia akan bicara," saran Ying cepat.

"Benar juga. Okelah, nanti aku bicara berdua dengannya," Boboiboy mengiyakan. "Eh, dari mana kalian tau itu semua?"

"Oh, ehehehe... Pokoknya dari sumber yang terpercayalah," jawab Yaya dan Ying dengan senyum yang diimut-imutkan. Mereka berdua dengan kompak menggeser sebuah buku manga lebih ke dalam laci mereka.

Pembicaraan pun terhenti karena tak lama kemudian, Cikgu Papa memasuki kelas dan memulai pelajaran hari itu. Sementara murid-murid lain memperhatikan tingkah guru overactive dan spartan itu mengajar sambil sesekali menceritakan aksi-aksi kepahlawanannya, Fang masih tenggelam dalam lamunan dan kecemasannya.

-('~')-

Bel panjang berdering nyaring, menandakan sekolah sudah usai. Hampir semua anak sudah mengepak semua peralatan sekolah mereka dan meninggalkan kelas. Yep, hampir. Fang yang masih melamun tampak tidak menyadari bahwa sekolah sudah berakhir. Dan Boboiboy semakin penasaran dengan apa yang dipikirkan oleh si pengendali bayangan itu. Hanya mereka berdua yang tersisa di kelas, dan ini adalah kesempatan yang bagus.

"Hei, Fang," panggil Boboiboy memutar kursinya menghadap meja Fang.

Tak ada respon.

"Oy, Faaang...!" Boboiboy memperbesar suaranya.

Masih tak ada respon.

"Hoi~ Apa kau tidur?" Kali ini cowok bertopi dinosaurus itu mengiringi seruannya dengan jentikan jari di depan wajah oriental si anggur.

"Apa sih? Jangan ganggu aku," Akhirnya bocah bersurai hitam itu bicara juga, seraya menatap bocah yang lebih muda 1 bulan di depannya dengan tatapan kesal.

"Sudah waktunya pulangan. Kau tidak pulang?" tanya Boboiboy basa-basi. Belum apa-apa sudah dilototin, jelas bukan awal yang baik.

"Bukan urusanmu. Suka-suka aku kapan mau pulang," jawab Fang dengan datar. Pandangannya kembali menatap keluar jendela. Boboiboy hanya bisa menghela napas dengan respon ketus Fang. Sabar, Boboiboy... Sabar.

"Hari ini kamu kenapa sih. Melamun terus. Ada masalah?" tanya Boboiboy lagi, kali ini lebih hati-hati dan lembut sambil mendekati Fang.

"Tidak ada apa-apa," jawab Fang pendek. Meski pun matanya berkata lain.

"Ayolah, mungkin aku bisa bantu. Ceritakanlah," kata Boboiboy masih tidak menyerah.

"Ish kau ni, kan aku bilang tidak ada apa-apa ya berarti memang tidak ad—" kata-kata Fang terputus. Ia menatap sesuatu di luar sana yang membuatnya sangat terkejut. "Anak itu! Kenapa dia ada disini?!" Fang yang tadinya datar dan cuek mendadak panik. Boboiboy menatap Fang dengan pandangan aneh. Apa yang membuat Fang begitu panik?

"Ada apa di luar sana?" Boboiboy menengok keluar jendela, tapi dia tidak melihat seorang pun di pekarangan sekolah. "Tidak ada siapapun, Fang," ujarnya pelan pada Fang yang kini sedang sibuk memasukkan buku-buku di lacinya ke dalam meja.

"..." Fang tidak menjawab. Jelas sekali bahwa pikirannya sekarang dipenuhi oleh hal lain, dan dia tidak memperhatikan Boboiboy. Setelah selesai memasukkan semua bukunya, Fang bergegas meninggalkan kelas tapi langkahnya terhenti oleh kata-kata Boboiboy.

"Fang... Sebenarnya ada apa denganmu?" tanya Boboiboy. "Ceritakan saja padaku. Jika kau sedang dalam masalah, aku siap membantumu. Itu gunanya teman, kan?"

Gerakan Fang terhenti sesaat, matanya lurus menatap Boboiboy. Raut wajahnya tampak kesal tapi sorot matanya menyiratkan keraguan. Beberapa detik berlalu dalam keheningan, hingga akhirnya Fang membuat langkah pertama...

Langkah pertama meninggalkan kelas itu.

-('~')-

Kedai Tok Aba, 04.00 PM

"Jadi, dia pergi begitu saja?" ucap Gopal tidak percaya, dibalas dengan anggukan lemah dari Boboiboy. "Sebenarnya apa sih masalahnya? Jadi dia gak nganggep kita teman gitu?" geram Gopal.

"Mungkin masalah yang dia hadapi lebih berat dari yang kita kira," ucap Yaya mengira-ngira.

"Lalu kita harus gimana? Kita biarkan saja?" tanya Ying cepat.

"Ya lah! Lihat saja sikapnya. Kalau dia gak mau kita ikut campur, ya sudah," kata Gopal acuh tak acuh. "Biar dia urus masalahnya sendiri," lanjutnya sambil menyeruput Special Hot Chocolate pesanannya, ngutang tentu saja.

"Hmm, bagaimana menurutmu, Boboiboy?"

Boboiboy terdiam. Fang memang terlihat seperti anak yang menyimpan masalahnya sendiri. Dan jika Fang memang tidak mau berbagi masalah itu dengan mereka, memaksa bukan solusi yang tepat. Mungkin mereka harus menyerah kali ini.

'Tapi tatapan itu...' Boboiboy terbayang saat Fang akan meninggalkan kelas. Ada sesuatu yang membuat Boboiboy tidak mau membiarkan Fang seperti itu. Dia tidak bisa.

"Kita tanyakan sekali lagi pada Fang," ucap Boboiboy akhirnya. "Bagaimana pun juga, Fang teman kita. Dan jika teman sedang kesulitan, maka kita harus membantu!"

"Sudah kuduga kau akan bilang begitu, Boboiboy," kata Yaya tampak lega sekaligus senang.

"Hmm! Kali ini kalau dia masih menolak, akan kita introgasi dia," tambah Ying dengan bersemangat. "Bagaimana denganmu Gopal, kau ikut juga kan?"

"Mestilah! Aku kawan baik Boboiboy, aku ikut dia kemana pun," jawab Gopal sambil menepuk pundak Boboiboy dengan senyum lebar.

"Oke, besok saat sekolah kita akan tanya lagi pada Fang. Kali ini berbarengan, jadi dia tidak akan berkutik dan menghindar," jelas Boboiboy mantap.

"Umm, Boboiboy?" panggil Yaya pelan.

"Ya, Yaya?" tanya Boboiboy menoleh pada perempuan berhijab pink itu, sebelum bingung sendiri dengan omongannya tadi.

"Besok kan hari Minggu. Kita gak sekolah," jelas Yaya singkat, padat dan jelas.

"Oh, iya kah?" Fakta yang jelas lagi nyata itu sangat mengena pada Boboiboy. Yah, dia benar-benar lupa tentang itu.

"Kalau menunggu sampe hari Senin, terlalu lama," tambah Ying cepat.

"Betul apa kata Ying tu. Bagaimana sekarang Boboiboy?" tanya Gopal lagi-lagi menyeruput minuman sebelum memesan Special Cold Chocolate, ngutang lagi yang pasti.

"Hmm..." Boboiboy terdiam, bertopang dagu dengan wajah serius yang membuatnya kelihatan sangat manly dan bergaya (*Author memulai delusi gilanya*, abaikan).

"Kalau begitu, datangi saja rumahnya!" usul makhluk bulat yang tiba-tiba muncul di depan Boboiboy, membuat bocah berjaket jingga itu berteriak karena kaget. Untung saja dia tidak terjungkal.

"Ochobot! Bikin kaget saja. Untung jantungku gak copot," rutuk Boboiboy agak kesal sambil ngurut dada.

"Huehehe, sorry," ucap robot kuning bernama Ochobot itu. "Mukamu serius sekali sih, jadi pengen ngerjain,"

"Asyik aja kau ngerjain orang, ini lagi ada masalah tau," sungut Boboiboy. "Bantu cari penyelesaian, kek.."

"Itulah tadi kubilang. Datangi saja rumahnya. Direct approach gitu. Kalo beruntung, mungkin kalian bisa ketemu sumber masalahnya," jelas Ochobot agak panjang.

"Meh, kami aja gak tau rumahnya di mana," ucap Gopal.

"Oh, bagaimana kalau kita datangi saja rumah tua itu? Yang katanya berhantu itu lho. Kudengar Fang sering nongkrong di situ," usul Ying cepat.

"Hm, patut dicoba juga tu," dukung Yaya mengangguk setuju.

"Kalo begitu, ayo kita pergi sekarang," ajak Boboiboy mulai bersemangat.

"Ayo!" seru semuanya ikutan semangat. Yep, semua termasuk Tok aba dan Ochobot juga.

"Eh? Kenapa Tok Aba dan Ochobot ikutan juga?" tanya Boboiboy heran.

"Entahlah, Atok terbawa suasana aja tadi," cengir Tok Aba baru sadar, begitu juga Ochobot. "Lagipula, nanti atok gak kebagian dialog kalo gak gitu, hehehe," tambah Tok Aba dengan tawa khasnya.

"Iyelah, Author pun memang hampir lupa dengan atok," jawab Boboiboy ala kadarnya. "Kalau begitu Boboiboy pergi dulu, tok. Assalamu alaikum," pamit Boboiboy dengan sopannya.

"Wa'alaikum salam," balas Tok Aba seraya melanjutkan pekerjaannya di kedai.

5 menit berlalu dalam suasana riuh rendah oleh suara alam di taman Kedai Tok Aba, sampai datanglah bocah bersurai ungu dengan ekspresi panik dan napas terengah-engah.

"Boboiboy! Boboiboy!"

"Eh? Fang?" Ochobot agak kaget melihat kedatangan anak yang jadi topik pembicaraan beberapa menit lalu itu berlari ke arah kedai.

"Mana Boboiboy?" tanya Fang dengan napas masih memburu. Seragamnya telah berganti menjadi pakaian yang biasa digunakannya.

"Baru saja mereka pergi ke rumah tua berhantu dekat sekolah tu. Mereka mencarimu juga tadi," jawab Ochobot singkat.

"Cih!" Tanpa banyak bicara Fang dengan terburu-buru pergi dari situ.

"Tunggu dulu, Fang! Sebenarnya ada apa?" tanya Ochobot sebelum Fang berlari lebih jauh.

"Nanti saja kujelaskan!" jawab Fang tanpa menoleh ke belakang.

..

Sementara itu Boboiboy dkk sudah sampai di depan rumah tua di dekat sekolahnya yang dulu pernah dirumorkan berhantu itu. Di tempat itu pula Boboiboy bertarung dengan Fang untuk pertama kalinya. Suasananya masih seram dengan suara burung gagak menggema dari sekitarnya, meski tidak membuat gentar super hero comel kita. Tidak padanya.

"Ngomong-ngomong, Gopal, kau sudah gak takut lagi sama hantu di rumah ini?" tanya Boboibooy iseng.

"Halah, kan waktu tu kita sudah tau bahwa Fang pelakunya. Takkanlah aku takut lagi," jawab Gopal dengan percaya diri. "Kalau hantu tu muncul, akan ku-ubah dia jadi makanan!"

"DHUAR!" seru Ying secara tiba-tiba, membuat Gopal langsung terlonjak kaget dan melompat ke belakang Boboiboy.

"HUWANTU!" latahnya dengan suara yang hampir terdengar seperti jeritan. Sementara Boboiboy dan Ying tertawa karena berhasil menjahili sahabatnya yang penakut itu.

"Hihihi... Apa itu 'huwantu'? Gabungan antara 'huwa' dan 'hantu'? Hihihi..!" Ying tampak sangat puas.

"Hahaha, terbaik!" ucap Boboiboy sambil mengacungkan jempolnya. Bahkan Yaya yang biasanya jadi pelerai dan bijak pun ikutan tertawa. Sementara Gopal hanya bisa menggerutu.

"Hmph, gelaklah korang," rutuknya kesal.

"Yelah, yelah, kami bercanda aja tadi," Masih ada sedikit rasa geli, tapi Boboiboy mencoba kembali serius. "Nah, ayo masuk," Tangannya memegang ganggang pintu pagar dengan mantap, ketika...

"Hai, tunggu dulu!" Sosok berambut raven berlari cepat melewati belakang mereka. 4 sekawan itu pun menoleh berjama'ah ke sumber suara. Namun sayangnya sosok itu keburu menghilang di belokan jalan, meninggalkan tanda tanya besar di dalam kepala mereka.

"Tadi tu..." ucap Yaya pelan, sengaja menggantungkan kalimatnya karena ragu. "... Fang?"

"Yang sekilas kulihat juga begitu. Tapi..." Ying lebih kelihatan tidak ingin percaya dibandingkan ragu. "... tadi yang terdengar suara cewek, kan?"

"Tapi warna rambut itu..." Gopal menganga tidak percaya, pandangannya tidak menipunya tadi. "... tak ada anak dengan warna seperti itu di Pulau Rintis selain dia,"

"Kita tidak akan tau kalau berdiam saja disini, ayo kejar dia!" seru Boboiboy cepat.

Seperti baru tersadar dari kekuatan sihir, mereka segera mengejar sosok itu dengan mengikuti jalur yang di lewatinya. Tampaknya mereka terlalu membuang waktu, mereka hanya bisa melihat bayangan semu dari pergerakan buronan mereka. Ying mencoba memperlambat waktu, tapi malah kehilangan jejaknya. Namun mereka tidak menyerah dan terus mengejar, hingga akhirnya mereka malah kembali ke rumah tua.

"Ngeh... Kenapa dia lari cepat sangat... Dia pakai Gerakan Bayang kah?" ucap Gopal dengan napas ngos-ngosan.

"Tampaknya dia hanya berlari-lari di sekitar sini," kata Yaya sambil meletakkan jari telunjuknya di dagu, berpikir.

"Yalo, akhirnya kita malah ke sini lagi," Ying menambahkan.

"Eh, sssttt... Coba dengarkan," Boboiboy yang sedari diam, mencoba untuk fokus. Kata-katanya cukup ampuh untuk membuat sahabat-sahabatnya terdiam. Pelan namun jelas, mereka mendengar suara.

"Akhirnya kudapatkan juga kau, Sasha. Hyaaa, lembutnya~" Mereka melihat bayangan dari belokan, berjalan menuju ke arah mereka. Suara ini terdengar lembut, feminim dan imut; tapi inilah suara yang tadi mereka dengar. Apakah sosok itu benar-benar Fang?

Akhirnya beberapa detik yang rasanya seperti berjam-jam berlalu, sosok itu pun melewati belokan itu dan menunjukkan dirinya. Surai berwarna bagai anggur dan kacamata marun, pakaian yang didominasi oleh ungu dan fingerless glove berwarna senada dengan jaketnya. Semua ciri-ciri sangat cocok dengan figur yang mereka kenal dengan nama 'Fang'. Tapi ada beberapa hal yang berbeda. Bukan karena Fang yang mereka lihat tampak menggendong kucing kecil berwarna putih dengan nada manja dan gemas serta senyum yang hanya pernah mereka lihat saat tertembak Pistol Emosi Y—tidak, bahkan senyum ini lebih manis. Tapi karena rambutnya tampak panjang sepunggung lalu diikat pada bagian ujungnya saja tergerai indah, dan tak lupa, suara sopran yang tak mereka kenali ini.

"... Fang?" ucap Boboiboy tidak percaya dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Gadis itu menoleh kepada Boboiboy, masih dengan senyum manisnya. Dan itu hampir membuat Boboiboy terpana. "Kau..."

"Haiya! Jangan-jangan si Kepala Kotak itu mengubahnya jadi wanita?" sembur Ying cepat tanpa ampun, sebelum Boboiboy menyelesaikan kalimatnya.

"Astaga... Entah ini bisa dibilang mengerikan atau menakutkan..." Gopal tampak seperti orang yang sedang melihat Miss Universe, bertolak belakang dengan kalimatnya sendiri.

"Hm? Kalian berbicara padaku?" Dengan tatapan polos serta senyum yang tak pernah lepas dari paras orientalnya yang cantik, Fang tampak bingung. "Kalian siapa?"

"Eh? Kau lupa sama kami?" tanya Yaya terkejut. "Jangan-jangan selain mengubahnya jadi cewek, Adudu juga menghapus ingatannya?"

"Apa?! Benarkah itu, Fang?" Boboiboy akhirnya dapat mengumpulkan kembali ketenangannya, mendekati Fang dengan ekspresi khawatir.

"Fang...?" Fang memiringkan sedikit kepalanya, berpikir. "Oh, yang kalian maksud pasti..."

"Oy, berhenti di situ!" Sebuah suara yang lebih berat dan tegas memotong kata-kata gadis berambut raven itu, sebelum seorang pemuda dengan warna rambut yang sama persis muncul dari sisi belokan yang lain. Dengan pakaian yang sama persis pula, dia mendekati rombongan yang sekali lagi dibuat jawdrop. "Kemana saja kau! Sudah kubilang jangan kemana-mana!" Kontras dengan gadis itu, pemuda ini memasang ekspresi kesal dan marah. Meskipun wajah, pakaian dan warna rambut mereka sama persis.

"Maaf, maaf. Aku tadi mengejar Sasha yang kabur dariku. Lihat, dengan memakai pakaianmu akhirnya dia jinak juga padaku," Walaupun dimarahi dengan nada jengkel dan ketus, si gadis masih tersenyum sambil memeluk kucing putih yang dia panggil 'Sasha' itu. Si pemuda Cuma bisa menghela napas.

"Cih, datang-datang Cuma bikin susah saja. Sana pulang ke kota!"

"Ayolah, jangan bicara begitu padaku. Kan aku sangat kangen padamu,"

"Aku tidak peduli dan tidak mau peduli,"

"Aww, Fang, jangan malu-malu. Kau juga rindu padaku kan?"

"Banyaklah kau punya rindu!"

Dan begitulah. Kedua makhluk yang sangat mirip satu sama lain itu saling berargumentasi like nobody's business, sementara Boboiboy dkk masih bengong kayak kambing ompong. Kembali mendapatkan ketenangannya, Boboiboy membuka mulut.

"Uuumm... Anu..." Kata-kata Boboiboy memutuskan debat mereka. Jika saja sekarang dia memegang selang berisi saus tard layaknya Spongebob, maka dia akan menodongkannya pada mereka berdua. He really lost it now. "... Mana Fang yang asli?"

"Oh, kau ada disini Boboiboy?" Seperti baru sadar akan kehadiran Boboiboy dan yang lainnya, pemuda itu menoleh. "Akulah Fang yang asli. Dan ini May," Tangan berbalut fingerless glove menunjuk gadis disebelahnya, ekspresinya terlihat berat dan malas.

"Hai! Namaku May, tapi bacanya 'Mei', paham?" Gadis itu memperkenalkan diri. Lagi-lagi kontras dengan orang yang ada di sampingnya. Penuh senyum, keramahan dan keceriaan yang menyejukkan hati. "Aku kakaknya Fang. Salam kenal~ ^o^"

..

To Be Writed Later...

Buaaahhh...! Akhirnya keluar juga ide cerita yang menyumbat otak author selama 2 tahun yang membuat author gak bisa tenang menulis dan terbawa-bawa hingga ke mimpi! *sujud-sujud sambil koprol(?)* Oke, tenang saja, mulut author belum berbusa kok.

Jadi, gimana? Bagus gak? Memang belum masuk ke inti ceritanya sih, tapi berhubung sudah kepanjangan (10 halaman bok!) jadi di sambung ke chapter 2 aja. Untuk masalah pairing pun masih membuat author galau hingga terngigau-ngigau *lebay*. Author sih maunya BoiFang, tapi Author masih dalam status 'Fujoushi in Training' jadi romancenya gak terlihat maupun tersirat. Fic-fic BoiFang yang bertebaran di situs ini telah meracuni author dan memberi ilham kepada author akan jati diri asli yang terpendam dalam diri setiap wanita; Fujoushi *sok melankolis*

*sigh* Paling tidak jangan kasih tau enyak saya di rumah soal ini...

Ehem, Review sangat dinantikan, flame pun diterima. Karena author sangat membutuhkan pendapat mengenai fic ini. Desperately...

Baidewei, apa ada yang ketipu dengan Summary, mengira bahwa Fang menjadi perempuan? Hm? Anyone? No? Okay... '-' *awkward* Well, until i updated again... Farewell. *fade away* ...