Fugaku menghembuskan nafas ketika ia mendengar suara ketukan di pintu. Belakangan ini ia terpaksa datang ke kantor setiap hari setelah ia mengusir Sasuke dan Itachi tak bersedia mengisi kekosongan jabatan yang ditinggalkan Sasuke.

Sudah hampir setengah tahun berlalu dan setiap hari Fugaku merasa benar-benar lelah. Usianya tak lagi muda dan tubuhnya tak lagi sekuat dulu. Ia tak bisa mengerjakan pekerjaan sebaik Sasuke dan bekerja di kantor belasan jam setiap hari.

Pintu terbuka dan Itachi masuk ke dalam ruangan dengan membawa sebuah dokumen di tangan nya.

"Otou-san, ini laporan keuntungan perusahaan bulan ini. Aneh sekali, keuntungan perusahaan cabang Suna menurun dan jumlah pengeluaran meningkat. Kurasa beberapa pegawai melakukan fraud."

Fugaku memijat pelipisnya. Kepala nya terasa pusing dengan dokumen-dokumen yang masih menumpuk di meja.

"Itachi, bisakah kau membantuku mengurus beberapa dokumen di meja?"

"Sekarang? Aku harus menghadiri rapat sebentar lagi."

"Nanti saja setelah kau selesai rapat."

Fugaku menatap wajah putra sulungnya yang terlihat lelah dengan kantung mata yang menghitam dan wajah yang lebih tirus. Selama enam bulan terakhir Itachi semakin sibuk dengan pekerjaannya dan ia masih harus menggantikan sang ayah melakukan tugas tertentu. Itachi tidak mengeluh, namun Fugaku sadar jika Itachi sangat lelah hingga tak memiliki waktu luang untuk bersantai dan memakai waktu libur hanya untuk tidur dan menyelesaikan pekerjaan tanpa kesempatan untuk melakukan hobi atau berkencan.

"Berikan saja dokumen nya padaku. Aku akan memeriksanya dalam perjalanan sepulang rapat."

"Tidak, Itachi. Gunakan saja waktu perjalananmu untuk beristirahat sejenak."

"Hn."

Itachi hendak berbalik dan berjalan menuju pintu. Namun suara panggilan sang ayah membuatnya tetap berada di tempat sambil menatap ayahnya.

"Itachi, apakah kau mendapat informasi baru mengenai Sasuke?"

Itachi tersenyum tipis. Sejak Sasuke meninggalkan rumah, ayahnya memintanya untuk diam-diam memantau Sasuke. Ia sendiri masih berkomunikasi dengan Sasuke dan tak kesulitan mencari informasi mengenai Sasuke.

"Usaha bakery dan restaurant yang dimilikinya semakin berkembang. Dan ia akan melamar kekasihnya sebentar lagi. Mungkin mereka akan menikah."

Fugaku menganggukan kepala mendengar penjelasan Itachi. Ia tak mengira jika Sasuke akan baik-baik saja setelah meninggalkan rumah dan ia tak tega untuk menghancurkan usaha Sasuke. Bagaimanapun Sasuke tetaplah anaknya dan ia mulai sadar jika Sasuke telah berusaha keras agar mendapat perhatian sang ayah.

Jika dibandingkan dengan Itachi, kinerja Sasuke di perusahaan tak kalah baik. Bahkan dapat dikatakan lebih baik karena kini Itachi tak lagi bersedia merelakan waktu pribadi nya demi pekerjaan. Sementara Sasuke mendedikasikan waktu dan hidupnya demi pekerjaan hingga tak pernah memiliki hubungan romansa di usia dua puluhan.

"Maafkan aku jika terkesan lancang, namun menurutku sebaiknya otou-san menemui Sasuke. Terkadang ia masih menanyakan keadaan perusahaan ataupun keluarga, kurasa ia sendiri sebetulnya ingin berbaikan."

Fugaku berpikir sejenak. Ia tak tahu apakah Itachi sedang berbohong atau tidak. Ia bahkan tak tahu seperti apa kepribadian Sasuke. Ia hanya tahu jika Sasuke yang dulu merupakan anak yang polos dan sering tersenyum kini berubah menjadi dingin, sinis,dan jarang bicara.

"Tolong katakan pada Sasuke jika aku ingin menemuinya di restaurant favoritku pukul enam sore minggu depan."

"Hn."

Diam-diam Fugaku menambahkan pertemuannya dengan Sasuke di dalam agenda kegiatan pribadi nya. Ia tak ingin mengakui pada siapapun, namun ia menantikan pertemuan minggu depan dan berharap Sasuke bersedia untuk datang.

.

.

Sasuke telah duduk di meja yang terletak tak jauh dari pintu masuk. Ia sengaja memilih tempat duduk yang mudah terlihat oleh sang ayah dan melirik jam tangan emas nya. Saat ini pukul enam kurang sepuluh menit dan Sasuke telah tiba di restaurant sejak sepuluh menit yang lalu.

Tak lama kemudian seorang lelaki berusia lima puluh akhir dengan rambut hitam dan raut wajah tegas memasuki restaurant. Pelayan segera membungkukkan kepala dan lelaki itu berjalan menghampiri meja Sasuke.

Raut wajah Sasuke terlihat datar dan ia sama sekali tak terlihat takut atau merasa bersalah, namun jantung nya berdebar keras. Ia selalu merasa takut dan berdebar-debar setiap kali ayah nya hendak menemuinya dan hal itu terbawa hingga saat ini.

Sasuke tak mengerti mengapa ayah nya meminta untuk bertemu setelah hampir setengah tahun mengacuhkannya. Fugaku bahkan sempat mengusir Sasuke ketika Sasuke datang ke kantor sehari setelah sang ayah mengusirnya dari rumah.

"Konbawa," sapa Sasuke dengan raut wajah datar dan ia menahan diri untuk tak mengulurkan tangan dan mengajak sang ayah untuk bersalaman seperti yang biasa dilakukannya setiap bertemu dengan kolega nya. Ia merasa takut jika sang ayah akan menepis uluran tangan nya dan hal itu menyakitkannya meskipun ia tak ingin mengakuinya.

Fugaku menoleh ketika mendengar suara Sasuke dan mendapati Sasuke yang menatapnya dengan ekspresi datar. Fugaku terkejut saat menyadari tatapan Sasuke yang sedang menatapnya sama sekali tak menyiratkan kekesalan.

"Hn."

Seorang pelayan segera menghampiri meja dan Fugaku segera memesan menu tanpa melihat buku menu yang hendak diserahkan pelayan.. Sasuke sama sekali tak memesan dan Fugaku bertanya-tanya jika Sasuke telah memesan terlebih dahulu atau tidak.

"Pesan satu gelas tomato juice, tomato cream soup dan lasagna," ucap Fugaku pada pelayan.

Sasuke tersentak dan menahan diri untuk tak membuka mulutnya. Ia tak yakin jika sang ayah memesankan makanan untuknya, namun ia tak mengerti mengapa Fugaku memesan makanan dengan tomat yang merupakan makanan favorit nya.

Pelayan meninggalkan meja dan kini Sasuke bertatapan dengan sang ayah. Sasuke menahan diri untuk tak mengalihkan pandangan dan memberanikan diri menerima tatapan tajam dari sang ayah. Bersama dengan Naruto membuat kepribadiannya ikut berubah. Seandainya saat ini ia belum bertemu dengan Naruto, ia tak mungkin bersedia menemui ayah nya atau bahkan berhubungan dengan Itachi setelah meninggalkan rumah. Sasuke tak akan duduk diam dan menatap ayahnya dengan tatapan tanpa emosi jika ia tak melihat Naruto yang jauh lebih sabar dalam menghadapi setiap masalah.

"Kudengar sekarang kau membuka restaurant dan bakery, hn?"

"Hn. Jika otou-san sempat, datanglah ke tempatku," ujar Sasuke sambil tersenyum tipis. Ia bahkan terkejut dengan apa yang diucapkan dan dilakukannya sendiri. Ia telah tertular dengan sikap Naruto dan kini ia berbasa-basi pada ayahnya.

"Berapa lama kau membuka tempat usaha mu?"

"Lima bulan. Apakah okaa-san dan otou-san baik-baik saja?"

Fugaku menatap Sasuke lekat-lekat. Ia tak pernah mengira jika Sasuke akan mengajukan pertanyaan seperti itu. Sasuke bahkan tak terlihat ketakutan dan lebih banyak berbicara dibandingkan biasanya.

"Hn."

"Oh, baguslah," ujar Sasuke sambil tersenyum tipis.

Fugaku berpikir sejenak sebelum mengucapkan hal yang menjadi tujuannya meminta Sasuke untuk bertemu dengannya. Ia tak ingin terkesan seperti sedang mengemis.

"Okaa-san mu sangat mengkhawatirkanmu dan terus mendesakku untuk menemuimu dan membawamu kembali ke rumah."

Sasuke tak mengira jika sang ayah berniat membawanya kembali ke rumah. Ia sangat ingin kembali ke rumah dan merindukan Itachi serta kedua orang tuanya meskipun hubungan mereka tidak begitu baik.

"Mungkin… aku tak bisa."

Fugaku menatap Sasuke dengan tajam dan menuntut penjelasan. Sasuke berusaha memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan tanpa membuat sang ayah merasa kesal.

"Aku baru saja melamar kekasihku dan kami akan menikah sebentar lagi. Jika aku kembali ke rumah, aku hanya akan menjadi beban."

"Aku sudah mendengar dari Itachi. Okaa-san mu menyetujui hubungan kalian dan kurasa aku tak keberatan."

Sasuke tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum mendengar ucapan sang ayah. Ia merasa senang karena ibu dan ayahnya menyetujui hubungannya pada akhirnya.

"Apakah otou-san serius? Kekasihku juga seorang pria."

"Hn," ucap Fugaku sambil mengangkat sudut bibirnya membentuk senyum tipis yang terlihat samar. "Kurasa lelaki itu telah mengubahmu."

"Maksudnya? Maaf, aku kurang mengerti dengan maksud otou-san," jawab Sasuke dengan sopan.

"Sikapmu berubah dibandingkan biasanya. Otou-san ingin bertemu dengan pasanganmu."

Sasuke tersenyum dan berkata, "Kekasihku tak berasal dari keluarga kaya dan tak memiliki orang tua."

"Aku tidak keberatan."

"Hn. Aku akan segera mempertemukan otou-san dengan kekasihku."

"Kau akan kembali ke rumah, Sasuke? Kuharap kau bersedia kembali bekerja di perusahaan."

"Tentu saja," jawab Sasuke dengan suara yang terdengar lebih ceria. "Besok aku akan kembali bekerja ."

Fugaku tersenyum tipis meskipun rencana nya agar Sasuke sendiri yang meminta untuk kembali gagal. Ia membutuhkan Sasuke untuk menjalankan perusahaan dan ia tak akan mempermasalahkan apapun yang ingin dilakukan Sasuke selama tidak berpengaruh terhadap perusahaan.

.

.

Sebuah ruangan dengan dekorasi mewah serta bunga dipenuhi dengan ratusan tamu undangan yang mengenakan gaun atau kemeja mahal serta menggunakan perhiasan-perhiasan yang terlihat bersinar dibawah sorot lampu kristal. Tatapan para tamu undangan itu tertuju pada pintu yang terbuka dan terlihat dua orang pria dengan setelan jas hitam dengan beberapa wanita bergaun pengantin yang merupakan pengiring dari dua orang pria berjas itu.

Naruto meneguk ludah dan menundukkan kepala sambil meremas tangan Sasuke erat-erat ketika menyadari tatapan para tamu yang tertuju padanya dan Sasuke.

"Teme, aku gugup," ucap Naruto dengan pelan di telinga Sasuke.

Sasuke mengeratkan genggaman tangan pada Naruto sambil tersenyum dengan senyuman paling lebar yang pernah ditunjukkannya pada siapapun. Ia sangat bahagia dan berharap para tamu undangan juga menyadari kebahagiaan nya.

"Tenanglah, dobe. Aku tak akan melepaskan genggaman tanganku," bisik Sasuke dengan pelan.

Suara nafas Sasuke menggelitik telinga Naruto dan wajahnya semakin memerah. Ia harus tetap tenang jika tak ingin mempermalukan Sasuke dan keluarga Uchiha dihadapan para tamu yang hampir seluruhnya merupakan orang-orang terpandang dengan status sosial tinggi.

Naruto cukup bersyukur ketika bertemu dengan orang tua dan kakak laki-laki Sasuke yang menerima dirinya sebagai menantu lelaki bagi putra bungsu mereka meskipun ia merasakan sedikit keenganan dari ayah Sasuke.

Namun kakak laki-laki Sasuke tampak begitu menyukainya dan menerimanya dengan ramah serta sering mengajaknya berbicara. Naruto menyadari jika Itachi memiliki mata yang sama dengan Sasuke meskipun tak setampan Sasuke dan wajahnya termasuk cantik dengan bulu mata yang lentik dan rambut panjang yang mirip wanita. Naruto merasa nyaman dengan Itachi meskipun mereka tak mengenal sebelumnya.

Kini Naruto dan Sasuke berjalan bergandengan tangan sambil tersenyum menaiki panggung. MC meminta Naruto dan Sasuke menuangkan wine ke dalam gelas yang disusun dan memotong kue bersama. Tangan Sasuke dan Naruto bersentuhan dan jantung Naruto berdegup keras. Ia bahkan tak bisa berhenti tersenyum sejak siang ketika mereka mendaftarkan pernikahan mereka ke kantor catatan sipil.

Tak berbeda dengan Naruto, Sasuke juga merasa agak gugup karena menjadi sorotan setiap orang. Ia memberikan potongan kue pertama pada kedua orang tua nya dan bersyukur ia tak menjatuhkan piring berisi kue itu meskipun tangan nya agak bergetar.

"Kini kalian berdua telah resmi menjadi pasangan. Silahkan melakukan wedding kiss sebagai tanda pernikahan kalian."

Sasuke mendekatkan wajahnya dan kini wajahnya dan wajah Naruto berdekatan. Ini bukan ciuman pertama mereka, namun jantung Naruto berdetak begitu kencang. Ia merasa gugup dan malu.

Naruto memejamkan mata dan sedetik berikutnya ia merasakan bibir dingin dan tipis Sasuke mencium bibirnya. Bibir mereka bersentuhan selama beberapa detik sebelum Sasuke melepaskannya dan Naruto segera membuka mata dan mendengar suara tepuk tangan gemuruh dari para tamu.

"Aku akan meminta lebih setelah ini, dobe," bisik Sasuke sambil menyeringai tipis.

Naruto meneguk ludah dan membayangkan bercinta dengan cara yang menyakitkan seperti yang dilakukan Sasuke sebelumnya. Ia berharap agar Sasuke memperlakukannya lebih lembut.

Naruto tersenyum sambil menanggapi ucapan Sasuke tanpa menjawab apapun. Ia tak melepaskan tangan hingga MC mempersilahkan para tamu untuk menikmati hidangan dan beberapa tamu mulai menaiki panggung untuk bersalaman dan memberikan ucapan selamat.

Itachi dan Sakura adalah orang pertama yang menaiki panggung dan Itachi segera menghampiri Sasuke dan memeluknya dengan sangat erat.

"Selamat untuk kalian. Kuharap kalian berdua selalu berbahagia."

Sasuke menatap tajam Itachi yang sedang tersenyum sambil menatap Naruto. Itachi menyadari tatapan Sasuke dan segera mengenggam tangan Sakura dengan erat.

"Tenang saja, baka otouto. Aku sudah memiliki Sakura-chan dan tak tertarik dengan suami mu."

"Hn, aku tahu. Kau juga cepatlah menikah."

"Kami memang akan menikah tiga bulan lagi," ujar Itachi sambil tersenyum dan melirik Sakura sekilas.

Itachi tertawa dan menepuk-nepuk punggung Sasuke sebelum akhirnya melepaskan pelukan dan memeluk Naruto serta memberikan nasihat pada Naruto agar ia bersabar menghadapi Sasuke. Sakura bersalaman dengan Sasuke dan segera memeluk Naruto dengan erat hingga Sasuke dan Itachi berjengit.

"Astaga, kalian berdua serasi sekali. Aku cemburu, tahu. Aku tak menyangka kau akan menikah lebih dulu dari aku,"

Sakura tak menyadari apa yang dilakukannya dan Naruto membalas pelukan Sakura sambil melirik Sasuke yang menganggukan kepala sebagai pertanda jika ia boleh memeluk Sakura. Diam-diam Itachi menarik nafas lega dan bersyukur karena Sasuke tak marah padanya dan Sakura.

"Selamat untuk kalian berdua, ya. Tiga bulan lagi aku dan Itachi-kun juga akan menikah," ucap Sakura sambil tersenyum.

"Oh ya? Syukurlah. Sebentar lagi kita akan menjadi ipar, lho," jawab Naruto dengan antusias. "Rasanya jadi tidak sabar untuk menghadiri pernikahanmu."

"Memangnya kau akan diundang?" balas Sakura sambil tertawa kecil.

Sakura tanpa sengaja melirik kearah beberapa tamu yang telah mengantri untuk bersalaman dan ia segera melepaskan pelukannya pada Naruto dan menundukkan kepala sambil mengucapkan maaf pada tamu lain nya.

"Mata ne, Sakura-chan," Naruto tersenyum pada Sakura yang dibalas dengan senyuman sebelum gadis itu menuruni panggung bersama Itachi.

"Selamat atas pernikahan kalian, Sasuke-nii, Naruto-nii," ujar Naruko dan Kurama saat menyalami Sasuke,

"Arigatou."

Sasuke memeluk Kurama dengan erat sebelum melepaskannya dan kini memeluk Naruko serta mengelus rambut gadis itu. Naruto meliriknya sekilas dan menahan diri untuk tak bertanya.

Naruto segera memeluk Kurama tak kalah eratnya dengan Sasuke. Ia bahkan mencium puncak kepala Kurama tanpa mempedulikan beberapa tamu yang melihatnya.

"Naruto-nii, aku sungguh senang melihatmu berhasil menikah," ucap Kurama sambil tersenyum. "Rasanya menyenangkan meskipun aku tak akan memiliki keponakan."

"Tentu saja kami akan memilikinya, Kurama," jawab Sasuke yang tanpa sengaja mendengar percakapan Kurama dan membuat wajah Naruto semakin memerah membayangkan apa yang akan dilakukannya bersama Sasuke nanti malam.

"Ya. Itu sangat bagus, Sasuke-nii. Aku dan Kurama tak sabar untuk segera melihat keponakan kami."

Wajah Naruto semakin memerah dan Sasuke menyeringai sambil mengedipkan mata pada Naruto. Naruto berpura-pura tidak melihat Sasuke dan ia melirik Kurama dan Naruko yang kini telah menuruni panggung dan mengantri untuk mengambil makanan

Wajah Naruto tampak berseri-seri dan ia tak dapat berhenti tersenyum pada setiap tamu yang menyalami nya. Inilah hari pernikahan yang di impikannya bersama Sasuke dan ia masih sulit percaya jika ia telah menikah dengan Sasuke.

.

.

Sasuke melepaskan jas nya ketika ia sudah memasuki kamar hotel bersama dengan Naruto. Ia mendapatkan tiga kamar gratis sebagai paket acara pernikahan dan menggunakan salah satu kamar dan memberikan dua kamar untuk orang tua nya serta kedua adik Naruto.

Sasuke merasa begitu senang ketika resepsi berakhir sehingga ia bisa menghabiskan malam bersama Naruto dan menikmati tubuh lelaki itu. Ia merencanakan hampir segala hal untuk pesta, termasuk pakaian pengantin untuk para pengiring wanita.

Naruto berjalan mengikuti Sasuke memasuki kamar dengan jantung berdebar keras. Ia tahu apa yang akan dilakukannya bersama Sasuke sebentar lagi dan jantung nya berdebar keras.

"A-ano, teme, kau serius dengan apa yang kau katakan pada Naruko-chan? "

"Hn."

Naruto menatap lelaki yang telah menjadi suami nya lekat-lekat. Terlihat jelas jika ia merasa heran dengan apa yang dikatakan Sasuke.

"Bagaimana cara nya? Lagipula apakah kau benar-benar menginginkan anak? Maksudku kau terkesan kurang menyukai anak-anak."

Sasuke menatap Naruto dan tersenyum, "Sangat mudah. Kita hanya perlu mencari dua ibu pengganti untuk mengandung anak kita berdua."

"Ahaha… benar juga, teme," jawab Naruto sambll terkekeh. Ia sulit membayangkan jika Sasuke dan dirinya akan segera memiliki anak.

Sasuke mendekati Naruto dan menyeringai hingga Naruto bergidik. Naruto tak menyadari jika kini Sasuke telah bertelanjang dada. Sasuke mendorong Naruto ke dinding dan menahannya, kemudian ia melepaskan jas Naruto serta kancing kemeja Naruto hingga kini Naruto juga bertelanjang dada.

"K-kau mau apa?"

"Meminta hak sebagai suami."

"Sekarang?"

"Hn."

Naruto meringis membayangkan jika Sasuke akan kembali bercinta dengan cara kasar seperti dulu. Ia memberanikan diri untuk bertanya, "Apakah kau masih akan melakukannya dengan cara seperti dulu?"

"Hn? Kau lebih suka cara seperti itu? Akan kulayani sesuai keinginanmu."

Kening Naruto berkerut dan ia memejamkan mata emmbayangkan rasa sakit di tubuhnya yang akan dirasakan sebentar lagi.

"Kau takut, dobe?"

"T-tidak. Memang nya kau membawa peralatan untuk seks seperti biasa?"

Sasuke menggeleng dan menyeringai melihat wajah Naruto yang benar-benar ketakutan. Lelaki itu terlihat menggemaskan baginya.

"Aku sudah membuangnya."

Naruto terkejut, namun ia bersyukur karena Sasuke tak akan memperlakukannya secara tak manusiawi saat bercinta.

"Aku akan bercinta dengan cara yang normal. Kau tak perlu takut, dobe."

Sasuke mengelus kepala Naruto dengan lembut dan membuat wajah Naruto memerah. Tubuh Sasuke masih sebagus dulu dan ia masih mengaguminya.

Tanpa sadar Naruto mencondongkan tubuhnya pada Sasuke dan Sasuke segera menempelkan bibir nya pada Naruto dan melumatnya. Lidah Sasuke memasuki rongga mulut Naruto dan bertemu dengan lidah Naruto. Mereka berdua memejamkan mata dan menikmati ciuman hangat. Salah satu tangan Sasuke mulai bergerilya dan meremas bokong Naruto . Tubuh telanjang mereka bergesekan dan menimbulkan sensasi geli saat puting salah satu dari mereka bertemu dengan kulit telanjang.

Nafas Naruto dan Sasuke menghangat. Mereka dengan cepat mulai bergairah dan kini tangan Sasuke mulai menyentuh puting Naruto yang mengeras di tangan nya dan sedikit mendorong tubuh Naruto sambil tetap berciuman sementara ia melepaskan celana panjang dan celana dalam nya serta memperlihatkan kejantanan nya yang mulai mengeras.

Sasuke melepaskan celana Naruto dan kini mereka berdua benar-benar telanjang. Udara malam yang dingin terasa menghangat akibat gairah yang memuncak. Sasuke melepaskan ciuman nya dan nafas Naruto terengah-engah setelah ciuman selesai.

Tangan Naruto tanpa sengaja menyentuh daerah pubis Sasuke dan ia cepat-cepat menarik tangan nya ketika merasakan kejantanan Sasuke.

"Mencoba menggodaku, hn?"

"Tidak. Aku menyentuhnya tanpa senga-"

"-ARGGGHH!" Naruto menjerit saat Sasuke mengigit bahu nya hingga memerah dan kemudian menghisapnya agar tidak terasa sakit.

Naruto memeluk Sasuke erat-erat dan tubuh nya kembali bersentuhan dengan Sasuke. Naruto mulai merasakan sensasi aneh yang menjalar di tubuh nya. Tak seperti biasanya, kini ia pun mulai terangsang dan menikmati sesi bercinta mereka.

Kejantanan Naruto perlahan mulai menegagang dan Sasuke segera menyadarinya saat kejantanan Naruto menyentuh bagian dalam paha nya. Sasuke mulai menyentuh batang kemaluan Naruto dan membuat gerakan seperti onani dan membuat nafas Naruto memberat dan tubuh nya mulai dibanjiri keringat.

"T-teme, a-apa yang k-kau l-lakukan?" ucap Naruto dengan nafas berat dan suara terbata-bata.

"Membuatmu bergairah."

Naruto menyentuh kejantanan Sasuke yang juga mulai menegang dan membesar. Batang kemaluan Sasuke bahkan mulai memerah akibat dialiri darah dan membuat Naruto bergairah.

Sasuke berjalan menuju kasur dengan nafas memberat. Ia akan mengeluarkan sperma sebentar lagi dan ia hampir berada di puncak gairah.

Naruto berbaring di kasur dan Sasuke berbaring diatas nya dalam posisi berlawanan arah. Naruto menyentuh kejantanan Sasuke yang berada di dekat wajah nya dan membuat Sasuke hampir menyemprotkan sperma di wajah Naruto.

"Cepat… hisap…"

Naruto tak sanggup menjawab dan nafas nya terasa berat. Ia segera menghisap sperma Sasuke dan merasakan cairan putih kental dan asin yang berbau agak amis itu di mulut nya.

"Argh.." Sasuke mendesah pelan dan merasa agak lemas ketika sperma telah keluar dari penis nya. Ia benar-benar berada di puncak gairah saat ini.

Sasuke menyentuh bagian pubis Naruto dengan jari nya yang lembut dan membuat Naruto benar-benar bergairah. Ia segera menghisap kejantanan Naruto yang tak terlalu besar dan agak pendek.

"Mmmph….," Naruto mendesah dan meremas paha Sasuke. Gerakan mulut Naruto membuat Sasuke kembali terangsang dan kembali mengeluarkan sedikit cairan sperma yang dihisap Naruto.

Sasuke dan Naruto benar-benar berada di puncak gairah dan terus bertahan dalam posisi itu selama sekitat lima menit. Sasuke akhirnya bangkit dari tubuh Naruto dan kini berbaring di samping nya. Ia merasa agak lemas, namun ia merasa sangat senang dan bersemangat.

"Aku ingin ronde kedua."

"Ronde kedua? Sekarang?"

"Tidak. Kita beristirahat lima menit."

Naruto tersenyum. Ia sudah terbiasa menghadapi Sasuke dengan gairah yang tinggi dan ia tidak heran jika Sasuke akan meminta ronde kedua.

"Kita… akan melakukannya seperti ini setiap hari, teme?"

"Menurutmu?"

"Pasti akan seperti ini."

Sasuke tersenyum dan kembali mengelus kepala Naruto serta menggeleng, "Aku tak ingin bercinta menjadi suatu keharusan bagimu dan kau tak lagi bergairah padaku."

Naruto menatap Sasuke dan terkejut. Sejak awal ia tahu Sasuke mengambil peran dominan, namun ia tak mengerti mengapa Sasuke berpikir seperti ini.

"Aku tidak keberatan asalkan aku dapat memuaskanmu. Kau berperan dominan atas diriku dan aku akan melakukan apapun yang kau minta."

"Aku tidak tertarik jika seks hanya akan menjadi kepuasan bagiku dan tidak untukmu."

Naruto menatap wajah Sasuke yang menurutnya semakin tampan dengan mata onyx kelam yang menawan dan bibir yang menampilkan senyum tipis hanya padanya. Naruto sangat bahagia dapat menikah dengan Sasuke dan menjadikan lelaki itu miliknya.

Sasuke segera bangkit berdiri dan menggendong Naruto dengan gaya bridal style. Naruto menatap wajah Sasuke dan dada bidang Sasuke yang berotot serta lengan kekar pria itu yang membuat Naruto merasa aman.

"T-turunkan aku, teme. Aku bisa berjalan sendiri."

"Turunlah, dobe," ujar Sasuke sambil tetap menggendong Naruto dan berjalan menuju kamar mandi.

Sasuke menurunkan Naruto di pinggir bathtub dan mulai menyumbat bathtub serta mengisi dengan air hangat.

Naruto merasa bingung dengan apa yang dilakukan Sasuke, namun ia segera masuk ke dalam air ketika Sasuke memintanya untuk masuk dan segera tahu jika mereka akan bercinta di dalam air.

Sasuke berada di atas tubuh Naruto dan segera menyentuh puting Naruto dan mengesekkan penis nya di bokong Naruto dan membuat Naruto merasakan rangsangan.

Dari belakang tubuh Naruto, Sasuke mendekapnya dan mengecup bibir Naruto. Naruto tak dapat melakukan apapun dan ia membiarkan Sasuke yang kini mulai menyentuh kejantanan Naruto serta membuatnya terangsang.

Tak membutuhkan waktu lama untuk membuat mereka berdua kembali bergairah. Naruto bergairah dan lubang anus nya tanpa sadar ikut membesar. Sasuke segera memasukkan penis nya secara perlahan dan membuat Naruto memekik.

"Aarghh…."

Tubuh Naruto dan Sasuke bergerak di dalam air dan membuat air di dalam bathtub bergerak-gerak dan membuat sensasi kehangatan yang menyenangkan.

Penis Sasuke masuk semakin dalam ke dalam anus Naruto dan Naruto merasa anus nya sakit dan seolah terbakar. Ia kembali menjerit dan menggelingjang hingga air bathtub bergerak-gerak dan sebagian meluap keluar.

"Aaaargghhh… s-sakit!"

"Bertahanlah, d-dobe," nafas Sasuke memberat dan ia memeluk Naruto dari belakang seraya mengeluarkan sperma di anus Naruto setelah seluruh batang penis nya masuk ke dalam anus Naruto.

Cairan hangat berada di dalam anus Naruto dan ia memejamkan mata. Ia menikmati sentuhan Sasuke di tubuh nya dan untuk pertama kali nya ia benar-benar terangsang saat bercinta bersama Sasuke. Kini bercinta dengan Sasuke tak lagi membuatnya takut dan malah membuatnya merasakan gairah yang membara dan kenyamanan yang membuatnya mulai merasakan candu terhadap tubuh Sasuke.

Sasuke terus memeluk Naruto dan melepaskan kejantanan nya dari anus Naruto setelah ia selesai mengeluarkan sperma. Ia juga menikmati moment bercinta yang malah lebih menyenangkan ketika Naruto juga menikmatinya meskipun ia tak melakukan kekerasan seperti biasanya.

"Arigatou, dobe," ujar Sasuke sambil bangkit berdiri dan hendak meninggalkan bathtub untuk membersihkan tubuhnya.

Naruto segera bangkit berdiri dan memeluk Sasuke dengan erat seolah tak ingin melepaskannya. Sasuke membalas pelukan Naruto dan merasakan kehangatan tubuh yang membuatnya nyaman.

"Arigatou, teme."

"Suki dayo," bisik Sasuke dengan pelan di telinga Naruto.

Naruto terkejut dan ia agak kecewa karena Sasuke tak mengatakan 'aishiteru' padanya seperti saat melamarnya. Ia tahu jika 'aishiteru' bukanlah ucapan yang dapat dikatakan sesukanya dan memerlukan keberanian untuk mengatakannya.

Sasuke menatap Naruto lekat-lekat dan Naruto kembali memandang mata Sasuke. Terdapat keseriusan dan cinta dibalik sorot mata lelaki itu dan membuat Naruto merasa yakin dengan perasaan Sasuke padanya.

"Suki dayo, teme."

Sasuke mengeratkan pelukannya pada Naruto. Ia telah memiliki Naruto seutuhnya dan ia tak berniat untuk melepaskan Naruto saat ini. Ia telah terpikat oleh jerat Naruto dan ia tak sabar menjalani setiap hari yang akan dijalaninya bersama Naruto.

-The End-


Author's Note :


Berhubung seminggu ini author sibuk dgn kegiatan sekolah & ada kegiatan ret-ret, author baru bisa publish sekarang.

Thanks buat yg udah bersedia nunggu epilogue, semoga epilogue nya memuaskan.