Saturday: Fourth Chapter [Himuro Tatsuya x Reader]


Malam ini aku memiliki mood yang buruk.

Yang benar saja? hari Sabtu adalah hari pertandingan SMA Yosen dengan SMA Seirin untuk penyisihan semifinal akhir.

"Maaf aku tidak bisa datang melihat pertandinganmu, Himuro-kun. Sebenarnya aku ingin sekali hanya saja orang tuaku adalah masalah keluarga yang mendesak dan harus berangkat dan menginap di Kyoto hingga lusa"

Setidaknya seperti itulah pesan yang aku kirim kepada.. um... kekasihku. Ah, um.. sebenarnya kami baru saja menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih.

Himuro dan aku berada di satu sekolah yang sama tetapi kita tidak berasal dari kelas yang sama.

Bagaimana aku mengenal Himuro?

Jadi begini, pelatih basket SMA Yosen, Masako Ariki adalah teman dekat ibuku saat wanita paruh baya itu menjadi anggota tim nasional basket wanita di Jepang, ia memintaku untuk menjadi manager di waktu senggang.

Jadi.. ya aku menerimanya.

Waktu itu adalah hari pertama aku berjalan ke ruang gym dari ruang penyimpanan dengan seragam sekolah dan mengikat rambutku yang panjangnya melebihi bahu sambil membawa lipatan handuk.

"Ah, jadi dia manager kita, Atsushi?" terdengar suara laki-laki yang sedang berjalan dibelakangku.

"Pasti anggota tim basket Yosen" batinku.

"He~ Memangnya kita punya manager, Muro-chin?" dan satu lagi suara yang berasal dari lawan bicaranya.

Karena terlalu penasaran dengan rupa mereka, aku mencoba menolehkan kepalaku kebelakang yang tentu saja adalah perbuatan ceroboh, karena aku membawa lipatan handuk yang terlalu tinggi, membuatku tidak bisa menyeimbangkan jalanku saat menoleh ke belakang.

Astaga!

Apa ini yang aku lihat?

Ti—Tinggi!

"KYAAA!~"

Dan karena kecerobohanku, aku tersandung kakiku sendiri. Melihat laki-laki dengan tinggi badan berkisar 2 meter itu membuatku sedikit terkejut.

"O—oi!" aku mendengar suara teman laki-laki yang memiliki tinggi 2 meter yang dengan sigap langsung menangkapku.

Astaga. Aku malu sekali.

"Hei, kau tidak apa-apa kan?" katanya sambil menyingkirkan rambut yang menutupi wajahku.

"Muro-chin, apa dia pingsan?" kata satu suara lagi.

"Tidak mungkin, Atsu—"

"Aku tidak apa-apa." Aku mengerjapkan mataku, perlahan-lahan memperjelas pengelihatanku yang buram.

Dan aku melihat sepasang manik abu-abu menatapku balik dengan ekspresi khawatir.

Tunggu.

Aku masih dipelukannya.

"KYAAA!~ Ma—maaf!" aku segera berdiri dan merapikan handuk yang jatuh berserakan dilantai, berusaha untuk mengalihkan perasaan berdebar yang asing.

"Muro-chin refleksnya bagus. Are~ sepertinya snackku sudah habis. Muro-chin mau nemenin beli snack sebentar di cafetaria?" aku mendengar laki laki bertubuh raksasa itu mengajak temannya yang ia panggil dengan nama 'Muro-chin' itu.

"Mungkin tidak, Atsushi. Aku akan membantu manager kita untuk merapikan handuknya yang jatuh. Kembalilah sebelum pelatih datang, ya?" tolaknya secara halus.

"Aku mengerti. Kalau begitu, Jaa~"

Aku masih memunggungi laki-laki bernama 'Muro-chin' itu sambil melipat handuk-handuk.

"Ini," katanya sambil memberikan handuk yang sudah terlipat rapi.

Aku menerimanya dengan pipi bersemu. "Te—terima kasih banyak."

Aku mendengarnya tertawa sambil menawarkan uluran tangan saat melihatku telah menata kembali handuk-handuk itu.

"Himuro Tatsuya, salam kenal."

Laki-laki ini tidak hanya memiliki mata abu-abu yang berkilat-kilat, tetapi dia juga tampan dan sangat sopan.

"[Name]. Salam kenal." Aku menerima uluran tangannya dan berdiri.

Himuro mengambil semua handuk itu dan membawanya dengan kedua tangannya tanpa kesusahan.

"Bi—biar aku saja, Himuro-kun."

Himuro membalasnya dengan gelengan kecil sambil tersenyum, "Tidak usah. Seharusnya kau membawa seorang lagi untuk membantumu, kau tahu?"

Himuro mulai berjalan dan aku berjalan disampingnya dengan pipi bersemu saat kembali mengingat senyumannya.

"Jadi, aku mendengar dari pelatih bahwa kamu akan menjadi manager di club basket SMA Yosen. Pelatih hanya memberikan fotomu." Katanya sambil tertawa kecil.

"Foto? Kenapa?"

Okasan pasti memberikan fotoku padanya.

Ugh.

"Entahlah. Mungkin pelatih secara tidak langsung meminta kami untuk membantumu jika bertemu denganmu." Katanya lalu berhenti di depan ruang gym.

"Ngomong-ngomong, selamat datang di club. Mohon bantuannya, [Name]." Katanya sambil membuka pintu dengan kakinya.

Aku masih terbengong di depan ruang gym karena melihat ketiga pemain lain dengan tinggi yang bukan main.

Jujur saja, aku merasa kecil.

"Tidak apa-apa, [Name]. Mereka tidak akan menggigitmu." Katanya sambil tertawa.

Sepertinya, Masako-san belum datang.

Aku mengekor Himuro yang meletakkan handuk di bench dan duduk di sebelah tumpukan handuk tersebut.

"Ah, iya! Minuman isotoniknya!" aku memekik sambil menepuk dahiku lalu berlari keluar gym.

"[Name]! Biarkan aku membantu," aku mendengar Himuro yang berlari dibelakangku.

Sontak aku mengehentikan lajuku dan berbalik menghadapnya.

"Apa tidak apa-apa?" aku sedikit menundukkan kepalaku. Aku merasa sungkan atas semua bantuannya itu.

"Hn. Tidak apa-apa." Katanya lalu berjalan di sampingku.

Baik? Check.

Tampan? Check.

Tinggi? Check.

Sopan? Check.

Senyum yang manis? Double check.

Bagaimana jantungku tidak ingin mencelos saat memandangnya?

Bagaimana mungkin aku dapat menahan rona merah diwajahku tiap kali melihatnya bersikap layaknya gantleman dihadapanku.

Apa dia selalu bersikap seperti ini dihadapan perempuan?

Tapi sepertinya, Himuro bukanlah tipe orang yang seperti itu.

Baiklah mungkin itu sedikit dari awal pertemuanku dengan Himuro Tatsuya.

Ah, kalau masalah jadian..


sehari sebelum pertandingan Seirin, Himuro memintaku untuk ke lapangan yang tak jauh dari hotel tempat tim basket SMA Yosen.

Karena kami berasal dari Akita yang cukup jauh dari tempat di selenggarakannya Winter Cup, pelatih meminta kepala sekolah untuk menyewakan penginapan selama pertandingan berlangsung.

"Datanglah ke lapangan yang pernah aku ceritakan padamu. Sendirian saja. Jangan sampai terlihat Atsushi." Pesan teks itu diterima olehku saat aku hendak mengganti lilitan handuk di tubuhku dengan pakaian tidur.

"Ada apa, Himuro-kun?" balasku dan memutuskan untuk memakai sweater lengan panjang berwarna abu-abu serta celana jeans berwarna hitam.

Tak lama, ia membalasnya saat aku mengunci ruanganku,

"Temani aku melatih shootku sebentar saja. Besok lawanku adalah Taiga. Aku merasa... ah, pokoknya datang saja, ya?"

Setelah mengendap-endap saat melewati ruangan Murasakibara, ah, dia adalah laki-laki yang membuatku terkejut hingga jatuh saat pertama kali aku bertemu dengan Himuro.

Aku menemukan vending machine dan membeli minuman ion untuk Himuro.

Setelahnya, aku berlari kencang, membuat tubuhku panas saat menyusuri jalan menuju ke lapangan yang berhembus angin dingin yang membuatku merinding.

Aku telah sampai di lapangan basket itu, mendengar suara kibasan jaring dan decitan sepatu.

Menyadari hal itu, aku segera berlari lagi menuju ring basket yang menimbulkan suara tadi. Dan benar saja, disana ada seorang laki-laki dengan rambut hitam legamnya, menembakkan bola berwarna orange itu dengan akurasi yang tepat.

"Apa seserius itu sampai tidak merasakanku melihatmu, Himuro-kun?" tanyaku saat berjalan menuju bench dan melihatnya berlatih shoot.

"Eh?" ia yang terkejut atas kehadiranku membuat shootnya melenceng, membuat bolanya berputar-putar di atas ring, tapi..

Masuk.

"Hebat." Pujiku dengan suara kecil.

Himuro menyingkirkan peluh di dahinya dengan kerah bajunya yang ia tarik,

Ah, aku membawa handuk kecil di saku tadi.

Aku berdiri dari bench dan berjalan ke arahnya sambil mengeluarkan handuk kecil berwarna biru muda itu, mengusap-usapkan handuk tersebut di lehernya yang basah karena keringat. Sempat aku melihat wajahnya yang terkejut, lalu kembali ke ekspresinya yang biasanya, tersenyum hangat.

"Kenapa mau dekat-dekat denganku saat berkeringat? Biasanya perempuan kan tidak suka sama yang bau." Tanyanya sambil tertawa kecil.

"Perempuan menyukai bau tubuh laki-laki yang dicintainya saat berkeringat setelah berolahraga, kau tahu? Terlihat sexy." Kataku blak-blakan tanpa menyadari perkataanku barusan.

"Jadi... Kau menyukaiku juga?" tanyanya.

Ha?

Astaga!

Bodoooh!

Kenapa berkata seperti itu?

"A—ano," aku terkejut dan segera mundur, membuat jarak dengan Himuro.

Melihat hal itu, ia malah melingkarkan tangannya di pinggulku, menarik tubuhku yang lebih kecil darinya, membuatku semakin dekat dengannya.

Semakin dekat,

Hingga dadakamu bersentuhan, membuat pipiku berwarna merah.

"Himuro-kun.." kataku sambil berusaha menarik diri karena terasa sesak.

"Tidak akan kulepaskan. Aku mencintaimu, [Name]." Katanya.

Belum aku membalas pernyataannya, ia sudah mengecup bibirku yang terbuka hendak membalas penyataannya.

Manis.

Lembut sekali.

Bibirnya itu.

Tak terasa, aku memejamkan mataku, menikmati setiap moment ciumannya.

Himuro memutuskan untuk menarik diri untuk mengambil nafas, aku perlahan lahan membuka mataku, melihat iris abu-abu itu menatapku dengan tatapan yang... um..

"Jadi..?" tanyanya dengan wajah polos masih sambil melilitkan tangannya di pinggangku,

"Jadi apa?" godaku sambil nyengir.

"Huh?" wajahnya berubah menjadi sedikit kesal.

"aku mencintaimu, Himuro-kun." Kataku sambil membelai pipinya.

"—tapi, jujur saja. Aku merasa sesak disini." Kataku sambil tertawa kecil, ia langsung mengendorkan lilitannya dipingganku.

Aku berusaha mencari bahan untuk mengalihkan pembicaraan dengannya, karena posisi kami sekarang yang canggung sekali. Belum lagi tatapan matanya yang rasanya seduktif. Aku melirik ke arah bench, melihat botol minuman isotonik disana,

"Himuro-kun, aku membawa minuman. Pasti haus kan?" kataku sambil melepaskan diri dari pelukannya, dan berlari kecil ke arah bench, mengambil botol itu dan duduk.

Himuro berjalan ke arah bench dengan tersenyum kecil melihatku memberikan botol itu dengan senyum mengembang di wajahku.

"Kau tidak pernah terlihat sesenang itu, kau tahu?" ujarnya sambil mengambil botol minuman itu dan duduk di sebelahku, terlalu dekat hingga lengan kami bertemu.

"masa?" tanyaku sambil melihatnya meneguk air itu, melihat jakunnya yang bergerak naik-turun saat menelan cairan isotonik itu.

"Ha~ [Name] lihat apa? Lihat wajahku saja." Katanya lalu mencuri ciuman dariku,

Sepertinya, Himuro masih belum menelan semua minuman yang ada dimulutnya itu, Himuro membagikan sedikit cairan isotonik itu kepadaku di ciuman kami. Membuatku terkejut dan segera menelan cairan itu. Karena terlalu terkejut, aku membuat cairan itu sedikit tumpah dari sisi bibirku.

Apa ini hot kiss?

Ugh.

Mataku berkunang-kunang. Ciumannya itu memabukkan.

Aku menarik diri dan menarik nafas panjang.

"Himuro-kun belajar dari mana?" kataku sambil nyengir,

"Di Amerika banyak yang melakukannya, honey. Ah, panggil saja, hun."

"Berarti Himuro-kun sudah pernah mencium perempuan sebelumnya?" tanyaku sambil memikirkan apa yang diucapkan di akhir perkataannya itu.

Hun? Honey di slang gitu?

"—Hun." Koreksiku.

Himuro tertawa sambil mengacak rambutku, "Tidak. Ini yang pertama buatku."

"Bohong."

"Sumpah."

"Masa?"

"Iya beneran, hun."

"Apaan sih? Haha~ Himuro-kun sudah seperti playboy."

Sebenarnya aku masih terasa canggung sekali didekatnya. Ia adalah laki-laki yang hangat dan selalu bersikap layaknya laki-laki.

"Ha?" perkataanku barusan membuatnya sedikit terkejut.

"—Hm.. memang aku mendapatkan banyak surat penggemar dari siswi SMA Yosen. Tapi.. aku tidak memperdulikannya. Malahan aku menunggumu untuk memberi surat penggemar."

Aku tersedak, "jadi, kamu berpikir bahwa aku ini penggemarmu gitu?"

"memangnya bukan?" tanyanya sambil meneguk minuman isotonik itu lagi.

"Ih. Haha. KePDan sih." Kataku sambil mencubit pipinya.

Saat masih mencubit pipinya, aku medengar ponselku berbunyi, membuatku langsung berdiri dari tempat duduk dan melihat layar ponselku.

Okasan

Ada apa?

Aku menerima panggilannya dan memberikan isyarat kepada Himuro untuk menungguku sebentar.

"Moshi-moshi."

"Moshi-moshi, ada apa Okasan?"

Aku melihat Himuro yang berkata 'Ada apa?' dengan menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.

Aku membalasnya dengan gelengan kepalaku.

"Ah, maafkan Okasan ya, sayang? Bisakah kamu pulang malam ini? okasan dan otousan akan berangkat ke Kyoto malam ini."

APA?!

"K—kenapa?" aku membuang muka dari Himuro yang memperlihatkan wajah khawatirnya.

"Ada urusan keluarga mendadak, sayang. Kamu membawa kunci rumah, bukan? Sudah dulu ya. Okasan dan otousan mau berangkat. Jaa~"

Tuut

Tuut

Tuut

Ingin sekali aku berteriak frustasi. Apa tidak bisa menunggu sehari saja?

Besok adalah pertandingan yang menentukan persahabatannya dengan Kagami Taiga.

Aku berjalan ke bench dengan wajah memberengut.

"Ada apa?" tanya Himuro.

"Aku harus pulang malam ini. padahal aku ingin sekali melihat Himuro-kun dan adik Himuro-kun bertanding. Tapi—"

Himuro langsung memelukku, mendekapku, "Shh.. kamu bisa menontonnya lain kali. Sekarang bersiaplah, aku akan mengantarmu ke stasiun."

"Tapi, Himuro-kun bukannya harus beristirahat total untuk pertandingan besok? Pelatih akan—"

"Persetan dengan pelatih, [Name]." Ia langsung mengeup bibirku lagi.

"—kamu lebih penting." Sambungnya saat melepaskan ciumannya.

Ya, jadi begitu. Malamnya, ia mengantarku ke stasiun yang memiliki tujuan ke Akita.


Dan sekarang, disinilah aku.

Harap-harap cemas menunggu kabar dari Himuro tentang pertandingannya.

Sudah satu jam sejak aku mengirimnya pesan teks. Tapi tak ada jawaban darinya.

Ada apa sih?

Aku menelpon ponselnya.

Tidak ada yang menerima panggilanku.

Hingga—

Tok Tok Tok

"[Name]?"

HIMURO?

Aku segera berlari menuju pintu depan rumah dan membukakan pintu untuknya.

"Akh—"

Aku melihat Himuro memegangi perutnya, wajahnya terdapat banyak luka memar, bajunya juga kotor.

"Apa yang terjadi?!" aku membopong tubuhnya yang berat dengan susah payah, membaringkannya di sofa ruang tamu.

Memeriksa luka memarnya.

Pipi, dagu, dan di perutnya yang terdapat bekas tendangan.

"Apa kau menempuh perjalanan dari sana menuju Akita dengan naik kereta dan keadaan seperti ini?! Aho kah?!" aku berteriak, memarahinya habis-habisan.

Melepaskan jaketnya dan membuka sedikit kaos SMA Yosennya.

Melihat luka memar di perutnya yang ototnya terpahat sempurna.

Melihatnya membuat pipiku merona. Tapi aku segera mengingat bahwa ia terluka.

Aku ke dapur dan mengambil beberapa ice cube dari cetakan, meletakkannya di kantong plastik.

Meletakkan kantong plastik yang sekarang dingin itu diatas perutnya.

"Duh, Himuro-kun. Aho kah?" kataku sambil mengusap-usap memar diwajahnya dengan waslap dingin.

Melihat wajah Himuro yang meringis kesakitan.

"Ada apa? Kenapa bisa begini?" tanyaku khawatir.

"Aku berkelahi. Tiba-tiba saja ada yang menggoda Alex. Pemain dari Fukuda. Sepertinya teman dari anggota Kiseki no Sedai. Kalau tidak salah. Shogo. Haizaki Shogo." Ucapnya.

"Apa?! Dia kan pemain. Kenapa berani sekali?" kataku masih sambil mengusap-usap wajahnya.

"Entahlah. Tapi sepertinya dia memang orang yang kasar." Katanya sambil menggamit tanganku yang sibuk mengusap-usap wajahnya dengan membawa waslap.

"Ada apa, Himuro-kun?" aku menatap mata abu-abunya.

Bukannya menjawab, ia malah menarik tanganku, membuatku berada di pelukannya.

"Himuro-kun, perutmu.."

"Persetan dengan perutku, aku mau kau."

"Himu'—"

"!" dia malah meciumku. Tangannya melingkari punggungku, sementara tanganku menangkup pipinya. Melepaskan waslap itu dan membuatnya terjatuh diatas lantai.

Suara decakan bibir kami menggema di ruang tamu.

Aku melepaskan ciuman itu hingga berbunyi kedua bibir kami yang bergesekan dan masih bertautan dengan benang saliva.

"Wajahmu merah sekali, [Name]." Himuro nyengir sambil menyelipkan helai rambutku kebelakang telingaku.

"Ugh." Aku malah membenamkan wajhku di dadanya yang bidang. Menyembunyikan pipiku yang merah padam.

"A—ano! Aku ambilkan minuman." Aku segera bangkit dari pelukan Himuro dan melesat ke dapur.

Membuka kulkas yang berisi minuman dingin serta buah-buahan.

Ah, strawberry!

Aku mengeluarkan wadah yang berisi buah berjenis berry itu. Sepertinya ibuku tahu jika aku menyukai buah berjenis berry.

Aku menggigit strawbeery yang rasanya masam itu. Dan malah melupakan alasan pertamaku menuju dapur. Selain untuk kabur dari Himuro, aku akan mengambilkannya minuman. Tapi.. aku melupakannya.

"Kau lama sekali, hun." Terdengar suaranya berbisik tepat di telinga belakangku.

Aku melompat kaget karena perasaan geli di telingaku.

"Hi—Himuro-kun!" aku berbalik menghadapnya. Wajahnya yang masih terdapat bekas memar itu hanya berjarak beberapa centi dari pandanganku.

CHUUU

Dia menciumku lagi, menjilat bibir bawahku.

"Hm.. strawberry. Masam. Kenapa bisa tahan dengan rasa seperti ini?"

Aku mengikuti ekor mata Himuro yang melihat di balik tubuhku dan—

"—Ah, ceri. Kita coba yang lebih manis."

Himuro mengambil ceri yang berada di atas meja dibalik punggungku.

Menggigitnya setengah dan mengarahkan setengahnya lagi ke hadapanku. Ia harus menunduk untuk melakukannya. "Gigit yang satunya."

"Hm—" aku mengikuti perintahnya.

Jarak bibir kami hanya beberapa inci. Aku memutuskan untuk menggigitnya hingga separuh buah cerinya terlepas dan masuk kemulutku.

"Bukan seperti itu!" setelah mengatakannya, Himuro menciumku lagi. kami berdua merasakan manisnya buah ceri secara bersamaan.

Lidahnya menelusuri mulutku dan begitu seterusnya.

Hingga aku merasakan pusing dan mataku yang berkunang-kunang.

Himuro Tatsuya.

Begitu manis seperti ceri.

Begitu memabukkan seperti alkohol.

"Aku mencintaimu, [Name]." Katanya di sela-sela suap-menyuap ceri.

"Aku mencintaimu, hun." Koreksiku sambil tertawa kecil dan menciumnya.

Kalau dipikir-pikir lagi.

Itu adalah ciuman balasan pertamaku kepada pemilik surai yang menutupi sebelah matanya itu.


A/N: Halo! bertemu lagi dengan drabble maksa dari Hana. ehm. Jadi gimana? Himuro OOC kah? Maaf banget huhu kalo ga sesuai yang diharapkan.

Dan, yang belum review atau udah review ditunggu reviewnya (lagi) ya~ minta dukungannya. hwehehe. Dan yang belum request, silahkan request! Buat yang udah request, ga papa request lagi kok :) (NB: Boleh nambah chara/request lebih dari satu chara. Dan, boleh nambahin chara yang ga ada di list, misalnya Hyuuga Junpei juga boleh kok;))

Dan ini dia hasil vote! *drum roll*:

Kuroko: IIII

Murasakibara: III

Mayuzumi: IIIII

Nijimura: IIIIIIII

Kise: IIIII

Hanamiya: I

Ogiwara: I

(sohibnya Tsunderima xD) Takao: II

YAK, UNTUK CHAPTER MINGGU DEPAN, HANA BAKAL BIKIN NIJIMURA SHUZO. UWOWOWO~

SI CAKAV.

OK, LAST THING NIH.

Mind to RnR (baca: Request and Review, wkwk) /gampar/

Dan, selamat menjalankan aktivitas di malam minggu! (atau hari sabtu, terserah)~