Naruto (c) Masashi Kishimoto

Matre/ Antara Aku, Ringgit, dan Rupiah (c) Me

.

AU. OOC Akut. NaruIno. Non baku.

.

Prolog

.

Kalau ada awards yang dipersembahkan buat tokoh antagonis di dunia nyata. Mungkin Mami mertuaku yang bakal jadi pemenangnya. Serius deh! Tuh emak-emak, benar-benar tipe mertua yang kampret kuadrat coy. Bayangin aja, sejak pertama kali kami ketemu sampai aku resmi jadi istri anaknya, dia doyan banget nyiksa aku secara lahir-batin. Mulai dari harus mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, yang selalu salah di matanya. Sampai harus mewek-mewek nelangsa di depan suami, gara-garanya si Emak mertua tiap hari sabtu sore selalu ngundang mantan pacar suami ke rumah, buat mempertontonkan bakat terpendamku sebagai babu.

Huaaaa! Nyeseknya itu bukan hanya di hati, tapi juga di siniiii … di kepala! Aku pusing sama kelakuan Mami. Dia benar-benar benci sama aku. Gara-garanya aku yang dianggap cuma anak yatim-piatu-tak jelas asal-usul bisa nikah sama anaknya yang super guanteng dan mapan. Dia mau anaknya nikah sama kaum priayi, kaum bangsawan yang kaya dan punya derajat yang sama dengan mereka. Heran, di jaman sekarang kok masih ada ya orang yang ngebanding-bandingin derajat manusia dari kekayaan dan asal-usulnya.

Alasan Mami mertua ngebenci aku mah simple begete, karena aku nggak kaya dan elegan seperti monyet, eh, wrong, maksudnya seperti Shion Miko, ex ceweknya lakiku sebelum ketemu sama aku. Konon katanya, si Shion itu kaya banget. Saking kayanya, bahkan jumlah angka nol di buku tabungannya Shion, ngalahin jumlah angka nol di buku tabungannya Tante Roro Fitria yang super kaya itu.

Kekayaan si Shion yang menjadi penyemangat hidup Mami, buat nyingkirin aku sebagai istrinya Naruto. Mami dan Shion selalu selaras dan kompak dalam membullyku.

Naruto udah berulang kali ngingetin aku buat mengabaikan sikap menyebalkan Mami Kushina dan Shion (yang tiap sabtu sore selalu datang buat makan di rumah suamiku. Ini cewek setan, ngakunya anak orang kaya tapi kok makan masih numpang di rumah mantan?! Cuih!) tapi bagaimana aku bisa mengabaikan mereka, kalau tiap hari si Mami selalu mancing esmosi dan cemburuku make si Shion kampret itu, dan perlakuin aku layaknya babu. Ngeberesin, nyapu, ngepel, rumahnya yang segede lapangan bola kelurahan. Masakin buat keluarga mereka. Nyuci semua baju orang yang ada di rumah itu (mulai dari baju Mami mertua, Papi mertua, lakiku yang bego tapi ganteng si Naruto. Bahkan sampe kancut adik iparku, suami Naruko, adik perempuannya Naruto yang juga super rese itu, kucuciin juga). Huaaa, aku nggak keluar dari pekerjaanku sebagai Pramugari di salah satu maskapai penerbangan internasional cuma buat jadi babu di keluarga mereka!

Karena aku sering mengeluhkan mengenai masalah yang sama pada Naruto, tak jarang kami sering bertengkar. Hingga puncaknya minggu kemarin, Naruto membentakku habis-habisan ketika aku lagi-lagi mengadukan perbuatan Shion dan Mami yang keterlaluan (menyiramiku dengan kuah sup ayam). Aku tahu saat itu Naruto sedang lelah, tapi aku juga sudah tidak tahan lagi! Kami bertengkar hebat, hingga tanpa kuduga Naruto mengucapkan kata sakral. Dia menjatuhkan talak padaku! HUAAAAAAAAAAAA! Tapi beruntungnya bukan talak tilu.

Marah pada apa yang sudah Naruto lakukan, aku kabur dari Rumah. Dan sudah tiga hari ini aku menginap di tempat sepupuku Sakura, yang merupakan seorang pilot cewek, yang juga kerja di maskapai penerbangan tempat kukerja dulu. Hiks. Jadi pengen kerja lagi.

Taruhan Mami sama Shion pasti lagi bikin acara selametan dan syukuran di rumah gara-gara aku kabur.

"Menurutku pernikahan kamu udah nggak sehat, In. Saranku mending kamu ajuin gugatan cerai aja buat Naruto." Untuk kesekian kalinya Sakura mengajukan usulan yang sama sejak aku tinggal di Apartemennya.

"Tapi aku masih cinta sama Naruto, Sak," sahutku sambil merenung, menatap langit-langit kamar Sakura yang berwarna putih. "Lagian masa baru tiga bulan merrid aku langsung jadi janda? Ogah ah!"

Sakura mendesah, "Terus kamu maunya gimana? Lanjutin hidup sama Naruto, tapi terus bertengkar gara-gara mertua matremu dan mantan pacar Naruto yang ganjen?" sejenak Sakura mengalihkan pandangannya dari buku tentang penerbangan yang dia baca, ke arahku, "Oh. Come on, Dear. Kamu masih muda, baru dua tiga, kamu juga masih cantik. Bukan hal yang sulit bagi kamu buat ngedapatin penggantinya Naruto."

"Iya. Nyari pengganti Naruto emang nggak sulit, cuma yang sulit itu ngelupain Narutonya!" oh God, aku benar-benar cinta setengah mati sama lakiku itu, walau dianya cuma cinta setengah hati sama aku. Hiks. Nyesek! "Kamu tahu sendiri kan, gimana perjuanganku buat dapetin dia?" aku nguber tuh laki dengan perjuangan yang penuh darah dan air mata! Dari jaman SMP-SMA-Kuliah-Kerja, masa sekarang harus dilepas begitu aja? Udah susah didapat malah mudah dilepas. KAGAK MAU!

"Ino. Ngelepas Naruto itu jauh lebih baik daripada kamu makan ati terus dan badanmu berubah kurus. Lagian Kakek juga nggak setuju kan sama pernikahan kamu yang terlalu cepat menurut beliau, makannya dia nggak mau datang ke pernikahan kamu, dan nggak mau kenalan sama keluarga suami kamu."

"Tapi aku bener-bener cinta sama Naruto. Dan aku nggak mau pisah sama suamiku." Pengen mewek.

Sakura mendengus. "Terus sekarang kamu maunya gimana?" menutup buku dan menatapku tajam.

Berpikir sebentar, kemudian memasang tampang sememelas mungkin. "Bantuin aku ngebujuk si Kakek buat nerima aku kembali di Wings Air."

Sakura langsung pasang tampang ngeri. "Ogah. Ntar aku ikut dipecat juga jadi cucu kakek. Situ kan udah dipecat secara tidak hormat jadi cucunya setelah nikah tanpa restu dari beliau."

Sialan. "Oh. Ayolah Sak. Emangnya kamu tega ngeliat sepupu kamu yang cantik ini jadi pengangguran? Luntang-lantung tanpa uang dan jadi gembel?"

"Kalau gitu pulang saja ke rumah suamimu."

"Nggak mau. Udah kena talak."

"Sekalian minta talak tilu aja," jawab Sakura enteng sambil nyengir jahil.

Setan nih sepupu. "Gue ogah jadi janda!"

"Ya. Terus kamu maunya kayak gimana?"

"Aku mau pekerjaanku balik. Kakek maafin aku. Suamiku kembali. Dan ngasih pelajaran sama duo matre Kushina dan Shion!" jawabku berapi-api.

Sebelah alis Sakura terangkat tinggi, "Trus caranya?"

"Hehehe. Kalau soal itu kamu yang mikirin, otakmu kan otak kriminal, Sepupu."

Sakura langsung cemberut. "Sialan." Serius deh, untuk urusan licik-licikan Sakura emang jagonya. Siapapun dari kalian kalau pengen bikin orang sengsara atau pengen ngerjain siapapun, mending hubungi Sakura langsung. Otaknya lebih licik daripada otaknya orang-orang antogonis yang ada di tivi-tivi.

"Jadi … kamu mau bantuin aku?" menatap penuh harap pada Sakura.

"Hmmm."

"Hmmm iya, atau hmm tidak?"

"Iya."

"HUAAA I LOVE YOU SEPUPU!" jeritku sambil melompat memeluk Sakura sampe dia nggak bisa napas.

Huehehe. Shion-Kushina tunggu pembalasanku!

"HUAAAA INO LEPASIN! GUE NGGAK BISA NAPAS! LU LESBONG YA?!" teriak Sakura megap-megap.

.

BERSAMBUNG