A.N: kyaaaa gak menyangka otak mesumku muncul *jduakk* salahkan tempat ini yang sepi akan pairing BoboiboyFang dan membuatku kekurangan asupan T-T *ditendang* Pffftt- fic pertama rated M yang kubuat semoga kagak aneh dan sepertinya Lemonnya kurang xD oh ya disini Boboiboy surainya Raven bukan Coklat/Brunette loh xD sudahlah jangan banyak cincong! Happy Reading~ *disumpel*
Boboiboy milik Animonsta Studios.
Pair: BoboiFang.
Rated: M/MA.
Warning: PWP(Plot What Plot?), LEMON, BDSM(?), Rape(?), Sex Toys, Slash, Yaoi, OOC, High School!AU, Typo everywhere, Gaje, dll... . . . .
Don't Like? Don't Read.
Pemuda beriris hazel dengan surai raven kini tengah menatap kearah luar jendela, mengabaikan guru yang sedang berceloteh menjelaskan pelajaran mengerikan -Matematika- di depan kelas. Sungguh pemuda bersurai raven itu sama sekali tak berniat mendengar celotehan sang guru yang ia anggap sebagai dongeng pengantar tidur.
Pemuda beriris hazel itu terus saja menatap keluar jendela, ah lebih tepatnya menatap kearah lapangan yang saat ini sedang di gunakan untuk bermain basket. Iris hazel itu menatap lekat sosok ungu yang sedang bermain di lapangan tersebut dari jauh.
Senyum tipis terlukis di wajah rupawan pemuda bersurai raven itu saat melihat sang surai ungu baru saja mencetak 3 angka dari lemparan jarak jauhnya.
"You're Mine." Bisik sang surai raven dengan sangat pelan dan sebuah seringai pun terlukis setelah membisikkan kata tersebut.
"Psstt-Boboiboy.."
Sebuah suara berhasil mengalihkan pandangan pemuda surai raven itu, ia pun melirik kebelakang.
"Hm.. Ada apa?" Sahut Boboiboy ikut berbisik.
"Itu... Guru sejak tadi memperhatikan kau, Boboiboy.." Bisik Gopal yang berada dibelakang meja Boboiboy.
Setelah mendengar bisikan Gopal, Boboiboy pun menatap kedepan dan benar saja sang guru menatapnya.
"Ada masalah, Boboiboy?" Sang Guru bertanya.
"Tak ada, Bu.." Ujar Boboiboy kembali menatap buku yang telah terbuka dan tergeletak begitu saja diatas meja.
"Bagus. Kalau begitu perhatikan ibu berbicara dan berhenti menatap keluar jendela." Perintah sang Guru sebelum akhirnya kembali menjelaskan pelajaran.
Boboiboy diam diam kembali melirik kearah luar jendela. Disana ia melihat, Seorang gadis sedang memberikan handuk kecil dan botol air minum pada Fang yang langsung diterima olehnya. Boboiboy menatap tajam gadis itu, sungguh tak menyukai apa yang di lakukan gadis itu pada FangNYA. Namun begitu mengingat sesuatu yang akan ia berikan pada Fang telah tersimpan di saku celana, seringai tipis lagi-lagi terlukis di wajahnya.
.
.
.
Seorang pemuda bersurai ungu kini tengah menikmati donak lobak merah kesukaannya dengan khidmat, ia duduk di pojok kantin agar ia tak terlihat begitu mencolok dan agar tak terganggu oleh gadis gadis menyebalkan.
'Jika tahu seperti apa keganasan para Fansgirl, aku agak menyesal menjadi populer.' Pikir Fang. Matanya melirik kearah gadis gadis yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan 'lapar'.
"Hai Fang!"
Sebuah suara menyadarkan Fang dari lamunannya. Fang pun menatap orang yang telah menyapanya sekaligus mengganggunya menikmati donat lobak merah kesukaannya.
"Mau apa Kau?" Ujar Fang ketus dan menatap sinis pemuda bersurai raven yang telah menyapanya.
"Aku menyapa dengan baik loh.." Ujar Boboiboy santai sambil berjalan mendekati meja Fang.
"Katakan saja apa maumu!" Ujar Fang masih dengan tatapan sinisnya.
Sungguh Fang tak mengharapkan kehadiran Boboiboy. Akhir-akhir ini Fang merasa risih akan kehadiran Boboiboy. Entah mengapa dimanapun Fang berada Pemuda bersurai raven itu pasti juga ada. Sampai-sampai Fang suka berfikir, apa si Boboiboy itu selalu mengikutinya.
"Hah... Ayolah Fang, cobalah bersikap baik padaku.." Ujar Boboiboy masih dengan santainya kini duduk di hadapan Fang.
"Aku tak sudi bersikap baik pada penguntit semacammu!" Ujar Fang sambil membuang mukanya.
Sayangnya Fang itu adalah sebuah kesalahan. Karena dengan dirimu yang membuang muka, kau tidak dapat melihat sebuah seringai di wajah Boboiboy.
"Kau masih memanggilku penguntit rupanya." Ujar Boboiboy menghela napas.
Boboiboy pun menaruh sesuatu keatas meja. "Aku hanya ingin mentraktirmu sebungkus donat lobak merah dan segelas jus anggur sebagai ucapan selamat karna telah memenangkan turnamen basket." Setelah mengatakan hal itu Boboiboy langsung bangkit dari duduknya.
Sedangkan Fang hanya menatap apa yang Boboiboy letakkan diatas meja dengan ragu. Ia pun menatap Boboiboy yang kini memunggunginya.
"... Terima kasih.." Ujar Fang ragu.
Boboiboy terdiam sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menjauhi Fang. "Tak masalah." Ujarnya sambil menyeringai namun sayang lagi lagi Fang tak dapat melihat seringai tersebut.
Fang kembali menatap ragu Makanan dan Minuman pemberian Boboiboy. Entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang buruk.
"Hanya perasaanku saja." Gumam Fang sebelum akhirnya melahapnya hingga habis tak bersisa.
.
.
.
.
.
Selama pelajaran berlangsung, Fang tidak bisa berkonsentrasi dengan pelajaran yang guru jelaskan. Entah mengapa tubuhnya terasa begitu panas semenjak waktu istirahat selesai.
"Hah... Haah..." Bahkan napas Fang mulai tersengal sengal, wajah memerah, dan beberapa tetes keringat mulai keluar dari wajahnya.
"Pssttt- Fang..." Fang menolehkan kepalanya kesamping kanan untuk melihat orang yang memanggilnya.
"Kenapa Ying?" Bisik Fang dengan napas tersengal.
"Kau tak apa? Wajahmu memerah dan berkeringat.. Apa kau sakit?" Bisik Ying khawatir.
"K-kurasa ya..."
"Pak Guru!" Ying berseru sambil berdiri dari kursinya.
"Fang sakit pak!" Ujar Ying menatap Fang yang duduk di samping kirinya.
"Kalau begitu bawa dia ke uks.." Perintah sang guru ikut menatap Fang.
"Baik Pak. Ayo Fang!" Ujar Ying beranjak dari mejanya menuju meja Fang.
"Tak perlu. Aku bisa ke uks sendiri." Tolak Fang mulai berjalan kearah pintu.
"Permisi Pak." Pamit Fang sebelum akhirnya benar benar meninggalkan ruang kelasnya.
Selama perjalanan di lorong, Fang tak menemukan seorangpun anak, tentu saja sekarang adalah waktunya belajar jadi tak ada yang berkeliaran di lorong.
Lorong terasa sepi hingga membuat suara napasnya yang tersenggal senggal terdengar.
"Sial... Kenapa dengan tubuhku sih, tadi tak ada masalah." Gumam Fang merutuki tubuhnya yang entah mengapa terasa semakin panas.
Langkah Fang menuju uks terhenti. Daripada ke uks lebih baik ia keatap disana udara segar. Itulah yang Fang pikirkan sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.
Ceklek
Baru saja membuka pintu menuju atap, udara segar langsung menyapanya.
"Ah... Disini segar.. Tapi.." Napas Fang bahkan semakin terdengar kasar. "Kenapa tubuhku semakin panas?"
Badannya pun mulai bergetar, seperti menginginkan sesuatu yang bahkan tak Fang ketahui.
Ceklek
"Ah.. Disini kau rupanya Fang!"
Fang lantas menoleh kearah pintu saat pintu tersebut dibuka. Mata Fang terbelalak saat melihat pemuda bersurai raven beriris Hazel. "B-boboiboy..?" Ujarnya dengan tersenggal.
"Efeknya sudah muncul rupanya."
"Eh?" Fang tak mengerti kenapa Boboiboy mengunci pintu atap, dan berjalan kearahnya dengan senyum mencurigakan.
Merasa ada sinyal bahaya Fang berjalan mundur. Boboiboy terus melangkah maju dan Fang melangkah mundur.
Dukk
Hingga akhirnya langkah Fang terhenti oleh sebuah Tembok. Kini ia berada pada bayang bayang atap sedangkan Boboiboy masih berada di sisi terang atap.
"Apa kau ingin tahu apa yang terjadi pada tubuhmu Fang?" Ujar Boboiboy semakin melangkah mendekati Fang yang berada dalam bayangan.
"Tubuh yang terasa panas, napas yang tersenggal senggal. Apa kau ingin tahu?" Kini Boboiboy telah ikut masuk kedalam bayangan atap.
Posisi ini akan menguntungkan Boboiboy. Sisi bayang bayang atap adalah tempat yang sulit dijangkau mata dari jarak jauh.
"Kau terangsang Fang." Gumam Boboiboy namun masih terdengar di telinga Fang mengingat jarak mereka hanya tinggal beberapa jarak.
"A-apa maksud-"
BRUUKK
Ucapan Fang terpotong karna Boboiboy menarik tangannya dan menjatuhkan tubuhnya kelantai.
"Ukh.. Apa maksudmu, hah? Menyingkir dari atas tubuhku, Sialan!" Protes Fang karna Boboiboy menaiki tubuhnya dan menahan kedua tangannya dengan tangan kanan Boboiboy lalu menguncinya diatas kepala Fang.
"Obat Perangsang."
"Eh?"
"Aku telah menaburkan bubuk obat perangsang pada donat dan jusmu saat istirahat tadi. Bagaimana rasanya saat tubuhmu begitu panas bagai terbakar, hm? Tenang... Aku akan dengan senang hati membantumu untuk memuaskan hasratmu."
Fang terbelalak mendengarkan penuturan pemuda yang ada diatasnya. Pemuda yang saat ini menyeringai mengerikan sambil melepaskan dasinya sendiri.
Boboiboy mengikat kedua tangan Fang lalu dia hubungkan dengan tiang yang ada diatap tersebut, ia mengikat dengan menggunakan dasi yang baru saja ia lepas, membuat Fang semakin memberontak.
"A-apa yang lakukan, sialan!? Lepaskan aku!" Ronta Fang meskipun napasnya masih tersenggal.
"Aku ingin membantumu, Fang. Membantumu dari hasratmu itu." Ujar Boboiboy sambil menyeringai.
Fang hanya menatap Boboiboy dengan tatapan horror ketika tangan pemuda diatasnya mulai bermain di daerah dada bidangnya.
Boboiboy pun menjilati bibir bawahnya sendiri dengan gerakan sensasi. "Baiklah. Sekarang... Ayo Kita mulai permainan kita!"
.
.
.
TBC~
A.N: niatnya mau buat oneshoot tapi capek ngetiknya jadi cuman buat sampai sini dulu colonthree emotikon /plakk/ Sempat bingung mau buat BoyFang atau HaliFang, dan akhirnya kubuat BoyFang deh kasian ama Hali yang selalu jadi korban. Pfftt- xD
Oke.. Jadi adakah yang bersedia mereview fic nista ini?