Suram.

Mau diberi lampu seterang apapun, entah kenapa suasana ruangan ini tetap berkesan kelam.

Perabotan macam sofa, meja dan lemari penyimpanan barang-barang yang warnanya sudah berubah menjadi coklat tak karuan, gelap hampir menyamai hitam kusam. Ada karat pada sekitar jendela besar yang terpasang disana, jendela itu juga sepertinya sudah tak bisa dibuka. Kau dapat mendengar suara berisik ketika melangkah di dalam akibat gesekan lantai kayu yang sudah usang termakan zaman.

Kiranya, sudah lima puluh lima tahun sejak gedung sekolah lama Teiko dialihkan fungsinya ke gedung megah yang baru dibangun didepannya kemudian ditinggalkan. Ditelantarkan, tanpa ada yang sekedar mengecek atau memeriksa keadaan di dalam. Tidak ada yang berani atau pun bersedia—semuanya takut. Itu karena gedung ini menyimpan banyak rumor gelap yang bermacam-macam. Salah satu yang terkenal adalah arwah dari siswa SMA Teiko yang mati pada tahun 1820, enam puluh tahun silam.

Tidak diketahui apa penyebab kematian dari anak laki-laki ini. Jasadnya juga masih belum diketemukan. Orang-orang percaya kalau ia mati dan arwahnya bergentayangan karena tak tenang. Ia akan balas dendam, mencari pembunuh yang sebenarnya yang pelakunya katanya adalah salah satu siswa disana. Kalau tidak menemukannya, ia akan membunuh seluruh penghuni SMA Teiko karena ia yakin, orang itu—pembunuhnya—bersembunyi disana. Kalau tidak bisa menemukannya, tinggal habisi semua, beres 'kan?

Dikenal mempunyai rupa yang menyeramkan. Wajah bengis, kulit hitam dan aroma busuk yang membuat hidungmu sakit adalah Akashi Seijuurou—anak laki-laki yang digembor-gemborkan oleh anak-anak Teiko—hantu penunggu gedung lama SMA Teiko.

Dengan adanya gosip ini, seluruh penghuni SMA Teiko atau warga sekitar tidak ada yang berani mendekat ke bangunan tua yang jaraknya sekitar lima puluh meter dengan gedung Teiko yang baru. Hanya orang-orang kurang waras dan berani mati saja yang berani berkunjung apalagi bermain-main disana.

Lalu—Kuroko Tetsuya, Ogiwara Shigehiro, dan Midorima Shintarou ini disebut apa?

Anggota Klub Investigasi Supranatural—yang markasnya terletak di pojok lantai dua bangunan lama SMA Teiko. Klub yang belum diakui lantaran kekurangan orang, dengan pendiri yang masih dipertanyakan bagi anggotanya kecuali Kuroko Tetsuya.

Dua anggota lain tak pernah bertemu dengan founder klub ini. Yang Ogiwara Shigehiro dan Midorima Shintarou tau, Kuroko Tetsuya sering berhubungan dengan sang ketua lewat telepon. Kuroko bilang, ketua mereka sangat sibuk, akan hal ini pernyataannya langsung mendapat anggukan mengerti oleh Ogiwara dan tatapan ragu oleh Midorima, tapi setelahnya ia mengetahui siapa sebenarnya orang yang dimaksud itu.

Dan siapa sangka kalau ide pembuatan klub ini berasal dari Akashi Seijuurou.

Iya, Akashi Seijuurou yang itu. Hantu penunggu gedung tua yang namanya sudah terkenal oleh warga SMA Teiko.

Tujuan sebenarnya mengapa Seijuurou memutuskan untuk membentuk klub ini adalah: pertama, hanya iseng. Ia penasaran dengan Kuroko Tetsuya, manusia pertama yang bisa melihat wujud asli dirinya. Tapi Seijuurou mengatakan pada Kuroko kalau ia ingin menyelediki masa lalunya sendiri.

Serius, Seijuurou tidak peduli dengan masa lalunya itu. Biarlah orang berkata apa, yang penting ia bahagia saat ini— bersama seorang entitas manusia bernama Kuroko Tetsuya yang rela dan sudi untuk menemani hari-hari tak berwarnanya.

Ia juga punya perasaan kalau ia mengetahui asal-usulnya, sesuatu yang buruk akan terjadi.

Kemudian dua orang penganggu mulai datang. Ogiwara Shigehiro, laki-laki berisik yang awalnya datang meminta bantuan karena diganggu dan ujung-ujungnya malah bergabung. Er, ini juga salahnya yang kelewat iseng, sih. Lalu, Midorima Shintarou yang kedatangannya membuat Seijuurou hampir frustasi lantaran memprovokasi Kuroko untuk menjauhi dirinya. Seijuurou tidak tahu bagaimana jadinya kalau sampai Tetsuya-nya benar-benar meninggalkannya saat itu.

Dan begitulah, kisah mereka sampai saat ini.

.

.

.


ANOTHER

Kuroko no Basuke belongs to Tadatoshi Fujimaki-sensei, desu.

Terinpirasi oleh anime berjudul Tasogare Otome X Amnesia. Dengan alur sama-sama-beda.

Cerita ini dibuat semata-mata untuk menghibur diri sendiri, penyalur stress dan hasrat. Syukur-syukur bisa menghibur reader-tachi :')

...


Dua orang terjalin, keduanya jatuh dalam kematian.

Hancur.

Ia gemetar. Tak sanggup mengotorinya.

Sebelum masa depan mereka semakin menjauh, ia hanya ingin diingat,

Sebagai bagian dari dirinya yang juga hidup.

Dan menanggung segala beban 'miliknya'.

.

..


Akashi Seijuurou tidak tahu, perasaan apa yang tengah mengganggunya belakangan ini.

Ingin selalu bersama, ingin dekat, bahkan ingin di sentuh— oleh seorang entitas manusia bernama Kuroko Tetsuya.

Seijuurou baru merasakannya. Ia tidak berpengalaman tentang emosi-emosi manusia.

Di sebut tidak berpengalaman— juga bukan. Mungkin lebih seperti.. lupa? Ah ya, seperti itu. Mau bagaimanapun, dulu Seijuurou juga pernah menjadi seorang manusia.

Selama ini ia hanya mengamati ekspresi dari emosi manusia di sekitarnya. Manusia akan tertawa ketika mendengar atau melihat sesuatu yang lucu, mereka akan menangis ketika ada orang-orang yang menyakitinya, akan marah ketika seseorang melakukan hal yang tak diinginkannya.

Tapi Kuroko Tetsuya beda.

Sejak mengenalnya, Seijuurou jadi sering mengamatinya diam-diam, dari jauh maupun dekat, anak ini jarang sekali menunjukan emosi-emosi seperti yang manusia biasa tunjukan.

Seijuurou tidak pernah melihat Tetsuya tertawa, menangis, atau marah sekalipun.

Maka itu, ia sering menggoda anak itu, setidaknya ketika Seijuuro melakukannya, anak itu akan menunjukan ekspresi seperti malu-malu, atau gugup dengan wajah memerah. Ah.. Seijuurou sangat senang melihat ekspresi itu.

Memandang wajah lugunya, bersentuhan dengannya, dan menggodanya—seperti sekarang.

.

.

.

Duduk bersandar pada pemuda bersurai biru muda, memeluk lengannya sambil sesekali menggesek pipinya pada tangan kurus itu adalah Akashi Seijuurou.

Tak terpengaruh oleh godaan laki-laki nakal yang sedang bermanja-manja seperti anak kucing minta dibelai disebelahnya, Kuroko Tetsuya masih tetap fokus dengan light novel ditangannya. Ini sedang dipuncak, jangan ada yang mengganggunya, tolong.

Pengecualian untuk laki-laki disebelahnya, ia yakin mau ia memberitahunya untuk jangan menempel seperti sekarang, pemuda itu tidak akan mendengarkan.

..Karena dia adalah Seijuurou-kun.

Si hantu bengal dan kurang ajar.

Diseberang Kuroko Tetsuya, adalah Midorima Shintarou yang sedang duduk diam—fokus dengan buku pelajarannya. Tapi jika diperhatikan baik-baik, kau akan menyadari kalau sepasang emerald sesekali melirik pada dua insan yang sudah seperti sepasang kekasih. Ada kesal yang tersirat pada wajah tampannya, yang lama-kelamaan terlihat jelas. Dan pemuda berkacamata ini mulai kehilangan fokus pada apa yang dipegangnya.

Tidak ada yang menyadarinya. Tidak Kuroko Tetsuya yang sedang asik dengan bacaannya. Tidak Ogiwara Shigehiro yang sedang duduk disebelahnya—hanyut memainkan game seru dari pspnya, dengan suara yang kelihatannya sangat keras keluar dari earphone yang ia pasang di telinganya.

Hanya Akashi Seijuurou.

Sepasang rubi yang memerhatikan gerak-gerik si hijau. Tampak antusias. Ia tahu, kok. Kalau Midorima Shintarou di hadapannya ini sedang cemburu. Dengan siapa? Oh tentu, dengan dirinya yang sedang menempel pada sang biru muda, Kuroko Tetsuya.

Kok bisa? Ah, sepertinya seusai insiden 'itu', diam-diam Midorima Shintarou memendam suatu perasaan pada Kuroko Tetsuya. Tentu saja Seijuurou menyadarinya. Ia punya radar yang akan memberitahunya jika ada entitas lain yang memiliki ketertarikan pada Tetsuya-nya.

Sepertinya saingannya bertambah. Ogiwara Shigehiro dan Midorima Shintarou yang sekarang berada di klub yang sama dengannya—Klub Investigasi Supranatural yang ia buat. Ia harus mengeratkan pegangannya pada Tetsuya miliknya. Tidak boleh ada yang tertarik padanya lagi. Akan susah 'kan kalau ada saingan baru lagi?

Ia melirik pada Midorima Shintarou yang terlihat risau diseberang sana. Sepertinya akan menarik, jika Seijuurou menggoda pemuda itu juga. Dengan ini ia menggeser tubuhnya agar makin mendekat. Kepalanya disandarkan pada pundak Kuroko Tetsuya.

"Seijuurou-kun, jangan menganggu. Ceritanya lagi seru."

Kuroko Tetsuya bersua, mulai merasakan risih.

"Ah, ayolah Tetsuya~ Kau mengabaikanku, tidak asik sekali! yang lain asik dengan kegiatannya sendiri. Tetsuya harus temani aku~"

Ada helaan nafas yang lolos dari bibir si surai aquamarine. "Baiklah."—light novel ditutup tiba-tiba, padahal cerita yang ia baca belum tuntas. Ah, tapi sudahlah. Yang terpenting bagian klimaksnya sudah terlewat, Ia tak akan penasaran, dan sisanya bisa dilanjutkan nanti. Sekarang tugasnya meladeni pemuda merah disampingnya. "Jadi apa yang ingin Seijuurou-kun lakukan?"

"Diluar sedang ada festival, kan? Ayo kita jalan-jalan! Banyak hal yang ingin kulakukan. Ada banyak makanan yang ingin kubeli seperti okonomiyaki, takoyaki, dango, kembang gula. Aku ingin main tangkap ikan. Dan, Aku juga ingin masuk ke rumah hantu, aku ingin melihat ekspresi ketakutan Tetsuya. Tetsuya yang memeluk lenganku erat sambil berteriak seperti anak perempuan, bukankah itu lucu~ Atau, kita bisa melakukan hal 'itu' disana."

"H-hal seperti apa yang kau maksud, Seijuurou-kun!?"

Seijuurou tersenyum misterius. "Hal seperti ini," telunjuk menunjuk bibir semerah apel—"lalu ini," jari itu turun melewati leher, kemudian dada yang sedikit terekspos. Turun kembali melewati perut. Wajah Kuroko Tetsuya mulai memerah saat menyadari jari itu berhenti tepat di—"Kemudian, berakhir disini." Disana. Ya, kalian pasti tahu, sesuatu yang menonjol dibawah perut.

Kacamata Midorima Shintarou retak. Kuroko Tetsuya menutup hidungnya, mencegah mimisan yang memaksa keluar. Jujur memikirkan itu membuat tubuhnya jadi panas sendiri. Sementara Akashi Seijuurou tersenyum sekaligus menahan tawa.

"Itu tidak akan terjadi! Dasar Seijuurou-kun mesum! Lagipula aku tidak akan takut dengan apapun. Aku sudah bertemu dengan hantu setiap hari. Hantu nakal yang suka menggoda dan hentai."

"Haha..! Tentu saja aku tidak akan melakukannya, Tetsuya. Belum waktunya kau untuk mengetahuinya. Tetsuya masih kecil."

"Aku sudah besar, Akashi Seijuurou-kun. Kau saja yang sudah terlalu tua."

"Ah.. oke aku mengalah. Kemarin juga Tetsuya telah membuktikan kalau Tetsuya sudah besar." Krimson melirik pada pemuda berkacamata yang diam-diam memperhatikan mereka, sekilas. Kemudian kembali menatap Kuroko Tetsuya disebelahnya. "Yah, walaupun ciuman itu masih terasa amatir, tapi aku sangat menikmatinya. Dan bila Tetsuya benar-benar sudah tidak sabar untuk melakukannya, aku dengan senang hati akan mengajarimu."

"Aku tidak butuh bantuan Seijuurou-kun. Aku bisa mencari tahu sendiri. Aku tidak lemah. Lihat saja nanti, akan kubuat Seijuurou-kun memohon dibawah kuasaku."

Sekarang, kacamata Midorima benar-benar hampir pecah.

Apa yang mereka bicarakan? Ciuman? Mereka berdua berciuman? Akashi Seijuurou sudah mengambil start duluan?

Dan, kalimat pembelaan yang diucapkan dengan penuh ambisi oleh Kuroko Tetsuya tadi.. maksudnya apa?

Oke, Midorima kecolongan kali ini.

"Are-are~ kutunggu pembuktianmu, Tetsuya sayang."

Seijuurou tersenyum penuh kemenangan.

Pertama, karena berhasil memancing Tetsuya. Kedua, membuat Midorima Shintarou jadi tak tenang begitu. Ah.. senangnya menggoda manusia.

Dasar licik kau, Akashi Seijuurou..

"Terus saja begitu, sampai Kuroko tumbuh tinggi menandingiku. Anggap saja aku tak ada. Hmp."

Muak, akhirnya Midorima buka suara.

"Ah, aku lupa ada Shintarou juga. Maafkan aku. Tapi apa pedulimu." Dari seberang, Seijuurou meladeni.

"Bahkan bila aku memeluknya seperti ini. Atau melakukan hal ini," Seijuurou makin mendekat, mengendus pipi Kuroko. Hidung mancungnya bersentuhan dengan pipi chubby Kuroko, membuat si empu nya pipi kegelian, kedua matanya ditutup rapat-rapat.

Krimson dan jade bertatap sengit, cukup lama. Sampai pada akhirnya si jade menyerah.

Menghela nafas berat, Midorima memalingkan wajah, menarik lengan Ogiwara Shigehiro agar cepat-cepat keluar dari ruangan yang mulai terasa pengap, "Kita pergi Ogiwara."

"E-eh? kemana!? Pelan-pelan, dong, Midorima!"

Lengannya ditarik tiba-tiba. PSP ditangannya hampir jatuh kalau ia tak sigap langsung meraihnya. Earphonenya juga lepas dari telinganya, ia tak tahu apa-apa. Earphone itu menghalanginya untuk mendengar dan menyadari kalau barusaja terjadi perang dingin di ruangan itu.

.

.

.

Pintu ditutup kasar. Kuroko Tetsuya mengedipkan matanya berkali-kali.

"E-eh..? Midorima-kun marah? Kenapa?"

Ia bingung. Baru saja ia melihat ekspresi kesal Midorima Shintarou—setelah sekian lama tak ditunjukan. Dan, tiba-tiba saja, setelah ia mengobrol sesuatu yang tabu dengan Seijuurou, Midorima dan Seijuurou saling bertatapan, kemudian Seijuurou mengendus pipinya, dan ketika ia membuka mata, ia disuguhi ekspresi menyebalkan Midorima yang pada detik itu langsung menutup ruangan Klub dengan kasar.

Apa-apaan.. memang apa salahnya?

Eh atau Midorima bertengkar dengan Seijuurou?

"Kau apakan Midorima-kun sampai ngambek begitu, Seijuurou-kun?"

"Aku tidak melakukan apa-apa. Mungkin dia sedang pms jadinya sensi begitu."

"Midorima-kun itu laki-laki, Seijuurou-kun. laki-laki tidak bisa menstruasi."

"Ah, ya aku lupa. Habisnya, laki-laki kok malah cemburu pada laki-laki lain, bukannya itu kebiasaan perempuan?"

"Apa maksudmu, Seijuurou-kun?"

Ups, keceplosan.

Seijuurou berusaha mencari alasan yang masuk akal. "Bu-bukan apa-apa, lupakan semua yang kuucapkan tadi, Tetsuya. Daripada itu, lebih baik kita melihat-lihat festival? Shintarou dan Shigehiro juga mungkin hanya tak sabar ingin cepat jalan-jalan disana, makanya ia buru-buru kabur tadi."

Wajah datar terdiam, nampak berpikir untuk beberapa saat.

Wajah dimiringkan—"Begitu, ya, Seijuurou-kun?" katanya dengan polos.

Akashi Seijuurou menelan ludah, bisa-bisanya bocah ini langsung menerima alasan asalnya itu.

Ia mengangguk mantap. "Tentu saja!"

UTS telah usai, dan Kuroko mendapat nilai yang cukup memuaskan berkat pengajaran khusus yang di berikan Seijuurou padanya. Walaupun les privatnya tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan.

Seijuurou itu.. sangat pintar, menurut Kuroko. Dia menguasai semua mata pelajaran, bahkan hapal dan mengajari Kuroko tanpa melihat buku. Cara mengajarnya juga cukup dimengerti, membuat otak standar Kuroko bisa bekerja semaksimal mungkin dan akhirnya mendapat hasil yang memuaskan.

Ketika Kuroko bertanya, kenapa bisa, padahal Seijuurou itu hantu yang lupa ingatan dan walaupun secara ilmiah dia ini senpai-nya, ingatannya seharusnya sudah lapuk termakan zaman karena sudah enam puluh tahun terakhir kali dia mempelajarinya. Seijuurou dengan entengnya menjawab: selama ini bila sedang iseng yang di lakukannya mendengarkan guru mengajar di kelas dan memang karna otaknya yang sudah jenius sejak awal, penjelasan guru-guru itu dengan sangat gampangnya masuk ke otaknya.

Bila Seijuuro masih hidup, seharusnya dia bisa menjadi dosen atau guru privat yang hebat.

"Kalau begitu, ayo kita menyusul mereka, Seijuurou-kun."

"Tunggu sebentar, Tetsuya. Aku ingin ganti baju lebih dulu, bisa-bisa aku tersandung kalau terus memakai ini sepanjang festival."

Ah, benar. Kimono merah marun panjang yang biasa digunakan Seijuurou memang tidak tepat dipakai saat ini—walaupun itu sangat cocok dengannya.

"Memangnya Seijuurou-kun ingin pakai baju seperti apa?"

Tali pada pinggangnya ditarik. Sekarang, kimono berwarna merah darah yang dikenakannya tersingkap. Seijuurou melepasnya, membuangnya ke sembarang arah.

Tubuh Kuroko memanas otomatis. Melihat tubuh polos Seijuuro memang selalu membuat sesuatu di dalam diri Kuroko memberontak, padahal ia sudah beberapa kali melihatnya.

Perasaan ini.. namanya apa?

Buru-buru memalingkan wajahnya. Ingin lihat tapi malu.

Seijuurou menyeringai diam-diam.

Ya seperti itu. Aku suka melihatnya.

Tetsuya yang malu-malu ketika melihatku.

Seijuuro tidak peduli bagaimana orang-orang memandang dirinya. Dirinya yang dia tahu adalah laki-laki yang memiliki rambut merah menyala, tubuh ehm pendek ehm dan kurus, dan kulit yang terbilang putih. Sedangkan dirinya yang orang lain lihat berkebalikan dari dirinya ini. Menyeramkan.

Dan jika benar begitu.. asal Kuroko mau tetap menerimanya dan bersama dengannya saja. Ia tidak akan marah. Ah, marah saja Seijuurou tidak tahu caranya.

Ia melangkahkan kakinya, kearah rak didekatnya. Mengambil sesuatu yang sudah terlipat rapih disana.

Seijuurou sudah menyiapkannya dari jauh hari, seragam lengkap SMA Teiko—sama dengan milik Kuroko—yang ia ambil dari koperasi. Memang ia belum mendapat izin dari sana.

Bagaimana caranya meminta izin? Jika Seijuurou meninggalkan memo kalau seragam mereka dipinjam olehnya, atas nama Akashi Seijuurou, bisa-bisa mereka mati berdiri mendapatkan pesan dari sosok legenda dari SMA Teiko.

Tapi ia tidak mencurinya kok. Seijuurou akan mengembalikannya nanti—tak tahu kapan itu. pokoknya sampai ia selesai menggunakannya karena rencananya untuk seterusnya ia ingin memakai seragam ini.

Agar sama dengan yang lain—walau tak terlihat, biarlah.

Yang penting, Kuroko bisa melihatnya.

Sejujurnya, Seijuuro tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Lucu bukan?

Aku ini apa? aku ini siapa? Ketika sedang sendirian di tengah malam, kerap kali dirinya merenungkan hal ini.

Dan berakhir dengan jawaban yang sama—

..Siapapun aku ini, aku tidak peduli. Mau semenakutkan aku,asal ada Tetsuya..

Selesai memakai seragamnya, ia berjalan kembali mendekati Kuroko Tersuya. Dipandangnya wajahnya yang masih menghadap kearah lain.

"Hei, Tetsuya bagaimana menurutmu?"

Yang dipanggil langsung melirik. Untuk beberapa saat Kuroko terdiam. Memerhatikannya dari kepala sampai ujung kaki.

"Cocok sekali." Tangan kanan itu terulur padanya. Senyum hangat diwajah polosnya muncul. "Mari kita pergi, Seijuurou-senpai."

Di detik berikutnya, Seijuuro menarik tangan yang terulur itu kemudian memeluk lehernya kuat, membuat tubuh keduanya terjatuh dilantai.

"Seijuurou-kun!"

.

.

.

..Tetsuya,sepertinya aku memang jatuh cinta padamu.

.


.

"Kenapa?"

Satu pertanyaan yang sedari tadi Midorima gumamkan dalam hati.

Kenapa kenapa KENAPAAAA!?

Kenapa tiba-tiba dia berada disini, kenapa ada wig yang terpasang di kepalanya? Kenapa rasanya wajahnya tebal penuh dengan sesuatu yang anak perempuan biasa gunakan? Kenapa dia memakai baju maid dengan renda dan pita disana-sini? Kenapa ada stocking hitam panjang di kedua kakinya?

Dan kenapa pula dia langsung menyetujui permintaan teman-teman Ogiwara tadi yang dia sendiri belum tau apa itu?

Berkedip sekali, Midorima merasakan bulu matanya lebih berat dari biasanya. Berkedip lagi dia hanya bisa tercengang melihat cermin besar yang sedang berdiri tegap dihadapannya.

Siapa gerangan gadis cantik yang sedang berdiri dihadapannya ini? Hei, nona, bolehkah aku tahu namamu, atau meminta nomor telepon, barangkali?

Hell!

Mencengkram kedua sisi cermin dengan tangan gemetar, Midorima ingin membenturkan kepalanya pada kaca itu kalau saja Ogiwara tidak buru-buru masuk—

"Hentikan, Midorimaaa!" tangan ditahan, Midorima memutar lehernya kaku, memandangnya dengan wajah datar.

"Ogiwara, kumohon bangunkan aku dari mimpi buruk ini. Pukul, tampar, tendang, atau apa saja, aku ingin bangun."

-Baru saja aku jatuh cinta dengan diriku sendiri!

"Tahan tahan! Aku tidak mungkin melakukan hal itu dan kau sedang tidak berada di dalam mimpi, ini nyata—

..Apa katanya?

Saat seperti ini Midorima jadi amnesia, lupa kejadian beberapa menit sebelumnya.

Jadi, err.. biar dia ingat kronologisnya.

Ia dan Ogiwara sedang berjalan di tengah festival, melihat-lihat kondisi sekitar. Di jalan ia bertemu sekumpulan anak yang mengaku teman Ogiwara, anak-anak itu memerhatikan dirinya dari kepala sampai ujung kaki kemudian menarik Ogiwara untuk membicarakan sesuatu yang rahasia. Midorima hanya berdiri diam disana, sedikit penasaran juga. Setelah mereka selesai berdikusi mereka meminta bantuan kepadanya, baru ingin menolak, tiga anak itu langsung bersujud di hadapannya bersamaan—memohon dengan sangat agar Midorima mau melakukan sesuatu untuk membantu mereka. Dan itu membuatnya kikuk.

Jadi, Midorima langsung menerima permintaan mereka tanpa tau apa yang sebenarnya diinginkan mereka.

Sedetik setelah dia mengatakan 'ya' tangannya langsung ditarik entah kemana. Ia dimasukkan di suatu ruangan setelah itu dia tidak ingat apa-apa.

Aa.. tapi dia ingat benar saat dua perempuan gila memakaikannya korslet, menariknya kencang, memaksa pinggang Midorima yang rata itu agar berbentuk, membuatnya hampir mati.

..Jadi, semua itu bukan mimpi?

Kalau Midorima tau mereka memintanya untuk crossdress menjadi maid, Ia akan langsung menolak dengan tegas.

Memang salahnya yang terlalu baik.. sih.

"Tapi tapi, Midorima kau cantik sekali sekarang—

Blush!

"Aku jadi ingin memacarimu. Apalagi di tempat gelap seperti ini, aku jadi ingin menganu—

Pukulan instan tepat di perut.

"Ugh! Aku bercanda! Ta-tapi itu sungguh—

Tangan diangkat tinggi-tinggi, Midorima siap melayangkan pukulan keduanya

"AKU BENAR-BENAR BERCANDA!"

Tangan itu turun perlahan, Midorima mulai tenang. Ogiwara menghembuskan nafas lega.

"Yang tadi itu sakit tahu.." mengelus perutnya, Ogiwara pura-pura memasang wajah kesakitan. Membuat Midorima gelagapan, agaknya merasa bersalah.

"I-itu karena perkataanmu tidak sopan! Hmp."

Ini juga salahnya, siapa suruh mengatakan hal yang tidak pantas seperti itu, ditambah situasi saat ini..

"Eh? Tapi itu sungguhan! Kau cantik, cocok sekali jika menjadi maid. Aku akan menyewamu semalaman—

Melepas sepatu hak tingginya, Midorima bersiap menancapkan mata hak itu tepat dijidat Ogiwara agar laki-laki kurang ajar ini berhenti mengatakan hal yang aneh-aneh—kalau saja tangan Ogiwara tak sigap menahannya, mungkin hak itu sudah tertanam di kepalanya, menembus otaknya.

"MAAFKAN AKU! AKU AKAN DIAM!"

Keduanya tak bergeming. Midorima menunduk, wajahnya tersembunyi oleh poni panjang yang menjuntai. Sedangkan Ogiwara masih menahan tangan Midorima yang masih memegang sepatu hak tingginya, takut temannya marah dan murka lalu tiba-tiba menyerangnya.

Wajahnya diangkat sedikit, ada rona kemerahan di kedua pipinya, "Ma-makanya berhenti mengatakan hal yang memalukan seperti itu.." nada suaranya semakin mengecil.

Tangan diturunkan, Ogiwara Shigehiro menghela nafas lega untuk yang kesekian kali. Jangan sampai mulutnya mengatakan sesuatu yang aneh lagi, deh.

Midorima meletakan sepatu heelsnya dibawah, memakaikannya pada kakinya. Merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan, menyisir rambut palsunya yang panjang dan terurai menggunakan jarinya.

Ada kaca disampingnya, sepasang emerald tak sengaja melirik dan mendapati seorang gadis cantik yang sedang memandangnya kembali disana—gadis itu memakai kostum maid berenda, stocking hitam dan—

Stop! Itu dirinya, dan lagi-lagi Midorima malah terpesona dengan dirinya sendiri.

Ogiwara bilang dirinya ini lumayan cantik, dan Midorima akui dia bahkan mengagumi dirinya saat ini.

Apa..

Apa jika Kuroko Tetsuya melihatnya yang didandani seperti ini, dia akan memuji Midorima? Terpesona, kemudian jatuh cinta dan berpaling kepadanya—dari Akashi Seijuurou?

Mustahil.

Kuroko sudah terlanjur kepincut dengan Akashi Seijuuro.

Tau darimana? Gampang, biru muda yang selalu memandang sang krimson dengan tatapan berbeda dari yang lain, gelagatnya pun sama.

Karna Midorima selalu mengawasinya, jelas dia tau.

Dan Midorima cukup tau diri, jika disandingkan dengan Akashi Seijuuro, jelas ia kalah telak.

Cantik, ceklis. Putih, ceklis. Mungil, ceklis. Menggoda-errr..

Bukannya Midorima mengakuinya, tapi yang dikatakannya murni fakta yang ia lihat dari balik kacamata bingkai tebalnya.

Karena Akashi Seijuurou terlalu berani untuk mendekati mangsanya, dan Midorima terlalu gengsi, untuk sekedar mengambil langkah pendekatan.

Makanya, sekarang dia kecolongan.

Jari jemarinya saling bertautan, mencengkram lengannya satu sama lain.

Duh, memikirkan itu rasanya Midorima jadi kesal dengan dirinya sendiri.

Suara pintu yang dibuka kasar mengagetkan kedua insan yang sedang asik dengan pikirannya masing-masing dalam ruangan itu.

"Dimana guest star kita—nah itu dia! Ayo cepat kita harus buru-buru!"

Tangan Midorima ditarik paksa. Ia terulur ke arah Ogiwara, meminta bantuan. Tapi yang ada si pemuda hanya nyengir tanpa dosa, menunjukan jempolnya sambil berkata- 'Good luck' tanpa suara.

Benar-benar minta dihajar anak itu, awas kau, Ogiwara Shigehiro!

Pundaknya didorong. Midorima berbalik—memasang wajah bingung—menatap segerombolan siswi perempuan yang ada diruangan itu.

Salah satunya mendekatinya, perempuan ini yang memasangkan korslet dengan sangat brutal pada tubuh sispack miliknya.

"Kau adalah pelayan. Layani mereka dengan baik. Kau harus bisa menarik perhatian mereka. Kalau tidak—"

Merinding. Ia merasakan aura berbahaya dari perempuan disampingnya ini. Gawat, ia tidak boleh gagal kali ini. Bukannya Midorima takut pada perempuan ya..! bukan! Bukan itu. hanya saja, ya ia hanya sudah lelah dengan semuanya.

Midorima Shintarou berbalik— kembali ia memandang lurus, dan mendapati banyak pasang mata laki-laki yang sedang memandanginya antusias.

Ia malu bukan kepayang. Diawasi dengan tatapan seperti itu, jujur membuatnya risih.

"Aa.. etto.. Selamat datang, gojuzin-sama!" jari-jemari dikedua tangannya ditautkan, ditaruh di depan. Ia sebisa mungkin menunjukan senyum tercantiknya—yang bahkan kedua orang tuanya tak pernah melihat senyum itu.

Diam. Midorima yang malu memilih menunduk, tidak mendapati reaksi yang wajar.

Krik krik.

Gagal.. ya?

Mau ditaruh mana mukanya setelah ini? Sudah gagal, tertimpa tangga—ups, salah. Mungkin frasa yang lebih tepat adalah sudah jatuh tertimpa tangga.

Pertama, hari ini ia terlambat datang ke sekolah. Kedua, ia salah membawa buku pelajaran—yang seharusnya ia membawa buku untuk pelajaran hari Rabu, yang dibawanya malah buku pelajaran untuk hari Jumat—efek ngebet ingin cepat-cepat libur begini, nih. Ketiga, kena tikung hantu genit dan kurang ajar. Keempat, diculik dan dijadikan banci macam sekarang. Terakhir, sudah dipermalukan di depan orang-orang, ia malah diabaikan.

Krik krik.

Mungkin ia memang sedang lelah.

..Tolong. Kokoro ini sudah tak kuat. Bang, bunuh saja dirinya ini di rawa=rawa. Ia rela.

Huh. dasar lemah, dasar payah kau, Midorima Shintarou.

"Mbak.." satu orang mengangkat tangan, Midorima mengangkat wajah— memperhatikan orang itu, laki-laki yang mempunyai wajah sangar, rambut biru gelap, kulit gosong, pokoknya tidak ada yang bagus darinya.

"Aku pesan pancake rasa apa saja, kalau ada rasa cinta, lima porsi. Sekarang ya, mbak, tak pakai lama."

"A-aku juga!"

"Aku pesan menu spesial yang ada! Lengkap dengan spesial service darimu!"

"Aku!"

Oke, Midorima mulai kewalahan, kenapa orang-orang ini malah gencar memesan makanan sekarang.

Midorima bingung, ingin mulai darimana!

.

.


.

.

Seijuurou menarik pergelangan tangan Tetsuya, melewati kerumunan siswa-siswi Teiko yang sedang menikmati Festival di lapangan. Tubuh kecil Kuroko sempat menabrak beberapa kakak kelas berbadan besar dengan wajah garang, tapi sebelum mereka menyadarinya, Seijuurou buru-buru menariknya menjauh, tidak sadar kalau orang yang ditariknya dalam bahaya.

Ini gara-gara Seijuurou yang kelewat antusias!

Kuroko bertanya-tanya, apa tahun-tahun sebelumnya, ketika Festival seperti ini berlangsung, Seijuurou sesemangat ini?

Kalau iya, dengan siapa? Sendirian, kah?

Kalau tidak, apa yang dilakukannya saat orang-orang sedang bersenang-senang? Merenung, atau, memandang dengan iri dari gedung lama..?

"Kesini, Tetsuya! Lihat ikannya! Aku mau, Tetsuya harus ambilkan sepasang untukku!"

"Hai-hai."

"Ne~ Tetsuya belikan aku takoyaki itu~ aku lapar.."

"Ne, Tetsuya itu apa?"

"Tetsuya! Aku mau itu!"

"Tetsuya~"

Telinganya hampir pecah, namanya disebut berulang kali dengan nada khas Seijuurou—yang nyaring. Tiap stand yang berada di kanan-kiri mereka pasti selalu disinggahi oleh mereka berdua.

Kuroko tau, Seijuurou hanya terlalu senang.

Karena pada akhirnya ia memiliki seseorang untuk diajak mengobrol, tempat mengadu, teman untuk diajak berjalan-jalan seperti sekarang.

Ia pasti selalu kesepian. Tetsuya tau perasaan itu, karena ia juga merasakannya.

Tidak ada yang menyadari keberadaannya. Orang-orang men-cap jelek dirinya. Selalu sendirian.

..Seijuurou-kun yang malang.

Termasuk dirinya—juga bukan pengecualian.

.

.

.

"Okonomiyaki~ dango~ kembang gula~"

Seperti anak kecil—Seijuurou bersenandung kecil namun terdengar merdu sambil melahap satu-persatu makanan yang ia nyanyikan. Kedua tangannya penuh, disekitar bibirnya terdapat noda saus dan gula yang hampir mengering. Tapi wajah itu tetap terlihat senang.

Kuroko menahan lengannya agar berhenti sejenak. Mengambil sapu tangan dari saku celananya lalu mengusapkannya pada sekitaran wajah si lelaki merah.

"Nah, sekarang sudah beres."

Sapu tangan diletakkan kembali pada tempatnya, Kuroko tersenyum tipis. Puas karena sekarang wajah itu sudah tak ternoda lagi.

Ia suka mengamatinya, wajah polos Akashi Seijuurou. Apalagi Seijuurou yang sedang bahagia saat ini.

"Terimakasih, Tetsuya."

Keduanya melanjutkan perjalanannya kembali, melewati kerumunan anak-anak yang tak menyadari keberadan keduanya.

Tak terasa langkah kaki keduanya membawa mereka ke tempat tujuan Seijuurou. Stand rumah hantu.

"Seijuurou-kun, kau yakin ingin masuk ke dalam sini?" ragu ia bertanya, ia melirik pada sisi kanannya. Seijuurou sedang memandang pintu masuk menuju rumah hantu dengan mata yang berbinar seolah baru menemukan harta karun.

"Akhirnyaaaa~ Kesempatan datang! Aku ingin melihat wajah ketakutan Tetsuya. aku ingin melihat Tetsuya yang menangis di pelukanku. Aku ingin melihat Tetsuya yang tak berdaya. Aku ingin melihat Tetsuya yang memelas padaku sambil mengatakan dengan mata berarir, 'Seijuurou-kun.. aku takut.. hiks..'. Aku ingin melihat itu semuaaaaa. Tetsuya, sekarang tunjukan itu padaku!"

Ketika ia menengok—

Yang didapatinya hanya udara kosong. Tetsuya-nya menghilang.

"Tetsuya!?"

.


.

Meninggalkan Seijuurou saat ia sedang berceloteh panjang lebar seperti tadi memang tidak sopan. Kuroko mengakui itu.

Tapi daripada mendengarkan keinginannya yang terdengar aneh terus mengalir tanpa henti dari bibirnya, dan rasanya ia ingin menyempal bibir itu dengan satu ciuman agar berhenti berbicara. Kalau Kuroko melakukan ini sudah pasti ia akan berhenti. Tapi siapa yang tau apa yang terjadi kemudian?

Seijuurou-kun itu tipe makhluk yang suka menggoda, apa yang dipikirkannya kalau Kuroko tiba-tiba menciumnya. Bisa-bisa ia minta lebih dan Kuroko belum siap. Belum berarti akan. Ia masih harus banyak belajar.

Jadi, ketika melihat kesempatan untuk menyelinap, Kuroko Tetsuya lekas meninggalkan tempat perkara. Berjalan pelan menuju kafe yang letaknya hanya beberapa meter dari stand rumah hantu. Beruntungnya, kafe itu tengah ramai dikerubungi siswa-siswa yang tengah mengantri, jadi keberadaannya cepat tertelan kerumunan laki-laki.

"Ramai sekali."

Diantara semua stand yang sudah ia singgahi bersama Seijuurou, stand maid cafe ini yang paling ramai.

Tidak heran, memang dari tahun ke tahun tempat seperti inilah yang paling ramai. Siapa yang tidak tertarik dengan gadis sexy nan manis berpakai pelayan minim, yang siap melayanimu?

Ah, ada. Dirinya adalah pengecualian. Ia kurang tertarik dengan hal semacam ini. Bukan berarti Kuroko tak menyukai wanita, ya. Hanya saja, perempuan yang pendiam, lugu, dan mempunyai sifat dewasa, lebih membuatnya nyaman.

"Aaaa.. Midorin-chan! Aku sudah tak sabar ingin melihatnya. Katanya dia manis sekali, juga pemalu. Ah tipe tsundere sepertinya membuatku bersemangat!"

"He? Yang benar!? Semoga saja aku tak menerkamnya nanti, ah bisa bahaya!"

Mendengar obrolan dua siswa di sebelahnya membuat dahinya berkerut samar.

Midorin chan dan tsundere jika disatukan akan menjadi Midorima Shintarou, dipikirannya.

Are, tunggu.. Mereka tidak sedang membicarakan teman berkacamatanya, kan? Tidak mungkin. Midorima-kun mana mau melakukan hal memalukan seperti ini. Dan bukannya yang namanya maid itu perempuan ya?

Terlanjur penasaran, Kuroko Tetsuya menyelinap melalui celah-celah para siswa SMA Teiko yang sedikit rusuh, tak sabar menunggu giliran masuk. Terbawa arus, tubuh Kuroko tiba-tiba saja sudah berada di depan pintu masuk.

Ia tersenyum tipis, mempunyai tubuh kecil tidak buruk juga.

Di dalam, ia mendapati sosok yang amat dikenalnya sedang mondar-mandir membawakan nampan yang penuh dengan makanan.

"Midorin-chan~ aku ingin pesan yang seperti ini satu lagi."

"Ha-hai!"

"Midorin-chan, mana pesananku?"

"Se-sebentar!"

"Midorima-kun?"

Midorima Shintarou yang sedang sibuk dengan pesanan ditangannya menghentikan langkahnya ketika namanya disebut oleh suara yang familiar.

Tangannya gemetar saat mengetahui siapa yang memanggilnya.

Berdiri tak jauh darinya, dengan wajah sedikit di miringkan, tak lupa wajah datar seperti biasa, adalah Kuroko Tetsuya. "Ku-kuroko sedang apa.. disini?"

"Aku penasaran jadi aku memutuskan untuk mampir. Dan, Midorima-kun—"

Wajahnya memerah kali ini. Ia baru menyadari sedang berada dihadapan pujaan hati, memakai kostum memalukan pula. "Tunggu—a-aku bisa jelaskan—"

"Kau cantik."

Dua kata diucapkan dengan senyum memepesona bak malaikat jatuh. Tubuhnya memanas dari kepala sampai ujung kaki. Ketika tangannya mulai gemetar tak karuan dan nampan ditangannya bergoyang, isinya hampir tumpah—ia merasakan sesuatu yang lembut menekan lengannya, menggenggamnya erat agar Midorima tak jatuh.

"Midorima-kun tak apa-apa?"

Tubuhnya dimundurkan beberapa langkah, berusaha jauh dari pemuda mungil dambaan hati.

"Aaa.. silahkan duduk dulu, Ku-kuroko-sama."

Ia membungkuk, sebelum berlari meninggalkan Kuroko Tetsuya dengan wajah merah. Sekujur tubuhnya panas luar biasa.

Tapi ia senang. Diam-diam bibirnya tersenyum tipis.

..

.

.

.

.

Ia meneguk segelas air putih yang sudah tersedia diatas meja. Menunggu pesanannya dibawakan oleh teman satu klubnya. Rasanya sudah tegukan ketiga, sejak beberapa menit lalu Midorima mempersilahkannya duduk dan menyuruhnya untuk memesan sesuatu.

Tapi sepertinya keberadaannya kembali dilupakan, terbukti, Midorima malah melayani tamu yang lain ketimbang dirinya yang sudah menunggu lama.

Ah, sudah biasa..

Kuroko akan menunggu sebentar lagi. Kalau Midorima tetap tak mengingatnya, ia akan pergi saja.

Lagipula, Kuroko sekarang jadi cemas dengan keadaan Seijuurou. Pasti ia sedang panik mencarinya.

"Tetsuya~ Mitsuketa."

Tubuhnya membeku kala mendengar sapaan itu.

Itu bukan Seijuurou—melainkan tiga sosok yang tak ingin ditemuinya. Seringai mengerikan terpampang jelas di wajah garang mereka.

"Se-senpai?"

"Petak umpatnya selesai, Tetsuya kalah~" katanya dengan nada main-main.

Padahal selama ini Tetsuya sudah lari dari mereka. Kenapa mereka bisa menemukannya.

Apa hawa keberadaannya yang tipis sudah hilang? Kuroko bersyukur kalau iya. Tapi kalau situasinya seperti sekarang, mimpi buruk namanya.

.

.

.

.

"Dia pergi.." saat Midorima kembali dengan segelas Vanilla Milkshake di nampannya, orang yang dicarinya sudah menghilang.

Ia menghela nafas berat.

Salahnya yang melupakan keberadaan Kuroko. ia benar-benar tak ingat tadi. Terlalu banyak yang memesan, Midorima lelah dan kewalahan sendiri.

Padahal ini bisa menjadi langkah pendekatan yang baik. Dasar Midorima bodoh, bisa-bisanya menyia-nyiakan kesempatan langka macam tadi!

"Shintarou?"

Kaget dengan keberadaan disampingnya, Shintarou melompat sedikit menjauh.

Tiba-tiba sosok Akashi Seijuurou yang memakai seragam SMA Teiko sudah berdiri disisinya saja. Apa hawa keberadaan Kuroko menular pada Seijuurou?

Tidak. itu karena Seijuurou hantu, dan hantu bisa muncul dimana saja dan kapan saja.

"Ternyata benar.. kau Shintarou! Hei—sedang apa kau berpakaian seperti ini!? Berusaha menggoda Tetsuya-ku, ya!? Kau ingin merebutnya dariku!? Dasar kau curang!"

"Haah? Apa yang kau katakan!? Aku tidak licik sepertimu, Tuan Hantu Akashi Seijuurou-san. I-ni akibat paksaan teman Ogiwara, aku terjebak dalam situasi seperti ini!"

"Bohong! Aku tidak percaya. Aku tahu kau frustasi karena kalah bersaing denganku, makanya kau berpakaian seperti sekarang, untuk mengambil perhatian para lelaki—termasuk Tetsuya."

Kacamatanya dinaikkan. Malas berdebat, Midorima mencoba mengalihkan pembicaraan. "Hentikan omong kosongmu, Seijuurou. Yang terpenting, apakah kau melihat Tetsuya?"

"Eh? Ti-tidak.. aku juga sedang mencarinya. Dia tiba-tiba menghilang dari sisiku."

"Huh.. begitu. Tadi dia sempat berkunjung kesini. Tapi sepertinya ia pergi karena terlalu lama menunggu.."

"Tetsuya mampir kesini?"

Midorima mengangguk.

"Aneh—Tetsuya tidak mungkin pergi begitu saja.. itu—"

Deg!

"Se-seijuurou?"

Melihat tubuh Akashi Seijuurou yang tiba-tiba membeku membuatnya kebingungan. Poni panjangnya menutup sebagian wajahnya. Membuat Midorima sulit menebak apa gerangan yang tengah dipikirkan oleh pemuda merah ini.

Tapi ia sadar akan aura mencekam yang mulai menyebar disekitarnya—membuat bulu kuduknya ikut berdiri.

"Bahaya."

Tanpa aba-aba, sosok Seijuurou bergegas pergi dari hadapannya. Langkahnya terburu-buru.

.

.

.

'Tolong aku, Seijuurou-kun..'

.


.

"Hoi, kenapa kau menariknya kesini!? Kau tidak tau tempat apa ini?"

"Ha? Kenapa? Ini hanya gedung tua yang kotor dan kumuh. Kalau disini, tak ada yang bisa menganggu kita!"

"E-eh? tapi.. Akashi Seijuurou-san, pasti akan marah kalau kita mengotori tempatnya.."

"Akashi Seijuurou yang itu? Lupakan! Dia hanya rumor yang belum tentu ada. Memangnya ada saksi yang pernah melihatnya? Kalaupun ada, palingan mereka hanya ingin menakuti kita. Akashi Seijuurou itu mitos, jangan takut!"

Keduanya mulai percaya dengan omongan ketua mereka. "Benar juga.."

Mereka melanjutkan menyeret tubuh ringkih Kuroko dengan kasar.

.

.

.

Tanpa berpikir resiko yang akan di terimanya karena sudah bermain-main dengan sesuatu milik Akashi Seijuurou.

.


.

Tubuhnya didorong kuat, sampai menghantam tembok sebelum jatuh dan tersungkur di lantai kayu yang berdebu. Seragam putihnya berganti warna menjadi cokelat sekarang.

"Hei, kemana saja kau selama ini, cupu."

"Pintar sekali bersembunyi dari kami."

"Berminggu-minggu kami mencari jejakmu, kau memang pintar menyelinap ya, dasar anak nakal!"

Bugh!

"A-ampun, se-senpai.. Ah!"

Tendangan dilayangkan lebih dari sekali, dan tepat mengenai perutnya.

Kuroko meringkuk, memegangi perutnya yang sekarang menjadi korban amukan kakak kelasnya.

"Jangan katamu? Dasar tidak tau diri! Selama ini kau berhenti membawakan kami bekal. Kau juga tak menyetor uang jajanmu pada kami!"

"Ah.. hukuman seperti apa yang cocok kira-kira untuk pembangkang ini, ya?"

Kepalanya diinjak. Sepatu itu menekan kepalanya kuat. nyeri menjalar di seluruh kepalanya..

Air mata kini mengalir di kedua iris biru muda. Kuroko Tetsuya tak kuat. Ia tak mau diperlakukan seperti ini. Ia menolak, Kuroko benar-benar lelah.

"Hei hei~ jangan memasang wajah seperti itu. Kau sedang menggodaku, ya?"

Ia bosan dibully seperti ini.

Siapa saja, tolong..

"TOLONG AKU!"

"Haha..! Meminta tolonglah sesukamu, mau kau berteriak sampai suaramu habis pun, tidak akan ada yang datang!"

'Tolong aku.. tolong aku.. tolong aku—

.

.

Seijuurou-kun..'

.

..

Angin berhembus kuat. dingin menyebar—menusuk sampai tulang.

Pertama, lampu berkedip. Pelan—semakin lama semakin cepat sebelum bohlam redup itu hancur.

Kemudian, terdengar retakan yang berasal dari jendela disekitar koridor sebelum kaca tersebut hancur berkeping-keping tanpa sebab secara beruntun.

Dari pojok terdengar derap langkah kaki pelan, ada aura mengintimidasi yang ikut mendekat seiring dengan suara langkah kaki yang semakin keras—tanda si pemilik mendekat.

Sekelompok anak yang tadinya sibuk memukuli dan menendangi Kuroko menghentikan aktifitasnya. Memperhatikan lorong sana.

"Ga-gawat.. dia datang!"

"Kan aku sudah pernah bilang jangan masuk kesini. Ini daerah miliknya!"

"Ku-kukira rumor itu bohong..."

"Kau mau bilang keberadaanku hanya gosip belaka?"

Tau-tau, sosok itu sudah berdiri dihadapan mereka saja— dengan rupa yang tak terdefinisikan. Seluruh tubuhnya tertutupi bayangan hitam kelam. Ada jejak darah yang menghitam di belakangnya. Dan bau busuk yang mulai tercium.

Tidak salah lagi—sosok dihadapannya ini adalah Akashi Seijuurou.

"Nah, bocah-bocah nakal, apa yang akan kau lakukan ketika rumor yang kau katakan itu sedang berdiri dihadapanmu."

Merasakan aura mengintimidasi yang menguat—tiga pemuda ini merasa tubuhnya melemas. Ketiganya jatuh bersimpuh dihadapan sosok Akashi Seijuurou yang sedang murka.

"Aku tidak peduli kalian menghinaku atau membicarakanku yang tidak-tidak. Satu yang perlu kalian tau, ketika kalian menyentuh, menganggu, menyakiti apa yang menjadi MILIKKU, saat itu aku akan marah. Jangan sekali-kali melayangkan tangan kotor kalian pada Tetsuya-ku, bajingan."

"A-ampun.."

"Kalian..." kapak diangkat tinggi-tinggi. Semuanya membulatkan matanya tak terkecuali Kuroko. Bisa gawat kalau Seijuurou-kun sudah mengamuk.

.

.

Melihat wujud Akashi Seijuurou seperti sekarang, diam-diam membuat bulu kuduk Kuroko Tetsuya merinding. Ini seperti saat pertama kali bertemu Midorima, rupa Seijuurou yang cantik dan anggun berubah menjadi menyeramkan di matanya.

Iya, Seijuurou-kun itu memang seram kalau sudah marah. Dan ketika itu terjadi, ia seperti lupa akan segalanya.

Lupa dengan kepribadian dirinya yang polos, lugu dan menyebalkan. Lupa kalau ia itu sebenarnya adalah makhluk yang baik dan lupa kalau ia tidak bisa marah.

Seijuurou pernah bilang padanya, kalau ia tidak bisa marah.

Lalu, Seijuurou dihadapannya sekarang ini apa?

Kuroko telah berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan selalu berada disisinya.

Tidak peduli sejahat apapun Akashi Seijuurou yang sebenarnya, sejelek apa rupanya, maupun sebusuk apa hatinya.

Karena Kuroko sudah positif jatuh hati pada hantu lupa ingatan yang menjadi penunggu di gedung lama SMA Teiko—Akashi Seijuurou.

Kuroko menelan ludah.

Ia melangkah pelan, mendekati figur laki-laki dengan amarah yang tengah berkobar. Dan semua amarah itu hadir dikarenakan dirinya.

Kuroko tak tahu bagaimana cara menanggapi sekumpulan siswa kurang ajar yang gemar mengerjainya sampai keterlaluan.

Ia lemah, Kuroko mengakuinya. Karena itu ia hanya diam. Diam seperti boneka kayu yang pasrah diperlakukan seperti mainan.

Tapi kemudian dia datang. Seijuurou marah demi dirinya. Tidak terima dengan semua perlakuan yang Tetsuya dapatkan, disaat si objek sendiri diam seperti patung.

..terimakasih sudah peduli dengan diriku, Seijuurou-kun. Kau membuat rasa itu bertambah di hati ini.

Kuroko memeluk sosok Akashi Seijuurou dari belakang.

Mengabaikan atmosfir berat yang berada disekitar. Mengabaikan kulitnya yang sekarang berubah menjadi kehitaman—dengan tekstur kasar. Mengabaikan aroma mint yang kini berganti menjadi busuk bagai bangkai.

"Hentikan, Seijuurou-kun!" berteriak sambil menutup mata, lingkaran tangannya pada pinggang sang pemuda merah makin mengerat. Kepalanya disandarkan pada bagian belakang Akashi Seijuurou.

"Jangan seperti ini.. Seijuurou-kun yang aku kenal bukan laki-laki pemarah yang suka menyakiti orang lain."

Punggung itu diam tak merespon. Tetsuya masih tetap pada posisinya.

Lama kelamaan, ia dapat merasakan tubuh di rengkuhanya yang mulai merileks. Ia membuka mata perlahan, menemukan rupa Akashi Seijuurou yang sudah berubah seperti semula. Hanya saja wajah itu belum tenang. Kedua rubi masih memandang tajam tiga sosok yang sedang meirngkuk ketakutan.

"Sudahlah, Seijuurou-kun. Biarkan mereka." Bisikan lemah menyapa, menggelitik ditelinga Seijuurou.

Kemudian wajahnya menengadah—seakan kesadarannya baru kembali.

.

.

.

Ketiga pemuda yang tadinya stuck ditempat mendapat kesadarannya kembali. Buru-buru mereka pergi tergopoh-gopoh, melewati Seijuurou yang diam karena sedang ditahan Kuroko (Catatan: dimata mereka, sosok Akashi Seijuurou tetaplah menyeramkan. Kuroko Tetsuya mensugesti dirinya kalau Seijuurou adalah sosok yang cantik).

"Aku tidak ingin mati!"

Ada yang sempat tersandung pula. "To-tolong.. jangan tinggalkan aku!"

.

..

.

Tatapan pada krimson melunak sedikit, ia masih jengkel bukan main dengan sekelompok pembully tadi.

"Cih. Mereka pergi." Kapak digenggamannya dibuang kesembarang arah. Terlempar, melewati celah jendela yang sekarang melongo tanpa kaca. Kemudian terdengar teriakan seperti 'Ampuni aku!' dari luar sana.

Seijuurou tersenyum licik. "Rasakan. Kutukanku menyertai kalian. Haha." Ia tertawa jahat bak tokoh antagonis pada sinetron murahan di televisi.

"Ano. Sudah puas tertawanya, Seijuurou-kun?"

Tak disangka Kuroko sudah berdiri dihadapannya.

Lebam menghiasi wajah dan tubuhnya. Ada darah disudut bibirnya. Rambutnya kacau, berantakan. Bajunya robek sana-sini. Seijuurou merutuk dalam hati.

.. Awas kalian, akan kupastikan mendapat ganjaran yang lebih dari ini.

"Jangan memasang wajah menakutkan seperti itu, Seijuurou-kun." Kuroko berkata lagi, menyadari aura mencekam mulai menguar kembali.

Jari-jari lentik menyentuh sudut bibir yang biru. Kuroko berjengit saat lukanya bersentuhan dengan jemari Seijuurou yang beku.

"Akan kubunuh mereka. Beraninya merusak wajah tampan Tetsuya-Ku."

Dan entah mengapa Kuroko tersenyum saat mendengar pernyataan sang laki-laki merah.

Terimakasih sudah mau peduli denganku, Seijuurou-kun.

Kerah baju ditarik, Kuroko berjinjit kemudian bibir dua insan saling dipertemukan. Iris rubi membola seketika.

Kuroko Tetsuya sedang menciumnya.

Terbawa suasana—keduanya berebut saling mendominasi dan entah karena apa Kuroko yang menang dalam perebutan. Seijuurou pasrah, ketika daging tak bertulang Tetsuya menginvasi lebih dalam.

Ada saliva yang terhubung diantara mereka ketika Tetsuya menyudahi pagutannya.

"Sudah lebih tenang?"

Dengan wajah yang memerah, Akashi Seijuurou mengangguk malu-malu.

Kuroko memalingkan wajah. Memandang Seijuurou yang sekarang bisa membuatnya terkena diabetes instan.

.. Manisnya.

.

.

.

Mereka berjalan beriringan—melewati koridor yang gelap tanpa penerangan sedikitpun. Cahaya matahari tak membantu karena sang surya sebentar lagi akan tenggelam.

Seijuurou memegangi Kuroko Tetsuya yang berjalan pincang disisinya.

"Tetsuya tau? Terkadang aku benci dengan nama ini. Nama Seijuurou sudah terlalu rusak dimata mereka. Aku jadi malu sendiri dengan Tetsuya.." katanya. Manik aquamarine melirik, murung menghiasi wajah sosok hantu disampingnya.

"Kalau begitu izinkan aku memanggilmu Sei-kun, boleh?"

"Sei..-kun? Tidak buruk juga. Aku selalu terima Tetsuya mau memanggilku apa saja."

"Kalau aku memanggil Sei-kun 'bitch', apa Sei-kun terima-terima saja?"

"Pelacur maksudmu!? Hm. Sebentar, kalau itu.. asalkan jadi bitch milik Tetsuya, dengan senang hati aku akan menerimanya!"

"Tidak. Aku hanya iseng, jangan dipikirkan. Sei-kun lebih baik."

Ia hanya bercanda. Mana mungkin ia memanggil Seijuurou-nya dengan sebutan 'bitch'? Seijuurou tidak hina seperti mereka. Seijuurou itu cantik dan terlihat begitu suci di matanya. Ia tidak akan membiarkan siapapun merusaknya. Perasaan ingin melindungi muncul.

Ah, tapi siapa yang bisa menyentuh Seijuurou? Mereka yang beruntung bisa menyentuhnya saja akan kabur ketika melihat rupanya.

.

.

"Mengapa Sei-kun datang menolongku?"

Pertanyaan retorik. Tentu saja Seijuurou akan datang menolong Tetsuya-nya ketika ia dalam bahaya. 'Kan ia sudah pernah bilang, kalau Seijuurou memiliki radar jika sesuatu yang 'mengancam' mendekati pujaan hatinya. Semacam ikatan batin—mungkin? Ah kalau benar begitu, baguslah. Itu artinya mereka cocok.

"Eh? Apa perlu alasan? Tetsuya sedang dalam bahaya, aku bisa merasakannya."

Oh tapi ingat wahai Akashi Seijuurou,

...Dunia kita berbeda..

Selamanya, Akashi Seijuurou tak akan pernah bisa bersatu dengan Kuroko Tetsuya. Dunia mereka jelas lain.

Ya, tapi siapa peduli? Untuk sekarang, yang terpenting adalah—bisa selalu bersama Tetsuya-nya saja, sudah membuatnya bahagia. Ia akan melindunginya dari apapun itu.

"Dan disamping itu.. aku.. entah kenapa benci melihat hal itu. Aku rasa aku pernah merasakan berada di posisi Tetsuya, dulu. Dan itu sungguh menyakitkan.. apalagi bila tidak ada yang menolongmu.. kau terus berharap ada seseorang baik hati, yang menghentikan perbuatan kejam itu..

Kepalanya berdenyut sekarang. Ingatan asing yang samar mulai terputar di kepalanya. Ia melupakan sesuatu—sesuatu yang penting. Tapi apa..

..Ingat.. ingat.. ingat.. ingatingatingatingatingat ingatlah Aku, Akashi Seijuurou!

"Sei-kun!"

"Ah!"

Kesadarannya dipaksa kembali. Seijuurou terkejut lantaran bahunya diremat kuat oleh Kuroko.

"Wajah Sei-kun jadi aneh.. Mungkin itu bagian dari masalalumu, apa kau bisa mengingat sisanya?"

Kedua tangannya mencengkram surai merah, kepalanya semakin berdenyut. Jika Seijuurou memaksa mengingat, kesadarannya bisa hilang.

"Sudah, Sei-kun. Tidak usah dipaksakan. Kalau itu hanya membuat Sei-kun sakit lebih baik lupakan saja."

.

.

.

.

.

"Heh.. lupakan dia bilang?"

Ia tersenyum kecut. Lupakan dirinya—maksudnya?

Ia menekan dadanya yang terasa sesak. Bebannya bertambah lagi sekarang. Beban yang lama saja sudah membuatnya menderita, sekarang Seijuurou dengan sangat bangganya menambah nyeri ditubuhnya.

"Cih. Anak tak berguna, hanya menambah rasa sakitku saja."

Lalu untuk apa ia memanggilnya waktu itu?

Karena ia kira manusia sepertinya bisa membantu. Karena hanya anak itu yang memiliki hawa keberadaan yang berbeda. Dan, karena hanya anak itu yang tidak memiliki rasa takut sedikitpun ketika memasuki daerah kekuasaannya ini.

Tetapi kini, rasa-rasanya ia menyesal telah memanggilnya.

.

.

.

Haruskah dilenyapkan..? Bocah itu hanya menghambat keinginannya saja.

.


Chapter 3: END


.

Catatan Pengarang:

Lama tak update.. Halo~

AN kali ini mungkin bakal diisi sedikit penjelasan, biar ngerti sama alurnya. Btw, aku sendiri baru tau gunanya Author Note, selain: salam, curhatan, balas review, bisa buat penjelasan juga. Bukan baru tau juga, sih.. baru sadar. /bunuhsaya /pemulayangjarangmenjelajah.

- Relasi hubungan Bokushi dan Oreshi?

Disini aku buat mereka jadi dua bagian. Tapi sebenarnya mereka satu, karena sesuatu yang terjadi sebelum Seijuurou menghembuskan nafas terakhirnya dulu, diri Seijuurou jadi membelah dan arwahnya jadi enggak tenang.

Bokushi punya sepasang mata emas. Oreshi merah.

Bokushi selalu ngawasin Oreshi. Oreshi enggak bisa lihat Bokushi.

Bokushi jahat atau enggak? Saa~ siapa yang tahu. Dia memang jarang tampil, tapi mungkin mulai chapter depan mau sering masukin dia ke cerita.

- Midorima, Ogiwara, dan Kuroko satu angkatan tapi di kelas yang berbeda.

- Rupa Seijuurou disini tergantung mereka yang lihat. Kalau dari awal mereka udah mensugesti kalau Seijuurou itu seram, maka itu yang akan dilihatnya. Kuroko dari awal memang gak pernah berpikir yang macam-macam tentang Seijuurou. Ah, mungkin pas dikasih tau Midorima, iya.

- Seijuurou itu selain hilang ingatan, dia lupa bagaimana untuk merasa dan berekspresi. Jadi Seijuurou (Oreshi) seperti jiwa yang kosong dan masih belajar.

- Kuroko korban bully di sekolahnya. Selain penampilannya yang ehm bisa dibilang sedikit culun (sopan; selalu berpakaian rapih; rambut dan poninya panjang; berkacamata=karena matanya minus; penurut; dan lemah). Karena hawa keberadaannya tipis, dia jarang di notis. Dia gak punya teman—sebelum bertemu sama Seijuurou.

- Seijuurou bisa kehilangan kendali juga, kalau udah begini segala amarah dan aura negatif disekelilingnya bakal berkumpul menjadikan diri Seijuurou sendiri buruk, dan dia sama sekali enggak sadar.

OgiMido jadi crackpair disini :" Ah, tapi aku suka bagian Midorima yang crossdress jadi maid. Ngebayanginnya bisa buat aku mimisan sendiri /

Kemungkinan rating naik ada.. aku mau buat adegan panas tapi belum berpengalaman.

Aku sempat buat Another Akakuro version (Ini KuroAka), Semi-canon dengan alur yang lebih ekstrem dari ini. Mungkin kapan-kapan bakan kupublish..

Chapter depan, pengen buat bagian Summer Camp, dimana mereka menginap di gedung lama buat nyelidikin tujuh misteri di SMA Teiko!

.

Untuk kalian—reader-tachi yang me-review di chapter sebelumnya, Terimakasih banyak! *bungkuk dalam-dalam* Jejak kalian berarti semangat untukku :"

Kapten Pelangi | Ritsu0593 | no name | 68 | momonpoi | Akaverd20 | Ariellin | BlackCrows1001 | Kurotori Rei | macaroon waffle | raralulu | fifurere | Shiroimiya Rea | 137

dan kalian yang membaca ini!

Sekali lagi, terimakasih banyak.

Salam Ukeshi '-')/