Disclaimer : Boboiboy milik Animonsta Studios. Fict In The Moonlight milik KazueInoue.

Warning : Halilintar x Yaya,Slight Air x Yaya. DLDR!

HAPPY READING ^O^

Chapter 1 : The Beginning

Inilah saat dimana aku ingin menyendiri.

Sekolah atau lebih tepatnya penyiksaan. Kejenuhan ini sangat sulit diatasi,dimana setiap harinya aku harus hidup berdampingan dengan makanan lezat yang berjalan,manusia. Jika kau suatu hari nanti menjadi vampir,kau akan mengerti seberapa tersiksanya aku.

Aroma manis tersebar disemua penjuru tempat. Coba kau bayangkan jika setiap kau melangkahkan kaki selalu ada aroma roti manis yang menggugah seleramu,menggiurkan bukan?

Ada satu hal yang membuatku sangat muak berada ditempat ini. Seorang gadis manusia biasa yang sangat mengangguku. Aku telah melihat sosoknya berkali-kali. Tak ada yang menarik dari dirinya selain aroma manis nan harum yang khas dari tubuhnya. Aromanya sangat menggodaku.

Karena bel istirahat sudah berbunyi,semua murid berhamburan pergi ke kantin. Tak terkecuali aku yang terpaksa harus mengikuti kegiatan monoton mereka karena tak ingin dicurigai. Walaupun makhluk sejenisku belum terlalu diketahui banyak orang,aku tetap harus waspada.

Aku duduk dipojok kantin,menatap rekahan disampingku dan membayangkan bentuk-bentuk abstrak yang ada dipikiranku. Oh,ternyata ini berguna juga. Sekedar untuk mengalihkan perhatian.

Aku asyik bermain dengan pikiranku sendiri sampai aku lupa untuk membeli makanan. Sebenarnya aku tidak perlu membeli makanan sampai menghabiskan uangku meski hanya sedikit,kau tahu? Karena aku takkan pernah bisa memakan apa yang dimakan manusia.

Tiba-tiba saja aroma harum nan manis yang sangat ku kenali itu menusuk hidungku dan ku rasakan aromanya semakin mendekat. Astaga,dia datang lagi. Andai saja jika aku tak berada disini,aku akan segera menerkam dia dan menjadikannya santapan lezat.

"Hali,aku membawakanmu makanan. Aku harap kau mau menerimanya." Ucap si gadis yang memiliki aroma khas itu. Aku segera mengatur nafasku,berusaha untuk mengendalikan diriku yang berhasrat ingin menerkamnya.

"Aku tidak akan menerimanya. Pergi menjauh dariku."

Aku mengalihkan tatapanku pada tanaman kecil yang ada dipinggir kantin. Berusaha untuk tidak menatapnya. Aku berharap dia cepat menyingkir dariku. Entah apa yang dia inginkan dariku,dia selalu saja membawakanku makanan atau menemaniku disaat aku sedang menyendiri,kegiatan itu diulangi setiap harinya. Ia memang gadis yang baik,namun aku berbeda dengannya. Aku tak ingin dekat atau berteman dengan seorang manusia.

Gadis itu masih belum menyingkir juga. Aku semakin kesal saja. Aku mengetuk jari jemariku ke meja,berpikir apa yang harus ku lakukan kepadanya. Mengusirnya dari hadapanku atau terpaksa menerima makanan darinya. Dua hal itu membuatku semakin bingung saja.

"Yaya." Aku memanggil namanya dengan tatapan datar. Nama gadis itu adalah Yaya,umurnya setara denganku yaitu 16 tahun,dia suka memakai hijab pink dan membuat biskuit. Biskuit Yaya,biskuit kematian. Itulah yang manusia bilang jika memakan biskuitnya. Bagiku biskuitnya tak terlalu buruk. Aneh,bukan?

"Apa?"

"Terima kasih untuk makanannya. Lain kali kau tak perlu bersusah payah untuk membawakanku semua makanan ini." Aku terpaksa menerima makanan darinya. Ya,sekedar untuk menghargai gadis itu. Apalagi makanan yang ia berikan bisa dibilang cukup banyak,ada tumis jamur,ayam goreng,nasi,puding,coklat hangat dan biskuit.

"Tidak,Hali. Aku membawakanmu makanan karena keinginanku sendiri dan rasa khawatirku padamu."

"Kau tidak memiliki hak untuk mengkhawatirkanku. Cepat menyingkir dariku,aku ingin makan. Aku tak suka jika dilihat orang lain ketika sedang makan." Jawabku.

"Baiklah. Aku akan pergi. Selamat makan,Hali."

Akhirnya ia menyingkir juga. Aroma yang menusuk itu berangsur lenyap dari indera penciumanku. Aku bernafas lega.

Setelah memastikan bahwa ia sudah benar-benar pergi,aku mulai melahap makanan darinya. Rasanya sama saja seperti makanan manusia lainnya,seperti kertas amplas dan daging busuk. Aku berharap dapat ke kamar mandi sebentar sebelum bel masuk berbunyi,untuk membuang makanan yang menjijikan ini.

Perutku mulai merasa mual. Gejala seperti ini sudah biasa bagiku,resiko seorang vampir yang hidup ditengah kerumunan manusia. Aku segera meneguk coklat hangat sampai habis. Menurut kepercayaan nenek moyang,coklat adalah satu-satunya minuman yang bisa dikonsumsi oleh semua makhluk,tak terkecuali vampir. Itulah sebabnya aku segera meneguk coklat hangat ini,sekedar untuk menetralisir makanan manusia yang masuk ke pencernaanku.

Jujur saja,aku sedikit terkesan dengan segelas coklat hangat yang diberikan Yaya tadi. Entah ia dapat dari mana,rasa cokelat hangat itu nikmat sekali. Bahkan lebih nikmat daripada coklat hangat buatan kedai Tok Aba.

Aku sudah selesai makan,walaupun hanya dua suapan. Itu sudah lebih dari cukup bagiku. Sisa makanannya aku buang ke tempat sampah. Ah tidak,ada kucing liar yang langsung menyantapnya. Tak ku sangka ternyata kucing itu menyukai masakan Yaya,hanya biskuitnya saja yang sama sekali tak disentuh apalagi dimakan oleh kucing itu. Ya,kucing zaman sekarang memang jauh lebih pintar,mereka lebih mementingkan nyawa mereka daripada kerakusan mereka.

Aku berjalan keluar dari kantin dan menuju ke kelas biologi,bersiap untuk bosan. Waktu tersisa lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Aku mempercepat langkahku agar segera sampai dikelas,bukan karena aku ingin segera belajar biologi,tapi karena aku mulai tak tahan dengan para penggemarku yang terus saja menatapku dengan tatapan aneh. Menjijikan.

Di kelas,aku duduk dikursiku dan mengambil buku biologi yang tebalnya melebihi 9 buku tulis. Disini aku adalah satu-satunya murid yang duduk sendirian,biasanya pas pelajaran biologi berlangsung semua murid akan dipasangkan menurut absen,kecuali aku. Aku tak suka belajar berkelompok,menurutku belajar secara individu itu lebih menarik dan mudah dipahami. Lagipula aku selalu menyebarkan aura vampirku yang membuat mereka tak berani duduk bersamaku. Sayangnya tak ada satupun manusia disini yang menyadari itu. Mereka tidak cukup cerdas,menurutku.

Ruangan mulai terisi saat istirahat selesai. Aku bersandar dikursi dan menunggu waktu berlalu secepat mungkin.

Seorang gadis berhijab pink yang wajahnya sangat ku kenali itu memasuki kelas dan berjalan mendekati meja guru. Aku tak mengerti mengapa ia bisa satu kelas denganku dikelas biologi ini. Oh,tidak,sepertinya ini akan menjadi mimpi buruk bagiku. Satu-satunya kursi kosong hanyalah kursi yang berada disampingku. Bayangan tentang dirinya mulai terbentuk dipikiranku.

Miss Carren,guru biologi ku menunjuk ke arah kursi disampingku. Dugaanku benar. Yaya akan ditempatkan duduk bersamaku hari ini. Gadis yang malang,teman sebangkumu ini adalah seorang ghoul yang bisa menerkamu kapan saja. Berdoa saja semoga tuhan selalu melindungimu.

Langkah kakinya semakin cepat mendekatiku. Aroma khasnya menusuk hidungku lagi. Sudah sebulan lebih aku belum menyantap minuman pokokku,darah manusia. Jadi wajar saja jika rasa haus ku ini sudah menggebu-gebu. Gadis itu semakin memperburuk keadaanku.

Aku membersihkan meja disampingku dan menyingkirkan buku-buku milikku yang ku taruh dibagian laci kecil meja tersebut. Aku ragu ia akan nyaman duduk bersamaku.

Yaya akhirnya duduk dikursi sebelah kananku. Ku lihat sikapnya agak sedikit canggung. Apakah ia takut kepadaku? Mungkin aku harus sedikit tersenyum dihadapannya.

Gadis berhijab pink itu mengambil buku dari ranselnya. Wow,ternyata buku-buku biologinya tak kalah banyak dariku. Aku sedikit mengenal tentangnya,banyak orang yang bilang Yaya adalah gadis yang jenius,bijaksana,dan bercita-cita menjadi detektif. Pertama kali aku bertemu Yaya saat latihan drama disuatu tempat yang bisa dibilang sanggar seni,saudaraku yang mempertemukanku dengannya. Saudaraku yang bernama Air itu sepertinya sangat terobsesi dengan gadis ini. Padahal menurutku gadis ini sangat menjengkelkan.

"Hai,Hali." Sapanya dengan senyuman hangat.

Aku menengok sekilas menatap wajahnya. Dia memang terlihat manis,tak salah jika banyak lelaki yang mengaguminya.

"Hai."

"Aku senang bisa duduk bersamamu. Aku yakin kita pasti bisa bekerja sama." Ucapnya dengan yakin.

"Aku tidak yakin akan hal itu. Aku sudah terbiasa belajar individu."

Aku segera mengalihkan perhatianku ke arah papan tulis. Ia tak berbicara lagi. Miss Carren sedang menerangkan tentang pengertian sel. Pelajaran ini memang sedikit membosankan. Aku berharap waktu satu jam ini cepat berlalu.

"Sel adalah unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Kata sel itu sendiri dikemukakan oleh Robert Hooke (1635 – 1703) yang berarti kotak-kotak kosong,setelah ia mengamati sayatan gabus dengan mikroskop. Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang dinamakan protoplasma."

Aku membuka buku biologi ku dan berpura-pura membacanya. Ku lirik dia sekilas,ternyata ia sedang sibuk mencatat rangkuman dari materi yang baru saja diterangkan.

Ini untuk yang pertama kalinya aku menatap Yaya dengan jarak yang cukup dekat. Ku lihat aliran darah tertutup oleh kulitnya yang tipis. Detak jantungnya yang lemah dan hembusan nafasnya yang wangi membuat diriku semakin tak nyaman. Aku segera menarik nafas sangat dalam untuk mengantisipasi rasa hausku yang sudah berlebihan,mengatur pernafasanku sedemikian rupa agar monster penghisap dalam tubuhku ini tak keluar dan memangsa gadis menggiurkan itu.

Keringat dingin mulai bercucuran ditubuhku. Kerongkonganku terasa sangat kering dan panas. Aku butuh darah,walau hanya setetes. Aku mulai merasa gelisah,namun berusaha untuk tetap diam dan jangan berteriak kesakitan. Aku merasakan bahwa kedua irisku pasti sudah berubah menjadi hitam kelam karena kehausan.

Pelajaran biologi hari ini dipenuhi dengan penjelasan,jadi kami tak mendapat bagian untuk mengerjakan latihan. Waktunya sudah habis. Hatiku bersorak kegirangan. Aku memasukkan semua buku ku ke dalam ransel dengan cepat saking terburu-burunya ingin segera pulang ke rumah,salah maksudku apartemen. Aku tidak tinggal dirumah sekarang,sebulan yang lalu aku pindah ke sebuah apartemen dipusat pulau Rintis. Alasannya sederhana saja,aku tidak mau merepotkan kakek ku karena tinggal dirumahnya.

Yaya memasukkan semua bukunya dengan hati-hati. Mungkin ia tak ingin bukunya rusak. Aku sudah selesai memasukkan seluruh buku milikku. Aku ingin segera berjalan keluar kelas tapi aku tak tega jika meninggalkannya sendirian.

"Yaya,aku pulang duluan,ya." Ucapku.

"Baiklah. Hati-hati dijalan ya,Hali." Ia membalas ucapan ku masih dengan senyuman hangatnya. Aku melangkah keluar kelas.

Baru saja sampai diluar gerbang,mobil jemputanku sudah tiba. Padahal tadinya aku ingin berkeliling sebentar disekitar taman sekolah. Apa boleh buat,akhirnya aku masuk ke dalam mobil.

Jarak dari sekolah ke apartemenku memang agak jauh. Sekitar 20 menit,kalau jalan kaki mungkin bisa setengah jam atau lebih. Aku memandang ke arah jendela,pemandangan berlalu begitu saja. Entah mengapa hari ini aku merasa sangat kesepian,yeah aku memang selalu sendiri setiap hari.

Hidupku berubah semenjak ayahku menjadikan diriku sebagai kelinci percobaan untuk eksperimennya. Aku berani bertaruh,ia adalah satu-satunya ayah yang rela mengorbankan hidup anaknya demi kepentingannya sendiri. Kejadian memilukan itu terjadi sekitar 2 tahun yang lalu. Ayahku adalah seorang ilmuwan yang termashyur dinegeri jiran ini. Ia selalu tertarik dengan hal-hal yang aneh.

Pada saat itu ia ingin membuat suatu percobaan mengenai vampir buatan. Ia mengambil sel tubuh dan organ dari tubuh vampir yang ia tangkap lalu memasukannya ke dalam tubuhku. Aku hampir mati saat dijadikan kelinci percobaan,aku dimasukkan ke dalam suatu kotak besar dengan air berwarna merah pekat,entah obat apa yang digunakannya aku sama sekali tak tahu. Aku tak sadarkan diri selama berbulan-bulan. Aku merasa sudah berada di dunia kematian. Semuanya berubah.

Ku rasakan seluruh pembuluh darahku mulai memanas. Aku disuntik berkali-kali selama menjalani percobaan itu. Tak terhitung berapa banyak jumlah suntikan yang telah dimasukan ke dalam tubuhku. Rasanya seperti aku sedang disiksa oleh ayahku sendiri.

Hingga akhirnya tuhan menyelamatkan hidupku. Aku berhasil melewati masa percobaan itu. Namun,disaat itu juga aku menyesali semuanya. Ayahku telah menghancurkan hidupku,masa depanku. Aku sadar bahwa ayahku ingin membuatku menjadi seorang monster seperti Frankenstein mungkin,bahkan lebih parah lagi. Aku menjadi seorang vampir yang secara harfiah memiliki arti sebagai makhluk pengisap darah,lebih parah dari monster.

Tak banyak yang bisa ku ingat sejak kejadian itu berlangsung. Kondisi tubuhku sangat lemah saat itu,ingatanku juga buruk. Aku bahkan hampir saja membunuh ayahku,tapi ibu berusaha mencegah niat burukku itu. Ibu selalu berkata bahwa aku pasti bisa menjalani hidupku yang baru ini,menjadi manusia disiang hari dan menjadi monster dimalam hari. Tidak ada pilihan lain bagiku.

Aku diusir oleh ayahku ke pulau Rintis karena telah membunuh saudaraku yaitu Api. Peristiwa kelam itu terjadi saat aku sedang hilang kendali. Aku tak sengaja menggigitnya tepat pada lehernya. Pada saat itu aku memang belum bisa mengendalikan tubuhku sepenuhnya. Aku sangat menyesali perbuatanku. Bahkan hingga detik ini aku masih merasa bersalah.

Tak terasa aku sudah sampai di apartemenku. Aku membuka pintu mobil dan segera memasuki lantai utama apartemen,menuju liftnya. Aku tinggal di lantai 5.

Aku memasukkan password pintu apartemenku dan masuk ke dalamnya. Aku benar-benar merasa lelah hari ini. Aku butuh waktu untuk istirahat sejenak. Tubuhku sengaja ku bantingkan ke kasur. Ah,nyamannya.

Jendela besar dikamarku belum masih ku biarkan terbuka. Matahari mulai terbenam menandakan akan adanya pergantian waktu dari sore ke malam. Aku beranjak dari kamar menuju loteng. Aku sangat menikmati suasana ini.

Aku berdiri diloteng selama kurang lebih dua jam. Sekedar untuk mengurangi rasa jenuh dan kesepianku. Sekarang sudah jam delapan malam. Bulan purnama menerangi kegelapan dilangit malam. Hembusan angin sangat menyejukkan. Pandanganku tertuju pada bulan yang bersinar diatas. Seketika itu juga bayangan si gadis berhijab pink muncul didalam benakku. Aku tak mengerti mengapa ini bisa terjadi,karena sebelumnya aku tak pernah memikirkannya.

"Mengapa aku jadi memikirkan dia?" batinku.

Bulan itu seolah menghipnotis pikiranku. Aku terus menerus memikirkan Yaya,terutama kebaikannya kepadaku. Dimulai saat aku dan dia pertama kali bertemu,saat kami berada disekolah yang sama,saat Yaya setiap hari membawakanku bekal makanan,dan terakhir saat kami berada disatu kelas yang sama yaitu kelas biologi.

Aku sadar bahwa sikapku padanya selalu kasar. Ia selalu peduli padaku tapi aku selalu mengacuhkannya. Ia selalu datang untuk menemaniku tapi aku selalu mengusirnya. Ia selalu memberikanku makanan tapi aku selalu menolaknya. Apakah dia hanya bersikap seperti itu kepadaku?

Aku termenung sejenak. Lensaku masih menatap bulan yang bersinar. Aku tak bisa terus menerus tenggelam dengan pikiran ini,aku harus mengalihkan pikiranku.

"Mungkin aku harus keluar untuk berjalan-jalan malam." Pikirku.

Aku membuka lemari baju ku dan mengambil sebuah jaket berwarna hitam dengan garis merah. Hanya butuh waktu selama dua menit untuk bersiap-siap. Aku segera keluar dari apartemen dan menutup pintunya. Aku berjalan menuju lift dan menekan angka lantai 1. Ternyata suasana dilantai bawah masih ramai.

Aku memutuskan untuk berjalan kaki daripada menggunakan taksi atau mobil jemputan. Aku ingin menikmati sensasi berjalan dibawah sinar rembulan yang ternyata sangat menyenangkan. Aku merasa bebas. Ku hirup dalam-dalam udara malam yang sejuk.

Disekitar apartemen terdapat sebuah taman hiburan yang indah. Aku belum pernah berkunjung ke sana,jadi aku hanya mendengarkan pengalaman orang lain yang sudah pernah mengunjunginya. Ditaman hiburan itu terdapat sebuah taman bunga yang terkenal karena keindahannya. Aku tertarik dengan taman itu. Malam ini telah ku putuskan untuk pergi ke sana.

Disisi kanan dan kiri terdapat banyak penjual yang menjajakan beragam jenis makanan. Tak jauh dari hadapanku,terdapat sebuah gerbang menuju taman hiburan yang didalamnya terdapat banyak wahana permainan. Melihat itu aku jadi mengingat masa kecilku dulu yang indah.

Aku terus melangkah menyusuri jalan yang disetiap sisinya terdapat lampu yang indah. Taman bunga yang menjadi tempat tujuanku jaraknya tak jauh dari sini. Aku hanya perlu berjalan selama 1 menit lagi.

Aku telah sampai pada gerbang utama taman bunga ini. Gerbangnya sangat menakjubkan,warna emas yang mendominasi gerbang itu dihias oleh bunga-bunga kecil yang segar. Suasana dalam di taman ini juga masih terasa natural,tak terlalu modern dan tak terlalu kuno. Berada ditaman ini membuatku merasa seperti masuk ke dalam negeri dongeng,ya dulu ketika aku masih kanak-kanak ibuku selalu menceritakan dongeng 1001 malam lalu memberikan gambaran tentang suasana didalam negeri khayalan itu.

Aku terus menyusuri jalan setapak yang penuh dengan bunga disisinya. Kupu-kupu berterbangan diatasnya seraya menari-nari,ada yang sayapnya berwarna ungu,merah,putih,biru dan kuning dengan corak yang beraneka ragam.

Lensaku tertuju pada bunga peony yang ada disisi kananku. Aku pernah membaca sekilas dibuku tentang bunga peony,bunga yang berasal dari China. Bentuknya semacam tumbuh-tumbuhan semak yang berbunga bagus dan sering ditanam. Jemariku memetik salah satu bunga peony itu dan mengenggamnya. Aku suka sekali dengan bunga ini.

Aku melanjutkan langkahku menuju tempat yang agak jauh. Taman ini sangat luas,aku rasa kakiku ini takkan sanggup untuk menjelajahinya semalaman. Tempat ini sangat menarik untuk dijadikan sebagai tempat observasi. Ayahku yang seorang ilmuwan pasti rela menghabiskan separuh hidupnya demi melakukan itu.

Bangku-bangku taman yang terbuat dari kayu mulai terlihat dihadapanku. Ada beberapa orang yang terlihat sedang duduk dan menikmati suasana malam ditaman ini. Sebagian dari mereka sedang bersama pasangannya. Aku pikir menyenangkan sekali jika menikmati waktu malam bersama seorang kekasih,apalagi jika ditemani oleh sinar bulan.

"Andai saja jika aku memiliki seorang kekasih.." kata-kata itu terlontar begitu saja dibenakku. Aku segera menggelengkan kepala. Semakin lama pikiranku ini semakin aneh. Lagipula memangnya ada wanita yang ingin menjadi kekasih seorang vampir?

Aku mencari-cari bangku taman yang kosong,memang agak sedikit sulit namun akhirnya aku berhasil menemukannya juga. Aku segera duduk dibangku kosong itu,secepat mungkin agar tak diduduki oleh orang lain. Beruntung sekali aku mendapatkan bangku ini,lokasinya agak jauh dari keramaian sehingga aku merasa nyaman duduk disini.

Aku mendongakan kepalaku diatasku cerah, bertabur bintang, sebagian bependar biru, sebagian kuning. Kerlip-kerlip itu begitu megah dihadapan kegelapan malam—pemandangan luarbiasa. Sangat cantik. Atau mungkin lebih tepat disebut indah. Seharusnya, jika aku benar-benar dapat melihatnya.

Ketika menatap ke langit, seakan ada penghalang antara mataku dan keindahannya. Penghalangnya adalah sesosok wajah, wajah manusia biasa yang tidak istimewa, tapi aku tidak bisa mengusirnya. Aku merasa terikat dengannya sejak pertama kali aku mencium aroma gadis itu.

Aku tenggelam dalam lamunan. Sesekali lensaku memandang bulan yang sedang bersinar. Aku bertanya-tanya pada diriku,apakah aku sedang jatuh cinta kepadanya? Aku tak tahu apa yang dinamakan cinta,hatiku juga tak bisa merasakannya. Aku terlalu buta untuk hal itu. Tapi aku yakin sekali kalau rasa benciku terhadapnya takkan mungkin berubah menjadi cinta.

Aku mendengar suara langkah mendekat kepadaku yang diiringi dengan aroma tubuhnya. Ada manusia yang mendekat. Bunyi langkahnya hanya berupa gesekan halus.

Aku sama sekali tak merasa takut dengan suara langkah itu. Aku adalah seorang vampir. Tak ada seorang pun yang berani menyakitiku.

Aku sudah dapat menebak siapa yang mengikutiku ke sini. Aromanya sangat familiar dikepalaku hingga aku tak dapat melupakannya. Yaya,gadis itu menghampiriku ke sini.

Kulit Yaya berwarna keperakan dibawah cahaya rembulan. Irisnya yang berwarna hazel berkilat saat menatapku. Bibirnya yang penuh tertarik halus membentuk sebuah senyuman kecil. Ia terlihat sangat cantik. Jika aku benar-benar bisa melihatnya.

"Hali?"

Aku mendesah, "Kau mengikutiku ke sini?"

Yaya hanya tersenyum lalu menghampiri bangku taman yang sedang ku duduki. Ia duduk disebelah kiri ku. Kedua tangannya memegang erat dua cup minuman coklat.

"Aku tak mengikutimu ke sini. Tempat ini adalah tempat favoritku. Aku selalu mengunjungi taman ini setiap malam." Jelasnya seraya menggelengkan kepalanya.

Aku menaikkan alis mataku, "Mengapa kau membawa dua minuman? Bukannya kau kesini sendirian?"

Gadis itu terkikik pelan seraya menunduk, "Okay. Aku menyerah. Minuman ini memang untukmu. Aku melihatmu sedang berkeliling ditaman ini,jadi aku memutuskan untuk membelikanmu coklat hangat. Terimalah,malam hari adalah waktu yang tepat untuk menikmati secangkir coklat hangat." Ujarnya,menyodorkan segelas cangkir coklat hangat. Awalnya aku agak ragu untuk menerimanya,tapi keadaanku sekarang agak memburuk. Aku haus,jadi terpaksa aku menerima coklat hangat itu.

"Terima kasih."

"Malam ini bulan bersinar terang. Indah sekali." Gumamnya sambil menyesap coklat hangatnya.

"Ya." Jawabku singkat.

"Tak biasanya kau pergi ke taman ini dimalam hari. Mengapa?" Ia bertanya kepadaku dengan tatapan menyelidik.

Aku salah tingkah dihadapannya. Pikiranku sibuk mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaanya. Memalukan rasanya jika aku berkata yang sebenarnya. Ia pasti akan berpikir kalau aku menyukainya.

"Mmm,aku ingin melakukan observasi alam ditaman ini."

"Benarkah? Wah,aku juga suka melakukan observasi. Bolehkah aku ikut denganmu?" tanya Yaya dengan antusiasnya.

Aku mengigiti kuku jariku. Astaga,sepertinya aku telah salah ucap. Aku bukanlah tipe orang seperti ayah,maksudku selalu penasaran dengan kegiatan ilmiah atau yang berhubungan dengan alam. Aku lebih tertarik dengan hal yang berhubungan dengan darah.

"Kegiatan ini sama sekali tak berhubungan dengan pelajaran sekolah. Ini kegiatan pribadiku,kau tak boleh ikut."

Mulutnya bergerak turun. Ekspresinya kini muram,sedih, "Aku akan melakukan apa saja untukmu. Aku berjanji."

"Apapun yang kau ucapkan,aku akan tetap melarangmu."

"Baiklah,maafkan aku. Aku membuatmu tidak nyaman." Ucapnya.

"Aku pikir sebaliknya,aku yang bersikap tidak sopan kepadamu,maksudku sangat kasar. Maafkan aku."

Dia mendesah pelan. Susah untuk menebak ekspresinya. Ia terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

Aku menyesap coklat hangatku. Memandang bintang-bintang yang ada dilangit seraya menatap Yaya sekilas, "Kau berjuta kali lebih indah daripada bintang-bintang yang ada dilangit,Yaya. Jadi jangan sia-siakan kebaikanmu kepada orang sepertiku. Aku yakin kau mengerti maksudku."

Bibir bawah menampilkan ekspresi seseorang yang sedang cemberut, "Aku tidak akan menyerah. Aku tidak biasa ditolak. Kau adalah satu-satunya lelaki yang selalu menolakku."

Aku menatapnya heran, "Menolak dalam arti apa? Kau belum menjelaskannya secara rinci."

"Sikapmu selalu terlihat seperti kau ingin mengusirku dari hadapanmu. Maksudnya,kau seperti tidak menyukaiku. Kau membenciku."

Aku terdiam sejenak. Apa yang dikatakan Yaya memang benar,aku memiliki sedikit rasa benci kepadanya. Aku menyadari itu semua.

"Tentu saja tidak," Aku terpaksa berbohong. "Kau dan aku sudah berteman selama kurang lebih dua tahun. Aku tak menyangka jika kau berpikir seperti itu kepadaku."

Suasana hening. Tak ada jawaban yang terlontar dari bibirnya. Gadis itu ternyata sedang menatap bulan dengan tatapan kosong seperti orang yang sedang melamun.

"Kau..seribu kali lebih indah daripada bulan yang bersinar,Hali.." Kata-kata itu hampir terdengar seperti sebuah bisikan,tapi aku dapat mendengarnya dengan jelas.

"Maaf,Yaya. Kau tahu,kau terlalu baik untukku. Aku tak pantas disamakan dengan bulan yang indah itu."

"Baiklah. Aku tidak ingin membicarakan itu lagi." Ucap Yaya lalu menepuk bahuku pelan.

"Hali,Film kesukaanmu apa?" tanya Yaya.

"Magic In The Moonlight." Jawabku dengan singkat.

Raut wajah Yaya ku lihat berbeda lagi,seperti orang terkejut atau semacamnya. Aku tak mengerti,gadis yang satu ini memang sulit ditebak pikiran maupun perilakunya.

"Wow! Ternyata kesukaan kita sama," Ia berteriak kegirangan lalu melanjutkan perkataanya, "Aku juga suka Magic In The Moonlight!"

Aku menatapnya dengan ekspresi datar,aku pikir ini hanya sebuah lelucon darinya, "Benarkah? Coba ceritakan secara singkat kisahnya. Jika kau benar-benar menyukainya,pasti kau tahu kisahnya."

"Tentang seorang Englishman yang mungkin didatangkan untuk membantu membuka kedok penipuan." Ia menjawab dengan santai. Aku mengkaji jawaban yang diberikannya,dan ternyata itu semua benar sesuai dengan apa yang aku tonton difilm itu.

"Ya. Kau benar."

Ia mengetukkan jarinya yang sebelah kanan kepada jari yang berada disebelah kiri. Sepertinya ia sedang berusaha mengingat sesuatu.

Yaya berkata pelan, "Saat kau pindah ke sini,aku kira hubunganmu dengan keluargamu baik-baik saja."

"Kau pasti mengira aku telah berubah." Balasku.

"Iya. Ku rasa kau takkan memberitahukan alasannya kan? Tapi suatu hari nanti kau akan pulang ya kan?"

Yaya adalah satu-satunya orang yang mengetahui permasalahan didalam keluargaku. Meskipun ia tak tahu alasan yang sebenarnya,tapi ia tahu bahwa akulah penyebab dari kekacauan dikeluargaku ini. Air,teman dekat Yaya sering berkomunikasi dengannya sehingga Yaya tahu apa yang terjadi dengan keluargaku.

"Aku sama sekali belum memutuskan apapun mengenai itu."

"Besok Air akan berkunjung ke Pulau Rintis. Apakah kau mau menemuinya? Dia ingin sekali mengajakmu bermain sepak bola dan latihan drum."

"Apakah dia menghubungimu lagi?" tanyaku.

"Ya. Hubungan kita memang sangat dekat,setiap hari dia selalu menghubungiku."

"Ku rasa dia menyukaimu,Yaya."

Seketika wajahnya mulai merona, "Kau ini! Air adalah sahabatku sejak kecil,jadi tidak mungkin kan jika dia menyukaiku?"

"Mungkin saja. Kau cantik,Yaya. Aku yakin para lelaki pasti terpesona denganmu."

Ia menyeringai jahil, "Kalau begitu,apakah kau juga terpesona denganku?"

Aku tertawa hambar, "Ralat. Kau cantik,Yaya. Aku yakin para lelaki pasti terpesona denganmu kecuali...aku."

Ia memberengut, "Jangan mengelak."

Aku mendesah pelan, "Kembali ke topik sebelumnya. Kau bertanya padaku apakah aku akan menemui Air,bukan?"

"Iya. Apa keputusanmu?"

"Aku akan menemuinya. Air adalah satu-satunya saudara kembarku yang baik padaku. Aku selalu berusaha menghargainya."

"Aku senang kau berkata seperti itu."

Aku menyesap coklat hangat lagi. Tak terasa coklat hangatku sudah habis. Ku lihat disekeliling taman,suasana sudah sangat sepi. Sudah berapa lama aku duduk disini? Batinku. Aku melirik arloji yang menempel manis ditanganku,sudah jam 11 malam jadi wajar saja jika sudah banyak pengunjung yang meninggalkan tempat ini. Aku juga ingin meninggalkan tempat ini dan kembali lagi pada esok malamnya.

"Apakah kau ingin pulang Hali?" tanya Yaya.

"Iya. Aku ingin pulang. Sekarang sudah hampir larut malam."

"Baiklah. Aku juga ingin pulang. Selamat tinggal,Hali. Sampai berjumpa lagi,esok." Ucap Yaya sebelum melangkah pergi. Aku menahan tangan kanannya, "Aku akan mengantarmu pulang. Ini sudah malam,daerah ini rawan bahaya."

Yaya tersenyum hangat, "Terima kasih,Hali."

TBC

A/N : Fict ini gaje banget ya/? Kazue buat fict tentang vampire karena waktu beberapa minggu yang lalu ada yang bilang suka sama fict tentang vampire,yaudah Kazue coba buat fict ini. Tokoh vampirenya adalah Halilintar,kenapa Halilintar? Karena dia sifatnya hampir sama kaya vampire/? Warna matanya juga merah,cocok banget jadi vampire^_^ /abaikan -_-

Kalau ada yg kurang jelas,silahkan tanya lewat review ^_^

Alur kecepatan? Feel ga kerasa? Gomen ne,kazue sadar kok fict ini masih banyak kekurangannya,karena fict ini dibuat dalam sehari,tapi typo gaada kok difict ini /lirik isi cerita/

Fict ini terinspirasi dari Orange Marmalade and Vampire Romance,tp klo diliat dari isi ceritanya..kayanya ga mirip Orange Marmalade/?

Udah segitu aja note dari Kazue. Mind to review? Review kalian sangat berharga bagi fict ini/?

Don't be silent reader~