Hope you like this fiction :)


Jongin masih mengerjakan pekerjaannya di ruang tengah. Televisi yang sedang menampilkan pertandingan sepak bola club kesayangannya diabaikan saja. Masih ada pekerjaan yang harus dikerjakan.

Sehun datang dari dapur membawakan susu hangat untuk Jongin.

"Hyung," Sehun duduk di samping Jongin dan menyodorkan susunya untuk Jongin, tapi Jongin hanya menjawab dengan gumaman saja. Sehun pun tidak yakin dengan apa yang dikatakan Jongin. "kau bisa mengerjakan semua pekerjaan itu di kantor jika kau hanya ingin mendiamkanku, aku bisa menelepon Baek hyung untuk menemaniku." Sehun menaruh susu yang dibuatnya di meja.

"Baekhyun tidak akan cukup untuk menggantikanku, sebentar lagi pekerjaannku selesai. Tidurlah duluan." Jongin berkata tanpa melihat Sehun.

Sehun kesal, ini sudah lebih dari lima kali Sehun membujuk Jongin agar istirahat. Lihatlah Jongin, matanya memancarkan kelelahan, dia bahkan mempunyai kantung mata sekarang. Padahal ini Jumat malam, harusnya besok jadwal Jongin hanya latihan saja, tapi ayahnya bilang ada presentasi penting dengan client besok, jadi sekarang inilah yang Jongin kerjakan, mempelajari bahan presentasi besok.

"Hyung, berhentilah sebentar." Sehun memohon.

Jadi Jongin menghentikan pekerjaannya, lagi pula Sehun bilang hanya sebentar kan?

Jongin menghadap ke arah Sehun yang menatapnya dengan sedih. Jongin tahu Sehun tidak tega melihat Jongin bekerja keras begini. Sudah satu minggu Jongin selalu pulang dengan membawa pekerjaan dan membiarkan Sehun tidur terlebih dahulu.

Sehun mengusap pipi kiri Jongin dengan ibu jarinya, hal yang biasa Jongin lakukan padanya jika Sehun sedang kelelahan. Sehun menggunakan tangan kirinya untuk membenarkan rambut Jongin yang sudah sangat berantakan, hal yang juga sering Jongin lakukan untuk membuat Sehun lebih nyaman. Setelah itu Sehun memeluk Jongin dan berbisik, "Hyung jangan terlalu keras bekerja, istirahat sebentar kan tidak apa-apa. Aku tidak mau kehilangan hyung dengan cepat."

Jongin mengelus punggung Sehun pelan, ke atas dan ke bawah berulang-ulang, "Terima kasih Sehunna, untuk selalu ada disisiku sampai saat ini." Jongin melepaskan pelukan mereka.

Sehun menyerahkan lagi segelas susu yang dibuatnya tadi pada Jongin, yang kali ini langsung diminumnya sampai habis. Jongin meletakkan gelas tersebut kembali di meja. Jongin mengusap pundak Sehun, "Tidurlah duluan, pekerjaanku sebentar lagi selesai. Aku janji setelah ini selesai aku akan menyusulmu tidur." Katanya. Sehun menghela nafas lelah dan menyetujui apa yang diminta Jongin.

Sehun memasuki kamar mereka. Sehun tidak pernah langsung tertidur ketika Jongin menyuruhnya tidur duluan, dia akan berbaring pura-pura tidur sampai Jongin masuk kamar dan tidur di sampingnya.

Ini sudah enam bulan setelah pernikahan mereka dan Jongin menjadi sangat sibuk akhir-akhir ini karena tekhnologi baru yang sedang dikembangkannya. Jongin selalu membawa pekerjaannya pulang agar Sehun tidak merasa kesepian, tapi percuma saja kalau Jongin hanya mendiamkan Sehun seperti tadi. Sehun mengerti itu semua tuntutan pekerjaan Jongin, bahkan mungkin nanti kalau ayah Jongin sudah benar-benar pensiun dan menyerahkan semuanya pada Jongin, Jongin akan lebih sibuk lagi. Sehun bukannya merasa kesepian, hanya saja dia tidak tega melihat Jongin bekerja sekeras itu. Sehun kadang-kadang berpikir, Jongin kan punya banyak karyawan, kenapa dia tidak meminta karyawanya saja yang menyelesaikan pekerjaannya? Bukankah atasan memang selalu seperti itu?

Jongin memasuki kamar mereka, jadi Sehun cepat-cepat memejamkan matanya, pura-pura sudah terlelap. Jongin berbaring di sebelah Sehun dan mengecup dahi Sehun sebagai ucapan selamat malamnya. Jongin memeluk Sehun mendekat sementara Sehun menyamankan dirinya dalam pelukan Jongin, sesungguhnya tidur dalam pelukan Jongin sudah menjadi kebiasaan untuk Sehun. Dia tidak akan tidur nyenyak jika tidak dipeluk Jongin.


Keesokan harinya Jongin tidak pulang terlambat. Dia pulang tepat saat makan malam yang Sehun masak mulai matang. Jadi Jongin mandi dulu selagi Sehun menyiapkan makan malam untuk mereka.

Selesai mandi Jongin langsung menghampiri Sehun yang sudah menunggunya di meja makan. Sehun menaruh daging ayam yang sudah dipisahkan dari tulangnya ke atas nasi Jongin.

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" Jongin bertanya.

"Baik. Kecuali Baekhyun hyung yang sedikit frustasi karena skripsinya ditolak lagi." Sehun tertawa kecil mengingat Baekhyun yang uring-uringan seharian tadi.

Sehun masih bekerja di toko ice cream. Sebenarnya Jongin sudah memintanya untuk berhenti tapi Sehun menolak, kesibukan Jongin akan membuatnya sendirian saja di apartment, kalau tidak bekerja dia pasti benar-benar bisa bosan.

"Chanyeol pasti sudah mendesaknya untuk cepat lulus agar bisa cepat dinikahi." Jongin menanggapi.

Makan malam mereka dipenuhi candaan ringan, entah itu tentang Baekhyun dan Chanyeol atau ibu Jongin yang makin protektif pada Sehun setiap harinya. Jongin selalu bilang kalau ibunya itu terlalu banyak menonton drama sehingga meyakini bahwa Sehun bisa hamil. Secantik apa pun Sehun dia tidak punya rahim, mana mungkin bisa hamil kan?

Selesai makan malam mereka menikmati jus semangka yang disiapkan Sehun sambil kembali menikmati pertandingan sepak bola yang kemarin dilewatkan oleh Jongin.

"Sehunna," Panggil Jongin yang membuat Sehun menoleh ke arahnya, "bagaimana menurutmu kalau kita mengadopsi anak?"

Sehun terdiam cukup lama sambil memperhatikan muka Jongin yang memandangnya penuh harap, "Aku belum siap hyung." Lalu Sehun kembali memperhatikan televisi.

Jongin bingung dengan raut wajah Sehun yang berubah, "Kenapa? Bukankah kalau kita mengadopsi anak kau tidak akan kesepian lagi kalau aku sedang bekerja?" Jongin bertanya heran.

"Aku malas membicarakannya." Sehun menjawab pelan.

Entah kenapa Jongin kesal mendengarnya, "Sehun lihat aku, aku sedang berbicara padamu." Geram Jongin.

"Aku tidur duluan." Dan Sehun malah mengabaikan Jongin.

Jongin tidak tahu apa yang terjadi pada Sehun, kenapa Sehun tiba-tiba jadi menyebalkan begitu, membuat Jongin kesal saja. Jongin memutuskan untuk menenangkan dirinya dulu sebelum menghampiri Sehun dan berbicara dengannya.


Jongin memasuki kamar mereka dan melihat Sehun yang duduk bersandar pada kepala tempat tidur mereka. Jongin menduduki pinggiran tempat tidur, bersebrangan dengan tempat Sehun duduk.

"Aku akan mendengarkan," Jongin memperhatikan respon Sehun. "kenapa kau belum siap kalau kita mengadopsi anak sekarang?"

Sehun menghela nafas dan mengalihkan perhatiannya pada Jongin, untungnya Jongin menunggu dengan sabar, "Anak itu bukan sesuatu yang bisa kita adopsi untuk mengusir rasa kesepianku karena hyung tinggalkan bekerja." Sehun mengambil jeda sejenak, "Aku bukan orang yang dibesarkan dengan kasih sayang kedua orang tua, aku tidak tahu rasanya bagaimana kasih sayang ibu, kasih sayang ayah, aku belum tentu bisa merawat anak itu dengan cara yang seharusnya hyung." Sehun mengatur nafas, menahan tangisnya, "Bagaimana pun juga pasti berbeda rasanya merawat anak yang bukan darah dagingmu sendiri, aku takut tidak bisa mengontrol emosiku dan menyakitinya nanti." Sehun mengatur lagi nafasnya, "Kita pun tidak hidup di negara yang menganggap pernikahan sesama jenis itu wajar hyung, bagaimana nanti kalau anak itu di bully karena mempunyai orang tua gay?" Sehun memejamkan matanya dan meneteslah air mata yang sedari tadi ditahannya, "Maafkan aku hyung, kau menikah pasti menginginkan pewaris, maafkan aku karena belum siap mengurus pewarismu." Pecah sudah tangisan Sehun.

Jongin mendekat dan memeluk Sehun, mengusap punggung Sehun pelan dan berbisik, "Maafkan aku, maafkan aku."

Jongin melepaskan pelukannya, menghapus air mata Sehun dengan kedua ibu jarinya. "Maafkan aku." Ujarnya lagi. "Aku akan menunggumu sampai kau siap." Sehun mengangguk, "Aku ingin kita mengadopsi anak bukan hanya untuk menemanimu, aku sadar anak harus dibesarkan oleh kedua orang tuanya, itu yang kau inginkan kan? Kau tidak mau anakmu mengalami hal yang sama dengan yang kau alami kan? Aku akan menunggu sampai kau siap Sehunna. Maafkan aku yang tidak mengerti bagaimana perasaanmu sebelumnya." Jongin mengecup dahi Sehun.


"Dosen pembimbing sudah menyetujui skripsiku, aku tinggal sidang sekarang Sehunna." Baekhyun berkata riang saat mereka membereskan barang mereka sebelum pulang kerja.

"Aku turut berbahagia untukmu hyung, selangkah lagi dan Chanyeol hyung akan menikahimu." Sehun berkata dengan senyumnya.

Baekhyun tahu Sehun sedang memikirkan sesuatu, Baekhyun terlalu mengenal Sehun untuk mengetahui perbedaan dalam senyumnya.

"Hei ada apa Sehunna? Aku tidak pernah memperbolehkanmu tersenyum begitu saat kau tidak benar-benar bahagia kan?" Baekhyun membetulkan rambut Sehun.

Sehun menghela nafas sebelum menjawab, "Jongin hyung ingin kami mengadopsi anak." Menghela nafas menjadi kebiasaan Sehun akhir-akhir ini, bukan kebiasaan yang baik.

"Kau belum siap?" Baekhyun menebak dan Sehun hanya mengangguk sebagai respon. "Bicarakanlah baik-baik, dia bukan mind reader Sehunna, jangan berharap dengan kau diam dia akan mengerti semuanya."

"Sudah hyung, Jongin hyung bilang dia akan menunggu sampai aku siap."

"Nah bagus kalau begitu, apa yang perlu kau khawatirkan?"

"Jongin hyung membutuhkan pewaris dan aku merasa tidak akan pernah siap hyung. Aku tidak dibesarkan oleh kedua orang tuaku, aku tidak tahu bagaimana caranya mengurus anak."

Baekhyun mengangguk mengerti, "Bekerja samalah dengan Jongin, kalian kan disatukan untuk saling melengkapi, jangan membebankan semuanya pada dirimu Sehunna. Kalau kau tidak bisa kau bisa minta tolong Jongin, oh atau ibunya Jongin, dia pasti akan dengan senang hati membantumu mengurus anak." Baekhyun melihat Sehun yang sedang mencerna ucapannya, "Lagi pula kalau kau selalu memikirkan tentang masa lalumu kau akan selalu merasa tidak siap, tidak mampu." Baekhyun memberi jeda, "Sehunna aku ingin bertanya, kau tidak pernah membenci kedua orang tuamu kan?"

"Tidak sama sekali hyung." Sehun menjawab

"Kau anak yang baik, aku yakin anakmu nanti juga akan memperlakukanmu sama baiknya seperti kau memperlakukan kedua orang tuamu." Baekhyun berkata.

Ponsel Sehun berdering, "Sepertinya Tuan Kim sudah menjemput Nyonya Kim pulang. Sana temui dia." Baekhyun menyuruh Sehun pulang duluan.

"Hyung bagaimana?"

"Chanyeol akan menjemputku nanti."

"Baiklah, aku duluan hyung."


Sehun dan Jongin sedang bersiap untuk tidur setelah hari yang panjang dan melelahkan, Jongin sudah memeluk Sehun seperti biasa.

"Hyung," Sehun memanggil, "aku sudah siap kalau kita mau mengadopsi anak." Sehun berkata pelan.

"Kau yakin?" Jongin bertanya tak kalah pelan.

"Yakin kalau hyung mau membantuku untuk mengurus anak. Aku takut salah mendidiknya nanti." Sehun masih berkata pelan.

"Tentu saja. Dia kan anak kita." Jongin mencium dahi Sehun. "Tidurlah, besok kita akan bicarakan dengan ayah dan ibu mengenai ini. Selamat malam Sehunna."

"Selamat malam hyung."


Dan disinilah Sehun dan Jongin bersama kedua orang tua Jongin. Di panti asuhan tempat Sehun dibesarkan.

"Sehun hyung!" Panggil salah satu anak laki-laki yang Sehun kenal.

"Hai Jeno. Dimana suster Oh?" Sehun bertanya.

"Tadi sih ku lihat sedang berdoa hyung. Sebentar ku panggilkan."

Sehun menarik Jongin mengajaknya berkeliling, mereka sampai di taman panti, "Aku selalu bersembunyi di atas pohon ini kalau ada orang tua yang mencari anak untuk di adopsi." Sehun menunjuk pohon besar yang terlihat sangat tua dari besar dahannya. "Aku selalu takut untuk di adopsi, dulu aku selalu takut memulai hidup baru. Takut diabaikan lagi seperti kedua orang tuaku mengabaikanku." Jongin mengelus pundak Sehun pelan.

Ibu Jongin berjalan ke arah Sehun, "Anak baik, tidak akan ada yang mengabaikanmu, laporkan saja Jongin pada ibu kalau dia mengabaikanmu ya." Ibu Jongin mengusap pipi Sehun dengan kedua telapak tangannya.

"Selamat datang Tuan Kim. Senang kalian berkunjung." Suster Oh keluar dari dalam gereja kecil di samping panti.

Sehun menghampiri suster Oh dan memeluknya, "Kau ini sudah menikah masih saja manja Sehunna." Suster Oh tertawa.


Saat ini mereka sedang duduk di dalam ruangan suster Oh, tempat dimana suster Oh menerima tamu dan mencatat semua data anak-anak panti.

"Jadi suster, kami ingin mengadopsi salah satu anak laki-laki dari panti ini." Jongin memulai. Mereka mengadopsi anak laki-laki setelah persetujuan dari ayah Jongin yang mengatakan bahwa Jongin membutuhkan pewaris kelak, jadi tidak mungkin mereka mengadopsi perempuan. Sedangkan bagi Sehun dan Jongin laki-laki dan perempuan bukan masalah bagi mereka.

Suster Oh terlihat berpikir, "Tadi malam, sama seperti yang terjadi padamu Sehunna. Ada bayi laki-laki yang ditinggalkan di depan pintu panti ini. Dia sedang tidur siang saat ini. Mungkin kalian berkenan untuk melihat."

Sehun menatap Jongin seolah bertanya, bagaimana? Jongin membalas tatapan Sehun dengan anggukan, "Kami akan melihatnya suster." Jongin berkata.

Mereka masuk ke kamar yang ditempati oleh anak dibawah lima tahun, suster menghampiri salah satu ranjang dan menggendong bayi tersebut.

Sehun dan Jongin melihat bayi tersebut, masih merah, terlihat damai sekali dalam tidurnya, bayi yang tidak tahu apa-apa. Dilahirkan ke dunia entah diinginkan atau tidak sampai orang tuanya meninggalkannya di panti asuhan ini.

"Bolehkah aku coba menggendongnya?" Sehun berkata pelan.

"Tentu saja." Suster Oh menyerahkan bayi itu untuk digendong Sehun.

Melihat bayi dalam gendongannya membuat perasaan Sehun bergetar, bayi ini mempunyai kisah yang hampir sama dengannya. Melihat bayi ini tertidur dengan tenang membuatnya berpikir, apa dulu dia seperti ini? Setenang ini setelah di tinggalkan kedua orang tuanya?

"Sehunna jangan menangis." Bisik Jongin.

Sehun menatap Jongin, dia bahkan tidak sadar telah menangis, "Bolehkah kalau dia menjadi anak kita hyung?" Sehun berkata tak kalah pelan takut membangunkan si bayi.

"Tentu. Anak ini benar-benar terlihat tenang di gendonganmu, kurasa dia menyukaimu Sehunna." Jongin berkata.


"Kim Taeoh ayo jangan berlari seperti itu, makan dulu buburmu sayang." Sehun berteriak pada Tareoh yang sudah berumur dua tahun saat ini. Taeoh sedang senang-senangnya berlari karena dia sudah bisa berjalan dengan lancar sekarang.

"Hap. Kenapa anak Ayah tidak mau memakan buburnya dan berlari dari Papa hm?" Jongin menangkap Taeoh menggendong dan menggigit kecil pipi gembil anaknya.

"Mamam." Taeoh menjawab.

"Benar sekali, kau harus memakan buburmu." Jongin membawa Taeoh ke ruang makan tempat Sehun menunggu mereka dan mendudukan Taeoh di kursinya.

"Papa mamam." Ujarnya pada Sehun.

Sehun hanya tersenyum dan mulai menyuapkan bubur pada Taeoh. Taeoh ini sedang aktif-aktifnya, selain berlari, dia juga senang sekali mengoceh, kadang-kadang ocehannya benar-benar tidak bisa dimengerti dan membuat Jongin dan Sehun tertawa dibuatnya.

Tapi sungguh Sehun dan Jongin bahagia sekarang. Ketakutan mereka yang tadinya mengira bahwa mereka tidak akan bisa mengurus anak dengan benar ternyata tidak terjadi. Taeoh ini anak yang baik. Tidak rewel walau kadang sedikit iseng seperti ayahnya, tapi Taeoh sangat baik hati seperti Papanya.

Jongin merasa sudah sangat benar-benar lengkap sekarang. Kalau dulu ayahnya selalu mengkhawatirkannya karena belum menikah dan selalu di khianati sekarang ayahnya sudah bisa tenang, lihatlah, sekarang dia punya keluarga kecil yang sangat bahagia.


How?

This is the last side stories, thank you for always leaving a review, favorite and followed this story :)