Konichiwa, ada yang baca fic saya yang berjudul BE MINE? Di sini saya mau minta maaf sebagai author, karena ga bisa update fic itu minggu ini. Saya baru mikir, kalo sebaiknya saya tidak update fic itu di bulan suci ini. Saya juga minta maaf sebagai umat beragama, karena telah mempublish fic itu di bulan suci ini.
Jadi saya putusin buat update setelah ramadhan. Mohon para pembaca sabar menunggu! ^^ /siapa juga yang nunggu/
Tapi janji tetap janji. Saya bilang mau update sekali seminggu, tapi sekali lagi maaf. Untuk menghormati saudara-saudara kita yang berpuasa, saya publish aja fic ini sebagai gantinya! XD
Tanpa banyak bacot lagi, selamat membaca! XD
.
.
BoboyBoy © Animonsta
Circulation © Penjual Senjata Haram Pa Gogo
Genre : Friendship
Rated : K+
Warning(s) : Canon, semi-AR, OOC, typos, author's opinion, Indonesian, tak sesuai EYD, judul ga nyambung, dll
.
Don't like, don't read!
.
.
.
Chapter 1 : Tanggung Jawab
Bocah itu hanya bisa meringis saat tubuhnya terpental sejauh beberapa meter hingga menubruk tembok, menyebabkan tembok itu retak—nyaris pecah. Ia bisa mendengar seruan teman-temannya memanggil namanya dengan nada penuh kekhawatiran.
"Fang, kau oke kah?" dirasakannya seorang mendekatinya, dan menangkap sesosok bocah dengan pakaian yang didominasi biru-putih serta topi yang ia miringkan. Bocah itu nampak menaiki sebuah skateboard melayang.
"Hmm…" anak yang dipanggil Fang itu bangun dari jatuhnya, memegangi kepalanya yang kesakitan. Umpatan terdengar dari mulut kecilnya.
Melihat temannya baik-baik saja, BoboiBoy hanya tersenyum lega, sebelum menarik pergelangan anak itu, membantunya berdiri.
"Kau beri aku waktu, aku keluarkan Naga Bayang!" Fang meberi instruksinya saat dirasanya sakit ditubuhnya mulai menghilang.
"Err… Fang,"
"Apa!?"
"Jam milikmu,"
Fang mengikuti pandangan BoboiBoy, pergelangan tangannya. Iris karamelnya membelalak saat ia melihat retakan pada jam biru berbentuk kotak itu.
"T─tidak mungkiiinn…" ia merana tak percaya. Kenapa di saat seperti ini jamnya malah rusak!? Mungkinkah karena benturan tadi? Kepalanya saja tidak apa-apa. Masa jam sumber kuasa ini bisa retak begini hanya karena benturan seperti itu!? Fang masih berkeluh kesah, tak menyadari tembok naas di belakangnya yang tidak berbentuk itu lagi.
Ia lalu membentuk sesuatu dengan jemarinya, seolah tangan kirinya mencakar punggung tangan kanannya. "Harimaau bayang!"
Tidak terjadi apa-apa.
"Bagaimana Fang?" BoboiBoy meminta kabar.
Yang ditanya hanya berdecak.
"Eng… kalau begitu kau cepat pergi ke kedai Tok Aba, minta Ochobot memperbaikinya," BoboiBoy memberi jalan keluar terbaik . Fang mengangguk pelan.
"B─BoboiBoy—!"
DWARRR!
Baru saja Fang hendak meninggalkan tempat pertarungan itu, suara ledakan menghentikan langkahnya, memaksanya menoleh. Ia mendapati ketiga temannya, Ying, Yaya dan Gopal terlempar—dengan cara yang hampir sama sepertinya, hingga mendarat ke tanah dengan cara yang tidak amat mulus.
Ketiga anak itu terlempar ke tempat yang berbeda. Ying dan Yaya masih mending, mereka hanya menabrak sebatang pohon hingga patah. Sementara Gopal harus menahan nyeri saat kepalanya terbentur tiang listrik, dan tentu saja tengkoraknya yang masih milik anak 12 tahun itu kalah dengan baja berdiameter 15 cm itu.
Fang bisa mendengar teriakan BoboiBoy yang menggema, yang tak pernah didengarnya sebelumnya.
"Berani kaaaauuu!" emosinya sudah mencapai puncak, menatap tiga buah robot raksasa dengan senjata lengkap berdiri di sana.
"Hehehe, memang berani!" robot tempur berwarna biru yang kini berada di tengah sewot. "Ini dua robot tempur terbaru," sambungnya memamerkan dua robot raksasa yang ada di sampingnya.
Seekor(?) mahluk berwarna hijau dengan kepala kotak tertawa dengan jahat, berada di atas robot biru itu. "Rasakan, BoboiBoy! Ini robot tempur pengeluaran terbaru dari Pa Gogo!"
"Dasar kau Aduduuuu…!"BoboiBoy menggeram. "BoboiBooyy kuasaaa tigaaa!" dan ia pun mengeluarkan jurus ampuhnya, berpecah menjadi tiga.
Tanpa aba-aba, ketiga BoboiBoy menyerang ketiga robot itu secepat kilat.
Fang nyaris tak berkedip memandang pertarungan sengit itu. Masing-masing BoboiBoy memilih lawannya sendiri. Sementara yang melawan Probe sendiri adalah BoboiBoy Gempa.
"Hujan halilintar!"
"Golem tanah!"
"Bor Taufaan!"
Fang menggerutukkan giginya kesal. Ia benar-benar merasa tidak berguna saat ini. Ia sudah lupa akan tujuan utamanya untuk pergi ke Ochobot membetulkan jamnya. Fang tidak mungkin, meninggalkan ketiga temannya yang sedang terluka, sedangkan yang satu lagi tengah sibuk bertarung. Yah, meski kehadirannya di sini sama sekali tidak berarti.
"Awas Fang!"
Fang tidak sempat menghindar, saat ia melihat cahaya melesat cepat ke arahnya. Dalam gerakan lambat, ia mencoba mengeluarkan kekuatan bayangnya untuk perlindungan, namun tak ada hasil apapun. Akhirnya ia hanya bisa memejamkan mata, entah untuk apa.
BWARRR!
Suara ledakan kembali menggema di taman bermain yang awalnya tenang hingga berakhir menjadi medan perang itu. Anehnya Fang sama sekali tak merasakan sesuatu yang menubruk tubuhnya, membuatnya terlempar untuk yang kedua kalinya hari ini.
Perlahan, bocah itu membuka matanya, mendapati BoboiBoy Gempa berdiri di depannya, dan di depannya lagi ada raksasa batu yang sudah setengah hancur, menerima serangan hebat dari Mega Probe.
Ah sial, sekarang dia menjadi beban.
"Kau tidak apa-apa Fang?" BoboiBoy menoleh ke arahnya. Awalnya Fang heran dengan sikap BoboiBoy yang sudah lebih tenang dari yang tadi, namun saat ia melihat ketiga temannya sudah dibawa (entah sejak kapan) ke tempat yang aman (entah oleh siapa) Fang mengerti.
Ia hanya mengangguk pelan.
"Syukur deh kalau gi—"
"Tembakan Laser Mega Probe!"
"—BoboiBoy!"
DHWAAARRR!
Ledakan kembali menggema.
Kedua robot lainnya pun tak mau kalah, melepaskan rudal demi rudal yang memporan-porandakkan tempat itu.
DOORR! BRAKKK! SYYUUUNGG! BWARRR!
Dan taman yang awalnya ditumbuhi rumput hijau dan bunga-bungaan itu pun penuh dengan lubang berasap, gosong pula.
"Ngghh…" perlahan BoboiBoy membuka matanya, merasakan aroma asap menusuk indra penciumannya. Ia mengerjap-kerjapkan matanya, merasakan sesuatu yang mendindih tubuhnya.
Irisnya keemasannya membelalak.
Langsung saja ia bangun, membaringkan Fang dalam dekapannya (dekapan disini bayangin aja dua prajurit dalam medan perang -_-).
"F─Fang! Kau… kau baik-baik saja!?" ia mulai panik saat bocah yang beberapa detik lalu mendorong serta melindungi tubuh pendeknya dengan tubuh kurus itu dari tembakan laser yang lemas, tak sadarkan diri.
BoboiBoy menampar-nampar kecil pipi tirus itu, sayangnya ia tak mendapat respon sedikitpun.
"Fang!" ia kembali memanggil nama bocah ras China itu.
"Aduduuu…" ia menggeram penuh amarah, menatap dua mahluk non-manusia itu seolah akan membantai mereka hingga mampus.
Namun bola mata marah itu kembali membelalak nyaris keluar dari kantungnya, melihat lima bocah yang kini berpindah dari tempat aman mereka, tergeletak di tanah tak sadarkan diri setelah menerima serangan bertubi-tubi.
"Gopal! Yaya! Ying!" BoboiBoy Gempa memanggil nama mereka, namun—sama dengan Fang—juga tak mendapatkan respon. Sementara dua personanya, Halilintar dan Taufan yang juga tak sadarkan diri kini kembali ke tubuhnya yang semula, membuatnya menjadi BoboiBoy biasa.
Seolah kehilangan akal sehatnya, BoboiBoy mendelik kea rah tiga robot dan satu alien itu. Matanya menunjukkan emosi panas, membuat tubuhnya sedikit-demi sedikit mengeluarkan api.
Hingga ledakan kembali terdengar, namun kali ini dari BoboiBoy sendiri.
"BoboiBoy Api!"
.
~(^w^~) (~n_n)~
.
Fang mengeluh kesakitan, merasakan tubuh kurusnya panas dan sakit. Fang mengerang saat ia berusaha untuk bangun, seolah seluruh tulangnya remuk.
"Bolbola api!"
Teriakan seorang bocah membuatnya memaksa dirinya untuk mengembalikan kesadarannya secara penuh. Ia mulai bangkit, menyipitkan kedua matanya melihat pertarungan sengit di atas langit itu.
Hanya tersisa Mega Probe (Adudu tidak dihitung) di sana. Dua robot lainnya sudah ambruk, rusak, terkena serangan bola api dari anak beriris orange itu. Meski begitu robot biru itu sepertinya juga sudah mencapai batasnya.
Saking terkejutnya, Fang sama sekali tidak menyadari bahwa robot itu melesat ke arahnya.
"Serangan bola api bertubi-tubi!"
Dan serangan BoboiBoy pun berhamburan ke medan gravitasi, menyerang Probe, dan juga anak yang—tak diketahuinya—berada di bawah sana.
.
~(^w^~) (~n_n)~
.
"Maaf, kami sudah berusaha…" lelaki paruh baya yang mengenakan jas putih itu menatap penuh penyesalan pada bocah terbalut perban yangkini berlinangan air mata. Selama puluhan tahun pengalaman kerjanya sebagai dokter, baru kali ini ia terbawa perasaan sampai seperti ini.
Rasa iba yang mendalam membuatnya tak kuasa menahan tangis, dengan penuh perasaan dipeluknya anak yang mulai meneteskan air mata itu.
"Kenapa…"
"Maaf,"
'Kenapa cuma aku yang selamat,'
.
~(^w^~) (~n_n)~
.
"—!?"
"F─Fang!"
Ia bisa menangkap suara yang amat dikenalnya, namun pandangannya masih belum sepenuhnya jernih. Hanya latar putih yang nampak buram. Aroma obat menyengat hidungnya, membuatnya menyadari bahwa saat ini ia sedang berada di rumah sakit atau sejenisnya.
"Fang sudah sadar Tok Aba!"
Ia kembali mendengar suara itu.
"Alhamdulillaaaahh…" kali ini suara rapuh seorang kakek yang tertangkap oleh indra pendengarannya. Dirasakannya tangan keriput memegangi dahinya. "Fang…? Faangg…?"
Perlahan, kesadarannya mulai pulih, membuat penglihatannya mulai jelas. Tidak cukup jelas, lantaran benda berlensa yang selama ini bertengger indah di hidungnya kini tidak berada di tempatnya.
Fang berusaha menegakkan tubuhnya, dan seseorang membantunya. Dipengangnya pelipisnya terasa sakit, dan merasakan balutan perban di sana.
Ia mengedarkan pandangannya ke sekililing ruangan, namun pandangannya benar-benar kabur. Nampaknya si Anak Mandarin ini belum menyadari sesuatu yang kurang darinya.
Sampai pandangannya kembali jelas, bersamaan saat seseorang memakaikannya benda berbingkai ungu itu. Hal pertama yang dilihantnya adalah wajah BoboiBoy yang kini menunjukkan kelegaan yang jelas. Wajah anak itu juga ditempeli beberapa perban, sama sepertinya.
"Fang! Gimana perasaanmu!?" Fang masih bingunng dengan keadaan ini, membuatnya tak sadar bahwa kini wajahnya sangat dekat dengan wajah pengendali lima elemen itu.
Ia lalu membetulkan kacamatanya. "Apa yang terjadi…?"
"Fang, maaf… Aku—"
"Fang!"
Kedua bocah itu lalu menoleh, mendapati bocah bertubuh gempal yang juga penuh luka berlari memasuki ruangan itu. Gerakannya yang penuh semangat itu sama sekali tak menunjukkan bawah ia sudah mengalami pertarungan yang hebat beberapa saat yang lalu.
Kedatangan Gopal diikuti dengan dua gadis kecil yang juga dalam kondisi yang sama. Yaya nampak membawa sebuah parsel berisi buah-buahan, dan dengan santai ia meletakkannya di atas meja.
"Kau pingsan selama dua hari tau!" Ying berujar seolah menjawab rasa heran dari pemuda yang be-ras sama dengannya itu. Ia lalu menarik tubuh besar Gopal yang baru saja mau memeluk tubuh kurus Fang. Tentu saja bocah gemuk itu akan meremukkan tulang temannya jika ia tak melakukannya.
"Ha-ah! Kau benar-benar bikin kita khawatir," sambung Yaya.
"Heh… kalian tepat sekali datangnya. Fang baru saja sadar," Tok Aba pun angkat bicara. Terkadang kelima anak ini sudah ia anggap sebagai cucunya sendiri, membuatnya kewalahan mengurusi mereka semua. "Sebentar, Atok panggilkan dokter dulu. Kalian jaga Fang ya," setelah mendapat jawaban iya dari keempat anak yang mengenakan pakaian biasa itu, Tok Aba pun keluar dari ruangan tersebut.
Fang yang satu-satunya mengenakan baju pasien itu masih belum puas dengan jawaban Ying. "Ada apa sih? Kenapa aku bisa pingsan selama itu?" ia bertanya dengan anda kesal, saat teman-temannya mulai mengabaikannya.
"Errr… ituuu…" BoboiBoy nampak ragu. Bocah itu memainkan dua jemarinya, mencoba mengalihkan kegugupannya.
"BoboiBoy bertukar menjadi BoboiBoy api, dan dia menyerangmu," sewot Gopal yang langsung dihadiai death glare dari dua teman perempuannya.
"BoboiBoy tidak sengaja Fang, dia mau menyerang Probe, tapi tak melihatmu ada di sana," Yaya menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi di sini.
Fang mengangguk mengerti. Pantas saja diantara mereka berlima dirinyalah yang paling banyak gosongnya. Sudah dihajar oleh robot tempur, terkena serangan laser dan rudal, dihujani bola api pula. Perlahan namun pasti, ingatannya mulai terkumpul, membuat semuanya menjadi lebih jelas.
"Maafkan aku yah Fang…" ia bisa medengar sirat penuh penyesalan dari si Pahlawan Pulau Rintis. "Aku benar-benar—"
"Lantas bagaimana aku bisa ke sekolah dengan kondisi seperti ini, hah?" Fang memotong drama mengharukan dari BoboiBoy itu. Diitatapnya bocah itu dengan wajah datar, menunjukkan kejudesan yang jelas.
"Haiiyaaa… BoboiBoy 'kan sudah minta maaf. Dia tidak sengaja tau!" Ying berkacak pinggang, kesal dengan sikap bocah pengendali bayang itu.
"Maafkanlah dia Fang. BoboiBoy sangat mengkhawatirkanmu," Yaya ikut membela si tersangka di sini.
"Halaaahh… salah ya salah," Gopal yang tidak bisa membaca situasi dengan santainya mengambil sebuah apel dari keranjang yang dibawa Yaya dan memakannya. Ia bahkan tidak mempedulikan delikan penuh amarah dari ketiga temannya.
BoboiBoy mencondongkan tubuhnya pada Fang. "Aku benar-benar minta maaf Fang… aku musti gimana biar kamu maafin aku?"
Lama-lama Fang muak juga melihat wajah penuh memelas dari rivalnya itu. Tapi tetap saja BoboiBoy harus disalahkan disini! Lagipula kata 'maaf' tidak akan menyembuhkan lukanya begitu saja.
Sayangnya kata 'tidak' pun juga tak berdampak apapun bagi tubuhnya.
Anak itu menghela nafas pendek, lalu mengalihkan wajahnya. "Bawakan aku selusin lobak merah setiap hari sampai aku sembuh, baru kumaafkan" dengan cepat ia memikirkan hal yang bisa membuat tubuhnya lebih baik, sukses membuat keempat temannya shock setengah mati.
Harusnya BoboiBoy memprotes keras syarat itu, sayangnya kedatangan Tok Aba bersama seorang dokter memaksa ia dan ketiga temannya keluar, mau tak mau menerima persyaratan itu.
BoboiBoy sempat menangkap seringai sinis dari bocah kurang ajar yang satu itu, sebelum pintu benar-benar tertutup.
.
~(^w^~) (~n_n)~
.
"Bagaimana keadaanmu?" pintu itu terbuka, menampakkan BoboiBoy—masih dengan seragam sekolahnya—masuk.
Senyuman mengembang di wajah Fang, melihat anak itu membawa sekantung yang ia sudah tahu isinya tanpa perlu melihat.
"Donat lobak merah!" serunya penuh semangat, membuat tubuhnya kesakitan akibat bergerak secara mendadak. "A─aduuhh!"
BoboiBoy mau tidak mau terkejut akan hal itu, segera berlari kecil ke arah bocah itu, membantunya untuk berbaring kembali. "Kau ini! Sudah tau masih sakit!" ia lalu menarik selimut, menutupi Fang hingga ke perut.
"Donatku…" Fang masih sempat-sempatnya melupakan tubuhnya yang sekarat itu. Tangannya menggapai-gapai udara, seolah ia bisa meraih donat yang berada di pegangan BoboiBoy.
Si bocah dengan topi polkadot itu hanya memutar bola matanya. Dengan sedikit tidak rela, ia menyerahkan sekantung makanan itu, dan Fang langsung menerima—merampasnya, menikmati makanan tersebut seperti orang yang sudah tiga hari belum makan. Belum makan donat lobak merah, maksudnya.
"Nyum nyumm~ Donat lobak merah~" BoboiBoy agak sweatdrop juga melihat Fang yang OOC hanya karena donat seharga 1,5 ringgit itu. Iya sih, 1,5 ringgit! Tapi kalau dikali dua belas!?
Sekarang BoboiBoy harus mendoakan Fang agar lekas sembuh dengan lebih serius. Pertama agar ia lepas dari rasa bersalahnya, kedua agar tabungannya tak habis hanya sekedar untuk memenuhi hasrat penggila kepopuleran dan donat lobak merah itu.
BoboiBoy lalu duduk di kursi yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk penjenguk sepertinya, di samping ranjang Fang. Ia pun merogoh tas sekolahnya, mengeluarkan beberapa helai kertas yang ia jepit pada Fang yang tengah asyik menikmati makanannya.
Anak itu menatap 'berkas' itu dan si pemberi secara bergantian dengan tatapan heran.
BoboiBoy mengalihkan pandangannya. "Ini salinan catatan pelajaran hari ini,"
Fang masih diam, membuat suasana canggung di ruangan serba putih itu makin kental.
"Kenapa?"
Ia nyaris mengacak rambutnya frustasi atas respon Fang yang tidak diduganya itu. Awalnya ia mengira bocah itu akan berterima kasih atau apalah.
"S─soalnya kalau tidak nanti kau ketinggalan pelajaran tau!"
"Bukan, bukan…" Fang mengibas-kibaskan tangannya di depan wajahnya. "Maksudku, kenapa kau mau repot-repot gitu?"
"Kau masuk rumah sakit 'kan salahku! Jadi harusnya aku tanggung jawab,"
Fang hanya membentuk bibir menyerupai huruf 'o', lalu kembali fokus pada makanannya.
Merasa tidak diacuhkan, BoboiBoy mendengus. "Ya sudah kalau tidak mau!" ia baru saja mau memasukkan kembali kertas itu ke tasnya, Fang langsung merampasnya tanpa tahu terima kasih.
"Siapa bilang aku tidak mau?"
Dan BoboiBoy harus mulai belajar menahan emosinya dari sekarang.
.
~(^w^~) (~n_n)~
.
"Ngeselin banget tuh anak! Aku sudah baik-baik mau nolongin dia, dia malah gitu!" BoboiBoy dengan segala curahan hatinya.
Bocah keturunan India di sampingnya hanya menyengir gak jelas. "Hahaha,itu 'kan memang salahmu BoboiBoy. Mangkanya punya kekuatan itu dikendalikan! Jangan mudah terbawa emosi,"
BoboiBoy hanya mendesah kelelahan. "Seandainya bisa," ujarnya pasrah. "Kekuatan itu selalu aja keluar tanpa aku sadari,"
"Fang juga keterlaluan sih. Kau tahu sendiri 'kan dia itu gimana. Mangkanya jangan cari gara-gara sama dia," Gopal hanya mengangkat bahu.
"Sudah tiga hari sejak dia sadar. Padahal dia kelihatan sehat aja,"
"Hmm… jangan-jangan dia sengaja ga mau keluar dari rumah sakit biar dapat donat lobak merah gratis?"
"Ish kau ini! Kita tidak boleh berprasangka buruk pada seseorang tanpa bukti yang jelas, tau!"
.
~(^w^~) (~n_n)~
.
"Fang itu memang cari masalah!" BoboiBoy mengebrak meja, membuat pemuda gempal yang tadi sibuk makan terkejut setengah mati. "Ayo balas si Fang itu!"
"Hah? Apa nih BoboiBoy!? Kenapa kau pagi-pagi datang langsung ngamuk!?" Gopal berusaha menguasai diri dari keterkejutannnya, lalu kembali menyantap roti isi sosis buatan ibunya.
"Bayangin aja! Kemarin pas aku datang…"
.
Flashback
"Lho!? Kenapa donatku cuma 10?" Fang mengutarakan protesnya, melihat kedalam kantungan yang baru dibawa BoboiBoy.
Yang ditanya hanya memutar bola mata, menukar bunga yang ada di vas ruangan itu dengan bunga segar yang diberikan Ying dan Yaya padanya sepulang sekolah tadi. "Aku telat datang. Tinggal segitu,"
Fang menyipitkan matanya, menatap BoboiBoy dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, sebelum ia menghela nafas pendek. "Kalo gitu besok harus ada empat belas! Eh, lima belas!"
"A─apa!?"
"Dua sebagai ganti hari ini. Satunya untuk penebusan rasa bersalahmu,"
BoboiBoy berdiri dari kursinya, menatap Fang dengan jelas menunjukkan kemarahan. "Kau pikir uang tumbuh dikantongku gitu aja!? Donat itu dibeli tau!"
"Kau sudah janji 'kan. Lagian ini semua salahmu," Fang berucap dengan kejamnya.
BoboiBoy menggertakkan giginya penuh amarah, utamanya saat Fang balas menatapnya seolah di sini adalah sepenuhnya salah BoboiBoy. Mereka bertatapan, saling menantang. Bagaikan gunung yang baru meletus, amarah dari keduanya terpancar jelas.
Sampai akhirnya BoboiBoy ngalah juga, kembali duduk di kursinya, merogoh tas, dan menyerahkan salinan catatannya seperti yang dilakukannya kemarin-kemarin. "Aku ga janji bakal bawa lima belas,"
Dengan ogah-ogahan Fang menerima catatan itu, membacanya sambil menyantap donat lobak merah, sepenuhnya mengabaikan BoboiBoy di sana.
"Ohya, aku lupa," ucapan Fang kembali menarik perhatian BoboiBoy yang sedang menggerutu, menahan emosi.
" Kemarin kau salah di beberapa rumus. Ngomong-ngomong tulisanmu jelek sekali,"
Iris hazel BoboiBoy kembali membulat tidak senang. "Apanya yang salah? Sudah benar kok, aku menyalinnya dari papan tulis. Terus, kau pasti bohong soal tulisanku!" ia selalu bangga saat Tok Aba memuji tulisannya.
"Kalau kubilang salah ya salah! Kau sebaiknya pergi mengukur kacamata, bodoh! Juga mulai latihan menulis,"
BoboiBoy sekali lagi berdiri dari duduknya yang tak nyaman lantaran darahnya yang sudah mendidih itu. Tentu saja ia tak setuju dengan pernyataan Fang barusan. Anak berkacamata bukanlah gayanya. Lagipula tidak mungkin 'kan, ada tiga orang pengguna kacamata dalam gengnya!? Gak keren banget!
BoboiBoy mulai memikirkan cara-cara licik untuk membalas bocah tak tahu terima kasih yang satu ini. Namun tiba-tiba sesosok dirinya yang mengenakan pakaian serba putih, dengan lingkaran di atas kepala muncul di sampingnya. Sosok itu hanya sebesar telapak tangannya.
"Kau ini 'kan anak baik. Tidak boleh memikirkan hal yang tidak-tidak…" si malaikat kecil berbisik di telinga kanannya.
BoboiBoy hanya menghela nafas panjang. Orang sabar disayang Tuhan. "Maaf, nanti aku akan lebih hati-hati…" akhirnya ia mengalah. Toh, ia juga tak mau tekanan darahnya naik hanya untuk meladeni pemuda Mandarin itu.
Fang nampak sedikit terkejut atas reaksi BoboiBoy yang di luar dugaannya. Ia pun menaikkan kacamatanya canggung. "Terserah,"
Keheningan berkuasa di ruangan itu. Fang kembali fokus pada catatan yang diberikan BoboiBoy, sementara si pemilik hanya diam, menelusuri setiap inci ruangan ini. Biasanya BoboiBoy akan pulang pada jam 2, untuk membantu Tok Aba di kedai. Dalam waktu itu ia hanya menghabiskan waktunya dalam ruangan berbau antiseptik itu, terkadang mengobrol dnegan Fang, lebih tepatnya bertengkar, seperti tadi.
Namun BoboiBoy juga punya batas kesabaran, apalagi saat Fang sama sekali tidak menghargai usahanya. Ia tak berniat untuk curhat pada Ying, Yaya, Tok Aba, maupun Ochobot, karena ia tahu mereka pasti akan membela Fang . Lagipula ia memang harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Pada akhirnya ia curhat ke Gopal, dan anak itu juga tak memberi solusi yang baik.
"Shh…!"
Iris hazelnya membelalak saat bocah di depannya meringis, memegangi dadanya yang nampak kesakitan itu. Tanpa pikir panjang ia langsung bangkit dari kursinya, untuk yang ketiga kalinya hari ini. Tanpa sadar satu tangannya menyentuh bahu bocah kurus itu, menatapnya khawatir.
"Fang!? Apa yang terjadi?"
"Nghh…" yang ditanya hanya menggeleng pelan, masih berkutat dengan rasa sakit yang menyerangnya secara tiba-tiba itu.
"A─aku panggilkan dokter yah—" ia baru saja mau melesatkan diri dari ruangan itu, jika saja Fang tidak menahannya dengan memegang tangan yang menempel pada bahunya.
"J─jangan!"
"Tapi—"
BoboiBoy makin panik saat Fang meringis lagi, mencengkram pakaian rumah sakitnya, makin menundukkan kepala seolah menahan sakit.
"BoboiBoy,"
"A─apa?"
"A─aku mau…"
"E─eh…?"
"Aku mau Special Hot Choco Tok Aba,"
Dan malaikan kecil di sisi BoboiBoy pun terbantai atas sosok BoboiBoy kecil yang lain, namun kali ini berpakaian serba merah, dengan sepasang tanduk menghiasi kepalanya.
Flashback end
.
"Dia benar-benar mempermainkanku…!" BoboiBoy kembali mengebrak meja, membuat beberapa temannya terkejut atas sikapnya yang aneh dari biasanya.
Gopal di sana hanya menahan tawa. "Heh, kubilang juga apa," katanya lalu mendekatkan dirinya pada BoboiBoy, member isyarat seperti ibu-ibu yang tengah bergosip bersama tukang sayur. "Ayo kita balas si Fang tuh," lirihnya dengan senyum licik.
BoboiBoy diam sejenak, membiarkan rasa khilaf menguasainya. Awalnya ia ragu, namun iblis merah kecil di sisinya ini terus saja menggodanya, mengumandangkan kata balas dendam.
Akhirnya ia mendengus pendek. "Tapi aku tak mau menyakitinya yah,"
"Tak apa. Nanti kita pikirkan cara membalas tanpa sakitin dia secara fisik. Juga jangan sampai ketahuan, karena bisa-bisa kita dibunuh dia…" Gopal kembali dalam mode 'penakut'nya.
BoboiBoy memegangi dagunya, berpikir sejenak sampai bola lampu bersinar terang di kepalanya. "Haaa aku puny ide!"
Ia lalu memberi isyarat pada Gopal untuk mendekat, dan bocah itu menurutinya. BoboiBoy mulai membisikkan rencananya, sukses mengembangkan senyuman di wajah bocah gempal tersebut.
"Terbaik 'kan?"
"Terbaik kau BoboiBoy!"
.
Tbc
.
A/N
Sebenarnya fic ini mau saya jadikan oneshoot, tapi karena kepanjangan maka saya bagi jadi dua chapter! ^^
Dan… status fic ini masih gaje, alias ga jelas apa maunya. Saya cuman asal ngetik aja. Jadi anggap aja ceritanya hanya sebagai slice of life biasa.
Yah, meski di atas saya menyinggung sedikit dari masa lalu Fang yang 100% IMO. Saya ga bermaksud mau bikin jalan cerita sendiri. Masa lalu Fang di sini hanya sebaga 'jembatan' untuk fic ini, jadi ga penting amat.
Lagian meski misterius, saya ga yakin Animonsta akan sespesifik itu ceritain masa lalu Fang. Serial Animasi BoboiBoy 'kan memang pada dasarnya diperuntungkan untuk anak-anak, jadi kayaknya ga bakal serumit anime-anime Jepang. Selain itu Fang juga bukan karakter utama, jadi… masa lalu Fang biarlah jadi misteri untuk para fans, dan biarlah kita selaku penggemar berimajinasi saja! XD
Yosh, saya mau mengucapkan SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA bagi umat muslim seluruh Indonesia. Sekaligus, juga minta maaf yang sebesar-besarnya atas postingan minggu lalu.
Akhir kata, review please! ^^
